‘Astaga! Dia beneran mau ngehukum gue?’ Andin bertanya dalam hatinya. ‘Abis makan langsung dipompa, bagaimana nasib perut gue. Mau nolak, tapi takut dosa. Ah nikmatin aja dah.’
Tubuh Andin terbaring di tempat tidur dengan kaki yang menjunati ke bawah. Haidar berdiri di depannya sudah tidak memakai sehelai benang pun di tubuhnya.
‘Astaga si jagoan segede itu, pantas saja kalau dia masuk, rahim gue terasa penuh,’ gumam Andin sambil menelan ludahnya melihat sang jagoan yang sudah berdiri tegak bagaikan tiang pancang.
Andin memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya, menikmati setiap permainan jari sang suami yang sedang menari-nari di liang keramatnya. Sementara bibirnya menyesapi mulut sang istri dengan rakus karena ada sensasi yang berbeda.
Rasa panas dari gairah yang mereka ciptakan dan rasa pedas dari bibir Andin setelah makan bubur sambel menciptakan sensasi
Seminggu sudah Haidar menghabiskan waktunya di rumah saja dengan sang istri. Hari ini dia sudah mulai bekerja kembali.“Boo, di luar ada Baron. Apa dia belum tahu kalau hari ini kamu masuk kerja?” tanya Andin sambil memasang dasi suaminya.“Tahu. Makanya dia ke sini. Mulai hari ini dia akan menjemput dan mengantarku kerja,” jawab Haidar sambil mengecup kening istrinya. “Terima kasih, Bee,” ucapnya setelah Andin selesai memasangkan dasi untuknya.“Dia beralih profesi menjadi supir kamu?” ucap Andin sambil terkekeh.“Dia bisa jadi apa aja. Aku benar-benar beruntung bisa bertemu dengan orang seperti Baron,” ucap Haidar dengan tulus.Baron adalah pemuda yang ditolong Papi Mannaf dari kejaran warga saat ia kedapatan mencuri makanan untuk ibunya yang sedang sakit, waktu itu umurnya baru lima belas tahun. Papi Mannaf melatih Ba
“Sepertinya mereka mempunyai rencana baru, untuk menyerang kita,” ucap Baron setelah ia kembali masuk ke dalam mobil.“Perketat penjagaan terhadap Nona muda! Jangan terlihat mencurigakan!” titah Baron pada anak buahnya.Haidar mengepalkan tangannya, tatapannya yang tajam seperti elang terlihat sangat menakutkan. ‘Aku tidak akan mengampuni kalian.’Sementara Andin pergi ke restoran menggunakan motor barunya. Bukan Andin namanya kalau tidak kebut-kebutan di jalanan saat mengendarai kuda besinya. Sepeda motornya melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang tidak terlalu ramai karena dia melewati jalanan yang jarang dilalui orang kebanyakan.Tidak butuh waktu lama, Andin sudah sampai di restoran milik keluarganya. Ia memarkirkan motornya di tempat parkir khusus.“Halo, Kak Ais apa kabar?” sapa Andin pada saudara sepupunya yang s
“Apa?!” seru AndinIa langsung membekap mulutnya sendiri dengan telapak tangan sambil celingak-celinguk melihat ke sekelilingnya. “Untungnya lagi sepi.” Andin mengusap dadanya dengan lega.Setelah Andin masuk ke dalam kelas. Para bodyguardnya berpencar untuk menjaga nona mudanya secara sembunyi-sembunyi.“Din, kok lo lama?” tanya Sisil pada sahabatnya yang langsung duduk di kursi di sampingnya.“Ntar gue ceritain,” bisik Andin pada sahabatnya.Sementara di kantor Mannaf Grup seorang pimpinan perusahaan besar itu sedang tidak bisa fokus dengan kerjaannya. Ia khawatir musuh-musuhnya akan melukai sang istri.Ketika Haidar hendak menelpon bodyguardnya, Baron masuk ke ruangan sang CEO tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Hanya dia yang berani melakukannya.Baron mendekati sang tuan lalu berbisik
“Kita mau ke mana, Boo?” Andin celingukan ke luar jendela. “Ini bukan ke arah rumah kita,” lanjutnya.“Kita ke kantor, Bee. Aku lagi banyak kerjaan,” jawab Haidar sambil fokus mengemudi.“Banyak kerjaan, tapi kenapa kamu jemput aku.” Andin menoleh pada suaminya.“Aku nggak bisa fokus kerja kalau kamu jauh dariku. Apalagi setelah mendengar laporan dari anak buahku kalau ada yang ingin menjebakmu.” Haidar menoleh pada istrinya sebentar lalu kembali fokus pada kemudinya.“Boo, bodyguardmu keren banget,” kata Andin yang membuat Haidar mendadak menghentikan mobilnya.“Ada apa sih?” tanya Andin pada suaminya yang mendadak menghentikan kendaraannya. “Hati-hati dong, Boo!”Haidar menatap istrinya dengan tajam. “Bee, kamu suka sama bodyguardku?” tanya Haidar den
