Share

Sah

Author: Sri_Eahyuni
last update Last Updated: 2024-09-25 07:24:44

Beruntung MUA yang dihubungi Diana langsung bisa menyanggupi dan langsung menuju hotel dimana meraka berada. Sedangkan Azka keluar menemui penghulu dan memberi tahu adanya perubahan mempelai pengantin wanita.

Tak berapa lama pihak MUA datang membawa beberapa potong kebaya untuk Nur.

"Ayo, Sayang, kita ke ruangan sebelah," ujar Diana menuntun Nur. Lia ikut mendampingi sang adik. Sedangkan Bambang dan Isna juga di rias oleh petugas MUA lainnya.

Dengan sentuhan tangan MUA yang handal kini wajah Nur terlihat memukau dan mangklingi membuat Lia dan Diana tersenyum bangga.

"Masya Allah, cantik banget calon mantu Mama," puji Diana.

"Pasti Excel bakal enggak mengenali kamu deh, Nur. Pasti dia pangkling banget," imbuh Lia.

"Mbak, jangan bikin aku tambah malu dong," balas Nur tersipu malu.

"Ya udah yuk kita keluar, udah di tungguin dari tadi," ajak Diana.

"Masya Allah, Nduk, kamu cantik banget," ujar Isna. Ia hampir tak mengenali putri bungsunya itu. Sedangkan Bambang hanya tersenyum menanggapi.

"Iya, Bu, ternyata Nur sangat cantik. Pesonanya benar-benar kelihatan ya," timpal Diana.

"Iya, Bu," balas Isna dengan tersenyum ramah.

Kini Nur keluar diapit oleh Mamak dan Ibu mertuanya. Sedangkan Lia memilih berjalan di belakangnya.

Bambang yang berjalan di depan sudah duduk di hadapan bersama Excel. Jantung Excel berdebar sangat kencang. Apalagi saat Nur memasuki ballroom dan diapit Mamanya dan calon mertua, kini kegugupannya semakin bertambah.

Paras ayu Nur sanggup menghipnotis Excel. Lelaki itu sampai mengusap wajahnya karena terlalu gugup.

Prosesi pernikahan pun segera dimulai. Penghulu memasuki ruangan, siap memimpin akad nikah yang akan menyatukan Nur dan Excel. Di balik kegugupan dan perasaan campur aduk, keduanya kini siap melangkah menuju masa depan yang baru—walaupun tak direncanakan, tapi penuh dengan tanggung jawab dan harapan.

Nur dipersilakan duduk di samping Excel. Tatapan keduanya bertemu menciptakan gemuruh hebat di dada Nur.

Suasana di ruangan hotel mulai hening. Semua tamu undangan, termasuk keluarga, mulai berkumpul di sekitar kursi tempat Excel dan Nur duduk. Mata mereka terpusat pada meja akad yang sudah dipersiapkan rapi dengan Al-Quran dan buku nikah di atasnya. Penghulu, seorang pria berusia lima puluhan dengan senyum ramah, melangkah ke depan, memulai prosesi pernikahan dengan penuh khidmat.

Excel duduk dengan wajah tegang, sementara Nur yang ada di sisinya, berusaha menenangkan diri. Hatinya berdebar kencang, tapi ia tahu ini adalah langkah yang sudah ia pilih. Di hadapan orang tuanya, Excel, dan keluarganya, Nur merasa harus menguatkan diri.

Setelah beberapa doa dan ucapan pembuka, penghulu pun menatap Excel, lalu bertanya dengan lembut, "Excel Mahendra, apakah Anda sudah siap untuk melaksanakan akad nikah ini dan menerima tanggung jawab sebagai suami dari Nur Cahyani?"

Excel mengangguk tegas. "Siap, Pak," jawabnya dengan suara mantap. Namun, di balik suaranya yang tenang, ada sedikit getaran, karena ia tahu ini adalah momen yang akan mengubah hidupnya selamanya.

