Beberapa menit kemudian masakan sudah tersaji di meja dengan aroma yang sangat menggoda. Perut Eve sudah tidak bisa di ajak kompromi, meskipun masih panas, ia terus melahapnya.
“Stop! Tidak baik makan dalam kondisi panas seperti ini apalagi tengah hamil. Sini aku tiupkan dulu,” tegur Jack langsung meniup makanan lalu menyuapkan pada Eve.
“Tidak perlu seperti ini, aku bisa sendiri.” Ucapnya sembari menahan air mata yang hendak menetes, seharusnya suaminya lah yang melakukan hal ini bukan malah orang lain.
“Maaf jika kamu tidak nyaman, makanlah dengan banyak namun tetap pelan-pelan, ini supnya masih banyak. Jangan khawatir,” ucap Jack lalu mereka makan dalam diam.
Di tengah momen makan bersama yang ditemani suara hujan, Eve menitikkan air matanya sehingga membuat Jack merasa kebingungan.
“Apa yang membuatmu menangis, wanita cantik?” tanya Jack dengan lembut sembari menyeka air mata.
“Tidak
“Jika di sini aku tidak bisa menjamin keamananmu, ikutlah denganku agar suamimu semakin kesusahan mencarimu. Apa kamu tidak ingin memberikan pelajaran untuknya? Kamu juga jangan egois, ada calon anakmu yang butuh hidup layak. Jika kamu terus menerus di sini, yang ada tabunganmu semakin menipis.” Desak Jack yang ada benarnya juga.Rasa sakit hati akibat ucapan suaminya hingga kini belum juga menghilang, bahkan jika ia mengingatnya pun yang ada rasa sakit itu semakin bertambah.Apakah dengan memberikan pelajaran terhadap suaminya adalah cara yang benar?“Kamu menunggu apalagi? Lihatlah, sampai sekarang suamimu apa datang menjemputmu? Seharusnya dia bisa tahu jika kamu di sini.” Tanya Jack geram.“Apakah ini tidak terlalu kejam?” tanya Eve memastikan.“Aku rasa tidak karena suamimu sudah sangat keterlaluan!! Jika aku ada di posisimu, sudah pasti langsung meminta cerai dan memilih membesarkan anak seorang diri
Arsenio berjalan menuju satpam dan bertanya, “Apakah istriku sama sekali tidak ada di sini, Pak?”Karena kasihan, akhirnya satpam pun mengatakan, “Waktu itu istri anda memang berada di sini cukup lama sampai akhirnya pergi lagi namun saya tidak berani bertanya kemana, saya pikir kembali ke rumah.”“Apakah perginya sendirian?” tanya Arsenio memastikan.Satpam sangat sungkan untuk mengatakan karena sama saja ikut campur masalah majikannya. Beberapa saat terdiam membuat Arsenio merasa ada yang sedang disembunyikan. “Tolong katakana sejujurnya, entah itu berita baik atau buruk.”“Istri anda datang kemari seorang diri dengan menggendarai taksi, namun ketika pergi dari sini membawa semua barang-barangnya dengan seorang pria.” Jawab satpam membuat emosi di dadanya memuncak.“Apakah anda tahu siapa orangnya? Sebelumnya pernah ke sini?” cecar Arsenio.“Ya…. dia sempa
Plak…. Plak…. Plak…. Plak…. “Dasar ba-jing-an!!! Habis manis sepah di buang! Kamu pikir dengan apa-apa diganti uang maka masalah selesai, begitu? Uangmu memang banyak namun sayang sekali miskin sikap!” umpat wanita itu sangat sakit hati. “Lagian siapa suruh mengantarkan aku pulang dalam kondisi mabuk parah, sama saja kamu masuk ke kandangan harimau secara sukarela!” ucap Arsenio membuat wanita itu semakin menangis sejadinya. “Aku bersumpah, tidak akan ada kebahagiaan dalam dirmu sampai akhirnya nanti bersujud di kakiku!” somasi wanita tersebut lalu merenggut kunci kamar yang ternyata ada di balik bantal Arsenio, setelah itu melangkah pergi tanpa ada niatan menoleh. “Berani sekali meyumpahi seperti itu! Sudah merasa hebat?” pekik Arsenio murka seraya mencekal tangan wanita itu. “Lepasa atau aku teriak!” gertak wanita itu menatap tajam. “Kamu lupa jika ini rumahku? Silahkan teriak sesukamu, akan aku pastikan tidak ada yang menolongmu!” tantang A
