“Papah sebenarnya tahu permasalahan kalian namun memilih diam lantaran Papah melihat bagaimana istrimu berusaha sangat ingin mempertahankan rumah tangga ini dan juga kehamilannya. Semua yang tejadi karena egomu, Arsenio. Jika suatu saat penyesalan melanda hidupmu, Papah tidak bisa membantu apa-apa.” Jawab Abraham dengan sangat dalam namun sukses membuat Arsenio terdiam seribu bahasa.Kata-kata ayahnya terus saja berputar di otaknya meskipun saat ini mereka sudah kembali ke rumah. Entah mengapa, ucapan ayahnya sangat membuatnya tkut.Padahal apa yang ia lakukan saat ini bukan membiarkan istrinya, memang sikapnya berbeda lantaran masih meragukan apakah itu anaknya atau bukan. Apa salahnya jika ia menanti hingga anak itu lahir dan langsung melakukan tes DNA barulah nanti setelah tahu hasilnya ia akan mengambil sikap.“Andai papah berada di posisiku, apakah akan dengan mudahnya berkata demikian? Apa papah gak tahu bagaimana sakit hati ini mengetahu
105-Ego yang tinggiArsenio yang sedang meeting menjadi tidak fokus karena istrinya. Ada sebuah perasaan segera menemui dan melihat langsung perkembangan anaknya, namun karena sudah berulang kali mengucap keraguan jika anak yang dikandung adalah darah dagingnya, rasanya malu jika tiba-tiba memberi perhatian seperti dulu.Meetingnya kini menjadi tidak fokus bahkan penyampaian presentasinya pun buyar tidak karuan sehingga klien yang mendengarkan merasa heran sekaligus kecewa. Untung saja ada assistennya yang mampu handle jalannya meeting bahkan berhasil meyakinkan agar proyek jatuh ke perusahaan Arsenio.Setelah selesai, assisten segera menghampiri bosnya, “Maaf, Pak…. Namun saya rasa hari ini anda tidak seperti biasanya, apakah sedang ada sesuatu?”“Biasalah masalah rumah tangga. Terima kasih sudah sigap langsung menggantikan saya dalam meeting tadi, jika tidak, mungkin saja proyek akan terancam batal.&rdq
Setelah membuat perjanjian dengan suster serta dokter dan staff rumah sakit yang bertanggung jawab atas tes yang baru saja dilakukan, kini Arsenio kembali ke ruang rawat istrinya.Ketika membuka pintu, betapa terkejutnya melihat Jack sudah berada di ruangan dengan dikelilingi anak buahnya, termasuk AL. “Sejak kapan ada di sini?” tanya Arsenio ketus.“Tentu saja sejak mendengar jika calon anakku akan hadir ke dunia, aku segera datang kesini apapun rintangannya, tidak seperti dirimu yang baru saja datang.” Jawab Jack dengan sombongnya membuat Eve kini menatapnya penuh benci.“Jangan asal bicara!!! Justru aku orang yang sedari tadi menemani istriku sampai melahirkan bahkan aku yang menandatangi berkasnya. Jika tidak aku, siapa? Kamu? Kalau mau seperti pahlawan kesiangan itu rapi sedikit!!” protes Arsenio membuat Jack bungkam.“Terserah kamu mau percaya suamimu atau dia! Yang jelas aku sudah sejak tadi ada di sini bah
Dua minggu telah berlalu begitu cepat, Eve masih berada di rumah sakit beserta bayinya yang juga mendapatkan perawatan intensif serta incubator. Sedangkan mantan anak buahnya tengah menjalani serangkaian pengobatan agar kondisinya bisa seperti sedia kala.Siang hari, Arsenio sudah menemui suster yang membantunya untuk melakukan tes DNA. “Gimana, Sus? Hasilnya sudah keluar?”“Sudah, Pak. Sebentar saya ambilkan,” jawab suster cantik berjalan mengambilkan amplop berisi hasil tes yang menentukan segalanya.Sebelum mendatangi suster, terlebih dahulu ia menghubungi ayahnya-Abraham Phoenix sembari menjelaskan semuanya yang sudah ia lakukan termasuk tes yang diam-diam dilakukannya. Abraham awalnya marah namun semuanya sudah terlanjur terjadi, jadinya mau gak mau hanya bisa menerima permainan anaknya. “Kamu terlalu gegabah!! Andai istrimu tahu pasti akan kecewa!”“Apapun yang nanti aku dapatkan, sudah aku ter
Dengan tangan bergetar, Arsenio membuka amplop tersebut ditambah keringat dingin bercucuran, semakin menguatkan jika saat ini tengah tegang.Amplop sudah terbuka segelnya, kini lembaran putih terlihat tulisan demi tulisan hasil tes hingga pada akhirnya dibagian akhir, tertulislah dengan jelas hasil dari tes yang dilakukan beberapa waktu lalu.“Gak!! Ini gak mungkin!” pekik Arsenio terkejut membuat Jack serta Eve penasaran.“Apanya yang tidak mungkin?” tanya Eve dilanda penasaran yang sangat besar.“Sudah aku katakan jika ayah dari bayi itu adalah aku. Sia-sia saja kan melakukan tes? Yang ada kamu hanya semakin sakit hati.” Jawab Jack dengan penuh angkuhnya.“Benarkah begitu? Ta-tapi ini anak kamu, Arsenio.” Tanya Eve tidak percaya.“Tidak mungkin jika bayi yang kamu lahirkan adalah anaknya!!” pekik Arsenio dengan wajah siap menerkam.“Ja-jadi dia a-anak ka-kamu?”