Penghulu kemudian menoleh ke Bambang, ayah Nur, yang duduk di samping anaknya dengan mata serius. "Bapak Bambang, apakah Anda ikhlas menikahkan putri Anda, Nur Cahyani, kepada Excel Mahendra bin Azka Mahendra dengan mas kawin berupa uang sepuluh miliyar dan seperangkat alat shalat, dibayar tunai?"

Kedua mata Isna melotot, ia menelan ludahnya dengan kasar. "Sepuluh miliyar? Apa enggak salah dengar aku?" batinnya bertanya-tanya.

Lia tersenyum mendengar mas kawin sang adik yang tidak main-main, dan itu memang sangat pantas di dapatkan oleh Nur.

Bambang menarik napas panjang, menatap Nur sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Saya ikhlas menikahkan putri saya, Nur Cahyani, kepada Excel Mahendra dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai," ucapnya mantap.

Penghulu mengangguk pelan, lalu mempersiapkan Excel untuk berjabat tangan dengan Bambang dan mengucapkan ijab kabul. Semua yang hadir terdiam, menahan napas, menunggu momen sakral itu tiba.

Excel menghapus keringat di telapak tangannya, kemudian memegang tangan Bambang. Dengan suara tegas, ia mengucapkan, "Saya terima nikahnya Nur Cahyani binti Bapak Bambang, dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."

Dalam sekejap Excel harus mengubah nama calon istrinya yang sudah ia hapalakan satu Minggu belakangan ini. Nama sang kekasih yang sudah membersaminya sejak empat tahun yang lalu. Kisah mereka harus berakhir setelah ia mengucapkan ikrar ijab qobul.

Ruangan hening. Sesaat setelah Excel menyelesaikan ucapannya, penghulu tersenyum dan memandang para saksi yang duduk di depan. "Sah?"

"Sah," jawab para saksi serempak, suara mereka menggema memenuhi ruangan.

"Alhamdulillah," kata penghulu menegaskan.

Nur menunduk, merasakan ada kelegaan yang perlahan mengalir di dalam hatinya. Ia menatap Excel, yang kini secara resmi telah menjadi suaminya. Hatinya masih campur aduk—antara lega, tegang, dan sedikit bingung akan masa depan yang kini berubah drastis. Excel menghapus air di sudut matanya, entah kenapa ia merasa sangat bahagia sekali. Meski yang menjadi istrinya bukanlah Veronika.

Setelah prosesi selesai, penghulu menutup dengan doa dan ucapan selamat. Tamu-tamu mulai berdiri, memberi selamat kepada pasangan baru itu. Diana, yang sejak tadi menahan tangis, langsung memeluk Nur dengan penuh haru.

"Terima kasih, Nak. Kamu sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga kami," ucap Diana dengan suara bergetar. Matanya berkaca-kaca, tapi ada senyum di wajahnya.

Nur hanya mengangguk, masih merasa canggung, namun ada perasaan hangat di hatinya. Ia tahu, keluarganya dan keluarga Excel sama-sama berharap yang terbaik untuknya.

Excel pun mendekat, menatap Nur sejenak sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Terima kasih, Nur, untuk semuanya. Aku tahu ini tidak mudah," ucapnya pelan, suaranya terdengar tulus.

Nur membalas dengan senyum kecil. "Sama-sama, Om. Semoga ini menjadi keputusan yang tepat," jawabnya, walaupun masih ada sedikit keraguan dalam hatinya.

Azka dan Bambang saling berjabat tangan, menandai persatuan dua keluarga. Di tengah suasana penuh haru dan kegembiraan, Excel dan Nur, meski masih dengan perasaan yang belum sepenuhnya tenang, kini resmi menjadi suami istri. Akad nikah yang tak pernah terbayangkan sebelumnya kini telah menjadi kenyataan, membuka bab baru dalam hidup mereka yang penuh tanggung jawab dan harapan.

Setelah menandatangani berkas pernikahan, suasana dalam ruangan berubah menjadi hening sejenak. Semua mata tertuju pada Nur dan Excel, seolah-olah waktu berhenti sejenak. Penghulu kemudian memberikan isyarat agar mereka bersiap untuk sesi tukar cincin.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Excel mengambil cincin dari kotaknya, sementara Nur berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdebar kencang. Perlahan, Excel memasangkan cincin emas itu di jari manis Nur, dan Nur melakukan hal yang sama pada Excel.

