Share

Curhat Sahabat

Author: Ummu Amay
last update Last Updated: 2025-02-03 16:22:09

Shania duduk di depan meja, memandang Ethan dengan ekspresi yang sedih. "Sepertinya aku tidak bisa melanjutkan proyek ini, Pak," katanya dengan nada yang lembut.

Ethan memandang Shania dengan ekspresi terkejut. "Apa? Mengapa?"

Shania menghela napas dan memandang ke bawah. "Aku tahu bahwa Alex tidak suka kalau aku masih ada di dalam proyek ini. Aku tidak ingin menjadi penghalang bagi kesuksesan tim."

Ethan memandang Shania dengan ekspresi tidak setuju. "Tidak, Shania. Kamu tidak bisa mundur sekarang. Kamu adalah bagian penting dari tim ini. Kita tidak bisa melanjutkan proyek ini tanpa kamu."

Shania menggelengkan kepala. "Aku tidak bisa, Pak Ethan. Aku tidak ingin membuat tim ini gagal karena aku."

Ethan memandang Shania tegas. "Shania, aku tidak akan membiarkan kamu mundur. Kamu adalah anggota tim yang berharga dan kita membutuhkan kamu. Kita akan menghadapi Alex bersama-sama dan membuktikan bahwa kita bisa melakukannya."

Shania memandang Ethan terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Ethan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Shania Mencari Solusi

    Shania berdiri di pelataran gedung perusahaan milik keluarga Sebastian, merasa sedikit gugup. Ia telah memutuskan untuk mendatangi kantor Alex dan meminta suaminya itu untuk meloloskan proyek Ethan.Seorang petugas keamanan menyambut Shania dengan sikapnya yang ramah. Setelahnya ia mengantar Shania sampai ke meja resepsionis. "Selamat pagi, Ibu. Ada yang bisa kami bantu?" Seorang petugas front office menyapa Shania sama ramahnya dengan si petugas keamanan. "Saya mau bertemu suami saya." Shania memberi tahu petugas meja depan tersebut, tanpa basa basi. "Baik, mohon tunggu sebentar. Kami akan hubungi sekretaris bapak dulu mengenai kedatangan Ibu."Shania mengangguk dan tersenyum. Ia lalu memilih untuk duduk di lobi menunggu kabar dari si petugas. Shania berencana untuk membicarakan masalah lelang proyek yang sudah Alex putuskan kemarin. Awalnya Shania ingin membahas masalah ini di rumah, tapi Alex tidak pulang ke rumah semalam, entah kemana. Semalaman Shania merasa frustrasi hingga

    Last Updated : 2025-02-03
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kemunculan Maura

    Shania dibuat terkejut dengan kemunculan Maura di kantor suaminya. Namun, sikap terkejutnya belum seberapa dibanding ucapan Alex ketika memberi tahu sang mantan kekasih bahwa Shania adalah tamunya."Siapa tamu yang kamu maksud?" tanya Maura tak mengerti maksud Alex."Shania sudah mau pulang. Jadi, aku rasa kehadiranmu tidak mengganggu," ucap lelaki itu lembut. Terlebih tatapannya sangat melukai hati Shania, yang selama mereka menikah tidak pernah mendapat perhatian yang serupa seperti apa yang Alex lakukan sekarang kepada Maura.Shania kaget dengan sikap Alex yang begitu perhatian dan lembut, hal yang sangat ia inginkan dari lelaki itu, tapi tak pernah ia dapatkan.Pada akhirnya Shania memutuskan untuk pergi. Namun, ia masih meminta kepada Alex untuk memikirkan permintaannya."Ya, urusanku sudah selesai, Maura. Aku sudah mau pergi karena masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.""Ah, sayang sekali. Padahal aku masih ingin berbincang denganmu setelah kita tidak bertemu lama, Shan

    Last Updated : 2025-02-04
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Konfrontasi

    Shania memasuki rumah dengan perasaan yang tidak enak. Ia masih teringat dengan kemunculan Maura di kantor Alex tadi siang. Ia merasa bahwa Alex masih memiliki perasaan untuk Maura, dan itu membuatnya merasa tidak nyaman.'Apakah selama ini Alex kerap bertemu dengannya?' batin Shania tiba-tiba sesak. Saat ia memasuki ruang tamu, Shania melihat Alex yang sedang duduk di sofa, menonton TV. Ia berjalan mendekati Alex dengan langkah yang pelan."Alex, aku ingin berbicara denganmu," kata Shania dengan nada yang serius.Alex memandang Shania dengan rasa penasaran, tapi tidak menunjukkan reaksi yang berlebihan. "Apa yang kamu ingin bicarakan?" tanya Alex yang sebenarnya tidak terlalu serius menonton layar terang di depannya. Lelaki itu lebih fokus pada gadget di tangannya yang masih menyala. Shania duduk di sebelah Alex dengan postur yang tegak. "Aku ingin tahu tentang Maura.""Kenapa dengannya?""Sejak kapan ia kembali?" Shania bertanya penuh kehati-hatian. Alex menengok pelan, tapi tida

    Last Updated : 2025-02-05
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Sebuah Keputusan

    Shania duduk di meja makannya sendirian. Semalaman ia tidak bisa tidur karena terus menangis dan memikirkan nasib rumah tangganya. Tak terlihat keberadaan Alex, yang mungkin saja sudah pergi sebelum Shania bangun. Atau, mungkin saja lelaki itu yang justru belum bangun karena tidak memiliki jam kerja. Kedudukannya sebagai seorang CEO, membuat waktu kerjanya fleksibel —alias seenaknya. Teringat akan perdebatan antara dirinya dan Alex semalam yang berujung sikap tak peduli lelaki itu kepada nasib rumah tangga mereka, Shania akhirnya memutuskan akan kembali pulang ke rumah orang tuanya. "Aku akan pulang. Tapi, setelah proyek di perusahaannya selesai aku kerjakan," kata Shania pada dirinya sendiri. Suaranya terdenger pilu, juga menyedihkan. Tapi, ia berusaha sekali kuat di tengah sikap Alex yang sudah tak suka akan keberadaannya.Di dalam perjalanan —setelah Shania kenyang menikmati sarapan roti dan sosis panggang beserta scramble egg buatannya, Rachel tiba-tiba menghubunginya."Aku su

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Situasi tak Menyenangkan

    Maura?' batin Shania. Shania merasa seperti ditampar oleh kenyataan yang tidak terduga. Ia tidak bisa percaya bahwa Alex memintanya kembali presentasi hanya untuk menyenangkan Maura. Perasaan sakit dan terluka yang sudah ada di hatinya sejak kemarin semakin menjadi-jadi."Apa maksudnya ini?" tanya Shania kepada Alex dengan nada yang dingin dan marah.Alex tersenyum dan mengangkat bahu. "Maura ingin melihat presentasi kamu, dan aku pikir itu ide yang baik."Shania merasa seperti ingin meledak. "Ide yang baik? Kamu pikir itu ide yang baik? Setelah semua yang telah terjadi, kamu masih bisa meminta aku untuk melakukan ini?"Maura tersenyum dan memandang Shania dengan mata yang dingin. "Aku ingin melihat apa yang membuat Alex begitu yakin dengan kamu," katanya dengan nada manis, yang sengaja dibuat-buat. Shania merasa seperti ingin muntah. Ia tidak bisa percaya bahwa Maura bisa begitu tidak sensitif dan tidak menghargai statusnya. Ia juga tidak bisa percaya bahwa Alex bisa begitu tidak p

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Izin Merebut

    "Jadi, dia belum tahu tentang hubungan pernikahan kalian yang sejak awal tidak harmonis?"Setelah perbincangan dengan Maura berakhir, sesuai janji Shania bertemu dengan Rachel di kantor Bayu —papanya Rachel. Saat ini keduanya tengah duduk di kantin sembari istirahat makan siang. "Aku tidak tahu pasti. Tapi, apa maksud ucapannya ketika ia bilang cemburu? Padahal sudah jelas-jelas Alex jarang ada di rumah sejak kami menikah dan aku yakin keduanya selalu bersama." Shania berkata lesu. "Aku baru sadar sekarang, bau parfum yang menempel di kemeja kerja Alex ternyata adalah milik Maura. Aku tahu ketika tadi berbicara dengannya," kata Shania menambahkan. Rachel tampak berhenti memasukkan makanan ke dalam mulutnya ketika melihat wajah Shania yang lesu dan tak semangat. Ia hanya mengunyah makanan yang sudah kepalang masuk. "Apa kamu juga berpikir bahwa selama ini orang yang selalu menghubungi Alex adalah Maura?" tanya Rachel hati-hati. "Pasti.""Apa kamu berpikir juga kalau selama ini Ale

