Share

Diminta Mundur

Penulis: Ummu Amay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-02 10:26:54

Shania telah selesai dengan presentasinya. Tampak Alex memandang hasil desain yang dipresentasikan oleh Shania dengan ekspresi yang tidak setuju. "Saya tidak bisa menerima desain ini," katanya dengan nada yang tegas.

Shania tersenyum sedikit. "Apa yang tidak Anda sukai tentang desain ini, Pak Alex?" tanyanya dengan nada yang profesional.

"Desain ini terlalu mahal dan tidak sesuai dengan visi saya," jawab Alex dengan nada yang tetap tegas.

Shania mengangguk. "Saya mengerti kekhawatiran Anda, tapi saya yakin desain ini akan membawa hasil yang baik."

Alex memandang Shania dengan ekspresi yang tidak setuju.

"Memang Anda tahu apa tentang visi yang saya maksud?" tanya Alex ketus, menatap Shania dengan tatapan tak suka yang begitu kentara.

Ethan dan timnya terlihat menarik napas —tampak panik, dan berharap jika Alex tidak marah karena jawaban Shania.

"Maaf, begini, Pak Alex. Bisa saya yang menjelaskan lebih sederhana atas rancangan desain tim kami," ucap Ethan tiba-tiba mengambil alih.

A
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Konfrontasi dengan Alex

    "Kenapa kamu begitu takut, Alex?" tanya Shania dengan ekspresi tak percaya. "Aku katakan sekali lagi, tidak ada yang aku takutkan. Aku cuma mau kamu mundur." Alex berkata dengan tatapan tajam menatap Shania. "Tapi, aku tidak bisa mundur. Aku sudah terlibat dalam proyek ini," balas Shania yang mencoba mempertahankan martabatnya. Alex tampakmeneguk air mineral yang ada di dalam gelas, lalu membalas ucapan sang istri sambil tersenyum sinis. "Kalau begitu kamu harus menerima konsekuensinya. Aku tidak akan meloloskan desain dari perusahaanmu."Shania memandang Alex dengan ekspresi tidak percaya. "Kamu tidak bisa melakukan itu. Kamu tidak bisa memutuskan nasib perusahaanku hanya karena kamu tidak ingin aku terlibat dalam proyek ini!"Alex memandang Shania dengan ekspresi yang tidak bergeming. "Aku bisa melakukan apa saja yang aku inginkan. Aku adalah klien yang akan memutuskan apakah desain dari perusahaanmu akan diterima atau tidak."Shania merasa frustrasi dan marah. "Kamu tidak adil,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Curhat Sahabat

    Shania duduk di depan meja, memandang Ethan dengan ekspresi yang sedih. "Sepertinya aku tidak bisa melanjutkan proyek ini, Pak," katanya dengan nada yang lembut.Ethan memandang Shania dengan ekspresi terkejut. "Apa? Mengapa?"Shania menghela napas dan memandang ke bawah. "Aku tahu bahwa Alex tidak suka kalau aku masih ada di dalam proyek ini. Aku tidak ingin menjadi penghalang bagi kesuksesan tim."Ethan memandang Shania dengan ekspresi tidak setuju. "Tidak, Shania. Kamu tidak bisa mundur sekarang. Kamu adalah bagian penting dari tim ini. Kita tidak bisa melanjutkan proyek ini tanpa kamu."Shania menggelengkan kepala. "Aku tidak bisa, Pak Ethan. Aku tidak ingin membuat tim ini gagal karena aku."Ethan memandang Shania tegas. "Shania, aku tidak akan membiarkan kamu mundur. Kamu adalah anggota tim yang berharga dan kita membutuhkan kamu. Kita akan menghadapi Alex bersama-sama dan membuktikan bahwa kita bisa melakukannya."Shania memandang Ethan terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Ethan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Shania Mencari Solusi

    Shania berdiri di pelataran gedung perusahaan milik keluarga Sebastian, merasa sedikit gugup. Ia telah memutuskan untuk mendatangi kantor Alex dan meminta suaminya itu untuk meloloskan proyek Ethan.Seorang petugas keamanan menyambut Shania dengan sikapnya yang ramah. Setelahnya ia mengantar Shania sampai ke meja resepsionis. "Selamat pagi, Ibu. Ada yang bisa kami bantu?" Seorang petugas front office menyapa Shania sama ramahnya dengan si petugas keamanan. "Saya mau bertemu suami saya." Shania memberi tahu petugas meja depan tersebut, tanpa basa basi. "Baik, mohon tunggu sebentar. Kami akan hubungi sekretaris bapak dulu mengenai kedatangan Ibu."Shania mengangguk dan tersenyum. Ia lalu memilih untuk duduk di lobi menunggu kabar dari si petugas. Shania berencana untuk membicarakan masalah lelang proyek yang sudah Alex putuskan kemarin. Awalnya Shania ingin membahas masalah ini di rumah, tapi Alex tidak pulang ke rumah semalam, entah kemana. Semalaman Shania merasa frustrasi hingga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kemunculan Maura

