Luna buru-buru melahap roti stoberi yang Aiden berikan. Tapi ia memakan topping buah stoberinya dulu yang berada di atas permukaan roti. Itu yang harus diselamatkan lebih dulu. Aiden tidak berhenti-berhentinya tertawa membuat Luna menjadi kesal. Astaga laki-laki itu. Jika bukan suaminya sudah Luna tarik telinganya. Tapi tidak jadi, karena ia menghormati sang suami. Melihat Aiden tertawa seperti ini saja Luna tetap terpesona. Laki-laki itu menjadi tiga kali lipat lebih tampan. "Aiden, tidak ku sangka bertemu denganmu disini." Suara laki-laki lain yang mereka kenal terdengar. Seketika Aiden menghentikan tawanya, dan merubahnya menjadi senyum simpul. Ini dia akar permasalahan mereka semalam. Dan pagi ini muncul lagi. Semoga baik-baik saja. "Hai, kau sedang apa disekitar sini?" tanya Aiden. Pasalnya Puffi Muffi dekat dengan Apartemen mereka, dan baru kali ini Aiden tak sengaja bertemu dengan Zack. "Pemilik toko roti ini temanku, kami sedang ada project bersama. Mau bergabung?" tawa
Semua prosesi pemakaman telah selesai. Dibalik kacamata hitamnya, Luna menatap guci di dalam columbarium. Hanya tertulis nama Harris Devaux disana, tidak ada foto sebab Luna juga tidak memiliki foto ayahnya. Tidak ada yang dapat Luna persembahkan, namun perempuan itu melepas cincin yang ia kenakan dan melatkkan ke dalam columbarium. Itu bukan cincin kawin, hanya perhiasan yang tidak sengaja Luna pakai hari ini. Luna juga tidak membawa bunga. Jadi columbarium milik Harris tampak sepi dan seadanya. Menghembuskan napas, tanpa mengatakan apa-apa Luna memilih berbalik meninggalkan apa yang terlah terjadi. Tidak tahu bagaimana kejadiannya, Luna juga tidak bertanya mengapa Harris meninggal tadi. Luna harus bisa merelakan apa yang telah terjadi. Menghadapi kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Dan mengikhlaskan sesuatu yang buruk terjadi. Luna membuka pintu mobil dan duduk pada kursi kemudi. Memakai sabuk pengaman, setelah itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia harus bisa men
Luna beberapa kali melirik ke arah kemudi. Dimana Aiden menyetir mobil sendiri untuk mengantarnya bekerja.Astaga. Bagaimana ini? Masa iya Luna yang tidak terdaftar sebagai dokter di rumah sakit Guy's and St Thomas' tiba-tiba memiliki jadwal praktek disana. Baru menyadari juga, apakah namanya muncul ketika dicari pada web rumah sakit?Luna mendadak mencari namanya. Berharap keluarga Wilson telah mengatur strategi ini karena sungguh ia sudah pusing memikirkannya. Sebelum sampai ke rumah sakit Luna harus memastikan beberapa hal dulu. Selena sudah Luna hubungi tadi, dan perempuan yang mendadak judes padanya itu untungnya siap membantu.Meski dengan decakan dan kalimat berintonasi malas. Setidaknya ini menyangkut keluarga Wilson jadi Selena mau membantunya.Luna bernapas lega ketika melihat namanya ternyata ada di daftar nama dokter Guy's and St Thomas' Hospitals. Untungnya rumah sakit itu luas. Jadi tidak ada yang memperhatikan namanya. Atau mungkin sudah dipertanyakan pada pihak manajem
"Jamu yang aku berikan kemarin diminum kan?"Luna mengangguk. Entahlah ia juga tidak yakin, seingatnya Luna hanya mencicipi sedikit kemudian membuangnya karena rasanya sudah tidak enak. Mungkin sudah terlalu lama juga. Dan untungnya Aiden tidak tahu soal ini. Luna hanya mengaku bahwa ia meminumnya."Kenapa belum bekerja ya?" Giselle bertanya-tanya melihat ke arah perut Luna yang masih datar. "Ah itu, maafkan aku juga belum dapat memberi Ibu cucu." Luna berkata dengan lesu. Giselle jadi merasa bersalah terlalu menyinggung soal cucu. Mungkin keduanya sebenarnya juga masih ingin menikmati waktu berdua. Giselle menghampiri Luna mengelus-elus pundaknya. "Maafkan Ibu jika terlalu menyinggungmu yaa."Luna menggeleng. "Ibu pasti bertanya-tanya juga diusia pernikahan kami yang menginjak enam bulan belum membuahkan hasil.""Jangan bicara begitu. Ibu akan kontrol ucapan Ibu." Giselle meraih tangan Luna dan mengelusnya. *******Aiden melihat file yang Yulio berikan dengan diam. Berupa foto keg
