Tidak mau mendengar hal menyakitkan lagi dari mulut istrinya, ia memilih menutup sambungan telepon dan melacak dimana rumah sakit tempat Jack di rawat
“Tidak akan aku biarkan kalian lebih lama bersama!” gumam Arsenio mengepalkan kedua tangan dengan erat.
Mobil sport mewah edisi terbatas sudah membelah jalanan dengan kecepatan tinggi setelah berhasil mengtahui dimana posisi istri serta mantan anak buahnya.
Perjalanan yang tidak begitu jauh membuat Arsenio bisa tiba di lokasi dalam waktu lima belas menit saja.
“Sus, dimana kamar atas nama pasien Jack?” tanya Arsenio kepada resepsionis.
“Sebentar saya carikan dulu, Pak.” Jawab suster membuka dokumen pasien yang dirawat.
Setelah beberapa saat, akhirnya ketemu daftar pasien yang dibutuhkan, “Pasien berada di ruang ICU, Pak.” Jawab suster lagi lalu Arsenio bergegas menuju ruangan yang dimaksud.
Hatinya berdebar tidak beraturan ka
Karena tidak tahu lagi harus mencari keberadaan istrinya dimana sedangkan saat ini posisinya sangatlah genting, akhirnya Arsenio nekat menghubungi ponsel mantan anak buahnya.Hingga deringan ketiga panggilannya tidak juga terjawab sampai akhirnya mencoba satu kali lagi dengan harapan terjawab.“Syukurlah akhirnya ada yang sudi menjawabnya,” ucap Arsenio lega.“Katakan apa keinginan anda, Tuan?” tanya anak buah Jack tanpa basa-basi.“Dimana istriku? Harus dia yang dengar berita ini secara langsung.” Tanya balik Arsenio.“Istri anda tidak ada di sini, bicarakan saja kepadaku nanti akan tersampaikan.” Jawab anak buah Jack.“Katakan pada istriku untuk ke penjara saat ini juga karena sudah ditunggu oleh ayahnya.” Ucap Arsenio lalu panggilan terputus secara sepihak.Setidaknya kini sudah tersampaikan meskipun melalui orang lain, semoga saja Eve segera datang.S
“Cari segera keberadaan istriku dimana pun berada, kerahkan semua tenaga dan pikiran kalian! Aku mau Eve menhadiri acara pemakaman ayahnya.” Ucap Arsenio menelpon anak buahnya agar semuanya bekerja tanpa terkecuali.Eve yang tengah mengambil minum di dalam gelas mendadak pecah berkeping-keping hingga menggores jarinya. “Aw!! Pertanda apa ini? Mengapa firasatku semakin tidak karuan begini?”Tangan mulusnya mengeluarkan darah yang tidak sedikit, pembantu yang tengah berada di dapur tidak sengaja melihatnya lalu refleks berteriak, “Astaga, Nyonya….”Anak buah Jack yang berada di dalam langsung berlari ke sumber suara untuk memastikan apa yang sedang terjadi, melihat tangan wanita kesayangan bosnya terluka membuatnya menjadi khawatir, dengan sigap ia meminta bibi mengambilkan kotak P3K.“Tahan sebentar agar tidak infeksi, Nyonya.” Ucap anak buah Jack segera mengobati luka denga
101 Firasat tidak enak Eve-2Setelah diam dan mencerna semua jawaban demi jawaban, kini Eve tahu harus mengatakan apa. “Jika memang hal sangat penting, aku mau orang yang mengucapkan adalah suamiku sendiri, suruh dia datang kemari. Aku cukup kecewa karena dalam pikiranku ada dia ikut ke sini, namun ternyata malah kalian.”“Usir mereka semua! Jangan biarkan masuk sampai nantinya Arsenio yang datang ke sini! Aku capek, mau istirahat!” perintah Eve lalu berjalan menuju kamarnya sedangkan Al tengah tersenyum penuh kemenangan.“Jangan sampai nantinya menyesal, Nyonya!” teriak Max yang dipaksa keluar oleh anak buah Jack.Hingga satu minggu lamanya, Arsenio tidak juga datang menemuinya, itu artinya dirinya sudah tidak dianggap penting lagi, sedangkan kondisi Jack semakin membaik dan sudah sadar.Jack yang menyadari jika wanita cantik di sebelahnya kini tengah memikirkan sesuatu,
“Ada apa dengan Papah? Cepat katakan, Arsenio.” Desak Eve memegang tangan suaminya namun ditepis.“Papahmu telah tiada satu minggu yang lalu, aku memang meminta anak buahku datang ke sini tepat dimana akan dimakamkan, aku sampai menunda hingga satu hari dengan harapan kamu bisa melihat untuk terakhir kalinya. Namun ternyata apa? Dengan arogannya kamu mengusir anak buahku seolah kedatangan mereka bukanlah hal penting. Sekarang rasa kecewaku kepadamu semakin bertambah!” jawab Arsenio membuat Eve menangis histeris karena tidak menerima kenyataan ini bahkan rasanya hampir pingsan, untung saja ada suaminya yang sigap memegangi.“Kenapa tidak ada yang mengatakan kepadaku jika Papah meninggal!!!!!!!!!” teriak histeris Eve menyalahkan semuanya.“Aku sudah berusaha memberitahumu bahkan menghubungi beberapa kali namun ponselmu tidak juga aktif. Anak buahku datang ke sini malah diusir padahal saat itu aku tengah mengurus tamu yang