Haidar menautkan jari jemarinya pada jemari lentik sang istri. Kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam kantornya. Semua karyawan menatapnya sejak sang CEO memasuki lobi.Ini adalah kali pertama sang CEO menggandeng wanita ke kantornya terlebih lagi, wanitanya masih sangat muda.“Wanita si Bos masih sangat cantik dan masih sangat muda. Mereka terlihat sangat serasi, cantik dan ganteng,” bisik salah satu karyawati.“Itu istri si Bos? Cantiknya pake banget,” timpal yang lainnya.“Penampilannya apa adanya, nggak seperti wanita seorang CEO yang memakai pakaian serba mewah. Aku suka melihat istrinya si Bos.” Salah satu karyawan lainnya ikut berkomentar.“Apa itu benar istrinya? Kita ‘kan nggak pernah tahu,” sahut salah satu karyawati yang merasa cemburu melihat sang CEO menggandeg wanita cantik.“Selama
Andin keluar dari raung rahasia sauminya. Kemudian menghampiri Haidar yang sedang fokus dengan laptopnya.“Boo, aku bosen di dalam. Aku duduk di situ aja, boleh ya.” Andin menunjuk sofa yang ada di depan meja kerja sang suami.“Boleh dong, Bee. Asal jangan gangguin si jagoan aja,” sahutnya sambil terkekeh. “Kamu mau pesen makanan? Mau pesan apa, nanti aku suruh Baron yang pesen.”“Nggak usah! Nanti aku aja yang pesan. Kamu fokus kerja aja biar kerjaanmu cepat selesai,” jawab Andin setelah mendudukan tubuhnya di sofa panjang. Ia bermain ponsel sambil merebahkan tubuhnya di sofa panjang.“Gimana aku mau fokus kerja kalau bidadari mesum selalu menggodaku.” Haidar menelan salivanya saat melihat perut sang istri yang putih mulus karena bajunya tersingkap.Haidar bangun dari duduknya menghampiri sang istri yang sedang tersenyu
Haidar menatap dengan tajam ke arah orang kepercayaannya yang masih berdiri di hadapannya.“Maksud saya, silakan dilanjutkan kerjanya Tuan, biar Nona nggak nunggu terlalu lama,” balasnya.“Kamu pinter, Baron.” Andin mengacungkan jempolnya ke arah laki-laki yang selalu mendampingi suaminya dengan setia. “Tuanmu kerjanya sangat lamban, kalo aku jadi bosnya udah aku pecat dia,” tambahnya sambil terkekeh.“Bee, kamu udah pesan makanan?” tanya Haidar pada istrinya mengalihkan pembicaraan sebelumnya, dan dijawab dengan gelengan kepala oleh sang istri.“Saya sudah memesan makanan untuk Tuan dan Nona,” sela Baron. “Sebentar lagi juga datang.”“Kamu memang yang terbaik, Baron.” Andin kembali mengacungkan jempolnya, tapi kali ini dua jempol sekaligus.Haidar tidak suka melihat istrinya
“Kamu tidak akan menemukan pembunuh itu karena memang kalian mengalami kecelakaan bukan karena ada sabotase dari siapa pun dan polisi sudah membuktikannya. Lagian kejadian itu udah dua puluh tahun yang lalu. Seandainya benar ada orang lain di balik kecelakaan yang merenggut nyawa saudara kembarmu, itu akan susah untuk dibuktikan karena mungkin mereka sudah menghilangkan semua buktinya,” jelas Paman Abdi panjang lebar.“Paman benar, tapi aku yakin akan segera menemukan pembunuh itu,” jawabnya dengan percaya diri. “Paman berdoa saja,” lanjutnya.“Maksudmu apa?” tanya Paman Abdi pada keponakannya.“Maksudku paman bantu doa agar aku secepatnya bisa menemukan pembunuh itu,” balas Haidar. “Oh iya, Paman, kenalin, ini istriku.” Haidar memperkenalkan istrinya pada sang paman karena waktu ia menikah sang paman tidak hadir dalam pernikahannya dikarenakan sedan
Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m
“Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah
“Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr
"Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be
Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den
Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb
"Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa
"Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia
“Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha