Arsenio ingin sekali segera membuka masker dan langsung memeluk istri tercintanya lalu membawa pergi dari sini, namun ia segera tersadar jika saat ini posisinya tengah berada di udara. Hanya kode mata agar Eve diam yang bisa dilakukan Arsenio supaya semua orang tidak ada yang mencurigainya.
Eve yang paham akan hal tersebut segera menganggukkan kepala seraya tersenyum senang karena suaminya menepati janji untuk segera menjemputnya jika memang nantinya tertangkap. “Tuhan…. Lancarkan rencana suamiku untuk membebaskan aku, sungguh situasi seperti ini bukan keinginanku.” Batin Eve sangat berharap seraya memejamkan mata.
“Jangan takut, semuanya akan aman karena keselamatanmu adalah yang utama.” Ucap Jack lagi-lagi mencuri kesempatan dengan mengusap rambut halus Eve.
Brak…. Suara seseorang menendang kursi penumpang membuat Jack mencari sumber suaranya. “Siapa yang sudah berani berbisik di sini?” pekik Jack dengan suara
Jack memberi kode kepada seluruh anak buahnya untuk mengepung Arsenio juga Eve. Tidak akan ia biarkan mereka keluar dengan begitu mudahnya terlebih membawa sang pujaan hati yang sudah susah payah ia bawa pergi.“Mari bertarung sekali lagi, apapun itu hasilnya akan diterima dengan baik dan adil.” Ajak Jack membuat Arsenio malas, baginya ajakan kali ini pasti ada maksud lain dan pastinya juga sudah memiliki rencana lain.“Tidak ada waktu! Sekali kalah ya kalah aja!! Apapun yang kamu katakan tidak akan aku turuti!” tolak Arsenio.“Jangan menganggapku berpikir jika kamu adalah bos yang pengecut dan takut akan kekalahan.” Ejek Jack berusaha memancing amarah mantan bosnya.“Sialan! Sejak kapan aku ini pengecut bahkan untuk kalah pun rasanya sangat mustahil! Mari kita berduel lagi!” ucap Arsenio menerima tantangan agar masalahnya segera selesai.Dengan senang hati Jack menghampiri mantan bosnya untuk bersiap
Sembari menunggu, ia mengintrogasi satu persatu anak buah Jack untuk menanyakan kemana istirnya dibawa. “Jika tidak mau mengatakannya, jangan salahkan jika nanti ada bagian tubuh kalian yang hilang!” ancam Arsenio tidak main-main bahkan seluruh anak buahnya mengeluarkan pisau.“Ba-baik, saya akan mengatakan dimana lokasi mereka.” Ucap salah satu anak buah Jack yang memberanikan diri buka suara.“Cepat katakan!” pekik Arsenio menatap tajam.“A-ada di sebuah pulau pribadi yang tidak jauh dari sini,” jawab anak buahnya membuat Arsenio merasa kaget.“Jangan bilang full house island?” tebak Arsenio yang dibenarkan oleh anak buah Jack.“Damn!!! Beraninya dia menggunakan propertiku untuk menyembunyikan Eve!!! Dasar manusia gak tahu diri!” umpat Arsenio lalu bergegas ke sana menggunakan perahu yang kebetulan ada di pinggir.Sebelum pergi, ia berpesan kepada anak buahnya agar nan
Rasa syukur dipanjatkan kepada Tuhan karena sudah berhasil membawa istrinya pulang kembali ke penthouse. Perjuangan yang tidak mudah bahkan ia sampai rela menyamar menjadi anak buah Jack demi menyelamatkan sang istri.“Semoga tidak ada kejadian kemarin menjadi pertama dan terakhir kalinya.” Harap Eve yang di aminkan oleh suaminya.Mereka bergegas bebersih setelah itu merebahkan diri di kasur yang sudah beberapa akhir ini ditinggalkan. “Akhirnya kembali merasakan tempat tidur yang sangat nyaman ini,” gumam Eve sembari memejamkan mata yang tidak berselang lama di susul Arsenio di sebelahnya.“Aku juga merindukan tempat ini terlebih bersamamu,” jawab suaminya menatap sang istri penuh kasih sayang.“Maaf jika aku tidak bisa bersembunyi dengan baik, waktu itu semua pintu sudah aku kunci. Entah darimana anak buah dia mengetahui keberadaanku,” ucap Eve menyesal.“Sudahlah tidak perlu di bahas lagi kare