"Cincin sudah terpasang dengan sempurna," kata penghulu, tersenyum ramah. "Sekarang, Nur, salim ke suamimu."

Nur memandangi Excel sejenak. Meski sudah sah sebagai suami-istri, rasa gugup itu masih sangat terasa. Nur merunduk, menyentuh tangan Excel dengan lembut, dan dengan hormat mencium punggung tangannya. Excel menatapnya dengan tatapan penuh haru, seolah-olah masih tak percaya bahwa hari ini benar-benar terjadi.

Sesi berikutnya adalah momen yang lebih menegangkan bagi Excel yaitu mencium kening Nur. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menjaga ketenangannya. Namun, saking gugupnya, gerakannya jadi agak terburu-buru. Kepala Excel mendekat dengan cepat.

Heri yang berdiri di dekatnya tertawa kecil, lalu menjedek lengan Excel dengan pelan. "Pelan-pelan, Xel, jangan main sosor gitu," ujarnya setengah bercanda. "Sabar lah, nanti malam aja."

Ruangan mendadak dipenuhi tawa ringan dari para tamu. Nur tersipu malu, wajahnya memerah, sedangkan Excel tampak semakin kikuk. Ia menggaruk belakang kepalanya sambil tersenyum canggung.

Related chapters

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ancaman untuk Nur

    Resepsi pernikahan telah usai, Nur telah di boyong ke rumah besar Azka."Selamat datang di rumah baru, Nur. Memang bukan rumah kita sendiri, tapi di sinilah aku tumbuh besar. Semoga kamu merasa nyaman di sini," ucap Excel tersenyum sambil menggenggam tangan sang istri membuat Nur merasa lebih diterima dan nyaman.Saat Excel membuka pintu rumah yang bercat putih, tampaklah sebuah hunian mewah yang tetap mengusung kesan elegan dan hangat. Langit-langit yang tinggi dengan lampu gantung kristal memberikan sentuhan glamor, memantulkan cahaya lembut ke dinding marmer berwarna krem. Lantai berbahan kayu jati berkilau mempertegas kesan klasik modern, dilengkapi dengan karpet Persia yang menyelimuti sebagian ruang tamu.Di sudut ruangan, terdapat sofa kulit berwarna cokelat tua yang menghadap ke perapian dengan bingkai batu alam, menciptakan suasana yang nyaman. Sebuah tangga melengkung dengan pegangan besi berukir mengarah ke lantai atas, menambah kesan megah tanpa terkesan berlebihan. Dekora

    Last Updated : 2024-09-25
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Rencana Licik Diana

    Nur terkejut mendengar ancaman halus itu. Ia menoleh, menatap ibu mertuanya dengan tersenyum membuat Diana merasa di remehkan. Bukannya takut, Nur nampak tetap tenang, meski akhirnya gadis itu menunduk, melanjutkan pekerjaannya tanpa berkomentar. Nur tahu, berdebat hanya akan memperkeruh suasana. Namun, ancaman itu tetap terasa menusuk di hatinya. Diana kembali ke meja makan dengan wajah yang tenang, seolah-olah tak terjadi apa-apa. Sementara Nur, meski merasa cemas, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia tidak akan lama untuk menghadapi masalah ini. "Ternyata gini ya rasanya dapat mertua sadis, bikin ngenes. Pantas aja mbak Lia sampai kering kerontang, suami pelit perhitungan ipar dan mertua julid. Jabang bayi amit-amit, jangan sampai aku juga kek gitu, bisa-bisa tubuhku yang langsing ini jadi tengkorak berjalan," ujar Nur tanpa suara. Meski begitu bibirnya tetap mencar-mencor sambil membilas piring. Setelah selesai sarapan Azka berpamitan untuk berangkat ke kantor. Diana pun mengant

    Last Updated : 2024-11-02
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ketahuan Menguping

