Plak…. Plak…. Plak…. Suara tamparan terdengar nyaring karena suasana di ruang tamu sangat sepi. Baru kali ini Eve melakukan seperti ini terhadap suaminya karena sudah merasa sangat kecewa. “Tega sekali mulutmu mengatakan seperti itu!! Aku istrimu! Tidak pernah aku disentuh oleh pria manapun apalagi mantan anak buahmu! Jika masih ada rasa keraguan di dalam dirimu, lebih baik berpisah!!! Aku tidak mau berada di sebelah pria yang dengan mudah meragukan istrinya hanya karena ucapan bualan pria yang terobsesi denganku!” ucap Eve dengan tegas.
Setelah itu Eve berlari ke kamar untuk mengemasi barang-barangnya dengan ditemani air mata yang mengalir dengan derasnya. Merasa jika semua sudah berada dalam koper, Eve mengusap air matanya terlebih dahulu baru setelah itu bergegas turun. Tidak akan ia tunjukkan sisi lemah di hadapan suaminya yang dengan mudah meragukan darah dagingnya sendiri.
“Ingat satu hal! Aku tidak akan mengemis apapun kepa
“Apakah kalian sudah menemukan?” tanya Jack memastikan.“Belum, bos.” Jawab anak buahnya yang langsung mendapat pukulan di perut.“Bugh…. Bugh…“ suara pukulan yang sangat keras hingga anak buahnya merasakan nyeri sampai ke ulu hati.“Lambat sekali!!! Cari sebelum suaminya yang lebih dulu menemukan!!! Pastikan Eve baik-baik saja dan sehat.” Pekik Jack sangat murka.Anak buahnya lalu keluar dari ruangan dengan suara rintihan yang terdengar memilukan.Merasa anak buahnya begitu lambat, ia juga berusaha mencari keberadaan Eve dengan diawali melacak ponselnya. Posisi terakhir menunjukkan di rumah yang sempat didatangi, “Apakah mungkin ia ada di sana?” gumamnya menebak.Tidak mau jika nanti kedahuluan Arsenio, detik itu juga ia melajukan mobilnya menuju kediaman Eve. Di dalam perjalanan, hatinya merasa tidak tenang apabila belum memastikan sendiri jika orang yang dicintainya
Beberapa menit kemudian masakan sudah tersaji di meja dengan aroma yang sangat menggoda. Perut Eve sudah tidak bisa di ajak kompromi, meskipun masih panas, ia terus melahapnya.“Stop! Tidak baik makan dalam kondisi panas seperti ini apalagi tengah hamil. Sini aku tiupkan dulu,” tegur Jack langsung meniup makanan lalu menyuapkan pada Eve.“Tidak perlu seperti ini, aku bisa sendiri.” Ucapnya sembari menahan air mata yang hendak menetes, seharusnya suaminya lah yang melakukan hal ini bukan malah orang lain.“Maaf jika kamu tidak nyaman, makanlah dengan banyak namun tetap pelan-pelan, ini supnya masih banyak. Jangan khawatir,” ucap Jack lalu mereka makan dalam diam.Di tengah momen makan bersama yang ditemani suara hujan, Eve menitikkan air matanya sehingga membuat Jack merasa kebingungan.“Apa yang membuatmu menangis, wanita cantik?” tanya Jack dengan lembut sembari menyeka air mata.“Tidak
“Jika di sini aku tidak bisa menjamin keamananmu, ikutlah denganku agar suamimu semakin kesusahan mencarimu. Apa kamu tidak ingin memberikan pelajaran untuknya? Kamu juga jangan egois, ada calon anakmu yang butuh hidup layak. Jika kamu terus menerus di sini, yang ada tabunganmu semakin menipis.” Desak Jack yang ada benarnya juga.Rasa sakit hati akibat ucapan suaminya hingga kini belum juga menghilang, bahkan jika ia mengingatnya pun yang ada rasa sakit itu semakin bertambah.Apakah dengan memberikan pelajaran terhadap suaminya adalah cara yang benar?“Kamu menunggu apalagi? Lihatlah, sampai sekarang suamimu apa datang menjemputmu? Seharusnya dia bisa tahu jika kamu di sini.” Tanya Jack geram.“Apakah ini tidak terlalu kejam?” tanya Eve memastikan.“Aku rasa tidak karena suamimu sudah sangat keterlaluan!! Jika aku ada di posisimu, sudah pasti langsung meminta cerai dan memilih membesarkan anak seorang diri