Luna tampak biasa saja, atau lebih tepatnya mencoba bersikap biasa. Perempuan itu lantas menyuapkan ramen ke mulut. Berikutnya adalah ekspresi terkejut karena rasanya yang lezat. "Hmmm!! ini enak sekali!" "Jangan terlalu dipikirkan." Luna jadi menoleh begitu Aiden berujar. "Ucapan Ibu jangan terlalu dipikirkan." Aiden menambahkan. Ia tidak ingin Luna menjalani harinya dengan paksaan. Maksudnya, jika belum diberi keturunan tidak masalah. "Tujuan pernikahan tidak hanya untuk meneruskan keturunan."Luna mengelus senyumnya. Bibirnya yang jadi berkilat sebab minyak dari ramen yang ia makan. "Nanti kita buat lagi ya!""Hahahaha.. tentu sayang. Aku paling senang bagian itu." Aiden jadi tidak sabar menantikan malam panasnya lagi hari ini.******Luna mengenakan dress panjang tanpa lengan berwarna silver. Rambutnya tergerai indah dengan ikal. Aiden yang melihatnya dari pantulan cermin tidak dapat bosan-bosannya tersenyum. Sangat mengangumi istrinya. Luna mendatangkan penata rias artis. Un
Oliver langsung menatap Luna dengan ekspresi tak terbaca. Laki-laki itu hanya diam dan mengamati. Mungkin berita ini akan ia sampaikan juga pada keluarga Wilson yang lain. Giselle memeluk Luna memberinya selamat. Kemudian keluarga Ellworth menghampiri Luna untuk memberikan selamat juga. Senyum Luna mengembang, hatinya berbunga. Hidupnya kini penuh kasih dan cinta. Riuh tepuk tangan tamu undangan menjadi pertanda Aiden telah turun dari panggung. Aiden berjalan menghampiri istrinya. Memeluknya erat dan mencium kening Luna."Sekali lagi happy birthday." Aiden berujar membuat Luna langsung memeluk leher laki-laki itu. Oliver memasukkan satu tangannya ke dalam saku. Tangan lainnya masih memegang gelas wiski yang baru diteguk sekali. Matanya nyalang menatap suami istri yang sedang berbahagia saat ini. Mungkin jika Selena tidak menuruti nafsunya dan bercinta dengan kekasih miskinnya itu, ia juga akan ikut mengurus Luxurious Lagoon Resort saat ini. Dan aset ini terlalu besar jika jatuh ke
"Kalian bereskan kekacauan ini. Aku tidak akan marah jika yang aku terima tidak sesuai dengan yang aku ucapkan. Laporan itu, sudah tertulis semua lengkap dengan tanda tangan Pak Simon. Jadi mohon pertanggungjawabannya. Kirim mutasi rekening semua, pada tanggal yang tertera. Aku tunggu sampai jam empat nanti." Aiden meninggalkan titah. Dengan suara yang lantang itu tidak menginginkan ada interupsi atau bantahan. Aiden tidak suka berbasa-basi. Laporan yang tertulis dan ucapan Simon sangat berbeda. Daripada berdebat, yang Aiden butuhkan adalah bukti. Aiden berbalik menuju ke lift dan Yulio mengikuti dari belakang. Kejadian ini hanya baru kali ini terjadi. Aiden juga memahami ada raut bingung pada wajah Simon dan Levin. Entah apa yang terjadi, yang terpenting kali ini Aiden memerlukan bukti yang kuat atas elakkan laporan tadi.Dalam diamnya, kaki Aiden melangkah masuk ke ruangan. Laki-laki itu kembali melanjutkan pekerjannya. Pada berkas yang belum selesai diperiksa sebab laporan keuang
"Kau bisa pergi sekarang. Luna bersamaku." Aiden berujar dengan nada dingin dan tajam. Zack yang melihat perbedaan dari intonasi bicara sahabatnya itu hanya dapat mengangguk dan menurut. "Oke, aku pergi sekarang. See you Aiden." Zack masih bersikap ramah meski Aiden tidak membalasnya lagi. Kedua alis Zack menyatu, kembali menoleh ke arah suami istri itu dengan bingung. Kemudian masuk ke mobilnya. Berlalu tanpa membunyikan klakson. Aiden melihat sebotol air di tangan Luna. Laki-laki itu segera merebutnya dan membuangnya tepat di tepat sampah yang ada di pinggir trotoar. "Kenapa dibuang? Airnya masih ada." Luna kebingungan. "Akan ku belikan lagi jika kau masih haus. Ayo kembali bersamaku. Mobilmu biar pihak bengkel yang mengurusnya." Aiden menarik pergelangan tangan Luna. Membawa istrinya itu berjalan ke mobil. "Sebentar Aiden-"Aiden menghentikan langkahnya menoleh pada Luna."Tas ku masih di mobil." Luna melanjutkan kalimatnya. "Masuk mobil dulu. Aku yang akan ambil."Luna men