Aiden meninggalkan rumah lagi setelah menerima telepon dari Yulio. Luna hanya dapat menghembuskan napasnya sebab makanan yang telah ia siapkan di meja makan tidak tersentuh sama sekali. Gadis itu akhirnya memakan sarapannya sendiri. Ternyata menyantap makanan sendirian tidak enak ya. Padahal sebelumnya Luna terbiasa mengerjakan semua sendiri. Ah tidak juga, ketika ia punya pacar hidup Luna juga berwarna. Luna juga sempat ditemani oleh Darren ketika makan.Mungkin karena Luna terbiasa ditemani, dan kini sudah ada Aiden juga. Maka ketika ia makan sendiri sekarang rasanya sepi sekali. Mata Luna menyapu pada ruangan Apartemennya yang luas.Terasa hampa jika hidup sendiri, tidak melakukan apapun.Ding Dong..Luna beranjak dari kursi setelah menelan suapan pertama sarapan paginya.Giselle melebarkan senyumnya begitu Luna membuka pintu. Tangannya melebar dan Luna menyambutnya dengan hangat."Ah Ibu, selamat pagi. Kenapa tidak berkabar mau main kemari?" Tanya Luna ketika keduanya melakukan ci
Luna sudah berdebar tak karuan setelah membersihkan diri dan berganti baju tidur. Sekarang ia merutuki dirinya sendiri kenapa dulu suka mengoleksi gaun tidur tak berlengan dan pendek.Aiden sudah menunggu di ranjang. Menyangga kepalanya dengan tangan dan tubuhnya miring menatap Luna yang baru keluar dari kamar mandi. Bibirnya membentuk lengkung senyum, tangannya menepuk bagian kosong di sampingnya agar Luna segera tidur."Jangan sekarang ya Aiden," kata Luna memohon. Sungguh, dari ereksi milik Aiden ketika mengenai miliknya itu ia dapat mengerti bahwa milik Aiden sungguhan besar. Luna tidak bisa membayangkan jika benda tersebut masuk ke lubang miliknya.Aiden terkekeh, tidak menghiraukan Luna. Tubuhnya beranjak dari posisi bersandar menarik tangan Luna yang sudah dekat dengan kasur. "Tidak perlu takut aku akan pelan-pelan.""Ahh tapi-"Tidak ada tapi-tapian Aiden sudah membawa tubuh Luna ke kasur. Melihat wajah istrinya itu yang semakin hari semakin cantik membuat Aiden tergila-gila d
Kai menepuk-nepuk tangan Luna yang masih menutup mulutnya. "Hei lepaskan!" berontak laki-laki itu."Kenapa kau menjadi panik dan ketakutan begitu?" tanya Hana.Bagaimana ya menjelaskannya. Apakah Luna harus membuat skenario baru lagi. Tapi karena ia tidak pernah mengarang cerita, membuatnya kesusahan sendiri."Jadi gini, akhh." Menghembuskan napas Luna melipat satu tangan, dan satu tangannya lagi ia letakkan dibibir. Sedang berpikir dan mencari alasan yang masuk akal.Hana dan Kai hanya perlu menunggunya. Lagipula mereka sedang berolahraga kemudian tidak sengaja bertemu Luna. Berniat menyapa saja. Tapi entah jika Kai keceplosan mengatakan yang tidak-tidak."Tapi bukankah wajah lelaki Rolls Royce itu tampak familiar?" Kai mulai berpikir. Kemudian tatapannya kembali pada Aiden yang sedang menunggu di dekat sungai."Benar, siapa ya?" Hana bertanya-tanya. Mengingat momen demi momen dalam hidupnya."Ah itu bukankah pemilik Silk Splurge!" Kai memekik cukup keras. Tapi untungnya jarak mereka
Semenjak titah dari Aiden yang tidak memperbolehkannya memasak itu terucap. Luna tidak pernah lagi pergi ke dapur. Laki-laki itu memutuskan untuk memperkerjakan koki pribadi, namanya David Lucius. Merupakan adik dari Artha Lucius koki pribadi Giselle.Ngomong-ngomong keduanya gagal berlibur di hari weekend kemarin karena lebih memilih mengunjungi rumah yang akan mereka beli. Melihat-lihat unit dengan suasana yang nyaman. Luna sudah menemukan pilihan. Tetapi kata Aiden rumah yang Luna pilih telalu kecil. Padahal menurut Luna rumah itu sudah lebih dari cukup.Aiden beniat untuk membangun rumah dan membeli tanah di lokasi yang strategis. Dimana pemandangan hijau terlihat dan udara yang sejuk. Seperi kediaman Wilson.Jadi Luna menurut saja, lagipula yang menangani semua biaya juga Aiden.Pagi ini Luna tidak terlalu terburu-buru untuk menyiapkan sarapan. Perempuan itu hanya bersiap untuk dirinya dan tentu menyiapkan baju Aiden. Tidak lupa memasangkan dasi untuk suaminya.Aiden sendiri menik