Arsenio berjalan menuju satpam dan bertanya, “Apakah istriku sama sekali tidak ada di sini, Pak?”Karena kasihan, akhirnya satpam pun mengatakan, “Waktu itu istri anda memang berada di sini cukup lama sampai akhirnya pergi lagi namun saya tidak berani bertanya kemana, saya pikir kembali ke rumah.”“Apakah perginya sendirian?” tanya Arsenio memastikan.Satpam sangat sungkan untuk mengatakan karena sama saja ikut campur masalah majikannya. Beberapa saat terdiam membuat Arsenio merasa ada yang sedang disembunyikan. “Tolong katakana sejujurnya, entah itu berita baik atau buruk.”“Istri anda datang kemari seorang diri dengan menggendarai taksi, namun ketika pergi dari sini membawa semua barang-barangnya dengan seorang pria.” Jawab satpam membuat emosi di dadanya memuncak.“Apakah anda tahu siapa orangnya? Sebelumnya pernah ke sini?” cecar Arsenio.“Ya…. dia sempa
Plak…. Plak…. Plak…. Plak…. “Dasar ba-jing-an!!! Habis manis sepah di buang! Kamu pikir dengan apa-apa diganti uang maka masalah selesai, begitu? Uangmu memang banyak namun sayang sekali miskin sikap!” umpat wanita itu sangat sakit hati. “Lagian siapa suruh mengantarkan aku pulang dalam kondisi mabuk parah, sama saja kamu masuk ke kandangan harimau secara sukarela!” ucap Arsenio membuat wanita itu semakin menangis sejadinya. “Aku bersumpah, tidak akan ada kebahagiaan dalam dirmu sampai akhirnya nanti bersujud di kakiku!” somasi wanita tersebut lalu merenggut kunci kamar yang ternyata ada di balik bantal Arsenio, setelah itu melangkah pergi tanpa ada niatan menoleh. “Berani sekali meyumpahi seperti itu! Sudah merasa hebat?” pekik Arsenio murka seraya mencekal tangan wanita itu. “Lepasa atau aku teriak!” gertak wanita itu menatap tajam. “Kamu lupa jika ini rumahku? Silahkan teriak sesukamu, akan aku pastikan tidak ada yang menolongmu!” tantang A
Merasa jika keberadaan istrinya sangat sulit terlacak, membuat Arsenio curiga jika ada seseorang yang membantu menyembunyikan Eve. Pikirannya langsung tertuju pada mantan anak buahnya yang kini sudah terang-terangan mengakui jika menyukai istrinya. Dengan mengendarai mobil sport mewah keluaran terbaru yang hanya di produksi terbatas, Arsenio membelah jalanan kota dengan begitu mudahnya lantaran terlihat senggang. Jarak yang dilalui pun tidak begitu jauh, jadinya tidak membutuhkan waktu lama kini dirinya sudah tiba di rumah mantan anak buahnya yang di kelilingi banyak pengawal. “Dimana bos kalian?” tanya Arsenio sembari menatap mereka satu per satu lantaran langsung mengerubinginya. “Tidak ada di sini,” jawab salah satu anak buahnya dengan tatapan datar. “Jangan berbohong!! Saya tahu kalian bekerja untuknya namun kali ini tujuan kedatanganku bukan untuk mengajaknya bertengkar! Katakan jika Arsenio Phoenix mencarinya.” Ucap Arsenio penuh penekan
