Share

Bab 190. Masih Trauma

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Papa dan Mama akan bawa pulang Sean. Kebetulan Nadia juga ada disini."

Daniel menganggukkan kepalanya perlahan ketika mendengar perkataan ayahnya dari ujung telepon sana.

"Syukurlah. Daniel akan pulang lebih awal nanti."

"Nggak masalah, selesaikan aja dulu semuanya." Hendrawan juga tahu dengan jelas bahwa saat ini putranya sedang sibuk untuk menyelesaikan berbagai masalah mengenai Monica. Dia tak ingin membuat putranya itu terburu-buru untuk kembali ke rumah. Pria itu menghela nafas perlahan dan melirik ke arah sang cucu yang saat ini tengah bercanda ria dengan Nadia. Dia tersenyum tipis dan menambahkan, "Ada Papa dan Mama. Sean sama Nadia juga lagi main. Kamu nggak perlu khawatir."

Daniel menarik ujung bibirnya tipis ketika mendengar hal itu. Untunglah putranya telah sehat kembali dan saat ini sudah bisa pulang ke rumah.

Pagi tadi dia tak mampir ke rumah sakit karena harus menyelesaikan berbagai masalah di perusahaannya setelah disibukkan oleh acara konferensi pers.

Sekarang adalah
Anggrek Bulan

semoga saja sean segera bisa melupakan hal itu ya

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 191. Kebencian yang Mendalam

    "Nona Monica, silahkan ikut saya. Ada seseorang yang ingin Bertemu dengan Anda."Monica mengangkat wajahnya ketika melihat sipir penjara kini mulai membuka gembok sel. Dia terlihat mengerutkan keningnya sambil berjalan mendekat dan bertanya-tanya dalam hati, 'Siapa yang datang untuk menemuiku?'Setelah dia keluar dari sel, sipir penjara menuntunnya untuk pergi ke ruang pertemuan. Ketika masuk ke dalam ruangan itu matanya seketika langsung membulat dengan sempurna ketika melihat sosok sang ayah. "Ayah?!" pekiknya tak percaya karena selama dua hari lamanya pria itu tak datang sama sekali ke penjara dan dia sampai merasa telah ditinggalkan. "Kenapa Ayah baru datang ke sini?"Bagaskoro menatap putrinya itu dengan pandangan acuh tak acuh dan segera memerintahkannya untuk duduk. Tanpa banyak bicara lagi, Monica segera duduk tepat di hadapan sang ayah.Bagaskoro tampak melirik ke arah sipir penjara yang kini telah keluar dan saat itulah dia berbalik menatap putrinya itu dengan tajam. "Apa kam

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 192. Menjalin Kerjasama

    "Kalau begitu, Ayah akan membantumu."Seketika Monica langsung menoleh dan menatap ayahnya itu dengan pandangan dipenuhi keterkejutan. "A-ayah serius?" tanyanya tak percaya sambil mendekatkan tubuhnya kembali ke meja dan menambahkan, "Ini bukan omong kosong semata, kan?"Bagaskoro menggeleng perlahan sambil menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyuman sinis. "Tapi kamu harus berjanji untuk memastikan rencana kali ini berjalan dengan lancar karena kita hanya bisa bergantung dengan keberhasilannya saja sebelum perusahaan benar-benar bangkrut."Dia telah merencanakan berbagai hal dan sangat yakin kalau putrinya itu pasti bisa mewujudkannya jika berhasil.Apalagi rencananya dia memang berniat untuk bekerjasama dengan Handoko.Keringat dingin perlahan mulai membasahi pelipis Monica. Dia tahu kalau ini bukan hanya kesempatan namun juga peringatan.Memang benar kalau ayahnya itu tak mungkin memberikan sesuatu yang menguntungkan secara cuma-cuma. Dia harus berhati-hati dan melakukan semuan

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 193. Kangen

    "Semua perbuatan kamu pada Sean, sulit untuk dimaafkan."Degh!Perkataan Bagaskoro kembali membuat putrinya itu langsung diam seribu bahasa. Monica sendiri merasa sangat tertampar. Dia tak menyangka akan mendengar pendapat ayahnya secara langsung."Ayah nggak akan menyalahkan kamu. Toh, sedari awal kamu juga nggak mau punya anak." Pria itu bicara dengan santai, seolah semua kalimatnya itu tak mengandung hinaan. Dia tahu jelas watak asli Monica, wanita itu tak pernah mau membuat tubuhnya harus rusak karena hamil dan melahirkan. "Beruntung kamu dapat kompensasi yang sepadan. Coba kalau nggak? Ayah yang merasa paling rugi karena kamu nggak bisa menghasilkan keuntungan lagi."Darah di dalam hati wanita itu terasa mendidih. Apa ayahnya ini tak bisa menyaring kata-katanya sebelum bicara?Padahal selama ini dia selalu mencoba untuk jadi yang terbaik. Meskipun sampai harus mengorbankan keinginannya sendiri. Tapi apa ini?Rasanya dia sangat marah dan ingin sekali mengelak, tapi percuma saja kar