    Shania dibuat terkejut dengan kemunculan Maura di kantor suaminya. Namun, sikap terkejutnya belum seberapa dibanding ucapan Alex ketika memberi tahu sang mantan kekasih bahwa Shania adalah tamunya."Siapa tamu yang kamu maksud?" tanya Maura tak mengerti maksud Alex."Shania sudah mau pulang. Jadi, aku rasa kehadiranmu tidak mengganggu," ucap lelaki itu lembut. Terlebih tatapannya sangat melukai hati Shania, yang selama mereka menikah tidak pernah mendapat perhatian yang serupa seperti apa yang Alex lakukan sekarang kepada Maura.Shania kaget dengan sikap Alex yang begitu perhatian dan lembut, hal yang sangat ia inginkan dari lelaki itu, tapi tak pernah ia dapatkan.Pada akhirnya Shania memutuskan untuk pergi. Namun, ia masih meminta kepada Alex untuk memikirkan permintaannya."Ya, urusanku sudah selesai, Maura. Aku sudah mau pergi karena masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.""Ah, sayang sekali. Padahal aku masih ingin berbincang denganmu setelah kita tidak bertemu lama, Shan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Konfrontasi

    Shania memasuki rumah dengan perasaan yang tidak enak. Ia masih teringat dengan kemunculan Maura di kantor Alex tadi siang. Ia merasa bahwa Alex masih memiliki perasaan untuk Maura, dan itu membuatnya merasa tidak nyaman.'Apakah selama ini Alex kerap bertemu dengannya?' batin Shania tiba-tiba sesak. Saat ia memasuki ruang tamu, Shania melihat Alex yang sedang duduk di sofa, menonton TV. Ia berjalan mendekati Alex dengan langkah yang pelan."Alex, aku ingin berbicara denganmu," kata Shania dengan nada yang serius.Alex memandang Shania dengan rasa penasaran, tapi tidak menunjukkan reaksi yang berlebihan. "Apa yang kamu ingin bicarakan?" tanya Alex yang sebenarnya tidak terlalu serius menonton layar terang di depannya. Lelaki itu lebih fokus pada gadget di tangannya yang masih menyala. Shania duduk di sebelah Alex dengan postur yang tegak. "Aku ingin tahu tentang Maura.""Kenapa dengannya?""Sejak kapan ia kembali?" Shania bertanya penuh kehati-hatian. Alex menengok pelan, tapi tida

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sebuah Keputusan

    Shania duduk di meja makannya sendirian. Semalaman ia tidak bisa tidur karena terus menangis dan memikirkan nasib rumah tangganya. Tak terlihat keberadaan Alex, yang mungkin saja sudah pergi sebelum Shania bangun. Atau, mungkin saja lelaki itu yang justru belum bangun karena tidak memiliki jam kerja. Kedudukannya sebagai seorang CEO, membuat waktu kerjanya fleksibel —alias seenaknya. Teringat akan perdebatan antara dirinya dan Alex semalam yang berujung sikap tak peduli lelaki itu kepada nasib rumah tangga mereka, Shania akhirnya memutuskan akan kembali pulang ke rumah orang tuanya. "Aku akan pulang. Tapi, setelah proyek di perusahaannya selesai aku kerjakan," kata Shania pada dirinya sendiri. Suaranya terdenger pilu, juga menyedihkan. Tapi, ia berusaha sekali kuat di tengah sikap Alex yang sudah tak suka akan keberadaannya.Di dalam perjalanan —setelah Shania kenyang menikmati sarapan roti dan sosis panggang beserta scramble egg buatannya, Rachel tiba-tiba menghubunginya."Aku su