    "Non, kamu ngapain."Nur yang sedang serius mendengarkan rencana Diana, seketika terlonjak kaget saat bahunya di tepuk seseorang. "Bibi, ngagetin aja," bisik Nur. Jantungnya berdebar sangat kencang, ia mengusap dadanya merasa lega saat tahu siapa yang berbicara di belakangnya. "Kamu nguping nyonya muda ya?" tanya wanita berambut kuncir kuda itu.Dengan cepat Nur menempelkan jari telunjuk pada bibirnya sendiri. Dan mendorong asisten rumah tangga untuk segera menjauh dari kamar Diana."Aku enggak nguping, Bi. Cuma kebetulan aja lewat, tak kira Mama ngomong sama siapa. Nah karena pintunya enggak ke tutup rapat ya udah aku lihat aja, ternyata ngomong sama telpon," ucap Nur menjelaskan. Ia tak ingin di cap aneh-aneh oleh wanita itu apalagi di ajukan dengan Diana."Yakin? Nona enggak lagi nguping pembicaraan Nyonya kan?" Wanita itu nampak mencurigai Nur, tatapannya membuat Nur tak nyaman."Yakin lah, lagian Bi Lilis ngapain sih ngurusin aku. Dahlah, aku mau ke kamar," ucap Nur merasa b

    Last Updated : 2024-11-22
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Tegak tapi Bukan Keadilan

    Bab 6"Hai cantik, boleh kenalan? Aku Zarek," ucap Zarek dengan senyum buaya sembari mengulurkan tangan."Nur," balas Nur menyambut uluran tangan lelaki di depannya.Excel tak suka dengan tragedi di depannya, ia segera menarik tangan sang istri agar terlepas dari Zarek. "Lepasin, Za. Enggak semua cewek bisa kamu modusin," ucap Excel kesal.Zarek adalah teman sekolah SMA-nya dulu, meski mereka tidak terlalu dekat, tetapi Excel hapal sifat Zarek yang suka mempermainkan wanita bahkan tak segan-segan memanfaatkan wanitanya. Sebab itulah Excel tak mau berteman dekat dengan Zarek."Ya elah. Santai aja, Bro, sikap posesif kamu enggak berkurang ya. Hati-hati kalau istri kamu justru enggak betah sama sikap kamu itu," ledak Zarek dengan tersenyum sinis. Zarek memang tidak menghadiri pernikahan Excel, dan ia juga tidak di undang Excel juga maka dari itu ia memilih untuk tidak hadir."Ayo, Nur, kita pergi!" tanpa merespon apa yang di ucapkan Zarek, Excel menarik tangan sang istri untuk meningga

    Last Updated : 2024-11-23
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Bukan Menantu tapi, Asisten

    Excel mengusap wajahnya dengan tangan, berusaha menenangkan hatinya yang sedikit terusik oleh godaan Nur. Ia menatap istrinya dengan pandangan penuh teka-teki, lalu tersenyum miring, menggoda.“Kamu berani godain aku,” ucap Excel, suaranya berat, tapi ada nada main-main di sana.“Berani emang kenapa? Kan suami sendiri,” tantang Nur tanpa rasa gentar, malah tersenyum lebar seolah sengaja memancing reaksi suaminya.Excel semakin mendekat, membungkuk sedikit hingga wajahnya sejajar dengan Nur. “Yakin, enggak bakal nyesel?” tanyanya, matanya menyiratkan tantangan.Nur mengerutkan kening, penasaran. “Nyesel kenapa?”“Mau nyobain?” Excel menaikkan alisnya, wajahnya makin dekat, membuat Nur sedikit salah tingkah.“Nyobain apa, Kak?” tanya Nur, bingung tapi tetap mempertahankan ekspresi penasaran.Excel menyeringai, matanya penuh godaan. “Nyobain tugu Monasku,” bisiknya pelan, nyaris seperti sebuah tantangan yang disengaja.Nur terdiam, ekspresinya berubah drastis. “Hah...!” pekiknya, kedua m

    Last Updated : 2024-11-24
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Magna

