Dua minggu telah berlalu begitu cepat, Eve masih berada di rumah sakit beserta bayinya yang juga mendapatkan perawatan intensif serta incubator. Sedangkan mantan anak buahnya tengah menjalani serangkaian pengobatan agar kondisinya bisa seperti sedia kala.
Siang hari, Arsenio sudah menemui suster yang membantunya untuk melakukan tes DNA. “Gimana, Sus? Hasilnya sudah keluar?”
“Sudah, Pak. Sebentar saya ambilkan,” jawab suster cantik berjalan mengambilkan amplop berisi hasil tes yang menentukan segalanya.
Sebelum mendatangi suster, terlebih dahulu ia menghubungi ayahnya-Abraham Phoenix sembari menjelaskan semuanya yang sudah ia lakukan termasuk tes yang diam-diam dilakukannya. Abraham awalnya marah namun semuanya sudah terlanjur terjadi, jadinya mau gak mau hanya bisa menerima permainan anaknya. “Kamu terlalu gegabah!! Andai istrimu tahu pasti akan kecewa!”
“Apapun yang nanti aku dapatkan, sudah aku ter
Dengan tangan bergetar, Arsenio membuka amplop tersebut ditambah keringat dingin bercucuran, semakin menguatkan jika saat ini tengah tegang.Amplop sudah terbuka segelnya, kini lembaran putih terlihat tulisan demi tulisan hasil tes hingga pada akhirnya dibagian akhir, tertulislah dengan jelas hasil dari tes yang dilakukan beberapa waktu lalu.“Gak!! Ini gak mungkin!” pekik Arsenio terkejut membuat Jack serta Eve penasaran.“Apanya yang tidak mungkin?” tanya Eve dilanda penasaran yang sangat besar.“Sudah aku katakan jika ayah dari bayi itu adalah aku. Sia-sia saja kan melakukan tes? Yang ada kamu hanya semakin sakit hati.” Jawab Jack dengan penuh angkuhnya.“Benarkah begitu? Ta-tapi ini anak kamu, Arsenio.” Tanya Eve tidak percaya.“Tidak mungkin jika bayi yang kamu lahirkan adalah anaknya!!” pekik Arsenio dengan wajah siap menerkam.“Ja-jadi dia a-anak ka-kamu?”
“SAYA TIDAK MAU BERADA DI PENJARA!! KALIAN JANGAN SEMENA-MENA!” bentak Jack terus memberontak ketika dipaksa masuk ke dalam mobil Max.“DIAM!!! PECUNDANG SEPERTIMU MEMANG PANTAS BERADA DI SANA! INILAH BALASAN KARENA SUDAH BERANI BERMAIN API DENGAN SEORANG ARSENIO PHOENIX!” bentak AL lalu menjalankan mobilnya menuju kantor polisi terdekat.“AKAN AKU PASTIKAN KAMU MENDAPATKAN BALASAN SETIMPAL DARI ANAK BUAHKU!” ancam Jack.“silahkan saja! Dengan senang hati saya menunggunya!” tantang Max tidak gentar sama sekali.Jack hanya bisa terus mengucapkan sumpah serapahnya sebagai ungkapan rasa emosinya karena semua yang telah diimpikannya hancur begitu saja.Tiba di kantor polisi, Max segera membawa Jack masuk dengan posisi tangan terbogol.“Selamat siang, Pak.” Sapa Max membuat petugas kepolisian bingung dengan tindakannya.“Selamat siang, ada yang bi
Arsenio tidak berbual, kini semua bukti sudah terlampirkan dengan sangat rapi bahkan rekaman suara diantara mereka berdua juga tersedia di sebuah flashdisk.Petugas kepolisian yang mendengar dan menelaah semua bukti dengan cermat kini bisa segera mengambil kesimpulan. “Baiklah, karena bukti sangat kuat. Jadinya masalah ini segera kami naikkan.”“Seharusnya sejak tadi begitu,” jawab Arsenio merasa puas.“SIAL-AN!! KAMU GUNAKAN KEKUASAANMU UNTUK MENGHANCURKAN AKU!” umpat Jack.“Tidak akan ada yang hancur jika kamu diam!” ucap Arsenio.“BAGAIMANA AKU BISA DIAM SAJA JIKA MELIHAT WANITA YANG AKU CINTAI DENGAN MUDAHNYA DIJADIKAN BAHAN BALAS DENDAM!” umpat Jack.“Masalah dulu ya dulu, nyatanya sekarang saya mencintai eh bukan…. Diantara aku dengan istriku saling mencintai.” Ucap Arsenio membuat hati mantan anak buahnya panas.Jack berjalan mendekati mantan bosnya