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 194. Menjadi Pelindungmu

    "Mama dan Papa harus kembali sekarang, Niel." Hendrawan menatap putranya itu dengan tajam dan kembali menambahkan, "Ingat nasehat Papa. Kamu nggak boleh bertindak ceroboh."Daniel menganggukkan kepalanya perlahan. Dia mengingat semua peringatan yang sempat dikatakan oleh Hendrawan dan tentu saja hal itu masih melekat kuat di dalam kepalanya karena bagaimanapun juga saat ini dia semakin waspada terhadap orang-orang di sekitarnya."Inget kata Papa, Niel. Kalau kamu butuh bantuan katakan aja jangan sungkan." Martha ikut bicara sambil menatap putranya itu dengan pandangan kesal. "Nggak perlu pura-pura kuat menghadapi semuanya," sinisnya lagi.Meski wanita paruh baya itu terkesan mengatakan sesuatu yang cukup menyakitkan dan bisa membuat orang lain merasa kesal, namun niatnya hanya ingin memperingati putranya itu.Apalagi Daniel adalah tipe orang yang selalu saja merasa bisa melakukan semuanya sendirian.Pandangan Martha kini beralih menatap ke arah Nadia dan tersenyum tipis. Wanita paruh b

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 195. Benalu

    "Disini ... sebentar saja." Daniel menatap Nadia dan terus saja mencengkram erat pergelangan tangan gadis itu.Jantung Nadia berdetak semakin kencang dan rasanya dia tak bisa menolak sama sekali meskipun beberapa menit yang lalu ingin pergi sejauh mungkin.Dia kembali duduk dan berkata, "Hanya sebentar aja, oke? Aku harus menemani Sean.""Ya," jawab pria itu singkat.Dia hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan Nadia. Sebab entah mengapa rasanya dia sangat nyaman jika bersama dengan gadis itu.Nadia diam-diam melirik ke arah Daniel dan terlihat mengerutkan keningnya karena pria itu sejak tadi hanya terdiam sambil memandangnya."Kenapa?" Akhirnya pertanyaan itu meluncur dari bibirnya. "Kamu minta aku untuk tetap di sini. Tapi kamu nggak mengatakan apapun. Aneh," ungkapnya jujur.Daniel yang mendengar itu hanya bisa tersenyum tipis. "Dari mana sisi anehnya? Apa salah kalau aku hanya menatapmu saja?""Itu ... nggak salah. Cuma, aku ngerasa aneh aja." Nadia meremas tangannya

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 196. Sean Benci Mama

    "Sean nggak marah, kok. Sean juga tahu, Mama itu jahat."Nadia tertegun sejenak ketika mendengar perkataan bocah lelaki itu yang diiringi dengan kesan membenci.Meskipun Monika memang melakukan hal buruk pada anaknya, Nadia tak pernah berpikir bahwa bocah lelaki itu akan membenci ibunya sendiri.Sebenarnya seberapa dalam luka di hati Sean?Nadia menggigit bibir bawahnya perlahan dan mengelus kepala bocah lelaki itu dengan lembut. "Sean nggak boleh ngomong kayak gitu, ya?""Kenapa?" Sean berbalik bertanya dengan tatapan tak suka karena dia memang sudah tahu tabiat buruk Monica. "Mama udah menculik dan menyekap Sean. Mama juga berniat buat mengusir Kak Nadia." Bocah lelaki itu mengepalkan tangannya dengan erat ketika perasaan marah mulai muncul di dalam hatinya. Selama ini dia selalu berusaha terlihat menjadi anak yang penurut bagi Monica dan memenuhi segala permintaan wanita itu meskipun sebenarnya enggan. "Sean benci Mama."Degh!Nadia merasakan ngilu di dalam hatinya ketika mendengar

