Share

Menutup Diri

Author: Ummu Amay
last update Huling Na-update: 2025-01-08 17:55:11

Jam delapan kurang lima menit Shania baru sampai di kantor. Seluruh karyawan sudah datang kecuali dirinya.

"Kamu kesiangan, Shania?" tanya Fiersa yang sudah duduk di kursi kerjanya seraya mengaplikasikan lip stick di bibirnya.

"He-em. Aku bangun kesiangan."

"Kenapa? Begadang?" tanya wanita itu lagi sembari menatap Shania yang tengah menyalakan komputer.

"Enggak sengaja begadang. Semalam tumben aku enggak bisa tidur."

"Lagi ada masalah?" tanya Fiersa yang melihat keanehan di mata Shania, tetapi tidak ingin menanyakan hal tersebut sebab hubungan mereka yang belum dekat. Ia takut Shania tak enak hati.

Shania menggeleng. "Enggak."

"Kok bisa? Apa kamu punya penyakit insomnia?"

"Enggak juga," jawab Shania kembali menggeleng. "Mungkin emang lagi enggak capek saja," lanjut Shania tersenyum.

Fiersa pun mengangguk dan memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. "Ya, mungkin."

"Ngomong-ngomong, apa Pak Ethan sudah datang?"

"Sudah."

"Aduh! Mati aku." Shania terlihat panik.

"Kenapa kamu mati?" Fiersa menatap heran.

"Ya, malu saja. Masa aku yang karyawan baru bisa datang terlambat. Kalah sama yang punya perusahaan."

Fiersa tertawa mendengar jawaban Shania. "Enggak apa-apa. Lagian kamu enggak terlambat, kok. Pak Ethan-nya saja yang datangnya kepagian."

"Apa beliau memang selalu datang pagi?"

"Enggak juga. Cuma karena lagi ada lelang proyek saja, jadinya Pak Ethan fokus urusin itu."

"Oh," sahut Shania paham. "Apa sudah ada tim yang diminta untuk ngerjain proyek itu? Kamu kepilih?"

"Enggak. Aku 'kan masih junior. Beberapa karyawan senior yang diminta untuk buat desain."

Lagi-lagi Shania mengangguk. "Perusahaan bonafit, ya, yang mau diikuti sama perusahaan kita?"

"Iya." Fiersa mengangguk. Tatapannya sudah fokus ke layar komputer. "PT. A yang ngadain lelangnya."

"PT. A?"

"Iya." Fiersa mengalihkan pandangannya menatap Shania. "Kayanya waktu acara makan-makan di kafe Pak Ethan udah bilang, deh, kalau kita dapatin proyek PT. A beliau akan kasih kita bonus," lanjutnya senang.

Shania mencoba mengingat. Tapi, ia lupa sebab saking bahagianya bisa diterima dengan baik di tempatnya bekerja itu.

"Ini PT. A mana, sih, yang dimaksud?"

"Masa kamu enggak tahu, Shania? Itu loh salah satu perusahaan milik keluarga Sebastian."

"Apa? PT. A milik keluarga Sebastian?" tanya Shania memastikan kalau dirinya tidak salah dengar.

"Iya." Fiersa melihat ekspresi Shania yang terlihat kaget. "Kenapa kamu?"

Shania tampak salah tingkah. Ia lalu meminta maaf tanpa sadar.

"Kenapa kamu minta maaf? Memang kamu salah apa?" Kawan di sebelahnya itu semakin heran.

"Enggak. Cuma aku kaget saja." Shania tersenyum canggung.

Fiersa mengangkat kedua bahunya. "Ya, bukan kamu saja yang kaget. Kami seluruh karyawan juga kaget waktu dengar rencana Pak Ethan yang mau ikut lelang proyek PT. A. Ya ... bukan apa-apa, tapi kamu tahu 'kan perusahaan seperti apa milik keluarga konglomerat itu? Sedangkan perusahaan kita belum pernah menangani proyek besar."