Luna langsung buru-buru menuju rumah sakit. Mengatakan pada Kai dan Hana ia perlu pergi dulu ada sesuatu yang genting dan minta menyampaikannya pada Bu Mega nanti. Sedang soal Aiden, Luna meminta suaminya untuk menunggu. Dengan alasan Luna masih menangani pasien. Yulio bisa ditangani yang lain jika sudah tidak dapat menahan rasa sakitnya. Ponsel Luna berdering lagi. Kali ini dari Selena. "Hei! Kenapa kau tidak bilang suamimu itu ada di rumah sakit?" tanya Selena dengan nada panik dan suara yang berbisik. "Aku juga baru dihubungi oleh Aiden. Katanya perut sekretarisnya sedang sakit, aku disuruh memeriksanya. Apa mereka tidak sengaja melihatmu?" "Hampir, aku langsung bersembunyi. Aku masih ada pasien, kau bawa snelli kan?" tanya Selena karena ia tidak bisa meminjamkan snellinya. Mendengar itu Luna lansung memeriksa tasnya. Untungnya ada. Snelli yang sudah lama bersarang di dalam tas. Terlipat dan mungkin sudah kusut berbentuk lipatan tersebut. "Ah.. ada sih. Ngomong-ngomong aku h
Luna tertidur setelah menghabiskan makanan yang dipesankan oleh Yulio. Perempuan itu telah membersihkan diri dan berganti baju. Aiden mendadak menyuruh Yulio memesan piyama tidur untuk istrinya juga. Aiden mengangkat tubuh istrinya, membawanya ke kamar yang ada di ujung ruangan agar Luna lebih nyaman dan pulas lagi tidurnya. Kemudian laki-laki itu kembali ke meja kerja memeriksa laporan keuangan dan laba yang ia peroleh atas kerja sama Silk Splurge dengan Bellagas. Selain itu permasalahan kebakaran kemarin juga masih diselidiki. Aiden juga masih harus menyusun strategi bisnis barunya dengan Zack. Baru juga diingatkan, sahabatnya itu sudah tiba. Membuka pintu ruangan Aiden begitu Yulio telah selesai melapor pada bosnya bahwa ada tamu yang datang. Aiden membiarkan meski sedang mengerjakan banyak pekerjaan. Tetapi kebetulan juga Zack datang ketika dirinya butuh membicarakan masalah bisnis baru itu. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Zack memulai dengan obrolan ringan dulu. Lelaki itu te
"Kenapa aku harus pergi darimu sayang?"Pertanyaan itu terus berputar dalam ingatan Luna. Terkadang ketika perempuan itu sedang tidak ada kegiatan. Seperti saat ini, ketika hanya duduk termenung buang air besar.Tok.. tok.."Sayang? Apa masih lama?" Tanya Aiden di luar sana mengetuk pintu.Luna langsung sadar dari lamunannya. Hari ini masakan koki David sangat enak, ekhm.. tepatnya setiap hari selalu enak dan Luna jadi ketagihan makan terus. Makanya perutnya sering penuh sekarang.Tak terasa ternyata weekend telah tiba. Kali ini agenda mereka tidak lagi batal. Semua baju-baju telah terkemas ke dalam koper. Siap untuk pergi berlibur. Sesuai permintaan Luna, Pulau Wight menjadi tujuan mereka berlibur. Aiden telah memesan tiket pesawat dan hotel termahal. "Lama ya?" tanya Luna dengan cengiran begitu keluar dari kamar mandi. "Iya, aku khawatir kau kenapa-napa." Aiden menarik tangan Luna untuk segera beranjak dari pintu kamar mandi. "Menurutmu baju kita sudah serasi?" tanya Aiden berce
Luna menahan napasnya, Aiden telah membuka mata meski tidak sepenuhnya sadar. Bibir suaminya itu lantas menciumi leher belakangnya. Dan semakin merapatkan pelukan. Berikutnya Aiden kembali tertidur membiarkan Luna membuka ponselnya. Lagi pula tidak ada rahasia seperti berpesan pada lawan jenis atau menyembunyikan foto-foto gadis lain. Luna juga langsung berfokus pada aplikasi chat yang kemudian membuka pesan Aiden dengan Yulio. Tampak membosankan karena hanya seputar meminta dokumen, mengirim dokumen, memerintahkan Yulio. Luna harus mencari kata kuncinya untuk menemukan apa yang ingin dia cari. Luna mulai mengetik kata Wilson dalam pencarian roomchat mereka. Perempuan itu terus menggulir pesan dari atas sampai bawah. Justru yang Luna temukan adalah perintah Aiden pada Yulio yang berisi untuk membeli Maserati Levante. "Tolong urus pembelian ini, kirimkan hari rabu nanti ke Apartemen dengan pita merah muda. Ini hadiah untuk istriku."Begitu kira-kira pesan yang Aiden tuliskan beserta