Sedangkan di dalam pikiran Arsenio tengah berusaha memikirkan bagaimana caranya meluluhkan hati istirnya kembali. Kepercayaan yang sempat diberikan nyatanya selama ini di sia-siakannya.
Ketika tengah memikirkan solusi, ada panggilan dari anak buahnya yang sepertinya sangat penting.
“Halo, ada apa?” tanya Arsenio sembari menyetir.
“Ada kabar gawat, bos. Segera datang ke markas!” perintah anak buahnya membuat Arsenio penasaran.
“Ada apa? Kalian bisa mengatakannya di sini!” desak Arsenio.
“Intinya ini gawat, bos! Ada dua berita yang harus segera anda ketahui. Jika mengatakan di telepon rasanya tidak sopan,” ucap anak buahnya.
“Jangan membuat saya penasaran!!! Sebentar lagi saya ke sana!” pekik Arsenio lalu memutus panggilan dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi yang membuat istrinya sangat ketakutan.
“Hal penting apa yang membuatmu sampai harus mengorbankan nyawa?” teriak Eve emosi
“Maaf, jika tidak segera ke sana
“Setelah ini akan aku antarkan kamu ke apartemen milikku, tinggal lah di sana beberapa hari sampai keadaan dipastikan aman. Tenang saja, kamu tidak akan sendirian di sana, akan aku minta beberapa pekerja menemanimu.” Jawab Arsenio yang tidak disetujui oleh Eve. “Gak mau! Mending aku tinggal di mansion papah saja! Di apartemen seorang diri sangat membosankan!” tolak Eve. “Mansion ayahmu dalam tinjauan developer, jika kamu tinggali itu artinya kamu menjadi penanggung jawab untuk menanggung tunggakannya. Sudahlah, turuti perintah suamimu ini. Semuanya akan aku pastikan aman, aku takut saja jika Jack memiliki rencana lain. Bisa saja dia memang menginginkan kami bertemu di markas namun di tengah itu ia memerintahkan anak buahnya untuk menculikmu. Dulu aku pernah melakukan siasat begitu, jadi aku hanya antisipasi.” Ucap Arsenio. “Baiklah, asalkan kamu nanti yang menjemputku.” Pinta Eve yang disanggupi oleh Arsenio. Sedangkan di sisi lain, Jack tengah menjalankan rencana untuk memantau pe
Setelah pertemuan dengan mantan anak buahnya, kini Arsenio langsung menuju apartemen untuk menemui istri tercintanya.Sebelum memasuki apartemen, ia memastikan apakah situasi aman.Tit… tit…. Tit…. Tit…. Suara bunyi pin pintu masuk apartemen yang dibuka seseorang.“Siapa yang datang?” gumam Eve penasaran lalu menghampiri pintu.Betapa bahagianya ketika mengetahui suami yang sejak tadi di khawatirkan kini berada di depan matanya dengan kondisi sehat dan bisa tersenyum manis untuknya.“Arsenio………..” panggil Eve lalu menghambur dalam pelukan suaminya, air matanya langsung menetes karena saking bersyukur dan bahagianya jika sang suami baik-baik saja.“Sudah aku katakan jika semua akan aman, percayalah padaku.” Ucap Arsenio memeluk istrinya erat sembari mengusap rambut halus istrinya dan sesekali menciumnya.“Aku takut…… t
Eve yang merasa jika perjalanan mereka sudah sangat jauh dari apartemen bahkan kini memasuki wilayah luar kota dengan berani menanyakan kepada suaminya, “Kita mau kemana? Ini sudah sangat jauh.”“Kamu berpikir jika kita ke luar kota?” tanya Arsenio memastikan dan Eve menganggukkan kepala.“Kita memang akan ke luar kota tepatnya di Puncak, di sana suasananya sejuk dan jauh dari keramaian. Bahkan sinyal juga susah di sana jadi kemungkinan besar akan aman dari dia.” Jawab Arsenio membuat Eve hanya bisa pasrah saja karena dia tahu sendiri bagaimana mengerikannya Jack untuk mendapatkannya.“Nanti tiba di sana kita beli ponsel sekaligus nomor baru dan hanya orang tertentu saja yang tahu, ponsel lama tetap kita simpan di mobil. Kita gunakan jika suasana sudah kondusif,” ucap Arsenio lagi yang tak berselang lama ada toko handphone. Mereka mampir untuk membeli tanpa melihat berapa harganya, yang terpenting bagi Arsenio adal
Sebenarnya Robert merasa janggal dengan sikap Jack yang tiba-tiba menghubunginya menanyakan siapa yang berada di villanya, jika hubungan antara dia dengan Arsenio baik-baik saja sudah pasti tanpa dia sebut orangnya pun dia tahu siapa yang menghuni.Untuk memastikan, ia menghubungi Arsenio menggunakan nomor baru yang diketahuinya, “Halo, kawan… apakah gue ganggu? Ada hal yang ingin ditanyakan.” Tanya Robert tanpa basa-basi.“Kebetulan baru bangun tidur, ada apa kawan sepertinya penting sekali?” jawab Arsenio penasaran.“Tadi anak buahmu, si Jack telpon gue. Dia mau sewa villa buat minggu ini,” ucap Robert membuat Arsenio merasa heran.“Terus hubungannya sama gue apa?” tanya Arsenio heran.“Ya gue ngerasa aneh aja, pas bilang kalau minggu ini villa udah ada yang menepati malah dia mendesak ingin tahu siapa orangnya, harusnya tanpa perlu dijelaskan pun dia sudah tahu kalau yang sewa villa it
