“SAYA TIDAK MAU BERADA DI PENJARA!! KALIAN JANGAN SEMENA-MENA!” bentak Jack terus memberontak ketika dipaksa masuk ke dalam mobil Max.
“DIAM!!! PECUNDANG SEPERTIMU MEMANG PANTAS BERADA DI SANA! INILAH BALASAN KARENA SUDAH BERANI BERMAIN API DENGAN SEORANG ARSENIO PHOENIX!” bentak AL lalu menjalankan mobilnya menuju kantor polisi terdekat.
“AKAN AKU PASTIKAN KAMU MENDAPATKAN BALASAN SETIMPAL DARI ANAK BUAHKU!” ancam Jack.
“silahkan saja! Dengan senang hati saya menunggunya!” tantang Max tidak gentar sama sekali.
Jack hanya bisa terus mengucapkan sumpah serapahnya sebagai ungkapan rasa emosinya karena semua yang telah diimpikannya hancur begitu saja.
Tiba di kantor polisi, Max segera membawa Jack masuk dengan posisi tangan terbogol.
“Selamat siang, Pak.” Sapa Max membuat petugas kepolisian bingung dengan tindakannya.
“Selamat siang, ada yang bi
Arsenio tidak berbual, kini semua bukti sudah terlampirkan dengan sangat rapi bahkan rekaman suara diantara mereka berdua juga tersedia di sebuah flashdisk.Petugas kepolisian yang mendengar dan menelaah semua bukti dengan cermat kini bisa segera mengambil kesimpulan. “Baiklah, karena bukti sangat kuat. Jadinya masalah ini segera kami naikkan.”“Seharusnya sejak tadi begitu,” jawab Arsenio merasa puas.“SIAL-AN!! KAMU GUNAKAN KEKUASAANMU UNTUK MENGHANCURKAN AKU!” umpat Jack.“Tidak akan ada yang hancur jika kamu diam!” ucap Arsenio.“BAGAIMANA AKU BISA DIAM SAJA JIKA MELIHAT WANITA YANG AKU CINTAI DENGAN MUDAHNYA DIJADIKAN BAHAN BALAS DENDAM!” umpat Jack.“Masalah dulu ya dulu, nyatanya sekarang saya mencintai eh bukan…. Diantara aku dengan istriku saling mencintai.” Ucap Arsenio membuat hati mantan anak buahnya panas.Jack berjalan mendekati mantan bosnya
110 masalah apalagi?Ketika berada di dalam mobil, ia mendapat sebuah panggilan dari istri tercintanya. “Halo, sayang, ada apa? Sebentar lagi aku akan ke sana.” Tanya Arsenio dengan lembut.Tidak ada jawaban apapun dari istrinya selain suara isak tangis yang membuatnya merasa khawatir, “Ada apa? Cepat katakan.” Desak Arsenio.“Segera datang ke sini,” ucap istrinya dengan disertai isak tangis.“Iya…. Ini aku sedang perjalanan ke sana, ada apa memangnya?” tanya Arsenio cemas.“Anak kita…. Huhu….” Jawab Eve terus menangis tersedu-sedu.“Ada apa dengannya? Cepat katakan biar aku bisa fokus mengemudi dengan cepat!” desak Arsenio.“Anak kita tidak ada di ruangannya.” Jawab Eve lalu tangisannya pecah.“Suruh anak buahku untuk mencarinya, sebentar lagi aku tiba.” Ucap Arsenio tidak bisa menahan rasa khawati
Arsenio kini bergegas menuju ruang bayi untuk menanyakan lebih detail permasalahan yang dihadapi. “Sus…. Tidak perlu saya bertanya seharusnya anda tahu apa yang ingin saya tanyakan!”“Kami meminta maaf karena telah lalai, namun dalam 24 jam kami memastikan tidak meninggalkan ruangan ini karena sudah terbagi shift, Tuan. Kami sedang berusaha semaksimal mungkin untuk mencarinya.” Jawab suster dengan wajah ketakutan.“Mustahil jika dalam pengawasan bisa lalai! Siapa diantara kalian yang bersekongkol!” tuduh Arsenio menatap para suster dengan tajam.‘Ti-tidak ada, Tuan.” Jawab mereka lirih dan semakin ketakutan.“Maling mana mau ngaku!!! Bawa saya ke ruangan cctv segera! Akan saya pastikan siapa yang bersalah dalam hal ini! Jangan harap bisa lolos!” gertak Arsenio tidak main-main.Semua suster yang berada di ruangan saling menatap satu sama lain, mereka ketakutan dengan ancaman Arsenio
Keduanya sulit untuk dikenali lantaran menggunakan masker serta kacamata bahkan suster tadi seperti layaknya pegawai rumah sakit.“Zoom suster gadungan itu!” perintah Arsenio.Setelah diperbesar, tidak juga nampak jelas siapa orang itu, namun bukan Arsenio namanya jika mudah menyerah. Dengan menggunakan ponsel mahalnya, ia memotret suster gadungan serta pria yang berjaga di depan.“Lanjutkan cctvnya, kemana mereka pergi.” Ucap Arsenio mengamati dengan detail setiap detik dan gerak-gerik.Bukan melalui pintu keluar, rupanya mereka membawa kabur anaknya lewat pintu belakang rumah sakit dimana pintu tersebut khusus untuk petugas yang bekerja. “Si-al!!! dia seolah meyakinkan sekali jika petugas rumah sakit! Bagaimana bisa mereka tahu pintu itu?” umpat petugas cctv.“Setelah melihat cctv dan bagaimana mereka keluar, kini aku menduga seseorang.” Ucap suster Kumala membuat keduanya melihat ke arahnya bersama