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Situasi tak Menyenangkan

    Maura?' batin Shania. Shania merasa seperti ditampar oleh kenyataan yang tidak terduga. Ia tidak bisa percaya bahwa Alex memintanya kembali presentasi hanya untuk menyenangkan Maura. Perasaan sakit dan terluka yang sudah ada di hatinya sejak kemarin semakin menjadi-jadi."Apa maksudnya ini?" tanya Shania kepada Alex dengan nada yang dingin dan marah.Alex tersenyum dan mengangkat bahu. "Maura ingin melihat presentasi kamu, dan aku pikir itu ide yang baik."Shania merasa seperti ingin meledak. "Ide yang baik? Kamu pikir itu ide yang baik? Setelah semua yang telah terjadi, kamu masih bisa meminta aku untuk melakukan ini?"Maura tersenyum dan memandang Shania dengan mata yang dingin. "Aku ingin melihat apa yang membuat Alex begitu yakin dengan kamu," katanya dengan nada manis, yang sengaja dibuat-buat. Shania merasa seperti ingin muntah. Ia tidak bisa percaya bahwa Maura bisa begitu tidak sensitif dan tidak menghargai statusnya. Ia juga tidak bisa percaya bahwa Alex bisa begitu tidak p

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Izin Merebut

    "Jadi, dia belum tahu tentang hubungan pernikahan kalian yang sejak awal tidak harmonis?"Setelah perbincangan dengan Maura berakhir, sesuai janji Shania bertemu dengan Rachel di kantor Bayu —papanya Rachel. Saat ini keduanya tengah duduk di kantin sembari istirahat makan siang. "Aku tidak tahu pasti. Tapi, apa maksud ucapannya ketika ia bilang cemburu? Padahal sudah jelas-jelas Alex jarang ada di rumah sejak kami menikah dan aku yakin keduanya selalu bersama." Shania berkata lesu. "Aku baru sadar sekarang, bau parfum yang menempel di kemeja kerja Alex ternyata adalah milik Maura. Aku tahu ketika tadi berbicara dengannya," kata Shania menambahkan. Rachel tampak berhenti memasukkan makanan ke dalam mulutnya ketika melihat wajah Shania yang lesu dan tak semangat. Ia hanya mengunyah makanan yang sudah kepalang masuk. "Apa kamu juga berpikir bahwa selama ini orang yang selalu menghubungi Alex adalah Maura?" tanya Rachel hati-hati. "Pasti.""Apa kamu berpikir juga kalau selama ini Ale

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06

Bab terbaru

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Momen Menegangkan

    Ruangan dengan dominan warna putih yang menjadi pemandangan Shania saat ini, tampak sibuk dengan orang yang berlalu lalang. Mereka sibuk dengan tugas masing-masing saat mengetahui menantu dari pengusaha kaya Jimmy Sebastian itu akan melahirkan. Ya, setelah usia kandungannya menginjak bulan ke tiga puluh sembilan, kontraksi yang Shania tunggu akhirnya datang. Sejak subuh ia sudah merasakan perutnya melilit. Minim pengalaman, Shania sangat bersyukur ketika Hanum dan ibunya setia menemani. Kedua wanita hebat itu membersamai Shania dari pembukaan pertama sampai pembukaan sembilan, di mana saat ini para dokter yang dipilih oleh Hanum mulai bersiap membantu persalinan. Sebagian dari mereka mungkin khawatir akan keselematan Shania dan calon bayi yang akan segera hadir itu. Tapi, sebagai petugas medis yang berpengalaman, karir mereka rela dipertaruhkan demi sebuah gengsi karena bisa membantu kelahiran sang calon pewaris dua keluarga konglomerat itu. Shania masih menggenggam tangan sang ibu

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Keinginan Meminta Maaf

    Sepanjang hari libur, Alex memang hanya berdiam diri di rumah. Tak ada kencan apalagi berlibur bersama Maura seperti yang sebelumnya ia lakukan. Waktu Alex hanya diisi dengan bekerja dan bekerja. Hari liburnya ia isi dengan tidur dan bersantai di rumah.Hal itu sudah ia lakukan sejak sebulan kepergian Shania dari kehidupannya hingga kini sudah setengah tahun lamanya. Pertemuannya dengan sang mama beberapa waktu lalu, telah mengubah sebagian prinsip dan hidup seorang Alex. Kini ia jauh lebih sehat, baik dari segi fisik ataupun mental. Jimmy dan Hanum tentu senang dengan perubahan yang terjadi pada sang putra. Karena beberapa bulan lamanya dua orang tua itu harus berjuang membantu memulihkan kondisi mental Alex yang tiba-tiba drop. Entah apa yang membuat sang putra demikian, sebab tak ada kata atau penjelasan yang terlontar selain perkataan dokter yang mengatakan jika mental Alex terganggu.Jimmy bahkan menyerah dan hampir membawa Alex ke rumah sakit jiwa. Tapi, tidak dengan Hanum. Tak

