Merasa jika keberadaan istrinya sangat sulit terlacak, membuat Arsenio curiga jika ada seseorang yang membantu menyembunyikan Eve. Pikirannya langsung tertuju pada mantan anak buahnya yang kini sudah terang-terangan mengakui jika menyukai istrinya.
Dengan mengendarai mobil sport mewah keluaran terbaru yang hanya di produksi terbatas, Arsenio membelah jalanan kota dengan begitu mudahnya lantaran terlihat senggang.
Jarak yang dilalui pun tidak begitu jauh, jadinya tidak membutuhkan waktu lama kini dirinya sudah tiba di rumah mantan anak buahnya yang di kelilingi banyak pengawal.
“Dimana bos kalian?” tanya Arsenio sembari menatap mereka satu per satu lantaran langsung mengerubinginya.
“Tidak ada di sini,” jawab salah satu anak buahnya dengan tatapan datar.
“Jangan berbohong!! Saya tahu kalian bekerja untuknya namun kali ini tujuan kedatanganku bukan untuk mengajaknya bertengkar! Katakan jika Arsenio Phoenix mencarinya.&rd
“Halo, saya sudah mendengar gertakanmu melalui anak buahku. Apa yang sebenarnya menjadi tujuanmu?” tanya Jack melalui sambungan telepon.“Tentu saja istriku, Eve Giannita Wijaya. Kembalikan kepadaku dan carilah wanita lain.” Jawab Arsenio menahan amarahnya.“Mari bertemu untuk menyelesaikan semuanya,” ajak Jack.“Tidak masalah, bertemu di markas lama sekarang juga.” Tantang Arsenio.“Saya yang akan menemui langsung di kantor, tidak ada anak buah dalam penyelesaian ini.” Ucap Jack lalu memutus panggilan.“Damn! Sudah merasa di atas awan rupanya!” umpat Arsenio melempar ponsel mahalnya di meja kerja begitu saja.Jack melajukan mobil mewahnya menuju kantor mantan bosnya seorang diri, rasanya ini waktu yang pas membuat kedua pasangan itu berpisah.****“Saya ingin bertemu CEO anda, Arsenio Phoenix.” Ucap Jac
Perjalanan menuju rumah sakit yang menurutnya sangat lambat membuat perasaannya semakin gelisah. “Bisa lebih cepat gak sih?” tanya Eve kesal.“Maaf, Nyonya, ini sudah batas kecepatan normal.” Jawab supir dengan sopan.“Tapi ini keadaan urgent! Jadi percepat lagi!” perintah Eve tidak sabar.“Akan saya usahakan, Nyonya.” Jawab supir lalu menambah kecepatannya.Hingga akhirnya satu jam perjalanan kini mereka sudah tiba di rumah sakit tempat dimana Jack dirawat. Eve bergegas turun dan berlari menuju ruang ICU.“Bagaimana keadaan Jack?” tanya Eve dengan nafas terengah-engah karena berjalan terlalu cepat.“Istirahat dulu, Nyonya. Jangan sampai kecapekan,” tegur anak buahnya panik melihat kondisi Eve karena takut terjadi sesuatu pada bayinya.“Jawab pertanyaanku! Bagaimana kondisiku itu biar menjadi urusanku!” gertak Eve membuat anak buahnya hanya bisa menghe
Tidak mau mendengar hal menyakitkan lagi dari mulut istrinya, ia memilih menutup sambungan telepon dan melacak dimana rumah sakit tempat Jack di rawat“Tidak akan aku biarkan kalian lebih lama bersama!” gumam Arsenio mengepalkan kedua tangan dengan erat.Mobil sport mewah edisi terbatas sudah membelah jalanan dengan kecepatan tinggi setelah berhasil mengtahui dimana posisi istri serta mantan anak buahnya.Perjalanan yang tidak begitu jauh membuat Arsenio bisa tiba di lokasi dalam waktu lima belas menit saja.“Sus, dimana kamar atas nama pasien Jack?” tanya Arsenio kepada resepsionis.“Sebentar saya carikan dulu, Pak.” Jawab suster membuka dokumen pasien yang dirawat.Setelah beberapa saat, akhirnya ketemu daftar pasien yang dibutuhkan, “Pasien berada di ruang ICU, Pak.” Jawab suster lagi lalu Arsenio bergegas menuju ruangan yang dimaksud.Hatinya berdebar tidak beraturan ka
Karena tidak tahu lagi harus mencari keberadaan istrinya dimana sedangkan saat ini posisinya sangatlah genting, akhirnya Arsenio nekat menghubungi ponsel mantan anak buahnya.Hingga deringan ketiga panggilannya tidak juga terjawab sampai akhirnya mencoba satu kali lagi dengan harapan terjawab.“Syukurlah akhirnya ada yang sudi menjawabnya,” ucap Arsenio lega.“Katakan apa keinginan anda, Tuan?” tanya anak buah Jack tanpa basa-basi.“Dimana istriku? Harus dia yang dengar berita ini secara langsung.” Tanya balik Arsenio.“Istri anda tidak ada di sini, bicarakan saja kepadaku nanti akan tersampaikan.” Jawab anak buah Jack.“Katakan pada istriku untuk ke penjara saat ini juga karena sudah ditunggu oleh ayahnya.” Ucap Arsenio lalu panggilan terputus secara sepihak.Setidaknya kini sudah tersampaikan meskipun melalui orang lain, semoga saja Eve segera datang.S