110 masalah apalagi?Ketika berada di dalam mobil, ia mendapat sebuah panggilan dari istri tercintanya. “Halo, sayang, ada apa? Sebentar lagi aku akan ke sana.” Tanya Arsenio dengan lembut.Tidak ada jawaban apapun dari istrinya selain suara isak tangis yang membuatnya merasa khawatir, “Ada apa? Cepat katakan.” Desak Arsenio.“Segera datang ke sini,” ucap istrinya dengan disertai isak tangis.“Iya…. Ini aku sedang perjalanan ke sana, ada apa memangnya?” tanya Arsenio cemas.“Anak kita…. Huhu….” Jawab Eve terus menangis tersedu-sedu.“Ada apa dengannya? Cepat katakan biar aku bisa fokus mengemudi dengan cepat!” desak Arsenio.“Anak kita tidak ada di ruangannya.” Jawab Eve lalu tangisannya pecah.“Suruh anak buahku untuk mencarinya, sebentar lagi aku tiba.” Ucap Arsenio tidak bisa menahan rasa khawati
Arsenio kini bergegas menuju ruang bayi untuk menanyakan lebih detail permasalahan yang dihadapi. “Sus…. Tidak perlu saya bertanya seharusnya anda tahu apa yang ingin saya tanyakan!”“Kami meminta maaf karena telah lalai, namun dalam 24 jam kami memastikan tidak meninggalkan ruangan ini karena sudah terbagi shift, Tuan. Kami sedang berusaha semaksimal mungkin untuk mencarinya.” Jawab suster dengan wajah ketakutan.“Mustahil jika dalam pengawasan bisa lalai! Siapa diantara kalian yang bersekongkol!” tuduh Arsenio menatap para suster dengan tajam.‘Ti-tidak ada, Tuan.” Jawab mereka lirih dan semakin ketakutan.“Maling mana mau ngaku!!! Bawa saya ke ruangan cctv segera! Akan saya pastikan siapa yang bersalah dalam hal ini! Jangan harap bisa lolos!” gertak Arsenio tidak main-main.Semua suster yang berada di ruangan saling menatap satu sama lain, mereka ketakutan dengan ancaman Arsenio
Keduanya sulit untuk dikenali lantaran menggunakan masker serta kacamata bahkan suster tadi seperti layaknya pegawai rumah sakit.“Zoom suster gadungan itu!” perintah Arsenio.Setelah diperbesar, tidak juga nampak jelas siapa orang itu, namun bukan Arsenio namanya jika mudah menyerah. Dengan menggunakan ponsel mahalnya, ia memotret suster gadungan serta pria yang berjaga di depan.“Lanjutkan cctvnya, kemana mereka pergi.” Ucap Arsenio mengamati dengan detail setiap detik dan gerak-gerik.Bukan melalui pintu keluar, rupanya mereka membawa kabur anaknya lewat pintu belakang rumah sakit dimana pintu tersebut khusus untuk petugas yang bekerja. “Si-al!!! dia seolah meyakinkan sekali jika petugas rumah sakit! Bagaimana bisa mereka tahu pintu itu?” umpat petugas cctv.“Setelah melihat cctv dan bagaimana mereka keluar, kini aku menduga seseorang.” Ucap suster Kumala membuat keduanya melihat ke arahnya bersama