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Mulai Menjalankan Misi

    Shania yang melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Alex menyatakan cintanya kepada Maura di depan mahasiswa lain, langsung berlari sembari menangis setelah melihat Maura menerima cincin yang Alex sodorkan. "Aku terlambat, Rachel. Aku menyesal sekarang.""Tidak, Shania. Kamu bukan terlambat. Tapi, karena memang Alex tidak pernah mencintaimu."Pernyataan Rachel membuat Shania tersadar jika selama ini ia telah membuang banyak waktu atas lelaki yang ternyata tidak pernah memiliki perasaan cinta kepadanya. Shania menghela napas dalam-dalam, mengingat kembali kenangan masa lalunya dengan Alex. Ia merasa bahwa ia telah terlalu lama memendam perasaannya terhadap Alex, dan sekarang ia harus membayar harga untuk itu."Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, Rachel," kata Shania dengan suara yang lemah. "Aku merasa seperti terjebak dalam situasi ini dan tidak tahu bagaimana cara keluarnya."Rachel mengangguk mengerti. "Aku tahu, Shania. Tapi, kamu harus ingat bahwa kamu tidak sendirian.

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Merasakan Sesuatu

    Shania mengingat dengan jelas percakapannya dengan Maura tempo hari. Karena itulah ia bisa menilai jika kemunculan wanita itu yang tiba-tiba di saat rapat sedang berlangsung, adalah sebuah kesengajaan. Maura sudah mulai menjalankan misi dan rencananya. Maura seperti ingin menunjukkan jika ia tidak pernah merasa insecure atau takut sekali pun. Menghampiri Alex di tengah-tengah banyak orang yang tidak ia kenal, benar-benar sebuah aksi yang pantas untuk diapresiasi. 'Ia tengah membuktikan jika apa yang dituduhkannya tidaklah benar,' batin Shania bicara. Setelah diskusi selesai, Shania dan timnya meninggalkan kantor Alex. Di dalam mobil, Ethan memandang Shania dengan ekspresi penasaran."Hey, apa yang terjadi tadi?" tanya Ethan. "Kamu terlihat tidak nyaman ketika wanita itu muncul."Shania menggelengkan kepala. "Tidak ada apa-apa, Ethan. Aku hanya sedikit lelah saja."Ethan tidak percaya. Ia tahu bahwa Shania tidak seperti itu. "Shania, aku tahu kamu tidak seperti itu," kata Ethan. "A

    Last Updated : 2025-02-09

Latest chapter

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Pandangan Berbeda

    Sudah tiga hari sejak Shania dirawat, sejak itu juga ia ditemani oleh Hanum atau Nina secara bergantian. Lian dan Jimmy juga datang, tapi keduanya hanya datang di saat jam makan siang atau pulang kantor. Dua kakek itu seolah tak mau kehilangan satu hari pun demi melihat perkembangan harian si kecil.Lantas, kemana Alex yang katanya akan mengubah sikapnya demi mempertahankan biduk rumah tangganya dengan Shania? Apakah Alex berdusta sebab tak bisa melupakan sosok Maura di dalam pikiran dan jiwanya? Jawabannya tidak. Ternyata sosok lelaki itu juga setia berada di ruang perawatan VVIP di rumah sakit milik kerabat keluarga Sebastian tersebut. Alex —meski keberadaannya tak dianggap, tak pernah pulang ke rumahnya dan tetap menjaga serta menemani Shania juga bayinya. Sejak Shania melahirkan, Alex tidur, makan, dan melakukan semua kegiatannya di ruangan tersebut. Ia hanya akan pergi saat bekerja. Setelahnya ia akan kembali mengunjungi sang istri dan putranya. Namun, apakah Shania setuju? Ap

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Satu Pukulan

    "Aku yang tidak akan izinkan!" Suara bariton terdengar menggema di ruang tempat Shania dirawat. Sosok lelaki paruh baya dengan wajah sedikit bule berdiri di ambang pintu menahan amarah.Bukan hanya Alex saja yang kaget dengan kemunculan lelaki tersebut di tengah-tengah mereka. Tapi, semua orang terutama Jimmy Sebastian yang tak lain adalah mertua Shania, papanya Alex, juga merasakan perasaan yang sama. "Ayah," lirih Shania berkata. Lian Harrison. Lelaki yang tak lain adalah ayah Shania, muncul tepat di saat semua orang tengah membahas mengenai hubungan Shania dan Alex selanjutnya. Pengusaha bertubuh tegap itu berjalan menghampiri sang putri untuk kemudian memeluknya. "Selamat, Sayang. Terima kasih karena kamu sudah berjuang untuk cucu Ayah.""Terima kasih juga, Yah. Karena Ayah mau berjuang menahan emosi Ayah untuk tidak menemui Alex selama ini."Ketika nama Alex disebut, lelaki itu terhenyak kaget. Ia yang sejak tadi menunduk, tampak mendongak dan mencoba menatap sang ayah mertu