Drrrttt…. Drrttt…. Ddrrtttt… suara dering ponsel mahal Arsenio menampilkan nama ayahnya yang sudah lama tidak berkomunikasi. “Papah? Ada apa menelpon?” gumamnya lalu mengangkat teleponnya.“Halo, Pah…. Apa kabar?” sapa Arsenio memulai obrolan.“Kabar Papah baik, sudah lama kalian tidak datang ke sini.” Jawab Abraham membuat Arsenio merasa bersalah sebab permasalahan rumah tangganya yang begitu rumit membuatnya sampai melupakan ayahnya.“Maaf, Pah. Kemarin sibuk apalagi ayah mertua meninggal, jadi banyak yang harus diselesaikan.” Ucap Arsenio.“Alasan yang masih bisa ditoleransi, besok ajak istrimu ke sini. Papah ingin bertemu dengannya,” pinta Abraham penuh harap.“Be-sok? B-baiklah, Pah.” Jawab Arsenio mengabulkan meskipun di dalam hatinya terasa berat.“Apa kalian sibuk sekali? Kalau tidak bisa besok ya sesempatnya saja.” Tanya Abraham.“Gak kok, Pah. Oke besok kami akan ke sana, sampai jumpa besok.” Jawab Arsenio lalu panggilan terputus.Melihat suaminya tengah memikirkan sesuatu m
“Papah sebenarnya tahu permasalahan kalian namun memilih diam lantaran Papah melihat bagaimana istrimu berusaha sangat ingin mempertahankan rumah tangga ini dan juga kehamilannya. Semua yang tejadi karena egomu, Arsenio. Jika suatu saat penyesalan melanda hidupmu, Papah tidak bisa membantu apa-apa.” Jawab Abraham dengan sangat dalam namun sukses membuat Arsenio terdiam seribu bahasa.Kata-kata ayahnya terus saja berputar di otaknya meskipun saat ini mereka sudah kembali ke rumah. Entah mengapa, ucapan ayahnya sangat membuatnya tkut.Padahal apa yang ia lakukan saat ini bukan membiarkan istrinya, memang sikapnya berbeda lantaran masih meragukan apakah itu anaknya atau bukan. Apa salahnya jika ia menanti hingga anak itu lahir dan langsung melakukan tes DNA barulah nanti setelah tahu hasilnya ia akan mengambil sikap.“Andai papah berada di posisiku, apakah akan dengan mudahnya berkata demikian? Apa papah gak tahu bagaimana sakit hati ini mengetahu
105-Ego yang tinggiArsenio yang sedang meeting menjadi tidak fokus karena istrinya. Ada sebuah perasaan segera menemui dan melihat langsung perkembangan anaknya, namun karena sudah berulang kali mengucap keraguan jika anak yang dikandung adalah darah dagingnya, rasanya malu jika tiba-tiba memberi perhatian seperti dulu.Meetingnya kini menjadi tidak fokus bahkan penyampaian presentasinya pun buyar tidak karuan sehingga klien yang mendengarkan merasa heran sekaligus kecewa. Untung saja ada assistennya yang mampu handle jalannya meeting bahkan berhasil meyakinkan agar proyek jatuh ke perusahaan Arsenio.Setelah selesai, assisten segera menghampiri bosnya, “Maaf, Pak…. Namun saya rasa hari ini anda tidak seperti biasanya, apakah sedang ada sesuatu?”“Biasalah masalah rumah tangga. Terima kasih sudah sigap langsung menggantikan saya dalam meeting tadi, jika tidak, mungkin saja proyek akan terancam batal.&rdq
Setelah membuat perjanjian dengan suster serta dokter dan staff rumah sakit yang bertanggung jawab atas tes yang baru saja dilakukan, kini Arsenio kembali ke ruang rawat istrinya.Ketika membuka pintu, betapa terkejutnya melihat Jack sudah berada di ruangan dengan dikelilingi anak buahnya, termasuk AL. “Sejak kapan ada di sini?” tanya Arsenio ketus.“Tentu saja sejak mendengar jika calon anakku akan hadir ke dunia, aku segera datang kesini apapun rintangannya, tidak seperti dirimu yang baru saja datang.” Jawab Jack dengan sombongnya membuat Eve kini menatapnya penuh benci.“Jangan asal bicara!!! Justru aku orang yang sedari tadi menemani istriku sampai melahirkan bahkan aku yang menandatangi berkasnya. Jika tidak aku, siapa? Kamu? Kalau mau seperti pahlawan kesiangan itu rapi sedikit!!” protes Arsenio membuat Jack bungkam.“Terserah kamu mau percaya suamimu atau dia! Yang jelas aku sudah sejak tadi ada di sini bah