"Kenapa? Padahal yang aku lihat perusahaan ini sudah lama. Para karyawannya juga sepertinya sudah berpengalaman."

"Memang benar, tapi kamu mungkin tahu perusahaan besar seperti PT. A atau lainnya, pasti akan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang seperti apa?"

Shania cukup mengerti dengan penjelasan yang Fiersa sampaikan. Baginya tak masalah jika Ethan mau ikut lelang, karena itu akan menjadi sebuah pencapaian dalam mendirikan perusahaannya. Namun, masalahnya adalah bagaimana jika Ethan benar-benar mendapatkan lelang proyek itu?

'Semoga saja ini bukan sebuah masalah. Aku bekerja bukan karena ingin bertemu dengannya, tapi justru karena ingin menghindarinya,' batin Shania membayangkan jika sampai Ethan lolos lelang, ia khawatir akan bertemu dengan Alex.

Mengingat sosok Alex, pikiran Shania kembali ke sebuah poto yang ia lihat tadi pagi.

'Itu menyakitkan,' gumamnya.

"Kamu bicara apa, Shania?" tanya Fiersa yang tidak sengaja mendengar gumaman Shania.

"Eh, bukan apa-apa."

**

Shania tiba di rumah. Setelah lelah seharian bekerja, dia berharap suaminya akan menyambutnya dengan normal. Tapi, tak ada Alex di manapun di dalam rumah itu.

"Seharusnya kamu jangan banyak berharap, Shania." Perempuan itu bicara pada dirinya sendiri.

Shania lantas berjalan menuju kamar. Terdengar suara pintu ketika kakinya sudah akan menaiki anak tangga.

Tampak Alex masuk dengan wajahnya yang juga sama lelah. Satu keanehan bagi Shania karena jarang sekali suaminya itu pulang kantor di waktu masih senja.

"Hai, Lex!" sapa Shania saat suaminya itu berjalan mendekat. Tapi, Alex hanya melihatnya sebentar tanpa membalas sapaan dari istrinya itu. Lelaki itu berjalan melewati, lalu mendahului menaiki tangga.

Meski sudah berusaha untuk memantapkan hati, tapi rasa sakit di hati Shania masih saja hadir sebab melihat sikap acuh suaminya itu. Dia kemudian memilih untuk berjalan menyusul, dan masuk ke kamar, menangis.

Shania masih menangis meski saat ini ia sudah berada di dalam bath tub. Perempuan itu merasa sakit hati dan kesepian. Dia merasa benar-benar tidak dicintai atau pun dihargai oleh suaminya. Alex memandangnya sebentar, lalu berpaling dan meninggalkan kamar. Sungguh menyakitkan baginya.

"Setidaknya anggap aku ada. Aku tidak meminta banyak. Bersikap normal saja seperti ketika kita masih berteman." Shania berbicara pada dirinya sendiri, air matanya terus mengalir.

Shania sudah memutuskan untuk tidak peduli lagi dan mengurus dirinya sendiri sejak seminggu dirinya berstatus istri Alex. Namun, rasa itu tidaklah mudah. Sikap Alex selalu membuatnya sakit hati, hingga membuatnya menangis.

"Apa salahku padamu, sampai kamu tega melakukan hal ini padaku? Kalau memang kamu tidak suka menikah denganku, tolong kembalikan aku pada keluargaku," ucap Shania yang pada akhirnya tertidur setelah ritual mandinya selesai.

Namun, tidak ada yang tahan ketika tidur dalam keadaan perut kosong. Itulah yang Shania rasakan setelah satu jam tertidur. Ia terbangun dengan perutnya yang keroncongan.

Dengan muka kusut setelah bangun tidur, Shania berjalan menuju dapur. Seperti biasa, tak ada makanan di atas meja makan kecuali roti dan selai. Karena memang dua pelayan yang Alex pekerjakan hanya diminta untuk mengurus rumah. Urusan makanan, itu menjadi urusan Shania.

