Share

Hanya Orang Biasa

Penulis: Agura Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-21 23:32:02

Claudia menegakkan tubuh setelah mendengar kata-kata Mia. Matanya mengerjap heran karena Mia terlihat kesal, padahal yang diselingkuhi adalah Claudia, dan lagi ini pertemuan pertama mereka. Rasanya agak aneh ada seseorang yang marah untuk Claudia saat mereka baru saja berkenalan.

"Benar, caramu terlalu lembut, Claudia. Tapi, itu juga lumayan." Grace ikut menimpali, sikapnya masih sangat tenang dan menikmati tehnya tanpa kesalahan.

Claudia tersenyum, berterima kasih pada mereka yang mau menunjukkan kepedulian padanya, padahal masalah seperti itu harusnya tidak dibawa ke tempat umum, apalagi tempat di mana Selena bekerja.

"Jadi, siapa kamu sebenarnya, Claudia?"

Pertanyaan yang Mia ajukan membuat Claudia tergagap. Kenapa tiba-tiba menanyakan sesuatu yang sudah jelas?

"Aku pengasuh tuan muda Raga," jawab Claudia cepat, untungnya tidak gagap dan ragu-ragu dalam menjawab. "Bukankah aku sudah mengenalkan diri tadi?"

Mia berdecih, berbeda dengan Grace yang tersenyum simpul.

"Aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tidak Pantas Dicintai

    Kenapa Claudia harus bertemu dengan Selena lagi? Jangan bilang wanita itu sengaja menunggu hingga Claudia meninggalkan taman? “Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu? Siapa pun yang mewakili yayasan ke sini atau sebagai ‘siapa’ aku di sini, itu bukan urusanmu sama sekali. Enyahlah, Selena, aku sedang tidak ingin melihat wajahmu.”Kata-kata dingin yang Claudia lontarkan membuat Selena geram. Bagaimana bisa wanita itu masih saja bersikap sombong dan penuh percaya diri setelah kehilangan Deon?“Yaah, tentu saja. Aku mengerti kenapa kamu tidak mau melihat wajahku. Pasti sulit menghadapi wanita yang dicintai oleh tunanganmu, kan? Ups, maksudku mantan tunangan!” Selena menutup mulutnya dengan satu tangan, bibirnya menyeringai, mengejek terang-terangan pada Claudia.Claudia menghela napas, tidak menanggapi ucapan Selena dan berlalu begitu saja, keluar dari toilet dan meninggalkan wanita itu.“Kamu tahu apa yang menyebabkan Deon lebih memilihku? Karena kamu tidak mampu memberikan apa yang di

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Rencana Pernikahan Raga

    "Kenapa mencariku?" Claudia bertanya setelah memasuki area taman sembari menjauh dari Malven, secara otomatis melepaskan dekapan pria itu di pinggangnya. "Apa aku baru saja dicampakkan, padahal aku sudah membantumu?" Malven berdecak, tapi tetap berjalan di samping Claudia tanpa berusaha meraih wanita itu lagi."Membantuku dari apa?" Claudia masih bersikap tenang, berharap Malven tidak mendengarkan apa pun obrolannya dan Selena."Dari sepupumu yang tidak tahu malu?" Malven bersiul sambil melangkah lebih dulu di depan Claudia, senyumnya segera berganti menjadi senyuman bisnis saat sudah hampir sampai di meja tempat para putri berkumpul."Papa! Kakak!" Raga berlari ke arah Malven, di sisinya ada Freya yang sedang memegang tangannya, ikut berlari juga."Wow, hati-hati, Tuan Putri!" Malven dengan sigap meraih tubuh Freya yang terhuyung ke depan, hampir saja jatuh dengan tidak elit karena tidak bisa mengimbangi langkah cepat Raga."Aku bilang lepasin tanganku, kan?!" Raga merengut, melepas

