Semenjak titah dari Aiden yang tidak memperbolehkannya memasak itu terucap. Luna tidak pernah lagi pergi ke dapur. Laki-laki itu memutuskan untuk memperkerjakan koki pribadi, namanya David Lucius. Merupakan adik dari Artha Lucius koki pribadi Giselle.Ngomong-ngomong keduanya gagal berlibur di hari weekend kemarin karena lebih memilih mengunjungi rumah yang akan mereka beli. Melihat-lihat unit dengan suasana yang nyaman. Luna sudah menemukan pilihan. Tetapi kata Aiden rumah yang Luna pilih telalu kecil. Padahal menurut Luna rumah itu sudah lebih dari cukup.Aiden beniat untuk membangun rumah dan membeli tanah di lokasi yang strategis. Dimana pemandangan hijau terlihat dan udara yang sejuk. Seperi kediaman Wilson.Jadi Luna menurut saja, lagipula yang menangani semua biaya juga Aiden.Pagi ini Luna tidak terlalu terburu-buru untuk menyiapkan sarapan. Perempuan itu hanya bersiap untuk dirinya dan tentu menyiapkan baju Aiden. Tidak lupa memasangkan dasi untuk suaminya.Aiden sendiri menik
Luna langsung buru-buru menuju rumah sakit. Mengatakan pada Kai dan Hana ia perlu pergi dulu ada sesuatu yang genting dan minta menyampaikannya pada Bu Mega nanti. Sedang soal Aiden, Luna meminta suaminya untuk menunggu. Dengan alasan Luna masih menangani pasien. Yulio bisa ditangani yang lain jika sudah tidak dapat menahan rasa sakitnya. Ponsel Luna berdering lagi. Kali ini dari Selena. "Hei! Kenapa kau tidak bilang suamimu itu ada di rumah sakit?" tanya Selena dengan nada panik dan suara yang berbisik. "Aku juga baru dihubungi oleh Aiden. Katanya perut sekretarisnya sedang sakit, aku disuruh memeriksanya. Apa mereka tidak sengaja melihatmu?" "Hampir, aku langsung bersembunyi. Aku masih ada pasien, kau bawa snelli kan?" tanya Selena karena ia tidak bisa meminjamkan snellinya. Mendengar itu Luna lansung memeriksa tasnya. Untungnya ada. Snelli yang sudah lama bersarang di dalam tas. Terlipat dan mungkin sudah kusut berbentuk lipatan tersebut. "Ah.. ada sih. Ngomong-ngomong aku h
Luna tertidur setelah menghabiskan makanan yang dipesankan oleh Yulio. Perempuan itu telah membersihkan diri dan berganti baju. Aiden mendadak menyuruh Yulio memesan piyama tidur untuk istrinya juga. Aiden mengangkat tubuh istrinya, membawanya ke kamar yang ada di ujung ruangan agar Luna lebih nyaman dan pulas lagi tidurnya. Kemudian laki-laki itu kembali ke meja kerja memeriksa laporan keuangan dan laba yang ia peroleh atas kerja sama Silk Splurge dengan Bellagas. Selain itu permasalahan kebakaran kemarin juga masih diselidiki. Aiden juga masih harus menyusun strategi bisnis barunya dengan Zack. Baru juga diingatkan, sahabatnya itu sudah tiba. Membuka pintu ruangan Aiden begitu Yulio telah selesai melapor pada bosnya bahwa ada tamu yang datang. Aiden membiarkan meski sedang mengerjakan banyak pekerjaan. Tetapi kebetulan juga Zack datang ketika dirinya butuh membicarakan masalah bisnis baru itu. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Zack memulai dengan obrolan ringan dulu. Lelaki itu te
"Kenapa aku harus pergi darimu sayang?"Pertanyaan itu terus berputar dalam ingatan Luna. Terkadang ketika perempuan itu sedang tidak ada kegiatan. Seperti saat ini, ketika hanya duduk termenung buang air besar.Tok.. tok.."Sayang? Apa masih lama?" Tanya Aiden di luar sana mengetuk pintu.Luna langsung sadar dari lamunannya. Hari ini masakan koki David sangat enak, ekhm.. tepatnya setiap hari selalu enak dan Luna jadi ketagihan makan terus. Makanya perutnya sering penuh sekarang.Tak terasa ternyata weekend telah tiba. Kali ini agenda mereka tidak lagi batal. Semua baju-baju telah terkemas ke dalam koper. Siap untuk pergi berlibur. Sesuai permintaan Luna, Pulau Wight menjadi tujuan mereka berlibur. Aiden telah memesan tiket pesawat dan hotel termahal. "Lama ya?" tanya Luna dengan cengiran begitu keluar dari kamar mandi. "Iya, aku khawatir kau kenapa-napa." Aiden menarik tangan Luna untuk segera beranjak dari pintu kamar mandi. "Menurutmu baju kita sudah serasi?" tanya Aiden berce