"Lagipula kamu hanya makan sendiri. Aku tidak akan ada di rumah saat makan malam. Sarapan, mereka masih bisa membuatkan aku kopi atau sekedar menyiapkan roti bakar."

Meski Alex berkata demikian, tetap saja Shania masak untuk dua porsi. Walau akhirnya sering makanan yang ia buat berujung di tangan satpam rumah atau satpam perumahan.

Seperti malam ini, Shania yang tidak tahu apakah Alex sudah makan malam atau belum, memilih untuk memasak sedikit lebih banyak.

Saat memasak, kembali Shania merasakan kesedihan sebab sikap Alex kepadanya yang tak pernah berubah. Mungkin kedua matanya masih bengkak sekarang, tapi Shania tampak tak peduli.

Di tengah kegiatan masak dan pikirannya yang sedang sedih, tiba-tiba Shania mendengar suara Alex dari arah ruang makan.

"Aku lapar. Apakah kamu masak banyak malam ini?" tanyanya seraya mengambil air dingin dalam lemari es.

"Ya. Sebentar lagi siap," jawabnya pelan.

Mungkin Alex tak peduli sebab setelahnya lelaki itu tidak merespon jawaban Shania barusan. Ia malah kembali ke ruang makan, duduk dan memainkan gadget yang selalu dibawanya kemana pun ia berjalan.

Shania membawa makanan ke ruang makan dan meletakkannya di depan Alex. Perempuan itu tidak menoleh atau pun bicara.

Alex melihat makanan yang disajikan, lalu menatap punggung Shania yang sudah menjauh. Sedangkan Shania sendiri memilih kembali ke dapur dan memutuskan untuk tidak makan bersama Alex.

'Aku yakin kamu tak akan peduli, Lex,' gumam Shania.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lya
Cerita2 gini suka kasian sma perempuan yang di paksa…sebegitu tdk berharganya ya seorang perempuan,apalgi yg memeperlakukan suami sendiri,pdahal dia sdh bersumpah di depan Allah melalui proses ijab qabul…jgn main2 dgn pernikahan
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Terjebak

    Shania berjalan hendak kembali ke dapur. Ia akan makan di sana, sendirian. Dia merasa kesepian dan sakit hati karena Alex tidak pernah berusaha memahami perasaannya."Kenapa kamu tidak pernah peduli?" gumam Shania pelan, berharap Alex mendengar. Alex menoleh mengalihkan pandangan dari gadget-nya. "Apa maksudmu?" tanyanya pada Shania.Shania berbalik, lalu menatap Alex. Ia melihat mata suaminya dengan sedih. "Kamu tidak pernah berbicara denganku, tidak pernah peduli apa yang aku rasakan. Apakah aku hanya sekedar istri yang tidak berarti bagi kamu?"Alex menatap Shania, tapi tidak ada emosi di wajahnya. "Aku sibuk. Aku tidak memiliki waktu untuk membicarakan perasaan."Shania merasa sakit hati mendengar jawaban Alex. Dia merasa tidak dihargai dan tidak dicintai."Sibuk? Kamu selalu sibuk, Lex. Tapi, apakah kamu pernah berpikir aku juga butuh perhatian?" tanyanya dengan suara bergetar.Alex mengangkat bahu dan memalingkan mukanya. "Aku memberikan apa yang kamu butuhkan, bukan? Rumah, u

    Huling Na-update : 2025-02-01
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Masuk Tim Proyek

