Luna tertidur setelah menghabiskan makanan yang dipesankan oleh Yulio. Perempuan itu telah membersihkan diri dan berganti baju. Aiden mendadak menyuruh Yulio memesan piyama tidur untuk istrinya juga. Aiden mengangkat tubuh istrinya, membawanya ke kamar yang ada di ujung ruangan agar Luna lebih nyaman dan pulas lagi tidurnya. Kemudian laki-laki itu kembali ke meja kerja memeriksa laporan keuangan dan laba yang ia peroleh atas kerja sama Silk Splurge dengan Bellagas. Selain itu permasalahan kebakaran kemarin juga masih diselidiki. Aiden juga masih harus menyusun strategi bisnis barunya dengan Zack. Baru juga diingatkan, sahabatnya itu sudah tiba. Membuka pintu ruangan Aiden begitu Yulio telah selesai melapor pada bosnya bahwa ada tamu yang datang. Aiden membiarkan meski sedang mengerjakan banyak pekerjaan. Tetapi kebetulan juga Zack datang ketika dirinya butuh membicarakan masalah bisnis baru itu. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Zack memulai dengan obrolan ringan dulu. Lelaki itu te
"Kenapa aku harus pergi darimu sayang?"Pertanyaan itu terus berputar dalam ingatan Luna. Terkadang ketika perempuan itu sedang tidak ada kegiatan. Seperti saat ini, ketika hanya duduk termenung buang air besar.Tok.. tok.."Sayang? Apa masih lama?" Tanya Aiden di luar sana mengetuk pintu.Luna langsung sadar dari lamunannya. Hari ini masakan koki David sangat enak, ekhm.. tepatnya setiap hari selalu enak dan Luna jadi ketagihan makan terus. Makanya perutnya sering penuh sekarang.Tak terasa ternyata weekend telah tiba. Kali ini agenda mereka tidak lagi batal. Semua baju-baju telah terkemas ke dalam koper. Siap untuk pergi berlibur. Sesuai permintaan Luna, Pulau Wight menjadi tujuan mereka berlibur. Aiden telah memesan tiket pesawat dan hotel termahal. "Lama ya?" tanya Luna dengan cengiran begitu keluar dari kamar mandi. "Iya, aku khawatir kau kenapa-napa." Aiden menarik tangan Luna untuk segera beranjak dari pintu kamar mandi. "Menurutmu baju kita sudah serasi?" tanya Aiden berce
Luna menahan napasnya, Aiden telah membuka mata meski tidak sepenuhnya sadar. Bibir suaminya itu lantas menciumi leher belakangnya. Dan semakin merapatkan pelukan. Berikutnya Aiden kembali tertidur membiarkan Luna membuka ponselnya. Lagi pula tidak ada rahasia seperti berpesan pada lawan jenis atau menyembunyikan foto-foto gadis lain. Luna juga langsung berfokus pada aplikasi chat yang kemudian membuka pesan Aiden dengan Yulio. Tampak membosankan karena hanya seputar meminta dokumen, mengirim dokumen, memerintahkan Yulio. Luna harus mencari kata kuncinya untuk menemukan apa yang ingin dia cari. Luna mulai mengetik kata Wilson dalam pencarian roomchat mereka. Perempuan itu terus menggulir pesan dari atas sampai bawah. Justru yang Luna temukan adalah perintah Aiden pada Yulio yang berisi untuk membeli Maserati Levante. "Tolong urus pembelian ini, kirimkan hari rabu nanti ke Apartemen dengan pita merah muda. Ini hadiah untuk istriku."Begitu kira-kira pesan yang Aiden tuliskan beserta
Luna langsung melepas pelukan dan menyambar ponselnya. Dalam otaknya perempuan itu harus buru-buru pergi membawa ponsel dan menjawab panggilan dalam radius 10 meter atau mungkin lebih. Tapi jika dilogika lagi, itu akan tampak mencurigakan daripada dirinya yang langsung menjawab telepon ditempat.Luna berpura-pura menghembuskan napasnya kasar dan memutar bola matanya. "Dia lagi," keluh Luna."Siapa? Kenapa tidak diangkat?" tanya Aiden melihat Luna menolak panggilan tersebut. Istrinya bahkan menyalakan mode silent di ponsel."Orang rumah sakit, yang sering aku minta tolong belikan makan itu.""Kenapa dia meneleponmu selarut ini?" tanya Aiden semakin bingung.Eh? Astaga.Alasan apalagi yang harus ia gunakan sekarang?Luna menaikkan bahu. "Aku rasa dia sedikit.."Aiden berdecak. "Blokir nomornya, kalau besok masih meminta uang padamu atau muncul dihadapanmu aku habisi." Aiden mengira bahwa Harris berniat genit pada Luna. Insting pria terhadap pria.Aiden beranjak dari kasur, moodnya sudah