Setelah menerima lokasinya, Arsenio memerintahkan semua anak buah untuk segera ke sana. Rupanya salah satu dari mereka sudah ada yang menuju lokasi lantaran terlacak. Arsenio merasa senang karena semua anak buahnya bekerja dengan sangat cepat.“Jangan harap bisa lolos dengan mudah! Jika ada masalah denganku jangan lampiaskan kepada anakku!!! Hukum saja bisa tunduk kepadaku apalagi hanya manusia berhati busuk seperti kalian!” umpat Arsenio melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju lokasi.Baru juga setengah perjalanan, anak buahnya sudah menghubunginya. “Halo, ada apa?”“Target sudah tertangkap, Bos.” Jawab Max.“Dibawa kemana?” tanya Arsenio tidak sabar untuk menemui.“Kantor polisi Selamat, Bos.” Jawab Max lalu panggilan terputus.Kecepatan mobilnya semakin bertambah setelah mengetahui dengan pasti lokasi penculik anaknya. Rasanya sudah tidak sabar untuk berte
“Lagi-lagi Jack memerintahkan suster yang bekerja di sini dan orang asing untuk menculik anak kita.” Ucap Arsenio membuat Eve meradang.“Apalagi yang diinginkannya? Mengapa tidak lelah terus menganggu kita padahal posisinya ada di penjara.” Tanya Eve geram.“Entahlah, fokusku membawa anak kita dengan selamat. Perihal mantan anak buahku akan ku urus besok.” Jawab Arsenio juga geram.“Ayo besok kita ke sana bersama! Aku juga sudah muak dengan semua sikapnya!!!” pekik Eve.“Tidak perlu! Buat apa kesana? Jaga anak kita saja.” Tolak Arsenio.“Aku juga ingin memberikan teguran keras kepadanya,” pinta Eve.“Biar menjadi urusanku.” Ucap Arsenio lalu menghampiri anaknya yang berada di box bayi.“Kamu kenapa sih? Aku juga ada hak menegurnya!” protes Eve.“Kamu tau sendiri bagaimana liciknya anak buah Jack, aku hanya tidak mau ketika nant
“Kami sadar diri makanya tidak mau memakai uang yang bukan menjadi hak ku! Sebelum kami pergi, ijinkanlah untuk bertemu dengan Justin. Dimana dia?” ucap Joanna sembari menahan pedih di dadanya.“Buat apa mencari anakku? Ingin kembali padanya supaya uang lima miliar ini kembali padamu?” sindir Eve.“Bukan! Saya ingin mengucapkan salam perpisahan karena mau bagaimana pun juga pertemuan awal kami secara baik-baik, setidaknya berpisah juga baik-baik.” Jawab Joanna sangat dewasa.“Justin tidak ada di rumah ini, setelah kejadian itu. Kami sepakat membawanya ke RSJ agar mendapat penanganan yang baik.” Ucap Arsenio membuat terkejut semua.“Kenapa harus mengatakan itu pada mereka! Bikin malu saja! Turun harga diri kita” bisik Eve di telinga suaminya namun masih bisa terdengar oleh Maya juga Joanna.“Apa alasan kalian dengan tega membawa dia ke sana?” tanya Joanna penasaran.&ldqu
“Terus rencana kalian apa? Aku bisa bantu bagaimana, mbak?” tanya Meta ingin tau.“Semnetara ijinkan kami tinggal di sini karena tidak mungkin terus tinggal di sana, aku gak mau anak buah Justin berbuat hal yang lebih nekat lagi. Waktu kita berhasil kabur saja Justin sangat marah dan mengamuk.” Jawab Maya.“Baiklah kalau begitu, kalian boleh tinggal di sini selama mungkin. Nanti akan aku carikan rumah yang sekiranya aman. Memang ya keluarga Arsenio sejak dulu selalu menganggu dan meresahkan saja bisanya!!!! Sudah cukup bagi kalian untuk mengalah, waktunya melawan namun tidak dengan berhadapan langsung.” Ucap Meta ikut geram.“Kamu benar, jika semisal masih tinggal di sektar sini kurang aman. Aku nantinya akan membawa Joanna tinggal di luar negeri saja,” jawab Maya sudah mempertimbangkan sangat jauh dan dengan baik.“Bu, tinggal di luar negeri butuh biaya yang besar. Apa kita mampu? Joanna juga baru saj