    Shania duduk di ruang rapat, menghadapi Ethan dan beberapa rekan kerjanya. Mereka semua membahas tentang lelang proyek yang sedang mereka jalani."Jadi, kita harus membuat presentasi yang sangat baik untuk memenangkan proyek ini," kata Ethan."Aku setuju," kata salah satu rekan kerja Shania. "Kita harus menunjukkan bahwa kita adalah tim yang terbaik untuk proyek ini."Shania mendengarkan dengan saksama, tapi ia tidak bisa menghilangkan perasaan tidak nyaman yang ia rasakan. Ia tahu bahwa proyek ini terkait dengan perusahaan keluarga Sebastian, dan itu membuatnya khawatir."Shania, apa kamu memiliki pendapat tentang proyek ini?" tanya Ethan.Shania mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku ... aku pikir kita harus sangat berhati-hati dalam membuat presentasi. Kita harus menunjukkan bahwa kita adalah tim yang profesional dan terbaik untuk proyek ini."Ethan mengangguk. "Aku setuju.""Kalau begitu, Shania, aku ingin kamu menjadi bagian dari tim presentasi. Aku mau melihat kemamp

    Huling Na-update : 2025-02-01
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Presentasi

    Shania berdiri di depan Ethan, memegang remote presentasi dan mencoba untuk memantapkan dirinya. Ia telah mempersiapkan presentasi ini selama beberapa hari, tapi ia masih merasa sedikit gugup.Ethan memandangnya dengan serius, tapi juga dengan sedikit senyum. "Siap, Shania?" tanyanya.Shania mengangguk dan memulai presentasinya. Ia menjelaskan tentang konsep desain yang telah dibuat oleh timnya, dan bagaimana desain tersebut dapat memenuhi kebutuhan klien.Ethan mendengarkan dengan saksama, dan sesekali ia memberikan pertanyaan atau komentar. Shania menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan percaya diri, dan ia merasa semakin nyaman seiring berjalannya presentasi.Setelah presentasi selesai, Ethan memberikan senyum dan mengangguk. "Bagus, Shania. Kamu telah mempersiapkan diri dengan baik," ucapnya sembari bertepuk tangan. Kawan-kawan satu timnya juga memberi ucapan selamat karena Shania bisa mempresentasikan desain buatan mereka dengan sangat baik. Shania merasa lega dan bangga

    Huling Na-update : 2025-02-01
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Diminta Mundur

    Shania telah selesai dengan presentasinya. Tampak Alex memandang hasil desain yang dipresentasikan oleh Shania dengan ekspresi yang tidak setuju. "Saya tidak bisa menerima desain ini," katanya dengan nada yang tegas.Shania tersenyum sedikit. "Apa yang tidak Anda sukai tentang desain ini, Pak Alex?" tanyanya dengan nada yang profesional."Desain ini terlalu mahal dan tidak sesuai dengan visi saya," jawab Alex dengan nada yang tetap tegas.Shania mengangguk. "Saya mengerti kekhawatiran Anda, tapi saya yakin desain ini akan membawa hasil yang baik."Alex memandang Shania dengan ekspresi yang tidak setuju. "Memang Anda tahu apa tentang visi yang saya maksud?" tanya Alex ketus, menatap Shania dengan tatapan tak suka yang begitu kentara. Ethan dan timnya terlihat menarik napas —tampak panik, dan berharap jika Alex tidak marah karena jawaban Shania. "Maaf, begini, Pak Alex. Bisa saya yang menjelaskan lebih sederhana atas rancangan desain tim kami," ucap Ethan tiba-tiba mengambil alih. A

    Huling Na-update : 2025-02-02
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Konfrontasi dengan Alex