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Ketegangan yang Berlanjut

    Jimmy terperangah kaget, tak percaya dengan apa yang besannya katakan barusan. "Jadi, Lian sudah tahu?" Jimmy menatap Nina dengan ekspresi panik. Terlihat sekali berbeda dari saat ia datang. "Tentu saja. Sejak Hanum memberi tahu saya tentang Shania dan segala masalahnya, saya langsung memberi tahu suami saya. Tidak ada yang saya tutupi darinya. Saya ceritakan semuanya."Jimmy tampak syok. Sejenak ia menatap Hanum yang menunduk. "Beruntunglah Anda, Pak Jimmy. Karena Shania menahan papanya untuk tidak menyambangi Anda. Padahal ia sudah bersiap dengan segala kemarahannya untuk menemui Alex, putra kesayangan Anda itu." Sekarang Nina yang marah. Wajahnya tak bisa menutupi betapa perihnya ia demi mengetahui masalah rumah tangga yang menimpa anak semata wayangnya. Sebagai seorang ibu, ia tentunya akan mendukung apapun keputusan sang putri, termasuk memintanya untuk tidak 'membunuh' Alex meski hal itu akan sangat mungkin keduanya lakukan. "Andai saya tahu masalah yang menimpa Shania, say

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Momen Menegangkan

    Ruangan dengan dominan warna putih yang menjadi pemandangan Shania saat ini, tampak sibuk dengan orang yang berlalu lalang. Mereka sibuk dengan tugas masing-masing saat mengetahui menantu dari pengusaha kaya Jimmy Sebastian itu akan melahirkan. Ya, setelah usia kandungannya menginjak bulan ke tiga puluh sembilan, kontraksi yang Shania tunggu akhirnya datang. Sejak subuh ia sudah merasakan perutnya melilit. Minim pengalaman, Shania sangat bersyukur ketika Hanum dan ibunya setia menemani. Kedua wanita hebat itu membersamai Shania dari pembukaan pertama sampai pembukaan sembilan, di mana saat ini para dokter yang dipilih oleh Hanum mulai bersiap membantu persalinan. Sebagian dari mereka mungkin khawatir akan keselematan Shania dan calon bayi yang akan segera hadir itu. Tapi, sebagai petugas medis yang berpengalaman, karir mereka rela dipertaruhkan demi sebuah gengsi karena bisa membantu kelahiran sang calon pewaris dua keluarga konglomerat itu. Shania masih menggenggam tangan sang ibu

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Keinginan Meminta Maaf

    Sepanjang hari libur, Alex memang hanya berdiam diri di rumah. Tak ada kencan apalagi berlibur bersama Maura seperti yang sebelumnya ia lakukan. Waktu Alex hanya diisi dengan bekerja dan bekerja. Hari liburnya ia isi dengan tidur dan bersantai di rumah.Hal itu sudah ia lakukan sejak sebulan kepergian Shania dari kehidupannya hingga kini sudah setengah tahun lamanya. Pertemuannya dengan sang mama beberapa waktu lalu, telah mengubah sebagian prinsip dan hidup seorang Alex. Kini ia jauh lebih sehat, baik dari segi fisik ataupun mental. Jimmy dan Hanum tentu senang dengan perubahan yang terjadi pada sang putra. Karena beberapa bulan lamanya dua orang tua itu harus berjuang membantu memulihkan kondisi mental Alex yang tiba-tiba drop. Entah apa yang membuat sang putra demikian, sebab tak ada kata atau penjelasan yang terlontar selain perkataan dokter yang mengatakan jika mental Alex terganggu.Jimmy bahkan menyerah dan hampir membawa Alex ke rumah sakit jiwa. Tapi, tidak dengan Hanum. Tak