Merasa jika keberadaan istrinya sangat sulit terlacak, membuat Arsenio curiga jika ada seseorang yang membantu menyembunyikan Eve. Pikirannya langsung tertuju pada mantan anak buahnya yang kini sudah terang-terangan mengakui jika menyukai istrinya.Dengan mengendarai mobil sport mewah keluaran terbaru yang hanya di produksi terbatas, Arsenio membelah jalanan kota dengan begitu mudahnya lantaran terlihat senggang.Jarak yang dilalui pun tidak begitu jauh, jadinya tidak membutuhkan waktu lama kini dirinya sudah tiba di rumah mantan anak buahnya yang di kelilingi banyak pengawal.“Dimana bos kalian?” tanya Arsenio sembari menatap mereka satu per satu lantaran langsung mengerubinginya.“Tidak ada di sini,” jawab salah satu anak buahnya dengan tatapan datar.“Jangan berbohong!! Saya tahu kalian bekerja untuknya namun kali ini tujuan kedatanganku bukan untuk mengajaknya bertengkar! Katakan jika Arsenio Phoenix mencarinya.&rd
“Halo, saya sudah mendengar gertakanmu melalui anak buahku. Apa yang sebenarnya menjadi tujuanmu?” tanya Jack melalui sambungan telepon.“Tentu saja istriku, Eve Giannita Wijaya. Kembalikan kepadaku dan carilah wanita lain.” Jawab Arsenio menahan amarahnya.“Mari bertemu untuk menyelesaikan semuanya,” ajak Jack.“Tidak masalah, bertemu di markas lama sekarang juga.” Tantang Arsenio.“Saya yang akan menemui langsung di kantor, tidak ada anak buah dalam penyelesaian ini.” Ucap Jack lalu memutus panggilan.“Damn! Sudah merasa di atas awan rupanya!” umpat Arsenio melempar ponsel mahalnya di meja kerja begitu saja.Jack melajukan mobil mewahnya menuju kantor mantan bosnya seorang diri, rasanya ini waktu yang pas membuat kedua pasangan itu berpisah.****“Saya ingin bertemu CEO anda, Arsenio Phoenix.” Ucap Jac
“Kami sadar diri makanya tidak mau memakai uang yang bukan menjadi hak ku! Sebelum kami pergi, ijinkanlah untuk bertemu dengan Justin. Dimana dia?” ucap Joanna sembari menahan pedih di dadanya.“Buat apa mencari anakku? Ingin kembali padanya supaya uang lima miliar ini kembali padamu?” sindir Eve.“Bukan! Saya ingin mengucapkan salam perpisahan karena mau bagaimana pun juga pertemuan awal kami secara baik-baik, setidaknya berpisah juga baik-baik.” Jawab Joanna sangat dewasa.“Justin tidak ada di rumah ini, setelah kejadian itu. Kami sepakat membawanya ke RSJ agar mendapat penanganan yang baik.” Ucap Arsenio membuat terkejut semua.“Kenapa harus mengatakan itu pada mereka! Bikin malu saja! Turun harga diri kita” bisik Eve di telinga suaminya namun masih bisa terdengar oleh Maya juga Joanna.“Apa alasan kalian dengan tega membawa dia ke sana?” tanya Joanna penasaran.&ldqu
“Terus rencana kalian apa? Aku bisa bantu bagaimana, mbak?” tanya Meta ingin tau.“Semnetara ijinkan kami tinggal di sini karena tidak mungkin terus tinggal di sana, aku gak mau anak buah Justin berbuat hal yang lebih nekat lagi. Waktu kita berhasil kabur saja Justin sangat marah dan mengamuk.” Jawab Maya.“Baiklah kalau begitu, kalian boleh tinggal di sini selama mungkin. Nanti akan aku carikan rumah yang sekiranya aman. Memang ya keluarga Arsenio sejak dulu selalu menganggu dan meresahkan saja bisanya!!!! Sudah cukup bagi kalian untuk mengalah, waktunya melawan namun tidak dengan berhadapan langsung.” Ucap Meta ikut geram.“Kamu benar, jika semisal masih tinggal di sektar sini kurang aman. Aku nantinya akan membawa Joanna tinggal di luar negeri saja,” jawab Maya sudah mempertimbangkan sangat jauh dan dengan baik.“Bu, tinggal di luar negeri butuh biaya yang besar. Apa kita mampu? Joanna juga baru saj