    "Kenapa kamu begitu takut, Alex?" tanya Shania dengan ekspresi tak percaya. "Aku katakan sekali lagi, tidak ada yang aku takutkan. Aku cuma mau kamu mundur." Alex berkata dengan tatapan tajam menatap Shania. "Tapi, aku tidak bisa mundur. Aku sudah terlibat dalam proyek ini," balas Shania yang mencoba mempertahankan martabatnya. Alex tampakmeneguk air mineral yang ada di dalam gelas, lalu membalas ucapan sang istri sambil tersenyum sinis. "Kalau begitu kamu harus menerima konsekuensinya. Aku tidak akan meloloskan desain dari perusahaanmu."Shania memandang Alex dengan ekspresi tidak percaya. "Kamu tidak bisa melakukan itu. Kamu tidak bisa memutuskan nasib perusahaanku hanya karena kamu tidak ingin aku terlibat dalam proyek ini!"Alex memandang Shania dengan ekspresi yang tidak bergeming. "Aku bisa melakukan apa saja yang aku inginkan. Aku adalah klien yang akan memutuskan apakah desain dari perusahaanmu akan diterima atau tidak."Shania merasa frustrasi dan marah. "Kamu tidak adil,

    Huling Na-update : 2025-02-02
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Curhat Sahabat

    Shania duduk di depan meja, memandang Ethan dengan ekspresi yang sedih. "Sepertinya aku tidak bisa melanjutkan proyek ini, Pak," katanya dengan nada yang lembut.Ethan memandang Shania dengan ekspresi terkejut. "Apa? Mengapa?"Shania menghela napas dan memandang ke bawah. "Aku tahu bahwa Alex tidak suka kalau aku masih ada di dalam proyek ini. Aku tidak ingin menjadi penghalang bagi kesuksesan tim."Ethan memandang Shania dengan ekspresi tidak setuju. "Tidak, Shania. Kamu tidak bisa mundur sekarang. Kamu adalah bagian penting dari tim ini. Kita tidak bisa melanjutkan proyek ini tanpa kamu."Shania menggelengkan kepala. "Aku tidak bisa, Pak Ethan. Aku tidak ingin membuat tim ini gagal karena aku."Ethan memandang Shania tegas. "Shania, aku tidak akan membiarkan kamu mundur. Kamu adalah anggota tim yang berharga dan kita membutuhkan kamu. Kita akan menghadapi Alex bersama-sama dan membuktikan bahwa kita bisa melakukannya."Shania memandang Ethan terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Ethan

    Huling Na-update : 2025-02-03
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Shania Mencari Solusi

    Shania berdiri di pelataran gedung perusahaan milik keluarga Sebastian, merasa sedikit gugup. Ia telah memutuskan untuk mendatangi kantor Alex dan meminta suaminya itu untuk meloloskan proyek Ethan.Seorang petugas keamanan menyambut Shania dengan sikapnya yang ramah. Setelahnya ia mengantar Shania sampai ke meja resepsionis. "Selamat pagi, Ibu. Ada yang bisa kami bantu?" Seorang petugas front office menyapa Shania sama ramahnya dengan si petugas keamanan. "Saya mau bertemu suami saya." Shania memberi tahu petugas meja depan tersebut, tanpa basa basi. "Baik, mohon tunggu sebentar. Kami akan hubungi sekretaris bapak dulu mengenai kedatangan Ibu."Shania mengangguk dan tersenyum. Ia lalu memilih untuk duduk di lobi menunggu kabar dari si petugas. Shania berencana untuk membicarakan masalah lelang proyek yang sudah Alex putuskan kemarin. Awalnya Shania ingin membahas masalah ini di rumah, tapi Alex tidak pulang ke rumah semalam, entah kemana. Semalaman Shania merasa frustrasi hingga

    Huling Na-update : 2025-02-03
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kemunculan Maura