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kekhawatiran Maura

    Maura menatap kesal pada sosok Alex yang sejak tadi mengabaikannya dan hanya terpaku pada ponsel di tangannya. "Lex? Apa kamu tidak mendengarku?" tanya wanita itu masih dengan nada setenang mungkin. Padahal hatinya sudah sangat kesal sebab sikap Alex yang semakin hari menyebalkan. Tapi, tetap saja Alex tak bereaksi. Sudah lebih dari setengah tahun sejak Alex memutuskan untuk tidak lagi tinggal bersama Maura, lelaki itu memilih untuk tinggal sendirian di rumahnya. Meski status mereka masih pacaran, tapi Alex sudah tidak terlalu mempedulikannya. Maura curiga kalau Alex tengah mencari keberadaan Shania. Wanita yang masih berstatus istri, tapi pergi karena hubungan perselingkuhan mereka. "Lex, lusa aku ada kerjaan ke luar negeri. Kamu mau ikut enggak?" tanya Maura kembali menanyakan hal yang sama.Lagi-lagi Alex diam dengan pandangannya yang melihat layar ponsel di tangannya. "Lex!" Kali ini Maura menaikkan volumenya. Ia sepertinya sudah tak tahan dengan sikap Alex yang tak lagi perh

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kembali Mengingatnya

    Shania terlihat santai saat menikmati sarapan pagi ditemani kecipak ikan dalam kolam. Duduk di balkon taman yang berhadapan dengan kolam ikan, sungguh suasana syahdu dengan udara pagi yang sangat sejuk, yang membuat jiwa dan pikiran Shania sehat. Kehamilan Shania sekarang yang sudah besar, sudah tidak lagi membuatnya mabuk. Tapi, membawa bayi di dalam perut, berjalan ke sana ke sini dengan perut besar, sungguh menjadi pekerjaan baru baginya. Meskipun begitu, Shania melakukannya dengan perasaan bahagia. Kesehatannya yang jauh lebih baik itu, tentu saja tak lepas karena campur tangan seseorang. Saat Shania selesai dengan roti dan makanan pendamping lainnya, indra pendengarannya menangkap suara mesin mobil masuk ke area garasi. Tak berapa lama, sosok wanita yang selama ini selalu ada membersamainya, muncul dengan wajah yang ceria dan bahagia. "Hai, Sayang. Sudah sarapan?" Hanum, mamanya Alex mencium dan memeluk sang menantu. "Sudah, Mah. Baru saja." Shania tersenyum saat membalas p

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Penyesalan

    Brian melihat wajah penuh penyesalan yang tampak di wajah sahabatnya. Entah apa karena sudah mengabaikan sosok sang istri yang selama ini begitu mencintainya, atau karena kepergian perempuan itu hingga membuatnya berada dalam masalah sekarang. "Kamu tahu, Lex. Aku bertanya-tanya sejak kemarin, kenapa kamu tiba-tiba peduli mengenai Shania?""Apa maksudmu?" Alex bertanya tak mengerti. Dalam sikap sesal yang ia rasakan karena sudah melewati banyak hal, kini ia dihadapkan satu pertanyaan sahabatnya sendiri yang justru bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah. "Bukan, selama ini sejak kamu kembali menjalin hubungan dengan Maura, aku perhatikan kamu cuek dan tak peduli dengan omongan orang tuamu. Kamu bahkan berani melawan Tante Hanum di pesta pernikahanmu dengan Shania waktu itu."Alex diam mendengarkan. Kalimat Brian mengingatkan dirinya tentang sikapnya selama ini. "Kamu tahu resiko yang akan kamu dapatkan bila kembali menjalin hubungan dengan Maura, sebab sejak awal papamu tida

  • Pengantin yang Tak Diinginkan   Kabar Dari Brian

    Setelah kunjungan ke kediaman orang tuanya, Alex jadi terus kepikiran akan ucapan sang mama. Rumah yang besar yang sebelumnya ia tempati bersama Shania, terasa kosong dan sepi. Hal itulah yang membuatnya tinggal di apartemen bersama Maura. Aksinya hanya karena tak ingin mengingat sosok Shania yang tidak tahu di mana keberadaannya setelah pergi dari rumah. Namun, anehnya Alex malah tidak semangat untuk mengerjakan apapun saat menginap di apartemen. Pekerjaannya menjadi terlantar hingga akhirnya ia meminta Brian menyelesaikan semua tugas yang belum tuntas. Sepekan Alex telah menjadi sosok yang lain. Hidupnya mendadak berubah setelah hanya berdiam diri dengan minuman alkohol yang menemaninya dalam lamunan. Maura bukan tidak menegur. Wanita itu bahkan sampai harus mengencangkan volume suaranya biar Alex dengar. Tapi, usahanya semua sia-sia. Mereka malah bertengkar setiap hari karena sikap Alex yang keras kepala. Akhir dari pelarian Alex saat dirinya mendapat kabar dari Brian, bahwasan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status