Share

Tawanan abadi Utara

Selamat membaca.

Saat matahari mulai terbenam, aku merasa kalau aku harus menghentikan Baginda. Tetapi aku tak bisa melakukan itu karena aku tak mau kehilangan mereka. Sakit.

"Emabell!"

Almosa muncul dari pintu, dengan segelas teh hangat. Aku lantas tersenyum padanya. Menyambutnya dengan segala keberanian yang kumiliki. "Apa Baginda benar-benar pergi?" tanyaku, dan Almosa menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaanku barusan. Sejenak, aku kembali murung juga senang karena Baginda pergi—tetapi aku masih merindukan nya. Aku ingin bermain salju, duduk bercerita bersama Baginda tetapi jika kulakukan. Kafkan tidak tidak akan ada.

"Kau sedih?"

"Em."

"Kamu mengalami banyak hal rupanya." Dia duduk disamping kasurku, melipat tangannya menatap ke arah langit yang tampak mengerikan dan bukannya indah ketika matahari baru saja ingin terbenam. "Keberadaanmu mulai dicurigai dan aku tidak ingin kehilangan manusia favoritku!" ujarnya sembari meraih tanganku yang masih penuh dengan luka.

Se
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status