    Shania dibuat terkejut dengan kemunculan Maura di kantor suaminya. Namun, sikap terkejutnya belum seberapa dibanding ucapan Alex ketika memberi tahu sang mantan kekasih bahwa Shania adalah tamunya."Siapa tamu yang kamu maksud?" tanya Maura tak mengerti maksud Alex."Shania sudah mau pulang. Jadi, aku rasa kehadiranmu tidak mengganggu," ucap lelaki itu lembut. Terlebih tatapannya sangat melukai hati Shania, yang selama mereka menikah tidak pernah mendapat perhatian yang serupa seperti apa yang Alex lakukan sekarang kepada Maura.Shania kaget dengan sikap Alex yang begitu perhatian dan lembut, hal yang sangat ia inginkan dari lelaki itu, tapi tak pernah ia dapatkan.Pada akhirnya Shania memutuskan untuk pergi. Namun, ia masih meminta kepada Alex untuk memikirkan permintaannya."Ya, urusanku sudah selesai, Maura. Aku sudah mau pergi karena masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.""Ah, sayang sekali. Padahal aku masih ingin berbincang denganmu setelah kita tidak bertemu lama, Shan

    Huling Na-update : 2025-02-04

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Perubahan Sikap

    Shania mungkin tidak menyangka dengan informasi yang baru saja Alex berikan tentang hubungannya dengan Maura yang ternyata hanya sebatas hubungan biasa, tanpa ada hal istimewa yang selayaknya para peselingkuh lakukan di luaran sana. Tapi, apakah Shania akan percaya begitu saja? Tentu tidak, meski Alex mengatakan dengan mimik wajah serius —yang jika orang lain lihat akan langsung menilai bahwa yang diucapkannya adalah nyata, Shania tidak langsung menelan bulat-bulat apa yang suaminya itu katakan. Apalagi bukan sekali dua kali Shania melihat kemesraan yang Alex dan Maura lakukan ketika sedang berada di kantor. Keduanya terlihat tidak sungkan untuk berlaku mesra meski ada banyak orang di depan mereka. Hingga malam menjelang dini hari, Alex berhasil membuat malam yang dingin menjadi hangat sebab keintiman yang dilakukannya bersama sang istri. Shania tidak menolak kali ini. Setelah rencana yang dibuatnya untuk pergi dari kehidupan Alex bersama anak yang ada di dalam kandungannya, bukan s

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Apa Ini Sungguhan?

    Alex tidak menjawab, ia malah semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Shania. Shania merasa takut dan berusaha berontak lebih keras, tapi Alex terlalu kuat. Bahkan, ia semakin terpacu ketika dadanya menempel dengan tubuh Shania yang kenyal. "Alex, tolong!" pintanya lagi, suaranya mulai terdengar panik.Tapi, Alex tidak peduli. Ia malah semakin mendekatkan bibirnya ke bibir Shania.Shania merasa sangat takut dan berusaha berontak dengan segala kekuatannya. Tapi, Alex terlalu kuat dan ia tidak bisa melepaskan diri.Saat itu, Shania merasa sangat putus asa dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia hanya bisa berharap bahwa Alex akan segera sadar dan melepaskannya.Namun, ketakutannya semakin menjadi ketika Alex berhasil menciumnya. Alex bahkan menekan kepalanya agar Shania tidak sampai melepaskan diri. Shania merasa sesak ketika Alex melakukannya dengan nafsu yang begitu membara. Kekuatannya seketika melemah seiring pagutan Alex di bibirnya yang semakin intim dan panas. Menyadari perl

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mencecar

    Rachel menghela napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Shania memang tidak bisa bertahan melihat kemesraan Alex dan Maura. Tapi, ia tidak bisa meninggalkan Alex karena ia sudah terlalu jauh terlibat dalam hubungan itu."Ethan mengernyit, tidak memahami maksud Rachel. "Apa yang membuat Shania tidak bisa meninggalkan Alex?" tanya Ethan penasaran. Rachel tersenyum sedih. "Shania merasa bersalah karena telah mencintai Alex, tapi tidak bisa memiliki hatinya. Ia juga merasa bersalah karena telah menikah dengan Alex, tapi tidak bisa membuatnya bahagia."Ethan menghela napas dalam-dalam, mencoba memahami kompleksitas perasaan Shania. "Apa yang akan Shania lakukan sekarang?" tanya Ethan, ingin tahu lebih lanjut.Rachel menggeleng. "Aku tidak tahu. Shania masih belum tahu apa yang ingin dilakukannya. Tapi, aku tahu bahwa ia tidak bisa terus-menerus hidup dalam kesedihan dan kekecewaan," ujar Rachel berbohong. Ia tidak mungkin menceritakan rencana Shania yang memilih pergi ke luar negeri kepad