“SAYA TIDAK MAU BERADA DI PENJARA!! KALIAN JANGAN SEMENA-MENA!” bentak Jack terus memberontak ketika dipaksa masuk ke dalam mobil Max.“DIAM!!! PECUNDANG SEPERTIMU MEMANG PANTAS BERADA DI SANA! INILAH BALASAN KARENA SUDAH BERANI BERMAIN API DENGAN SEORANG ARSENIO PHOENIX!” bentak AL lalu menjalankan mobilnya menuju kantor polisi terdekat.“AKAN AKU PASTIKAN KAMU MENDAPATKAN BALASAN SETIMPAL DARI ANAK BUAHKU!” ancam Jack.“silahkan saja! Dengan senang hati saya menunggunya!” tantang Max tidak gentar sama sekali.Jack hanya bisa terus mengucapkan sumpah serapahnya sebagai ungkapan rasa emosinya karena semua yang telah diimpikannya hancur begitu saja.Tiba di kantor polisi, Max segera membawa Jack masuk dengan posisi tangan terbogol.“Selamat siang, Pak.” Sapa Max membuat petugas kepolisian bingung dengan tindakannya.“Selamat siang, ada yang bi
Arsenio tidak berbual, kini semua bukti sudah terlampirkan dengan sangat rapi bahkan rekaman suara diantara mereka berdua juga tersedia di sebuah flashdisk.Petugas kepolisian yang mendengar dan menelaah semua bukti dengan cermat kini bisa segera mengambil kesimpulan. “Baiklah, karena bukti sangat kuat. Jadinya masalah ini segera kami naikkan.”“Seharusnya sejak tadi begitu,” jawab Arsenio merasa puas.“SIAL-AN!! KAMU GUNAKAN KEKUASAANMU UNTUK MENGHANCURKAN AKU!” umpat Jack.“Tidak akan ada yang hancur jika kamu diam!” ucap Arsenio.“BAGAIMANA AKU BISA DIAM SAJA JIKA MELIHAT WANITA YANG AKU CINTAI DENGAN MUDAHNYA DIJADIKAN BAHAN BALAS DENDAM!” umpat Jack.“Masalah dulu ya dulu, nyatanya sekarang saya mencintai eh bukan…. Diantara aku dengan istriku saling mencintai.” Ucap Arsenio membuat hati mantan anak buahnya panas.Jack berjalan mendekati mantan bosnya
110 masalah apalagi?Ketika berada di dalam mobil, ia mendapat sebuah panggilan dari istri tercintanya. “Halo, sayang, ada apa? Sebentar lagi aku akan ke sana.” Tanya Arsenio dengan lembut.Tidak ada jawaban apapun dari istrinya selain suara isak tangis yang membuatnya merasa khawatir, “Ada apa? Cepat katakan.” Desak Arsenio.“Segera datang ke sini,” ucap istrinya dengan disertai isak tangis.“Iya…. Ini aku sedang perjalanan ke sana, ada apa memangnya?” tanya Arsenio cemas.“Anak kita…. Huhu….” Jawab Eve terus menangis tersedu-sedu.“Ada apa dengannya? Cepat katakan biar aku bisa fokus mengemudi dengan cepat!” desak Arsenio.“Anak kita tidak ada di ruangannya.” Jawab Eve lalu tangisannya pecah.“Suruh anak buahku untuk mencarinya, sebentar lagi aku tiba.” Ucap Arsenio tidak bisa menahan rasa khawati