“Cari segera keberadaan istriku dimana pun berada, kerahkan semua tenaga dan pikiran kalian! Aku mau Eve menhadiri acara pemakaman ayahnya.” Ucap Arsenio menelpon anak buahnya agar semuanya bekerja tanpa terkecuali.Eve yang tengah mengambil minum di dalam gelas mendadak pecah berkeping-keping hingga menggores jarinya. “Aw!! Pertanda apa ini? Mengapa firasatku semakin tidak karuan begini?”Tangan mulusnya mengeluarkan darah yang tidak sedikit, pembantu yang tengah berada di dapur tidak sengaja melihatnya lalu refleks berteriak, “Astaga, Nyonya….”Anak buah Jack yang berada di dalam langsung berlari ke sumber suara untuk memastikan apa yang sedang terjadi, melihat tangan wanita kesayangan bosnya terluka membuatnya menjadi khawatir, dengan sigap ia meminta bibi mengambilkan kotak P3K.“Tahan sebentar agar tidak infeksi, Nyonya.” Ucap anak buah Jack segera mengobati luka denga
101 Firasat tidak enak Eve-2Setelah diam dan mencerna semua jawaban demi jawaban, kini Eve tahu harus mengatakan apa. “Jika memang hal sangat penting, aku mau orang yang mengucapkan adalah suamiku sendiri, suruh dia datang kemari. Aku cukup kecewa karena dalam pikiranku ada dia ikut ke sini, namun ternyata malah kalian.”“Usir mereka semua! Jangan biarkan masuk sampai nantinya Arsenio yang datang ke sini! Aku capek, mau istirahat!” perintah Eve lalu berjalan menuju kamarnya sedangkan Al tengah tersenyum penuh kemenangan.“Jangan sampai nantinya menyesal, Nyonya!” teriak Max yang dipaksa keluar oleh anak buah Jack.Hingga satu minggu lamanya, Arsenio tidak juga datang menemuinya, itu artinya dirinya sudah tidak dianggap penting lagi, sedangkan kondisi Jack semakin membaik dan sudah sadar.Jack yang menyadari jika wanita cantik di sebelahnya kini tengah memikirkan sesuatu,
“Ada apa dengan Papah? Cepat katakan, Arsenio.” Desak Eve memegang tangan suaminya namun ditepis.“Papahmu telah tiada satu minggu yang lalu, aku memang meminta anak buahku datang ke sini tepat dimana akan dimakamkan, aku sampai menunda hingga satu hari dengan harapan kamu bisa melihat untuk terakhir kalinya. Namun ternyata apa? Dengan arogannya kamu mengusir anak buahku seolah kedatangan mereka bukanlah hal penting. Sekarang rasa kecewaku kepadamu semakin bertambah!” jawab Arsenio membuat Eve menangis histeris karena tidak menerima kenyataan ini bahkan rasanya hampir pingsan, untung saja ada suaminya yang sigap memegangi.“Kenapa tidak ada yang mengatakan kepadaku jika Papah meninggal!!!!!!!!!” teriak histeris Eve menyalahkan semuanya.“Aku sudah berusaha memberitahumu bahkan menghubungi beberapa kali namun ponselmu tidak juga aktif. Anak buahku datang ke sini malah diusir padahal saat itu aku tengah mengurus tamu yang
Drrrttt…. Drrttt…. Ddrrtttt… suara dering ponsel mahal Arsenio menampilkan nama ayahnya yang sudah lama tidak berkomunikasi. “Papah? Ada apa menelpon?” gumamnya lalu mengangkat teleponnya.“Halo, Pah…. Apa kabar?” sapa Arsenio memulai obrolan.“Kabar Papah baik, sudah lama kalian tidak datang ke sini.” Jawab Abraham membuat Arsenio merasa bersalah sebab permasalahan rumah tangganya yang begitu rumit membuatnya sampai melupakan ayahnya.“Maaf, Pah. Kemarin sibuk apalagi ayah mertua meninggal, jadi banyak yang harus diselesaikan.” Ucap Arsenio.“Alasan yang masih bisa ditoleransi, besok ajak istrimu ke sini. Papah ingin bertemu dengannya,” pinta Abraham penuh harap.“Be-sok? B-baiklah, Pah.” Jawab Arsenio mengabulkan meskipun di dalam hatinya terasa berat.“Apa kalian sibuk sekali? Kalau tidak bisa besok ya sesempatnya saja.” Tanya Abraham.“Gak kok, Pah. Oke besok kami akan ke sana, sampai jumpa besok.” Jawab Arsenio lalu panggilan terputus.Melihat suaminya tengah memikirkan sesuatu m