Plak…. Plak…. Plak…. Suara tamparan terdengar nyaring karena suasana di ruang tamu sangat sepi. Baru kali ini Eve melakukan seperti ini terhadap suaminya karena sudah merasa sangat kecewa. “Tega sekali mulutmu mengatakan seperti itu!! Aku istrimu! Tidak pernah aku disentuh oleh pria manapun apalagi mantan anak buahmu! Jika masih ada rasa keraguan di dalam dirimu, lebih baik berpisah!!! Aku tidak mau berada di sebelah pria yang dengan mudah meragukan istrinya hanya karena ucapan bualan pria yang terobsesi denganku!” ucap Eve dengan tegas.Setelah itu Eve berlari ke kamar untuk mengemasi barang-barangnya dengan ditemani air mata yang mengalir dengan derasnya. Merasa jika semua sudah berada dalam koper, Eve mengusap air matanya terlebih dahulu baru setelah itu bergegas turun. Tidak akan ia tunjukkan sisi lemah di hadapan suaminya yang dengan mudah meragukan darah dagingnya sendiri.“Ingat satu hal! Aku tidak akan mengemis apapun kepa
“Apakah kalian sudah menemukan?” tanya Jack memastikan.“Belum, bos.” Jawab anak buahnya yang langsung mendapat pukulan di perut.“Bugh…. Bugh…“ suara pukulan yang sangat keras hingga anak buahnya merasakan nyeri sampai ke ulu hati.“Lambat sekali!!! Cari sebelum suaminya yang lebih dulu menemukan!!! Pastikan Eve baik-baik saja dan sehat.” Pekik Jack sangat murka.Anak buahnya lalu keluar dari ruangan dengan suara rintihan yang terdengar memilukan.Merasa anak buahnya begitu lambat, ia juga berusaha mencari keberadaan Eve dengan diawali melacak ponselnya. Posisi terakhir menunjukkan di rumah yang sempat didatangi, “Apakah mungkin ia ada di sana?” gumamnya menebak.Tidak mau jika nanti kedahuluan Arsenio, detik itu juga ia melajukan mobilnya menuju kediaman Eve. Di dalam perjalanan, hatinya merasa tidak tenang apabila belum memastikan sendiri jika orang yang dicintainya
Beberapa menit kemudian masakan sudah tersaji di meja dengan aroma yang sangat menggoda. Perut Eve sudah tidak bisa di ajak kompromi, meskipun masih panas, ia terus melahapnya.“Stop! Tidak baik makan dalam kondisi panas seperti ini apalagi tengah hamil. Sini aku tiupkan dulu,” tegur Jack langsung meniup makanan lalu menyuapkan pada Eve.“Tidak perlu seperti ini, aku bisa sendiri.” Ucapnya sembari menahan air mata yang hendak menetes, seharusnya suaminya lah yang melakukan hal ini bukan malah orang lain.“Maaf jika kamu tidak nyaman, makanlah dengan banyak namun tetap pelan-pelan, ini supnya masih banyak. Jangan khawatir,” ucap Jack lalu mereka makan dalam diam.Di tengah momen makan bersama yang ditemani suara hujan, Eve menitikkan air matanya sehingga membuat Jack merasa kebingungan.“Apa yang membuatmu menangis, wanita cantik?” tanya Jack dengan lembut sembari menyeka air mata.“Tidak
“Jika di sini aku tidak bisa menjamin keamananmu, ikutlah denganku agar suamimu semakin kesusahan mencarimu. Apa kamu tidak ingin memberikan pelajaran untuknya? Kamu juga jangan egois, ada calon anakmu yang butuh hidup layak. Jika kamu terus menerus di sini, yang ada tabunganmu semakin menipis.” Desak Jack yang ada benarnya juga.Rasa sakit hati akibat ucapan suaminya hingga kini belum juga menghilang, bahkan jika ia mengingatnya pun yang ada rasa sakit itu semakin bertambah.Apakah dengan memberikan pelajaran terhadap suaminya adalah cara yang benar?“Kamu menunggu apalagi? Lihatlah, sampai sekarang suamimu apa datang menjemputmu? Seharusnya dia bisa tahu jika kamu di sini.” Tanya Jack geram.“Apakah ini tidak terlalu kejam?” tanya Eve memastikan.“Aku rasa tidak karena suamimu sudah sangat keterlaluan!! Jika aku ada di posisimu, sudah pasti langsung meminta cerai dan memilih membesarkan anak seorang diri
Arsenio berjalan menuju satpam dan bertanya, “Apakah istriku sama sekali tidak ada di sini, Pak?”Karena kasihan, akhirnya satpam pun mengatakan, “Waktu itu istri anda memang berada di sini cukup lama sampai akhirnya pergi lagi namun saya tidak berani bertanya kemana, saya pikir kembali ke rumah.”“Apakah perginya sendirian?” tanya Arsenio memastikan.Satpam sangat sungkan untuk mengatakan karena sama saja ikut campur masalah majikannya. Beberapa saat terdiam membuat Arsenio merasa ada yang sedang disembunyikan. “Tolong katakana sejujurnya, entah itu berita baik atau buruk.”“Istri anda datang kemari seorang diri dengan menggendarai taksi, namun ketika pergi dari sini membawa semua barang-barangnya dengan seorang pria.” Jawab satpam membuat emosi di dadanya memuncak.“Apakah anda tahu siapa orangnya? Sebelumnya pernah ke sini?” cecar Arsenio.“Ya…. dia sempa