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Alasan Menangis

    “Berhentilah mengatakan omong kosong, kalau putraku mendengarnya bisa menyebabkan salah paham.” Malven menanggapi dengan santai, tatapannya mengarah pada tempat di mana Claudia berada. Raut wajah Claudia tidak terlihat baik sejak ia menemukannya sedang ‘bicara’ dengan Selena, tapi melihat bagaimana wanita itu tetap tersenyum pada orang-orang di sekitarnya membuat perasaan Malven tidak nyaman.“Hmm … apa dia orangnya?”Pertanyaan yang dilayangkan Kaindra dengan suara berbisik itu membuat Malven mengernyit. “Apa maksudmu dengan ‘dia orangnya’?” tanyanya tidak mengerti. Kaindra bukan orang yang akan tertarik pada seseorang yang baru ditemuinya, bahkan beberapa saat lalu juga Kaindra masih tidak peduli pada keberadaan Claudia. Apa yang menyebabkan pria itu tiba-tiba terlihat tertarik?“Itu tugasmu untuk mencari tahu apa maksudku, Malven!” Kaindra tersenyum lebar, “Temui aku lagi saat kamu menemukan jawabannya,” ucapnya sembari melambaikan tangan dan meninggalkan Malven, kembali ke dalam,

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Akhir Sebuah Hubungan

    Claudia mengernyit, “Kalau begitu biarkan aku tidur di kamar lain!” ujarnya kesal, mau istirahat saja banyak peraturan. Suasana hatinya sedang tidak baik, Claudia hanya ingin tidur tanpa memikirkan apa pun. Kenapa dia harus mengikuti Malven ke sini dan diperlakukan seperti kuman?!“Kuman ini ingin istirahat, Pak, permisi!”Malven dengan sigap menahan tangan Claudia saat wanita itu hampir meninggalkannya. “Bukan seperti itu maksudku,” ucap Malven seraya memeluk Claudia.Claudia memberontak, berusaha melepaskan dekapan Malven darinya, tapi lengan pria itu terlalu kuat. “Lepaskan! Bapak bilang saya kotor, kenapa malah memeluk saya?!”Malven menghela napas pelan. Dia menyadari kesalahannya, padahal ia tidak bermaksud menyakiti perasaan Claudia sama sekali. Malven lupa jika suasana hati Claudia sedang tidak baik, karena jika itu Claudia yang biasa, ia akan membalas kata-kata Malven dengan tidak kalah pedas. “Aku hanya ingin kamu berendam air hangat agar lebih rileks sebelum tidur, maaf, a

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Batas Ketenangan

    “Selena pernah mengatakan itu juga. Sekarang saat aku memikirkannya, apa dia mengatakan hal-hal yang membuatku bahagia itu sambil menyembunyikan kebenciannya? Aku jadi bertanya-tanya … jangan-jangan tidak ada satu pun perkataannya yang tulus untukku.” Claudia memejamkan mata, membiarkan perasaannya mengalir dan merasakan kenyamanan saat air hangat merendam tubuhnya. Tapi anehnya, hal paling nyaman baginya saat ini adalah pelukan Malven padanya.“Manusia selalu dikelilingi dengan emosi yang rumit. Kita tidak pernah tahu jawabannya, bahkan ketika kita bertanya dan mendapat jawaban, tidak ada jaminan kata-kata yang keluar adalah hal yang benar.”Claudia mendengus, “Kata-katamu sama rumitnya, Tuan,” ucapnya sembari menoleh ke belakang, sedikit mendongak untuk menatap Malven. “Persis seperti bagian bawah tubuhmu. Kenapa dia tidak bisa membaca situasi?”Malven terkekeh, mengecup bibir Claudia singkat sebelum mengarahkan wanita itu kembali melihat ke depan. “Jangan pikirkan itu, aku akan mul

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Enam Bulan Tersisa

    Saat Claudia terbangun pagi harinya, Malven sudah tidak ada di sana. Claudia hanya menemukan secarik kertas di lemari kecil di samping ranjang, ucapan selamat pagi dari Malven dan pesan untuk kembali ke kediaman utama Pranaja tanpa pria itu. “Sean, kamu di sana?” Claudia memanggil, dan seperti sihir, wanita bernama Sean langsung memasuki kamar. Padahal suara Claudia tidak keras saat memanggilnya dan jarak dari ranjang ke pintu kamar cukup jauh. Claudia tidak mengerti bagaimana Sean mendengar panggilannya. Sejak hari ke tiga di villa ini, Claudia pernah mencoba memanggil ‘Phantom’ di tengah taman bunga dan ada seseorang yang langsung datang meskipun itu bukan Sean, jadi sejak itu pula Claudia tidak lagi mau memikirkan tentang orang-orang aneh di sini. “Berikan perintah, Nona.” Cara bicara yang formal dan to the point itu! Claudia menghela napas, untuk satu hal ini dia masih tidak terbiasa. “Apa Raga sudah bangun dan sarapan?” tanyanya sembari perlahan beranjak dari ranjang. Dia kesi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Pergi ke Jepang