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Masih Bertahan

    Rachel melanjutkan ceritanya, "Alex tidak menyadari perubahan sikap Shania. Ia terlalu sibuk dengan hubungannya dengan Maura. Tapi, aku bisa melihat perubahan itu. Shania menjadi lebih tertutup dan tidak lagi ceria seperti dulu."Ethan mendengarkan dengan saksama, mencoba memahami apa yang terjadi antara Shania, Alex, dan Maura."Apa yang terjadi kemudian?" tanya Ethan, penasaran dengan kelanjutan cerita.Rachel mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Shania mencoba untuk melupakan Alex dan fokus pada studinya. Tapi, ia tidak bisa menghindari Alex dan Maura, karena mereka berdua selalu bersama-sama. Shania merasa sakit hati dan kecewa, tapi ia tidak bisa menunjukkan perasaannya itu kepada Alex."Ethan mengangguk, memahami perasaan Shania. "Aku mengerti sekali posisinya. Lalu, apa yang akhirnya Shania lakukan?" Ethan bertanya lagi.Rachel tersenyum sedih, "Pada akhirnya Shania malah menerima lamaran Alex setelah kekasihnya itu tiba-tiba pergi meninggalkannya setahun yang lalu

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mengorek Kisah Masa Lalu

    Bulan yang terlihat utuh dengan warna terang menyinari semesta, menjadi saksi ketika Rachel dan Ethan akhirnya melanjutkan obrolan. Kafe yang sejatinya tutup, kini terbuka untuk si pemilik dengan membiarkan para karyawannya pulang. "Biasanya insting lelaki itu lemah dibanding perempuan, tapi entah apa yang ada pada dirimu, kenapa kamu seolah tahu sekali tentang masalah yang sedang dihadapi oleh Shania." Rachel memulai obrolan setelah karyawannya menyediakan minuman dan snack untuknya juga Ethan. "Sejak kapan kamu menyadari ada sesuatu yang terjadi pada Shania?" tanya Rachel kemudian. Ethan menghela napas panjang. Lelaki itu seolah ingin mengambil ancang-ancang untuk melepaskan uneg-uneg yang selama ini mendekam di dalam pikirannya. "Sejak pertama ia bekerja di perusahaanku."Rachel diam. Ia melihat kedua mata Ethan yang menatap lurus ke luar. "Shania sudah terlihat murung sejak awal bekerja. Meski ia selalu menutupi dengan sikap ceria di depan anak-anak yang lain, tapi aku tahu k

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kejutan

    Semua orang memandang sosok lelaki yang selama ini terlihat penuh karisma dalam balutan pakaian formal —jas dan dasi, mendadak santai dengan pakaian kasual. Tidak hanya Shania yang terkejut, tapi Rachel dan Ethan, terlihat tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya tatkala melihat sosok Alex berdiri tak jauh dari mereka. "Pak Alex," ucap Ethan pelan. Meski ia sudah tahu hubungan Shania dengan Alex, tapi ia tetap tak menyangka akan kehadiran pengusaha itu di depan mereka.Entah apa yang terjadi, padahal sebelumnya Alex menutup-nutupi hubungannya dengan Shania. Tapi sekarang, justru hal tersebut berbanding terbalik. Ethan menilai sepertinya Alex tengah ingin menunjukkan sesuatu kepadanya. Alex berjalan menghampiri saat orang-orang di depannya tidak mengatakan apapun. Ia lalu berhenti tepat di depan Shania. "Aku lihat mobilmu di rumah. Jadi, aku memutuskan untuk menjemputmu di sini." Alex berkata pada Shania yang menatapnya dalam diam. Tatapan istrinya masih terlihat tak percaya dengan

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Apa Lagi Ini?