Setelah tiba di rumah, kini mereka bergegas menuju kamar masing-masing untuk mengemasi barang yang sekiranya perlu juga penting. Maya tidak membawa banyak barang, karena yang penting baginya adalah pakaian, alat merajut, surat berharga dan juga uang yang tersimpan di brankas.Sedangkan Joanna tidak bisa untuk memilah barang untuk nantinya di tinggal, baginya semua sangat penting. “Jika semuanya di bawa, bagaimana nanti mengangkutnya?”“Joanna, apakah sudah selesai?” tanya Maya sembari mengetuk pintu.“Belum, Bu…. Masuklah,” jawabnya dari dalam kamar.Maya yang melihat banyaknya barang yang akan dibawa merasa heran, “Semua ini akan kamu bawa? Kita nantinya naik taksi.”“Habisnya bingung mau memilah yang mana, semua penting.” Jawab Joanna garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.“Pemberian dari Justin jangan ada satu pun yang dibawa!” tegur Maya.“I-iya,
“Aku sebenarnya terpaksa, Justin. Aku di sini ketakutan, jika terus menerus melawan, yang ada nanti kamu serta anak buahmu akan berbuat nekat kepadaku.” Jawab Joanna berlinang air mata.“Jadi, sudah tidak ada rasa sayangmu kepadaku, Joanna? Janji yang sudah pernah kita rangkai dengan indah kini menguap begitu saja dalam hidupmu?” tanya Justin dengan wajah sendu.“Perasaan itu aku yakin akan terkikis dengan sendirinya jika kita berdua sama-sama bertekad untuk menerima takdir yang ada. Perihal janji serta impian yang pernah dirangkai bersama, anggap saja sebuah angin lalu yang tidak pernah terjadi.” Jawab Joanna terpaksa mengatakan ini agar Justin sadar.“CUKUP! AKU BENCI MENDENGARNYA! KALIAN SEMUA JAHAT! JIKA MAUMU BEGITU, MARI KITA MA-TI BERSAMA AGAR TIDAK ADA PRIA LAIN YANG MEMILIKIMU!” pekik Justin berhasil menarik Joanna berada dalam pelukannya lalu ia merogoh saku celananya yang ternyata ada pisau
“TIDAK ADA KATA BAIK-BAIK SAJA JIKA SUDAH MASUK TINDAKAN KRIMINAL! JIKA POSISINYA YANG MENJADI KORBAN ADALAH ANAKMU, APA BAKAL TETAP INGIN BAIK-BAIK SAJA, HA? AKU ORANG TUA DARI JOANNA! RASA KHAWATIR JUGA KETAKUTANKU SANGAT BESAR! JIKA MEMANG KAMU MEMILIKI JIWA NALURI SEORANG IBU SEHARUSNYA MENGERTI!” Bnetak Maya lalu berlari ke kamar yang ada di sana untuk mencari keberadaan Joanna.“Tante! Jangan asal masuk ruangan orang!” tegur Justin geram. Ingin mencegah, namun sayangnya kini Joanna melihat ibunya ada di sini.“I-ibu….” Panggil Joanna yang sedang di rias dan sudah menggunakan gaun pernikahan. Air matanya langsung berlinang dengan deras ketika mengetahui ada ibunya di sini.“Joanna…. Kenapa akhirnya kamu menerima ajakan dia untuk menikah?” tanya Maya kecewa, air matanya tak kalah mengalir dengan deras.“Joanna terpaksa, Bu! Justin terus memaksaku bahkan sampai tega menculikku di sini