Setelah tiba di rumah, kini mereka bergegas menuju kamar masing-masing untuk mengemasi barang yang sekiranya perlu juga penting. Maya tidak membawa banyak barang, karena yang penting baginya adalah pakaian, alat merajut, surat berharga dan juga uang yang tersimpan di brankas.Sedangkan Joanna tidak bisa untuk memilah barang untuk nantinya di tinggal, baginya semua sangat penting. “Jika semuanya di bawa, bagaimana nanti mengangkutnya?”“Joanna, apakah sudah selesai?” tanya Maya sembari mengetuk pintu.“Belum, Bu…. Masuklah,” jawabnya dari dalam kamar.Maya yang melihat banyaknya barang yang akan dibawa merasa heran, “Semua ini akan kamu bawa? Kita nantinya naik taksi.”“Habisnya bingung mau memilah yang mana, semua penting.” Jawab Joanna garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.“Pemberian dari Justin jangan ada satu pun yang dibawa!” tegur Maya.“I-iya,
“Aku sebenarnya terpaksa, Justin. Aku di sini ketakutan, jika terus menerus melawan, yang ada nanti kamu serta anak buahmu akan berbuat nekat kepadaku.” Jawab Joanna berlinang air mata.“Jadi, sudah tidak ada rasa sayangmu kepadaku, Joanna? Janji yang sudah pernah kita rangkai dengan indah kini menguap begitu saja dalam hidupmu?” tanya Justin dengan wajah sendu.“Perasaan itu aku yakin akan terkikis dengan sendirinya jika kita berdua sama-sama bertekad untuk menerima takdir yang ada. Perihal janji serta impian yang pernah dirangkai bersama, anggap saja sebuah angin lalu yang tidak pernah terjadi.” Jawab Joanna terpaksa mengatakan ini agar Justin sadar.“CUKUP! AKU BENCI MENDENGARNYA! KALIAN SEMUA JAHAT! JIKA MAUMU BEGITU, MARI KITA MA-TI BERSAMA AGAR TIDAK ADA PRIA LAIN YANG MEMILIKIMU!” pekik Justin berhasil menarik Joanna berada dalam pelukannya lalu ia merogoh saku celananya yang ternyata ada pisau
“TIDAK ADA KATA BAIK-BAIK SAJA JIKA SUDAH MASUK TINDAKAN KRIMINAL! JIKA POSISINYA YANG MENJADI KORBAN ADALAH ANAKMU, APA BAKAL TETAP INGIN BAIK-BAIK SAJA, HA? AKU ORANG TUA DARI JOANNA! RASA KHAWATIR JUGA KETAKUTANKU SANGAT BESAR! JIKA MEMANG KAMU MEMILIKI JIWA NALURI SEORANG IBU SEHARUSNYA MENGERTI!” Bnetak Maya lalu berlari ke kamar yang ada di sana untuk mencari keberadaan Joanna.“Tante! Jangan asal masuk ruangan orang!” tegur Justin geram. Ingin mencegah, namun sayangnya kini Joanna melihat ibunya ada di sini.“I-ibu….” Panggil Joanna yang sedang di rias dan sudah menggunakan gaun pernikahan. Air matanya langsung berlinang dengan deras ketika mengetahui ada ibunya di sini.“Joanna…. Kenapa akhirnya kamu menerima ajakan dia untuk menikah?” tanya Maya kecewa, air matanya tak kalah mengalir dengan deras.“Joanna terpaksa, Bu! Justin terus memaksaku bahkan sampai tega menculikku di sini