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kekhawatiran Maura

    Maura menatap kesal pada sosok Alex yang sejak tadi mengabaikannya dan hanya terpaku pada ponsel di tangannya. "Lex? Apa kamu tidak mendengarku?" tanya wanita itu masih dengan nada setenang mungkin. Padahal hatinya sudah sangat kesal sebab sikap Alex yang semakin hari menyebalkan. Tapi, tetap saja Alex tak bereaksi. Sudah lebih dari setengah tahun sejak Alex memutuskan untuk tidak lagi tinggal bersama Maura, lelaki itu memilih untuk tinggal sendirian di rumahnya. Meski status mereka masih pacaran, tapi Alex sudah tidak terlalu mempedulikannya. Maura curiga kalau Alex tengah mencari keberadaan Shania. Wanita yang masih berstatus istri, tapi pergi karena hubungan perselingkuhan mereka. "Lex, lusa aku ada kerjaan ke luar negeri. Kamu mau ikut enggak?" tanya Maura kembali menanyakan hal yang sama.Lagi-lagi Alex diam dengan pandangannya yang melihat layar ponsel di tangannya. "Lex!" Kali ini Maura menaikkan volumenya. Ia sepertinya sudah tak tahan dengan sikap Alex yang tak lagi perh

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kembali Mengingatnya

    Shania terlihat santai saat menikmati sarapan pagi ditemani kecipak ikan dalam kolam. Duduk di balkon taman yang berhadapan dengan kolam ikan, sungguh suasana syahdu dengan udara pagi yang sangat sejuk, yang membuat jiwa dan pikiran Shania sehat. Kehamilan Shania sekarang yang sudah besar, sudah tidak lagi membuatnya mabuk. Tapi, membawa bayi di dalam perut, berjalan ke sana ke sini dengan perut besar, sungguh menjadi pekerjaan baru baginya. Meskipun begitu, Shania melakukannya dengan perasaan bahagia. Kesehatannya yang jauh lebih baik itu, tentu saja tak lepas karena campur tangan seseorang. Saat Shania selesai dengan roti dan makanan pendamping lainnya, indra pendengarannya menangkap suara mesin mobil masuk ke area garasi. Tak berapa lama, sosok wanita yang selama ini selalu ada membersamainya, muncul dengan wajah yang ceria dan bahagia. "Hai, Sayang. Sudah sarapan?" Hanum, mamanya Alex mencium dan memeluk sang menantu. "Sudah, Mah. Baru saja." Shania tersenyum saat membalas p

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Penyesalan

    Brian melihat wajah penuh penyesalan yang tampak di wajah sahabatnya. Entah apa karena sudah mengabaikan sosok sang istri yang selama ini begitu mencintainya, atau karena kepergian perempuan itu hingga membuatnya berada dalam masalah sekarang. "Kamu tahu, Lex. Aku bertanya-tanya sejak kemarin, kenapa kamu tiba-tiba peduli mengenai Shania?""Apa maksudmu?" Alex bertanya tak mengerti. Dalam sikap sesal yang ia rasakan karena sudah melewati banyak hal, kini ia dihadapkan satu pertanyaan sahabatnya sendiri yang justru bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah. "Bukan, selama ini sejak kamu kembali menjalin hubungan dengan Maura, aku perhatikan kamu cuek dan tak peduli dengan omongan orang tuamu. Kamu bahkan berani melawan Tante Hanum di pesta pernikahanmu dengan Shania waktu itu."Alex diam mendengarkan. Kalimat Brian mengingatkan dirinya tentang sikapnya selama ini. "Kamu tahu resiko yang akan kamu dapatkan bila kembali menjalin hubungan dengan Maura, sebab sejak awal papamu tida