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 197. Semua Berubah

    "Wah, Sean pagi-pagi udah ganteng aja, nih!" Martha yang baru saja sampai di kediaman putranya itu dengan cepat langsung mendekati sang cucu. Dia mencium pipi gembul Sean dan berkata lagi, "Nah, kalau gini 'kan seneng liatnya."Sean tertawa perlahan ketika mendengar pujian dari Martha. Dia justru melirik kembali ke arah Nadia dan tersenyum tipis sambil berkata, "Kak Nadia yang mandiin Sean, Oma.""Oh, ya?" Martha melirik ke arah calon menantunya itu dengan pandangan khawatir. Dia yang sedang berjongkok itu segera berdiri dan memperingati Nadia, "Harusnya kamu nggak perlu repot mandikan Sean. Ada pelayan lain, kan?"Bagaimanapun juga dia tak ingin jika calon menantunya itu harus kelelahan di saat tengah mengandung seperti sekarang.Dia juga sempat mendengar kabar dari Daniel dan tahu mengenai kondisi kehamilan Nadia. Gadis itu butuh banyak istirahat.Nadia menggelengkan kepalanya perlahan karena dia tak merasa kerepotan sama sekali. Memandikan bocah lelaki ini merupakan pekerjaan yang t

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 198. Hadiah Terindah Untuk Daniel

    "Terimakasih untuk bekalnya." Daniel tersenyum tipis sebelum dia masuk ke dalam mobil."Iya, cuma bekal makanan aja, kok. Lain kali, aku akan siapkan lagi."Dengan kehadiran Nadia, Daniel jadi makin nyaman. Bukan hanya perhatian, namun juga berhasil membuat rasa kesepian di dalam hatinya jadi menghilang.Siapa yang akan menyangka kalau gadis ini bisa membuat hati si kulkas jadi luluh?Daniel melirik ke arah arlojinya. Dia harus berangkat sekarang karena ada beberapa hal yang perlu diselesaikan. Terlebih lagi, dia juga harus menyiapkan semua bukti untuk persidangan nantinya."Ah, aku akan berangkat sekarang."Nadia mengangguk pelan. "Hati-hati di jalan, ya? Kalau ada apa-apa, kamu boleh kok cerita sama aku." Dia tersenyum sejenak dan menambahkan, "Aku mau jadi tempatmu pulang ketika ada masalah."Jantung Daniel terasa berdetak makin kencang. Perkataan Nadia telah berhasil membuatnya jadi sedikit terharu.Ketika semua orang hanya menginginkan hasil terbaik dari pekerjaan Daniel, Nadia ju

Bab terbaru

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 347. Beruntung Memilihmu (Ending)

    "Bagaimana perasaan kamu? Apa sudah lega?" Daniel bertanya pada Nadia yang saat ini memakai gaun berwarna marron, yang membuat dia nampak elegan.Nadia menghela nafas panjang dan kemudian menarik kedua sudut bibirnya. "Tentu saja, rasanya plong banget!" ucapnya dengan mata berbinar.Daniel tersenyum lega juga, karena bahagia Nadia tentu bahagianya juga. "Aku nggak mau lagi keras kepala deh! Yang kamu bilang, memang bener banget!" Nadia kecuali berucap, dia menyesalkan kejadian di kampus. Jika saja dulu dia mengikuti perkataan Daniel, tentu kejadian memalukan dan menyesakkan di kampus itu tak akan pernah terjadi. Keras kepala Nadia ternyata berakhir dengan derita saat ini. Daniel mengacak sedikit rambut Nadia karena merasa sangat gemas saat itu. Tak ayal hal itu langsung membantu Nadia protes. "Duh jail banget sih!? Kalau sampai riasan ini rusak, kamu harus tanggung jawab!" seru Nadia kesal. Daniel malah terkekeh dan malah memencet hidung Nadia. "Salah sendiri menggemaskan! Nanti m

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 346. Ungkapkan Semuanya

    "Kak, aku ingin bicara sama kamu. Penting."Pagi itu, Nadia menemui Alvin ketika kelas belum dimulai.Alvin menarik sudut bibirnya, senyum manis terpancar disana. "Tumben. Ok! Mau kapan?"Dari raut wajahnya nampak jika saat ini Alvin merasa sangat senang.Pemuda itu pun sebenarnya bingung tetapi juga bercampur dengan rasa bahagia. Selama ini Nadia selalu saja menghindar darinya, tetapi kini malah sang gadis pujaan hati itu mengajaknya bicara. Ini bukan mimpi kan?"Sekarang! Ayo!" Nadia yang masih nampak kecewa dengan wajah seriusnya pun langsung berjalan tanpa memperdulikan banyak mata yang sampai saat ini masih nampak menatap sinis padanya. Tanpa banyak tanya lagi Alvin pun mengekori dari belakang."Lo mau ngajak gue kemana sih?" tanya Alvin ketika Nadia malah menuju ke area parkiran. "Kenapa ngobrolnya nggak di tempat yang privat aja?"Nadia mendengus kasar dan sesaat menoleh sebentar ke belakang. " Jangan banyak tanya! Bentar lagi sampai!" Kemudian dia pun meneruskan langkahnya.S

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 345. Harusnya Sejak Dulu

    "Daniel! Mengapa kamu merahasiakan semua ini dari mama dan papa?" Ketika Daniel baru saja sampai di rumah, Martha dan Hendrawan pun langsung menghampiri putranya itu. Mengejar dengan banyak pertanyaan yang intinya mereka merasa tak suka jika Daniel terus menyembunyikan apa pun tentang Nadia."Rahasia ap---" Daniel mencoba mengelak karena memang sebenarnya dia belum mengerti, beberapa hal yang terjadi di kantor membuatnya harus sedikit melupakan tentang yang terjadi di rumah.Martha langsung memotong ucapan anaknya itu. " Nadia di teror dan difitnah seperti itu, tapi kenapa sepertinya kamu malah tenang tenang saja?" Wanita tua itu tak dapat menyembunyikan raut wajahnya yang khawatir. Nadia menghampiri ketiga orang yang masih berdiri di ambang pintu itu, ada rasa tak enak karena sang suami menjadi bahan kemarahan orang tuanya karena dia."Maaf, tadi aku memang sudah menceritakan semuanya pada Mama," tukas Nadia yang seperti biasa malah merasa bersalah.Daniel menarik kedua sudut bibir

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 344. Ceritakan Nadia!

    "Apa aku sekarang juga harus mengatakan semuanya ya?" Nadia makin bimbang saat ini. Dua pilihan yang nyatanya membuat dia merasa sangat dilema. Pilihan A akan membuat semua orang di kampus mengetahui jati dirinya dan itu berarti akan membuat semua orang mengetahui jika dia bukan dari kalangan biasa. Tetapi dengan begitu justru akan membuat dia lebih tenang menjalani perkuliahan. Sedangkan pilihan B, dengan diam dan membiarkan semua orang menganggapnya misterius, justru mungkin akan membuat berita keliru itu semakin menjadi-jadi saja. Sempat terbersit dalam pikiran Nadia untuk tak lagi melanjutkan kuliah dan fokus pada keluarganya. Tetapi itu sama saja artinya dengan dia menghapus mimpi dan cita-cita yang dulu pernah dia pupuk semenjak kecil."Kenapa kamu terlihat sedih, Sayang?"Ketika Nadia sendang melamun seperti itu, terdengar suara lembut Martha. Sang mertua yang baik hati itu ternyata kini sudah berada tepat di sampingnya."Ah Mama." Dengan sigap Nadia pun langsung menyalami

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 343. Siap Tanggung Jawab

    Putri mengepalkan tangannya dengan arah ketika merasakan sesuatu mulai terbakar di hatinya. Dia tak terima sama sekali setelah mendengar perkataan Alvin dan itu sudah berhasil membuat hatinya sangat sakit."Kak Alvin kenapa masih belain dia? Nadia itu …" Putri merasa tak kuasa untuk melanjutkan ucapannya, dia hanya bisa menahan diri dan memalingkan wajahnya.Namun Alvin tahu dengan jelas apa yang ingin dikatakan oleh Putri dan dia dengan cepat pun langsung menegaskan segalanya sambil meraih tangan kanan Nadia. "Nggak peduli gimana masa lalunya, gue bakalan tetap suka sama dia dan perasaan ini nggak bakalan berubah," tuturnya.Nadia terlihat sedikit kaget ketika mendapatkan perlakuan itu dan tentu saja dia sekarang berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman Alvin.Perkataan Alvin barusan terlalu berlebihan dan mengisyaratkan bahwa dia akan melakukan apapun demi bisa mendapatkannya.Nadia merasa kalau ini semua tak benar dan dia harus kembali meluruskannya. Tapi yang paling penting

