Share

Malaikat maut di sisi manusia

Selamat membaca.

Mengingat. Malam itu—aku tidak menyangka, kalau ia akan mengakhirinya dengan kata-kata sederhana yang terdengar begitu indah di telingaku. 'terima kasih' ucap Baginda sembari mengecup setiap tempat yang ia sentuh dengan lembut.

"Kenapa kau tersenyum simpul terus sedari tadi?" tanya Sirius. Rupanya, ia memperhatikanku sedari tadi.

Di taman belakang, aku menanam beberapa herbal baru yang diberikan Sakana sebagai permintaan maaf karena telah mengganggu kemarin. Sekarang, Baginda membiarkanku hanya diawasi oleh satu orang dan itu pun harus Sirrius—mengapa dari sekian banyaknya orang kepercayaan. Haruslah SIRRIUS yang memiliki kepribadian hampir sama seperti dia yang masih kurindukan sampai saat ini.

"Malah mengkhayal. Dasar aneh!" ucapnya sedikit kasar.

Aku tersenyum mengejek padanya. "Suka-sukaku. Otak, otakku hu!" Ku lihat sebelah mata pria itu berkedut kesal. "Lagi pula tidak ada yang bicara denganmu."

"Lancang!"

"Bodoh amat."

"Mau ku iris-iris kau menjadi daging cinca
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status