    Sebelumnya Claudia pikir Malven akan menanyakan lebih lanjut tentang identitasnya setelah mengetahui sedikit cerita tentang keluarganya malam itu, tapi hingga Malven kembali ke kediaman Pranaja tiga hari kemudian, pria itu tidak menanyakan apa pun.Melihat dari raut wajahnya yang sangat lelah, sepertinya pekerjaan Malven tidak selesai dengan baik. Tentu saja Claudia bersyukur dengan kesibukan Malven hingga pria itu tidak sempat memikirkan tentang identitasnya. Dan begitu saja, tiga bulan pun berlalu tanpa terasa. Sesuai dengan janji, Claudia dan Raga akan pergi ke Jepang untuk merayakan ulang tahun Raga. “Kalian yakin akan baik-baik saja berdua?” Malven bertanya untuk ke sekian kali, menatap Claudia dan Raga dengan kening mengernyit. Padahal ulang tahun Raga masih seminggu lagi, tapi anak itu bersikeras untuk pergi sekarang dengan alasan ingin menikmati musim semi lebih lama. “Nggak berdua, Pa! Pak Ali ‘kan ikut juga!” Raga menggeleng sembari berdecak, kedua tangannya terlipat di de

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Mimpi yang Menjadi Debu

    Claudia dan Raga sampai di hotel tepat pukul dua siang, mereka kembali ke hotel yang tiga bulan lalu menjadi tempat menginap, bedanya kali ini Raga akan tidur bersama Claudia. Ali memiliki kamar di sisi kiri, sedangkan Vall nanti akan ada di kanan, lalu Sean berada tepat di depan. Kamar yang Claudia tempati jadi dikelilingi oleh mereka yang bertugas menjaga Raga.“Mau langsung main ke luar atau mau istirahat dulu?” Claudia bertanya pada Raga yang sedang mengeluarkan barang-barangnya dari koper, meski kebanyakan yang anak itu bawa adalah buku. Katanya ingin membaca buku di bawah pohon sakura.“Istirahat aja, Kak, biar besok mainnya puas dan udah nggak capek.” Raga menyusun buku-bukunya di rak yang tersedia, sedangkan Claudia sedang menyusun pakaian mereka di lemari.Hal melelahkan namun harus dilakukan saat menginap cukup lama di sebuah hotel adalah mengeluarkan, menyusun dan merapikan barang di kamar. Claudia membenci hal itu, jadi terkadang ia membiarkan pakaiannya berserak begitu sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29

Bab terbaru

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Empat Pria

    Claudia terkejut atas kedatangan Malven. Bukankah pria itu sudah pergi dari tadi?!Shouki segera menarik tangannya dari kepala Claudia dan bergegas berdiri, membungkuk sopan pada Malven yang tampak mematung di dekat pintu.Sepertinya Malven tidak tahu jika sedang ada Shouki di sini, melihat dari raut tegang Sean dan Vall di belakangnya."Malven? Bukankah kamu bilang ada urusan?" Claudia bertanya pelan, entah kenapa merasa gugup, padahal tidak melakukan sesuatu yang salah.Malven menghela napas setelah mencoba menjernihkan kepalanya. Melihat Claudia yang kikuk dan gugup, Malven tahu jika wanita itu tidak tahu cara menjelaskan kehadiran pria asing di kamarnya."Aku meninggalkan sesuatu," ucap Malven sembari berjalan mendekat. Matanya berubah tajam saat menatap Shouki. "Selamat siang, Tuan Malven, saya Shouki."Malven menaikkan satu alis melihat pria di hadapannya bersikap sopan dan tampak percaya diri. "Selamat siang, Tuan Shouki. Maaf mengganggu waktu Anda dan kekasih saya--Claudia. S

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Rasa Syukur

    Claudia menutup buku cerita dengan perlahan, memastikan tidak ada suara yang mengganggu tidur Raga. Anak itu sudah tertidur pulas dengan posisi meringkuk di samping Claudia, napasnya yang tenang membuat Claudia tersenyum lembut. Wanita itu membenarkan posisi kepala Raga ke bantal dan menyelimutinya agar lebih nyaman, lalu menatap wajah polos anak itu sejenak sebelum menghela napas lega.Saat Claudia hendak meletakkan buku di meja kecil, pintu kamar rawatnya terdengar diketuk. Namun, bukannya langsung terbuka, ketukan itu disusul dengan suara pelan dari luar--sepertinya ada perdebatan kecil. Claudia mengerutkan kening, merasa bingung, hingga ia mendengar suara rendah dan penuh tekanan dari Shouki."Apa Sho sudah datang? Cepat juga, padahal belum dua puluh menit."Claudia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Sean, lupa jika wanita itu dan Vall sedang berjaga atas titah Malven. Awalnya Claudia khawatir Sean tidak akan mengangkat telpon darinya karena wa

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tidak Akan Melepaskan

    Saat Claudia tengah asyik membacakan buku cerita untuk Raga, tiba-tiba pikirannya tersentak. Ia teringat sesuatu yang membuat alisnya berkerut. Claudia sama sekali belum memberi kabar pada siapa pun tentang dirinya yang dirawat di rumah sakit, apalagi soal kejadian yang membuatnya ada di sini.Claudia berhenti membaca, membuat Raga menatapnya dengan bingung. "Kak Cla, kenapa berhenti? Ceritanya lagi seru!"Claudia tersenyum kecil, mencoba menenangkan Raga. "Sebentar, Raga. Kakak baru ingat ada sesuatu yang harus dilakukan. Bisa tolong ambilkan tas Kakak? Sepertinya ada di lemari kecil di dekat ranjang."Raga mengangguk antusias, melompat turun dari tempat tidur, lalu bergegas menuju lemari kecil. Ia membuka pintu lemari dan mengambil tas tangan Claudia dengan hati-hati. "Ini, Kak." Raga menyerahkan tas tersebut dengan senyuman bangga."Terima kasih, Raga. Kamu memang hebat." Claudia mengacak rambut anak itu sebelum membuka tasnya dengan buru-buru. Ia mengeluarkan ponsel yang langsun

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Mendengarkan Detak Jantung

    Claudia tertawa pelan mendengar komentar polos namun jenaka dari Raga. "Ssst, jangan bicara begitu. Seaneh apa pun, dia tetap Papa-mu. Dan yang paling penting, Papa terlihat bahagia, kan?" Claudia mengusap kepala Raga dengan lembut.Raga mengerucutkan bibirnya dan menatap Claudia dengan tatapan ragu. "Bahagia? Masa, sih? Masa dia bahagia banget cuma karena makanan itu," gumamnya pelan, membuat Claudia nyaris tertawa lagi.Claudia melanjutkan sarapannya dengan tenang setelah berhasil menahan tawa atas kometar Raga terhadap kelakuan Malven. Beberapa saat kemudian, setelah Claudia selesai dengan sarapannya, pintu kamar diketuk. Seorang dokter masuk bersama dua perawat, membawa beberapa peralatan untuk pemeriksaan rutin. Claudia tersenyum kecil dan mengangguk sopan."Selamat pagi, Nona Claudia. Bagaimana kondisi Anda pagi ini? Apakah ada keluhan atau rasa tidak nyaman?" tanya dokter dengan ramah sambil memeriksa catatan kesehatan Claudia."T

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Ngidam

    Tidak lama setelah Zheva meninggalkan kamar, dua perawat mengetuk pintu dengan sopan sebelum masuk sambil membawa troli kecil. Salah satu perawat tersenyum ramah dan berkata, "Selamat pagi, Nona Claudia. Kami akan membantu Anda ke kamar mandi." Claudia mengangguk dan meminta Raga untuk menunggu di sofa yang tersedia. Dengan bantuan para perawat, Claudia bangkit perlahan dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Meski tubuhnya masih sedikit lemah, rasa segar setelah membasuh tubuh membuat mood Claudia membaik. Setelah selesai, Claudia kembali ke tempat tidur, menemukan sarapan sudah diletakkan di meja kecil di samping ranjangnya. "Selamat makan, Nona Claudia," ujar perawat sebelum meninggalkan kamar. "Bagaimana denganmu, Raga? Sudah sarapan belum?" Claudia bertanya pada Raga yang sedang menonton televisi. "Udah, dong! Tadi sarapan sama omelet asin buatan Tante Zheva," jawab Raga sembari memasang wajah

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Calon Mama

    Setelah Malven keluar dari ruang rawat Claudia, wanita itu mencoba untuk tidak canggung saat Zheva duduk di tepi ranjang."Ayo ulang perkenalannya, Claudia. Namaku Zhevanka Agni Wijaya, kakak kandung Elodia, juga teman Malven sejak kecil." Zheva kembali mengulurkan tangan, kali ini dengan senyum lembut dan anggun.Claudia menerima uluran itu setelah tertegun beberapa saat. Wanita itu menelan ludah, gugup dengan alasan yang lain. "Salam kenal, Nona Zheva, nama saya Claudia." "Hmm ... apa aku tidak bisa dipanggil dengan nama saja tanpa embel-embel 'Nona'? Kamu boleh memanggilku Zheva, kalau merasa itu tidak sopan, tambahkan 'Kak' di depannya. Tapi, apa kamu lebih nyaman kalau bicara formal? Kalau begitu saya juga--""Tidak, Kak Zheva!" seru Claudia tanpa pikir panjang. Wanita itu segera menutup mulutnya dengan telapak tangan, merasa bodoh dengan tindakannya. "Itu ... maksudku tidak perlu bicara seformal itu padaku! Apa tidak masalah kalau kupanggil

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tatapan Sinis

    Claudia dan Malven terkejut karena tidak mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Mereka segera menjauhkan diri dengan panik. Malven menarik tubuhnya ke belakang, sementara Claudia buru-buru menarik selimut untuk menutupi dirinya. Wajah keduanya memerah, namun tidak sempat memikirkan apa pun karena suara ceria seorang anak langsung memenuhi ruangan."Kak Claudia!" Raga berteriak dengan gembira, berlari kecil menuju tempat tidur Claudia tanpa sedikit pun menyadari ketegangan di ruangan itu. Claudia mencoba tersenyum meski masih gugup, tangannya segera terulur menyambut Raga yang langsung memeluknya erat."Raga, kenapa kamu ke sini? Harusnya istirahat saja di rumah. Bagaimana kondisimu, masih ada yang sakit?" Claudia bertanya lembut, suaranya terdengar sedikit pecah, tapi ia berusaha keras untuk terlihat tenang."Aku baik-baik aja kok dan aku kangen Kak Cla! Aku mau lihat Kak Claudia!" jawab Raga polos, matanya berbinar penuh kegembiraan. "Kakak baik, kan? Adik bayi gimana?"Belum semp

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tidak Ingin Kehilangan

    Malven mendekat lebih jauh, jaraknya nyaris menghapus ruang di antara mereka. Tangan besarnya mengangkat dagu Claudia dengan lembut, memaksanya untuk menatap langsung ke matanya. Pria itu memang sudah merasa aneh sejak Claudia mengetahui tentangnya yang menggenggam tangan Zheva di kediaman Adhamar kemarin, tapi jika mengingat yang Claudia katakan tentangnya yang memiliki posisi sebagai sekretaris dari direktur yayasan gemilang, sekarang Malven mengerti. Pasti direktur yayasan itu ada di sana bersama Claudia dan ikut mendengarkan keputusan Malven."Claudi," panggil Malven dengan suara yang rendah namun penuh ketegasan. "Aku tidak peduli siapa kamu atau dari mana kamu berasal, dan aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan. Tidak lagi boleh menggunakan nama Pranaja bukan berarti aku kehilangan segalanya, tapi jika kamu tidak di sisiku, itu artinya aku benar-benar tidak memiliki apa pun. Aku hanya peduli tentang kamu, tentang kita. Jadi tolong, jangan lagi merasa bahwa kamu tidak lay

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Pagi Hari

    Claudia membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa berat. Ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang lembut dan suasana yang nyaman. Sebuah selimut tebal menutupi tubuhnya, dan aroma samar khas rumah sakit masih terasa di udara. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari di mana ia berada.Saat ingatannya kembali ke kejadian kemarin, dada Claudia terasa sesak. Namun, sebelum ia sempat tenggelam lebih jauh dalam pikirannya, pintu kamar mandi terbuka pelan, dan Malven muncul. Rambutnya sedikit basah, dan ia mengenakan kemeja yang tidak sepenuhnya terkancing, memperlihatkan sebagian dadanya. Wangi sabun dan cologne menguar dari tubuh pria itu, mengisi ruangan dengan aroma maskulin yang menenangkan.Melihat Claudia yang sudah terjaga, senyum kecil terukir di wajah Malven. "Selamat pagi," ucapnya, berjalan mendekat ke sisi tempat tidur.Claudia terdiam, masih sedikit terkejut dengan keberadaan pria itu. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, Malven duduk di t

DMCA.com Protection Status