Eve yang melihat suaminya lebam di pipi hanya bisa menangis sesengukkan karena dirinya pun sudah berjaniji untuk tetap di sini sampai suami menjemputnya. Namun entah hari apes atau bagaimana, suara isak tangisnya terdengar salah satu anak buah yang tengah beroperasi di belakang villa.Untuk memastikan apakah itu suara tangis manusia atau makhluk tak kasat mata, anak buah Jack kembali menajamkan pendengaran untuk mencari sumber suara tersebut hingga akhirnya tertujulah di villa sebelah yang membuat anak buah Jack berusaha membuka pintu namun sayang sekali terkunci. “Sial! Padahal gue yakin banget itu suara manusia, jangan-jangan wanita yang dimaksud bos ada di dalam sini? Mengingat halaman belakangnya menjadi satu seperti ini.” Gumam anak buah Jack yang terpaksa mendobrak pintu villa hingga akhirnya terbuka.Dengan sigap ia membawa paksa Eve yang terus menerus memberontak.“Tolong lepassssss……” teriak histeris Eve yang sangat
Eve yang melihat suaminya lebam di pipi hanya bisa menangis sesengukkan karena dirinya pun sudah berjaniji untuk tetap di sini sampai suami menjemputnya. Namun entah hari apes atau bagaimana, suara isak tangisnya terdengar salah satu anak buah yang tengah beroperasi di belakang villa.Untuk memastikan apakah itu suara tangis manusia atau makhluk tak kasat mata, anak buah Jack kembali menajamkan pendengaran untuk mencari sumber suara tersebut hingga akhirnya tertujulah di villa sebelah yang membuat anak buah Jack berusaha membuka pintu namun sayang sekali terkunci. “Sial! Padahal gue yakin banget itu suara manusia, jangan-jangan wanita yang dimaksud bos ada di dalam sini? Mengingat halaman belakangnya menjadi satu seperti ini.” Gumam anak buah Jack yang terpaksa mendobrak pintu villa hingga akhirnya terbuka.Dengan sigap ia membawa paksa Eve yang terus menerus memberontak.“Tolong lepassssss……” teriak histeris Eve yang sangat
Tidak berselang lama kini Jack sudah tiba bersama Eve dan beberapa anak buah yang terus mengerubunginya agar tidak ada celah bagi istri mantan bosnya untuk kabur. “Ayo kita segera tinggalkan tempat penuh drama ini, sebentar lagi akan aku pastikan hidupmu sangat bahagia, nyonya.” Ajak Jack merangkul pinggang Eve dengan mesranya.Arsenio yang melihat adegan tersebut merasa sangat panas, ingin sekali melayangkan pukulan demi pukulan kepada mantan anak buahnya karena sudah berani menyentuh wanitanya apalagi posisi tangan Eve diborgol semakin membuatnya murka.“Singkirkan tangan kotormu!!! Lepaskan aku!!! Jangan main-main sama Arsenio atau nanti akan tahu akibatnya!!” pekik Eve tidak suka yang dijawab tawa mengejek oleh semuanya.“Mana Arsenio? Mana? Apakah dia menyelamatkanmu?? Aku yakin saat ini dia tengah kesusahan mencari dimana keberadaanmu, biarkan dia merasakan apa yang selama ini aku rasakan! Mencarimu dibalik tumpukan jerami nam
Arsenio ingin sekali segera membuka masker dan langsung memeluk istri tercintanya lalu membawa pergi dari sini, namun ia segera tersadar jika saat ini posisinya tengah berada di udara. Hanya kode mata agar Eve diam yang bisa dilakukan Arsenio supaya semua orang tidak ada yang mencurigainya.Eve yang paham akan hal tersebut segera menganggukkan kepala seraya tersenyum senang karena suaminya menepati janji untuk segera menjemputnya jika memang nantinya tertangkap. “Tuhan…. Lancarkan rencana suamiku untuk membebaskan aku, sungguh situasi seperti ini bukan keinginanku.” Batin Eve sangat berharap seraya memejamkan mata.“Jangan takut, semuanya akan aman karena keselamatanmu adalah yang utama.” Ucap Jack lagi-lagi mencuri kesempatan dengan mengusap rambut halus Eve.Brak…. Suara seseorang menendang kursi penumpang membuat Jack mencari sumber suaranya. “Siapa yang sudah berani berbisik di sini?” pekik Jack dengan suara