Kini Joanna sudah berada di kamarnya. Tidak berselang lama Justin pun juga sudah kembali.Salah satu anak buahnya segera memberikan laporan kepadanya. “Tadi nona hampir kabur melalui kamar mandi, bos.”“APA???” pekik Justin seketika emosi.“JOANNAAAAA………” Teriak Justin yang sangat menggema seluruh ruangan terlebih saat ini kamarnya tengah terbuka.“Mampus…. Ketahuan deh!” batinnya gugup.Terdengar suara langkah semakin berjalan mendekat ke kamar, perasaannya pun semakin berdegup kencang karena harus mempersiapkan diri dengan amukan Justin.“Joanna… apa benar kamu mau coba-coba kabur?” tanya Justin mengintimidasi.“Apaan sih, gak ada aku punya niatan seperti itu!” bantah Joanna memasang wajah kesal.“Tadi salah satu anak buahku mengatakan kalau kamu mau mencoba kabur.” Jawab Justin dengan menatap t
Sedangkan di markas, Justin tengah menanti kabar anak buahnya sembari memastikan Joanna makan dengan baik agar tidak sakit. “Ayo makan dulu, sayang…. Ini tidak ada racunnya.”“Aku tidak sudi makan! Lebih baik ma-ti ketimbang menikah dengan saudara sendiri!” tolak Joanna mentah-mentah.“Rupanya kamu suka sekali dipaksa ya, jadi gemas!” sindir Justin lalu memaksa mulut Joanna agar terbuka.Tok… tok…. Tok…. Suara ketukan pintu menghentikan aksi Justin. “MASUK!” teriaknya emosi.“Bos, kami sudah menemukan penghulu yang bersedia menikahkan kalian berdua besok pagi pukul tujuh.” Jawab Alex membuat senyum di bibir Justin mengembang dengan sempurna. Emosi yang tadi mendidih kini sirna seketika.“Kerja bagus, segera persiapkan semuanya. Dekor ruangan depan dengan sangat cantik.” Perintah Justin membuat Joanna tidak habis pikir.Setelah an
Dengan beberapa kali mengatur nafas supaya lebih tenang namun rupanya tidak bisa, jawaban mantan kekasihnya terus terngiang hingga membuat hatinya sakit. Akhirnya, ia tidak mau berbicara dengan cara baik-baik.“Bela terus anak kesayanganmu itu yang kamu besarkan dengan penuh kemewahan juga kasih sayang dan manja! Yang harus kamu tau, Joanna juga anak kamu!!! Aku mendapatkan informasi terebut dari pihak kepolisian! Tadi siang anakku diculik oleh geng motor, setelah ditelusuri ketuanya adalah Justin! Berulang kali aku sudah menghubunginya namun tidak aktif, makanya terpaksa aku menghubungimu!!!! Percaya tidak percaya, tolong selamatkan Joanna!! Sebelum kejadian penculikan ini, dia sempat bertemu dengan anakmu di kafe, di sana mereka berdebar hebat lantaran Joanna menolak keras permintaan anakmu yang menginginkan untuk mengajak kawin lari! Dalam pikirannya, mereka bukan saudara serahim jadi sah untuk menikah!” pekik Maya tidak bisa menahan emosin
“Carikan penghulu sekitar sini, besok saya akan menikah dengan Joanna.” Perintah Justin kepada anak buahnya.“Apa tidak terlalu cepat, bos?” tanya anak buahnya bernama Alex.“Siapa kamu beraninya mengatur saya!” jawab Justin emosi.“Bu-bukan begitu, Bos… menikah juga perlu saksi.” Jawab Alex memberitahu.“Kalian semua besok menjadi saksi pernikahanku dengan Joanna, tidak masalah jika menikah siri terlebih dahulu, yang terpenting dia menjadi milikku seutuhnya.” Jawab Justin keras kepala.Anak buahnya tidak berani membantah lagi, akhirnya saat itu juga mereka mencari informasi apakah ada penghulu yang bersedia menikahkan Justin dan Joanna besok.“Keinginan orang kaya memang meresahakan, menculik wanita demi ingin menikahinya. Mengapa tidak meminta secara langsung kepada orang tuanya?” tanya Alex tidak habis pikir.“Mungkin pihak keluarga perempuan