Kini Joanna sudah berada di kamarnya. Tidak berselang lama Justin pun juga sudah kembali.Salah satu anak buahnya segera memberikan laporan kepadanya. “Tadi nona hampir kabur melalui kamar mandi, bos.”“APA???” pekik Justin seketika emosi.“JOANNAAAAA………” Teriak Justin yang sangat menggema seluruh ruangan terlebih saat ini kamarnya tengah terbuka.“Mampus…. Ketahuan deh!” batinnya gugup.Terdengar suara langkah semakin berjalan mendekat ke kamar, perasaannya pun semakin berdegup kencang karena harus mempersiapkan diri dengan amukan Justin.“Joanna… apa benar kamu mau coba-coba kabur?” tanya Justin mengintimidasi.“Apaan sih, gak ada aku punya niatan seperti itu!” bantah Joanna memasang wajah kesal.“Tadi salah satu anak buahku mengatakan kalau kamu mau mencoba kabur.” Jawab Justin dengan menatap t
Sedangkan di markas, Justin tengah menanti kabar anak buahnya sembari memastikan Joanna makan dengan baik agar tidak sakit. “Ayo makan dulu, sayang…. Ini tidak ada racunnya.”“Aku tidak sudi makan! Lebih baik ma-ti ketimbang menikah dengan saudara sendiri!” tolak Joanna mentah-mentah.“Rupanya kamu suka sekali dipaksa ya, jadi gemas!” sindir Justin lalu memaksa mulut Joanna agar terbuka.Tok… tok…. Tok…. Suara ketukan pintu menghentikan aksi Justin. “MASUK!” teriaknya emosi.“Bos, kami sudah menemukan penghulu yang bersedia menikahkan kalian berdua besok pagi pukul tujuh.” Jawab Alex membuat senyum di bibir Justin mengembang dengan sempurna. Emosi yang tadi mendidih kini sirna seketika.“Kerja bagus, segera persiapkan semuanya. Dekor ruangan depan dengan sangat cantik.” Perintah Justin membuat Joanna tidak habis pikir.Setelah an
Dengan beberapa kali mengatur nafas supaya lebih tenang namun rupanya tidak bisa, jawaban mantan kekasihnya terus terngiang hingga membuat hatinya sakit. Akhirnya, ia tidak mau berbicara dengan cara baik-baik.“Bela terus anak kesayanganmu itu yang kamu besarkan dengan penuh kemewahan juga kasih sayang dan manja! Yang harus kamu tau, Joanna juga anak kamu!!! Aku mendapatkan informasi terebut dari pihak kepolisian! Tadi siang anakku diculik oleh geng motor, setelah ditelusuri ketuanya adalah Justin! Berulang kali aku sudah menghubunginya namun tidak aktif, makanya terpaksa aku menghubungimu!!!! Percaya tidak percaya, tolong selamatkan Joanna!! Sebelum kejadian penculikan ini, dia sempat bertemu dengan anakmu di kafe, di sana mereka berdebar hebat lantaran Joanna menolak keras permintaan anakmu yang menginginkan untuk mengajak kawin lari! Dalam pikirannya, mereka bukan saudara serahim jadi sah untuk menikah!” pekik Maya tidak bisa menahan emosin
“Carikan penghulu sekitar sini, besok saya akan menikah dengan Joanna.” Perintah Justin kepada anak buahnya.“Apa tidak terlalu cepat, bos?” tanya anak buahnya bernama Alex.“Siapa kamu beraninya mengatur saya!” jawab Justin emosi.“Bu-bukan begitu, Bos… menikah juga perlu saksi.” Jawab Alex memberitahu.“Kalian semua besok menjadi saksi pernikahanku dengan Joanna, tidak masalah jika menikah siri terlebih dahulu, yang terpenting dia menjadi milikku seutuhnya.” Jawab Justin keras kepala.Anak buahnya tidak berani membantah lagi, akhirnya saat itu juga mereka mencari informasi apakah ada penghulu yang bersedia menikahkan Justin dan Joanna besok.“Keinginan orang kaya memang meresahakan, menculik wanita demi ingin menikahinya. Mengapa tidak meminta secara langsung kepada orang tuanya?” tanya Alex tidak habis pikir.“Mungkin pihak keluarga perempuan