    "Kamu ini kenapa sih? Belakangan ini sikapmu aneh sekali!" Shania berseru kesal. Namun, Alex tampaknya mengabaikan ucapan Shania karena selanjutnya ia masih memaksa istrinya itu untuk segera pulang. "Aku akan pulang kalau sudah selesai." Shania menjawab santai. "Kalau begitu jangan salahkan aku kalau akan ada hal yang mengejutkan terjadi."Shania mengernyit. "Memang apa yang terjadi?""Bukan kejutan kalau aku memberi tahumu. Jadi, aku tanya sekali lagi, kamu mau pulang sekarang atau nanti?" Alex kembali bertanya. Shania pun tetap pada jawabannya. "Aku akan pulang kalau sudah selesai."Bukan Shania yang memutuskan panggilan, tapi Alex yang langsung mematikan ponselnya setelah Shania memberi keputusan. "Dia ini kenapa sih?" tanya Shania heran. Sejak tadi Alex bersikap aneh. 'Tidak! Tapi, sejak sepekan yang lalu,' batin Shania yang kemudian memilih tak peduli. Ia pun kembali ke ruangan karaoke. Bergabung dengan teman-temannya yang masih asik bernyanyi. "Ada apa?" tanya Rachel berb

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sikap Aneh

    Suasana kafe semakin malam semakin seru ketika Rachel sebagai pemilik, ikut serta dalam perayaan keberhasilan tim Ethan yang telah selesai dalam mengerjakan proyek di PT. A. Sebagai sahabat, Shania senang karena bisa berbagi kebahagiaan dengan perempuan yang malam itu berpenampilan formal sebab baru pulang dari kantor. Begitu juga dengan para karyawan Ethan, yang tidak sungkan bersikap santai hingga bercanda meski sang pemilik kafe ada beserta mereka. Mereka justru senang dan bergembira bersama karena sikap Rachel yang sangat ramah dan ceria. Semua bisa berbaur dengan asik membuat pesta tersebut berjalan seru, tapi tidak menghilangkan keakraban. "Apa kamu sudah menyiapkan semuanya?" tanya Rachel pada Shania di tengah keseruan karyawan Ethan yang sudah mulai bernyanyi di ruang karaoke. "Ehm, beberapa udah aku cicil," jawab Shania santai. "Sudah nentuin kemana tujuan kamu?"Shania mengangguk. "Sudah.""Kemana?" Rachel terus bertanya karena penasaran. Namun, Shania malah tersenyum s

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Rasa Penasaran

    Semua karyawan memandang takjub saat kaki mereka berdiri di depan teras sebuah kafe yang terlihat eye catching. Sebuah kafe yang cukup luas dengan parkiran yang memadai, membuat anak buah Ethan, termasuk dirinya memandang tak percaya. Ethan yang bukan pribadi suka hang out, memang tidak tahu mengenai tempat yang ia kunjungi sekarang. Bahkan, dari sekian banyak karyawan Ethan, tak ada satu pun dari mereka yang mengetahui ada tempat tersebut. "Ini keren banget, sumpah!" seru Fiersa yang mendapat anggukan Mita di sebelahnya. Teman-temannya yang lain pun mengangguk setuju saat Fiersa memuji tempat tersebut. "Kok kita bisa enggak tahu ada tempat ini, ya? Gimana bisa!" seru mereka tak percaya. Tatapan kagum dan tak percaya semakin tampak di wajah anak-anak muda tersebut ketika sudah memasuki ruangan kafe. "Kamu tahu dari mana ada tempat kaya gini?" tanya Fiersa pada Shania. "Ehm, sebenarnya kafe ini belum lama launching, sekitar tiga bulan yang lalu-lah. Aku tahu tempat ini, karena p

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status