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kabar Dari Brian

    Setelah kunjungan ke kediaman orang tuanya, Alex jadi terus kepikiran akan ucapan sang mama. Rumah yang besar yang sebelumnya ia tempati bersama Shania, terasa kosong dan sepi. Hal itulah yang membuatnya tinggal di apartemen bersama Maura. Aksinya hanya karena tak ingin mengingat sosok Shania yang tidak tahu di mana keberadaannya setelah pergi dari rumah. Namun, anehnya Alex malah tidak semangat untuk mengerjakan apapun saat menginap di apartemen. Pekerjaannya menjadi terlantar hingga akhirnya ia meminta Brian menyelesaikan semua tugas yang belum tuntas. Sepekan Alex telah menjadi sosok yang lain. Hidupnya mendadak berubah setelah hanya berdiam diri dengan minuman alkohol yang menemaninya dalam lamunan. Maura bukan tidak menegur. Wanita itu bahkan sampai harus mengencangkan volume suaranya biar Alex dengar. Tapi, usahanya semua sia-sia. Mereka malah bertengkar setiap hari karena sikap Alex yang keras kepala. Akhir dari pelarian Alex saat dirinya mendapat kabar dari Brian, bahwasan

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kecurigaan Sang Mama

    Alex terlihat tak baik ketika memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Selama hampir lebih dari seminggu ia tinggal di apartemen bersama Maura, tiba-tiba saja ia ingin pulang. "Papa sudah mulai mencariku. Aku akan ada dalam masalah kalau masih tetap berada di sini.""Kalau gitu aku akan temani kamu," ucap Maura yang khawatir dengan kondisi Alex. "Tidak usah. Aku mau sendiri dulu."Maura menatap Alex tak suka. "Ya sudah aku akan antar kamu pulang," ucap Maura seraya beranjak hendak mengambil tas miliknya. "Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri.""Tapi, kamu sedang tidak dalam kondisi baik, Lex."Lelaki itu tampak tak peduli. "Aku sehat. Jangan lihat aku seolah aku orang yang tidak waras," jawabnya sedikit kesal. "Kamu memang jadi tidak waras setelah mengunjungi mamamu. Aku bahkan tidak tahu apa saja yang terjadi di sana. Kamu selalu diam setiap aku tanya." Maura mulai terpancing karena sikap keras kepala Alex. Alex yang tengah bersiap pergi, sejenak berhenti bergerak. Ia memandang Maur

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Rahasia Terbongkar

    Sudah beberapa hari sejak Alex mengunjungi kediaman orang tuanya, sejak itu juga ia terlihat tidak masuk kantor. Asisten pribadi Jimmy, bahkan sampai mendatangani Alex di rumahnya. Namun, lelaki itu tidak ada di sana. Jimmy marah besar karena sang putra melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang pimpinan dengan bolos bekerja berhari-hari, melewati beberapa meeting dengan para klien hingga harus re-schedule berkali-kali. Pengusaha itu bahkan harus memerintahkan sang asisten untuk mencari tahu di mana keberadaan Alex. Hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya sebab dirinya bukanlah seorang ayah yang ikut campur urusan anaknya. "Apakah Anda yakin, Pak?" tanya Hery, asisten pribadi Jimmy. "Yakin apa, Her?" Jimmy bertanya balik. "Mencari tahu atau memata-matai Mas Alex."Jimmy mengerutkan keningnya. "Apakah masalah untukmu?""Tidak sama sekali, Pak. Tapi, ini jauh dari kebiasaan Anda."Jimmy menggeleng. "Aku tahu, tapi anak ini sudah keterlaluan. Banyak pekerjaan yang terbengkalai

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Menganggap Istimewa

    Rachel dan Ethan mampir ke sebuah restoran di sekitaran bandara. Setelah Ethan terlambat bertemu dengan Shania, lelaki itu meminta waktu sebentar untuk berbicara dengan Rachel. "Tapi, aku tak bisa lama." Rachel kembali mengingatkan lelaki di depannya. "Kamu sudah mengatakan itu sebanyak tiga kali." Ethan menyahut dengan wajah gemas, tapi tak menghilangkan raut sedih sebab kepergian Shania. "Tenang saja, aku tak akan lupa. Aku juga harus kembali ke kantor secepatnya." Ethan meyakinkan gadis di depannya untuk tidak perlu khawatir. "Aku cuma mau tahu, apakah Shania telah berpisah dengan Alex?"Rachel tidak terkejut sama sekali. Setelah menghadapi permasalahan Shania, terlalu banyak kejutan demi kejutan yang tidak ia pikirkan sebelumnya. Termasuk tentang berdirinya Ethan di bandara sesaat setelah Shania masuk ke area boarding, yang tidak Rachel sangka sama sekali. "Kamu belum jawab pertanyaanku," sahut Rachel, tidak langsung menjawab pertanyaan Ethan barusan. "Shania mengabariku sema

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status