Perebutan stroberi itu akhirnya dimenangkan oleh Aiden. Luna menyadari bahwa suaminya telah banyak berkorban. Lagi pula di dalam lemari es masih banyak stroberi. Jadi ya sudah tidak apa Aiden bisa memiliki roti dan stroberi tersebut. Dan keduanya bisa makan dengan tenang dan segera beristirahat. Seperti yang Aiden katakan sejak hari pertama keduanya menjadi suami istri. Aiden akan memberikan bunga untuk Luna setiap pagi. Hingga saat ini laki-laki itu masih memberinya bunga. Luna mencium aroma bunga tulip pagi ini, warnanya ungu muda lembut dan cantik. Begitu Aiden selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya. Luna langsung berterima kasih. "Terima kasih Aiden."Aiden tersenyum. Yulio sudah memesan bunga pada Flo Florist untuk mengirim bunga yang berbeda setiap hari dengan buket yang rapi dan indah. Jadi otomatis sudah ada yang mengantar bunga saat pagi. "Kau tidak segera bersiap?" tanya Aiden karena Luna tampak santai tidak seperti biasanya yang
Mereka menikmati hidangan dengan tenang. Lebih tepatnya Luna yang mencoba tenang setelah perkenalan singkat tadi. Robert Mariano adalah laki-laki berkewarganegaraan Spanyol. Namun dari pembicaraan yang Luna dengarkan antara Robert dan suaminya, Robert telah lama berpindah-pindah untuk urusan pekerjaan. Laki-laki itu juga sama kayanya seperti Aiden, atau bahkan lebih. Mendengar bisnis yang dijalankan sudah ada dibeberapa negara. Yang Luna lakukan hanyalah menyuapkan pasta ke mulutnya, lalu beberapa kali menyinggung senyum pada Robert atau Aiden ketika namanya disebut. "Bagaimana dengan bisnis keuanganmu yang dulu? Baru-baru ini aku juga ingin mencobanya. Pinjaman online sudah mulai merebak dikalangan anak muda. Mereka cenderung tidak bisa mengatur uangnya dengan baik hingga terjerat pinjaman." Aiden membahas bisnisnya. Ia perlu pengalaman bisnis ini pada Robert sebab laki-laki itu telah memiliki satu aplikasi pinjaman online sejak lama. Robert terkekeh. "Saemakin tinggi jumlah nasab
Luna menunggu di depan rumah sakit, Aiden bilang dia masih ada rapat dengan kolega dari luar negeri tapi sebentar lagi akan ada yang menjemput Luna."Sudah menunggu lama nona?" sebuah mobil ferrari berwarna hitam berhenti tepat di depan Luna. Pengemudi membuka jendela agar lebih mudah berbicara dengan perempuan yang ia jemput.Luna hanya mengira yang menjemputnya mungkin supir Aiden atau Yulio. Tapi ternyata jauh dari prediksinya, Luna tidak mengerti kenapa Aiden mempercayai temannya untuk menjemput istrinya."Kau.."Zack mengangguk turun dari mobil yang kemudian membukakan pintu penumpang untuk Luna. "Aiden meminta padaku untuk mejemputmu."Luna masih diam tak bergeming mencerna situasi. Tidak masalah sebenarnya toh mereka pernah bertemu sebelumnya tetapi, ia agak curiga dengan laki-laki itu.Zack menggerakkan kepalanya pada pintu yang telah dibuka. Meminta Luna untuk cepat bergerak agar tugasnya cepat selesai juga.Menghembuskan napas, akhirnya Luna melangkahkan kakinya untuk masuk
"Maaf apa aku mengganggu waktumu?" tanya Darren begitu Luna menjawab teleponnya. "Hm.. sebenarnya iya. Tapi ada apa kau menelepon?" Terjadi jeda lama. Luna memang sudah menikah, telah memberikan hati dan menyerahkan dirinya pada laki-laki sebaik Aiden. Namun tidak bisa dipungkiri, perempuan itu juga pernah mencintai secara dalam pada laki-laki yang menerima dirinya apa adanya kemarin. Jadi tolong jangan salahkan Luna jika kini perasaannya terganggu. Terdengar Darren menghembuskan napasnya. "Bagaimana kabarmu?""Baik."Menelan ludahnya Luna menahan diri untuk tidak bertanya balik. Ia harus berusaha tidak mau tahu tentang Darren lagi. "Ada apa?" tanya Luna lagi. Ia tidak bisa basa-basi saat ini. "Kau sungguhan akan menikah?" tanya Darren. Pertanyaan ini membuat Luna mengulang memori pada pertemuan mereka pada kejadian lari pagi dan Aiden datang memperkenalkan diri sebagai calon suaminya. Luna mengangguk meski ia tahu Darren tidak dapat melihatnya. "Aku tahu ini bukan urusanku sa