Luna menahan napasnya, Aiden telah membuka mata meski tidak sepenuhnya sadar. Bibir suaminya itu lantas menciumi leher belakangnya. Dan semakin merapatkan pelukan. Berikutnya Aiden kembali tertidur membiarkan Luna membuka ponselnya. Lagi pula tidak ada rahasia seperti berpesan pada lawan jenis atau menyembunyikan foto-foto gadis lain. Luna juga langsung berfokus pada aplikasi chat yang kemudian membuka pesan Aiden dengan Yulio. Tampak membosankan karena hanya seputar meminta dokumen, mengirim dokumen, memerintahkan Yulio. Luna harus mencari kata kuncinya untuk menemukan apa yang ingin dia cari. Luna mulai mengetik kata Wilson dalam pencarian roomchat mereka. Perempuan itu terus menggulir pesan dari atas sampai bawah. Justru yang Luna temukan adalah perintah Aiden pada Yulio yang berisi untuk membeli Maserati Levante. "Tolong urus pembelian ini, kirimkan hari rabu nanti ke Apartemen dengan pita merah muda. Ini hadiah untuk istriku."Begitu kira-kira pesan yang Aiden tuliskan beserta
Luna langsung melepas pelukan dan menyambar ponselnya. Dalam otaknya perempuan itu harus buru-buru pergi membawa ponsel dan menjawab panggilan dalam radius 10 meter atau mungkin lebih. Tapi jika dilogika lagi, itu akan tampak mencurigakan daripada dirinya yang langsung menjawab telepon ditempat.Luna berpura-pura menghembuskan napasnya kasar dan memutar bola matanya. "Dia lagi," keluh Luna."Siapa? Kenapa tidak diangkat?" tanya Aiden melihat Luna menolak panggilan tersebut. Istrinya bahkan menyalakan mode silent di ponsel."Orang rumah sakit, yang sering aku minta tolong belikan makan itu.""Kenapa dia meneleponmu selarut ini?" tanya Aiden semakin bingung.Eh? Astaga.Alasan apalagi yang harus ia gunakan sekarang?Luna menaikkan bahu. "Aku rasa dia sedikit.."Aiden berdecak. "Blokir nomornya, kalau besok masih meminta uang padamu atau muncul dihadapanmu aku habisi." Aiden mengira bahwa Harris berniat genit pada Luna. Insting pria terhadap pria.Aiden beranjak dari kasur, moodnya sudah
Perebutan stroberi itu akhirnya dimenangkan oleh Aiden. Luna menyadari bahwa suaminya telah banyak berkorban. Lagi pula di dalam lemari es masih banyak stroberi. Jadi ya sudah tidak apa Aiden bisa memiliki roti dan stroberi tersebut. Dan keduanya bisa makan dengan tenang dan segera beristirahat. Seperti yang Aiden katakan sejak hari pertama keduanya menjadi suami istri. Aiden akan memberikan bunga untuk Luna setiap pagi. Hingga saat ini laki-laki itu masih memberinya bunga. Luna mencium aroma bunga tulip pagi ini, warnanya ungu muda lembut dan cantik. Begitu Aiden selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya. Luna langsung berterima kasih. "Terima kasih Aiden."Aiden tersenyum. Yulio sudah memesan bunga pada Flo Florist untuk mengirim bunga yang berbeda setiap hari dengan buket yang rapi dan indah. Jadi otomatis sudah ada yang mengantar bunga saat pagi. "Kau tidak segera bersiap?" tanya Aiden karena Luna tampak santai tidak seperti biasanya yang
Mereka menikmati hidangan dengan tenang. Lebih tepatnya Luna yang mencoba tenang setelah perkenalan singkat tadi. Robert Mariano adalah laki-laki berkewarganegaraan Spanyol. Namun dari pembicaraan yang Luna dengarkan antara Robert dan suaminya, Robert telah lama berpindah-pindah untuk urusan pekerjaan. Laki-laki itu juga sama kayanya seperti Aiden, atau bahkan lebih. Mendengar bisnis yang dijalankan sudah ada dibeberapa negara. Yang Luna lakukan hanyalah menyuapkan pasta ke mulutnya, lalu beberapa kali menyinggung senyum pada Robert atau Aiden ketika namanya disebut. "Bagaimana dengan bisnis keuanganmu yang dulu? Baru-baru ini aku juga ingin mencobanya. Pinjaman online sudah mulai merebak dikalangan anak muda. Mereka cenderung tidak bisa mengatur uangnya dengan baik hingga terjerat pinjaman." Aiden membahas bisnisnya. Ia perlu pengalaman bisnis ini pada Robert sebab laki-laki itu telah memiliki satu aplikasi pinjaman online sejak lama. Robert terkekeh. "Saemakin tinggi jumlah nasab