Merasa jika keberadaan istrinya sangat sulit terlacak, membuat Arsenio curiga jika ada seseorang yang membantu menyembunyikan Eve. Pikirannya langsung tertuju pada mantan anak buahnya yang kini sudah terang-terangan mengakui jika menyukai istrinya. Dengan mengendarai mobil sport mewah keluaran terbaru yang hanya di produksi terbatas, Arsenio membelah jalanan kota dengan begitu mudahnya lantaran terlihat senggang. Jarak yang dilalui pun tidak begitu jauh, jadinya tidak membutuhkan waktu lama kini dirinya sudah tiba di rumah mantan anak buahnya yang di kelilingi banyak pengawal. “Dimana bos kalian?” tanya Arsenio sembari menatap mereka satu per satu lantaran langsung mengerubinginya. “Tidak ada di sini,” jawab salah satu anak buahnya dengan tatapan datar. “Jangan berbohong!! Saya tahu kalian bekerja untuknya namun kali ini tujuan kedatanganku bukan untuk mengajaknya bertengkar! Katakan jika Arsenio Phoenix mencarinya.” Ucap Arsenio penuh penekan
Merasa jika keberadaan istrinya sangat sulit terlacak, membuat Arsenio curiga jika ada seseorang yang membantu menyembunyikan Eve. Pikirannya langsung tertuju pada mantan anak buahnya yang kini sudah terang-terangan mengakui jika menyukai istrinya.Dengan mengendarai mobil sport mewah keluaran terbaru yang hanya di produksi terbatas, Arsenio membelah jalanan kota dengan begitu mudahnya lantaran terlihat senggang.Jarak yang dilalui pun tidak begitu jauh, jadinya tidak membutuhkan waktu lama kini dirinya sudah tiba di rumah mantan anak buahnya yang di kelilingi banyak pengawal.“Dimana bos kalian?” tanya Arsenio sembari menatap mereka satu per satu lantaran langsung mengerubinginya.“Tidak ada di sini,” jawab salah satu anak buahnya dengan tatapan datar.“Jangan berbohong!! Saya tahu kalian bekerja untuknya namun kali ini tujuan kedatanganku bukan untuk mengajaknya bertengkar! Katakan jika Arsenio Phoenix mencarinya.&rd
“Halo, saya sudah mendengar gertakanmu melalui anak buahku. Apa yang sebenarnya menjadi tujuanmu?” tanya Jack melalui sambungan telepon.“Tentu saja istriku, Eve Giannita Wijaya. Kembalikan kepadaku dan carilah wanita lain.” Jawab Arsenio menahan amarahnya.“Mari bertemu untuk menyelesaikan semuanya,” ajak Jack.“Tidak masalah, bertemu di markas lama sekarang juga.” Tantang Arsenio.“Saya yang akan menemui langsung di kantor, tidak ada anak buah dalam penyelesaian ini.” Ucap Jack lalu memutus panggilan.“Damn! Sudah merasa di atas awan rupanya!” umpat Arsenio melempar ponsel mahalnya di meja kerja begitu saja.Jack melajukan mobil mewahnya menuju kantor mantan bosnya seorang diri, rasanya ini waktu yang pas membuat kedua pasangan itu berpisah.****“Saya ingin bertemu CEO anda, Arsenio Phoenix.” Ucap Jac
Perjalanan menuju rumah sakit yang menurutnya sangat lambat membuat perasaannya semakin gelisah. “Bisa lebih cepat gak sih?” tanya Eve kesal.“Maaf, Nyonya, ini sudah batas kecepatan normal.” Jawab supir dengan sopan.“Tapi ini keadaan urgent! Jadi percepat lagi!” perintah Eve tidak sabar.“Akan saya usahakan, Nyonya.” Jawab supir lalu menambah kecepatannya.Hingga akhirnya satu jam perjalanan kini mereka sudah tiba di rumah sakit tempat dimana Jack dirawat. Eve bergegas turun dan berlari menuju ruang ICU.“Bagaimana keadaan Jack?” tanya Eve dengan nafas terengah-engah karena berjalan terlalu cepat.“Istirahat dulu, Nyonya. Jangan sampai kecapekan,” tegur anak buahnya panik melihat kondisi Eve karena takut terjadi sesuatu pada bayinya.“Jawab pertanyaanku! Bagaimana kondisiku itu biar menjadi urusanku!” gertak Eve membuat anak buahnya hanya bisa menghe
Tidak mau mendengar hal menyakitkan lagi dari mulut istrinya, ia memilih menutup sambungan telepon dan melacak dimana rumah sakit tempat Jack di rawat“Tidak akan aku biarkan kalian lebih lama bersama!” gumam Arsenio mengepalkan kedua tangan dengan erat.Mobil sport mewah edisi terbatas sudah membelah jalanan dengan kecepatan tinggi setelah berhasil mengtahui dimana posisi istri serta mantan anak buahnya.Perjalanan yang tidak begitu jauh membuat Arsenio bisa tiba di lokasi dalam waktu lima belas menit saja.“Sus, dimana kamar atas nama pasien Jack?” tanya Arsenio kepada resepsionis.“Sebentar saya carikan dulu, Pak.” Jawab suster membuka dokumen pasien yang dirawat.Setelah beberapa saat, akhirnya ketemu daftar pasien yang dibutuhkan, “Pasien berada di ruang ICU, Pak.” Jawab suster lagi lalu Arsenio bergegas menuju ruangan yang dimaksud.Hatinya berdebar tidak beraturan ka