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 342. Karena Iri

    "Jangan bawa-bawa namaku untuk memvalidasi akal busukmu!"Putri dan Alvin seketika langsung menoleh, mereka berdua mendapati sosok Nadia. Nadia berjalan mendekat dengan langkah yang dipenuhi dengan amarah. Sudah cukup rasanya karena sejak tadi dia memang telah mendengarkan perkataan Putri dan itu sudah berhasil membuatnya merasa sangat kecewa karena sempat menganggapnya sebagai teman."Aku pikir kamu nggak pernah memiliki niatan buruk untuk menghancurkanku sampai seperti ini, Put. Aku pikir kamu benar-benar menganggapku sebagai teman. Tapi apa?"Putri terlihat kaget, tapi dia dengan cepat langsung mengelaknya. "Ngomong apaan sih?! Jangan–""Aku sudah punya buktinya dan aku bahkan juga tahu kalau kamu membayar seseorang untuk mencelakaiku, kan?" Bersamaan dengan perkataannya itu, Nadia segera memberikan bukti-bukti yang akurat dan menambahkan, "Aku nggak nyangka kalau kamu bisa bertindak seperti ini untuk menghancurkanku. Apa aku pernah melakukan kesalahan padamu?"Hubungan keduanya da

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 341. Dalang

    "Bawa orangnya ke hadapan Bos!" Dion segera memerintahkan setelah dia berhasil menangkap pelaku yang sedari awal memang dicurigai telah meneror Nadia.Dua pasang bodyguard yang memang sudah berhasil menangkap pelakunya itu pun segera mematuhi perintah dari Dion, mendekat ke sebuah kereta versi berwarna hitam pekat.Nadia dan Daniel sedari tadi sudah menunggu tepat di dalam mobil. Jantung Nadia terasa berdetak semakin kencang karena memang dia sangat ingin tahu pelaku yang telah tega membuatnya jadi dibenci banyak orang.Suara ketukan di kaca mobil telah menyadarkan Daniel dan Nadia. Daniel melirik ke arah sang istri sambil meremas tangannya perlahan karena dia tahu dengan jelas bagaimana perasaan Nadia. Dia mencoba untuk tetap kuat dan juga tegar sambil tersenyum tipis, "Semuanya pasti baik-baik aja, Nadia. Keinginan kamu terkabul dan kita berhasil menangkap pelakunya. Kamu sudah siap untuk melihatnya?""Iya," jawab Nadia dengan singkat. Pandangan matanya itu terlihat semakin tajam dan

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 340. Berita Baru

    "Itu orangnya! Bener kan dia? Wah gila … nggak nyangka banget kalau dia cewek kayak gitu," tutur salah satu mahasiswa sambil menatap Nadia dan memandangnya dengan tajam.Nadia yang kebetulan sedang melangkahkan kakinya setelah dia sampai di kampus itu pun tampak mengerutkan kening karena sadar saat ini menjadi bahan omongan.Ketika Nadia sedang merasa bingung seperti itu tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya, membawanya ke tempat yang sedikit sepi."Kak Alvin? Lepasin!""Gue nggak bakalan lepasin lo di sini sebelum kita bisa bicara berdua," tolaknya. Alvin lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan sadar bahwa sekarang tak ada terlalu banyak mahasiswa yang sedang memperhatikan. Dia langsung berbalik untuk menatap Nadia dengan lekat dan berkata, "Lo … ngapain lo malah datang ke kampus?""Apa?" Nadia merasa bingung dengan pertanyaan yang baru dilontarkan oleh Alvin dan sontak saja dia mencoba untuk menepis tangan pria itu karena tak suka jika disentuh seenaknya. "Kenapa pula

  • Pengasuh Duda Lima Puluh Juta   Bab 339. Salah Sangka

    "Cukup!" Putri langsung memotong perkataan Nadia. Napasnya memburu naik turun bersamaan dengan emosi yang semakin menggebu-gebu. "Padahal aku baru aja maafin kamu, tapi sekarang malah kayak gini lagi. Kalau kamu emang nggak percaya, mendingan kita nggak usah temenan lagi aja."Sesuatu terasa sakit di dalam hati Nadia karena memang selama ini temannya hanyalah Putri.Tapi dia tak mencegahnya sama sekali dan melepaskan cengkramannya dari pergelangan tangan Putri. Selalu meremas tangan kanannya sendiri dan menekan perasaannya sampai mengangkat kepalanya setelah sudah siap, "Maaf, aku harusnya emang nggak merasa curiga kayak gini. Tapi aku juga nggak akan memaksa kamu untuk tetap berteman denganku.""Oh?" Putri terlihat sedikit terkejut. Tapi dia kini tertawa sinis. "Harusnya dari awal aku dengerin perkataan teman-teman yang lain aja. Kamu emang nggak sepantasnya punya teman apalagi ada di kampus ini," tambahnya.Nadia seperti mendengar suara hatinya retak. Kenapa Putri sampai mengatakan h

DMCA.com Protection Status