Setelah menerima lokasinya, Arsenio memerintahkan semua anak buah untuk segera ke sana. Rupanya salah satu dari mereka sudah ada yang menuju lokasi lantaran terlacak. Arsenio merasa senang karena semua anak buahnya bekerja dengan sangat cepat.“Jangan harap bisa lolos dengan mudah! Jika ada masalah denganku jangan lampiaskan kepada anakku!!! Hukum saja bisa tunduk kepadaku apalagi hanya manusia berhati busuk seperti kalian!” umpat Arsenio melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju lokasi.Baru juga setengah perjalanan, anak buahnya sudah menghubunginya. “Halo, ada apa?”“Target sudah tertangkap, Bos.” Jawab Max.“Dibawa kemana?” tanya Arsenio tidak sabar untuk menemui.“Kantor polisi Selamat, Bos.” Jawab Max lalu panggilan terputus.Kecepatan mobilnya semakin bertambah setelah mengetahui dengan pasti lokasi penculik anaknya. Rasanya sudah tidak sabar untuk berte
“Lagi-lagi Jack memerintahkan suster yang bekerja di sini dan orang asing untuk menculik anak kita.” Ucap Arsenio membuat Eve meradang.“Apalagi yang diinginkannya? Mengapa tidak lelah terus menganggu kita padahal posisinya ada di penjara.” Tanya Eve geram.“Entahlah, fokusku membawa anak kita dengan selamat. Perihal mantan anak buahku akan ku urus besok.” Jawab Arsenio juga geram.“Ayo besok kita ke sana bersama! Aku juga sudah muak dengan semua sikapnya!!!” pekik Eve.“Tidak perlu! Buat apa kesana? Jaga anak kita saja.” Tolak Arsenio.“Aku juga ingin memberikan teguran keras kepadanya,” pinta Eve.“Biar menjadi urusanku.” Ucap Arsenio lalu menghampiri anaknya yang berada di box bayi.“Kamu kenapa sih? Aku juga ada hak menegurnya!” protes Eve.“Kamu tau sendiri bagaimana liciknya anak buah Jack, aku hanya tidak mau ketika nant
“Tapi, Pah….” Ucap Arsenio tertahan sehingga membuat ayahnya penasaran.“Kenapa?” tanya Abraham penasaran.“Mau balas dendam bagaimana? Jack sudah aku penjarakan.” Tanya Arsenio.“Loh? Sejak kapan mendekam di sana?” tanya balik Abraham terkejut.“Beberapa waktu lalu,” jawab Arsenio sembari menatap bayi mungilnya.“Dimana tahanannya?” tanya Abraham memastikan.“Sekarang sudah ditempatkan di lapas Kayu Manis.” Jawab Arsenio yang dijawab senyuman smirk.“Itu perkara mudah, serahkan semuanya kepada Papahmu ini. Rindu sekali rasanya tidak memberi pelajaran seseorang.” Ucap Abraham membuat anaknya bergidik ngeri.Meskipun dia juga mewarisi jiwa-jiwa mafia dan kejam, namun untuk ayahnya justru lebih mengerikan dibanding dirinya. Terkadang ia masih memikirkan kebaikan orang tersebut, berbeda dengan ayahnya, jika sekali mengkhianati ma
Hingga akhinya kini mereka tiba di sebuah ruangan kedap suara yang berukuran cukup luas dengan pintu berlapis-lapis, sekilas memang mirip ruang isolasi namun perbedaannya di sini hanya ada satu buah meja serta dua kursi dan pendingin ruangan. Kaca yang mengelilingi ruangan tidak akan mampu menembus percakapan yang nantinya terjadi.“Di tempat ini nantinya akan menentukan bagaimana hidupmu, cecunguk!” batin Abraham.“Panggil orangnya segera!” perintah Abraham.Tidak membutuhkan waktu lama kini orang yang sudah ditunggu berada tepat di hadapannya. “Cecunguk tidak tahu diri!” umpat Abraham sangat geram.“Tu-tuan be-sar,” ucap Jack gugup.“Tidak sudi nama agung saya disebut dengan mulut penuh dustamu itu!” protesnya menatap tajam.“Kalian semua, keluar!” perintah Abraham mengibaskan tangannya lalu anak buah serta petugas kepolisian bergegas pergi, melihat raut amarahnya saja