    Excel telah tiba di perusahaan Mahendra grup, ia langsung menuju ruang rapat. Di ruang rapat utama, Excel menemukan Papanya bersama tim manajemen, termasuk direktur operasional, Pak Wijaya, dan kepala divisi legal, Bu Tari."Permisi..." ucap Excel saat membuka pintu ruang rapat."Excel, akhirnya kamu datang juga. Sini, Nak, tolong bantu Papa," ujar Azka mempersilakan putranya bergabung.Excel berjalan mendekat, menatap wajah-wajah tegang di ruangan itu."Bapak dan Ibu sekalian, izinkan saya memperkenalkan Excel Mahendra, putra tunggal saya," ujar Azka dengan nada penuh harap."Excel akan membantu menyelesaikan masalah besar yang sedang kita hadapi," imbuh Azka, penuh keyakinan.Excel mengangguk sopan, menatap semua yang ada di ruangan dengan pandangan percaya diri. "Senang bertemu dengan semuanya. Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu," ujarnya, meski ini pertama kalinya ia terlibat langsung dalam perusahaan keluarganya.Ruangan sunyi sejenak, hanya terdengar suara napas be

    Last Updated : 2024-11-25
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Mertua Licik vs Menantu Cerdik

    Nur mengepalkan kedua tangannya, menahan geram. Kata-kata yang ingin dia ucapkan terasa terhenti di tenggorokan saat Diana menjawab telepon dengan wajah ceria."Iya, Hallo," sapa Diana dengan senyuman lebar, suaranya terdengar manis dan penuh percaya diri.Nur hanya bisa diam, tak tahu siapa yang menelepon mama mertuanya dan tak dapat mendengar percakapan di seberang sana. Namun, melihat ekspresi Diana yang semakin ceria, rasa curiga mulai menguasai hatinya."Oke, tunggu ya, aku langsung otw," ucap Diana, mengakhiri panggilan dengan nada santai namun penuh arti.Setelah itu, Diana bangkit dari kursinya dengan perasaan puas, seolah baru saja memenangkan sebuah pertandingan. Dia berpamitan kepada teman-temannya, sambil melirik Nur dengan tatapan yang penuh kemenangan."Ma, Mama...! Tungguin." Nur memanggil dengan suara terburu-buru, berlari mengejar Diana.Brug...!!"Aduh... Pakai jatuh lagi!" pekik Nur saat kakinya terantuk ujung kursi. Ia terjerembap ke lantai, menahan rasa sakit di l

    Last Updated : 2024-11-27
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ucapan 2 Tahun yang Lalu

    "Mama, ngapain mau mukul istriku?" Suara Excel terdengar keras, tangannya sudah menggenggam tangan Diana dengan tegas.Diana terdiam sejenak, gugup, matanya melirik ke arah Nur yang tersenyum penuh kemenangan. Rasa panik mulai merayapi dirinya, membuatnya semakin bingung untuk memberi penjelasan."Excel..." Suara Diana bergetar, tak bisa menyembunyikan kegugupan. Ia melirik lagi ke arah Nur, yang kini berdiri dengan sikap penuh kemenangan, senyumnya semakin lebar."Mau mukul Nur? Kenapa, Ma?" Excel menatap Diana dengan tatapan serius, matanya tajam seolah menembus setiap kebohongan yang mungkin keluar dari bibirnya.Diana menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia menggenggam tangan Excel, berusaha tersenyum meski terlihat jelas ketegangan di wajahnya. "Em... Enggak kok. Mama... Mama cuma mau ambil kotoran di rambut Nur," jawab Diana terbata-bata, kata-katanya terdengar tidak meyakinkan.Excel mengerutkan dahi, sedikit bingung dengan jawaban Diana yang tak masuk akal. "I-iy

    Last Updated : 2024-11-27

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Budak Cinta

    Dini hari setelah selesai menunaikan kewajiban dua rakaat, Nur bersiap untuk pulang ke kediaman Excel Mahendra.“Kak, aku pulang dulu ya. Kamu cepat sembuh, biar kita bisa pulang bersama,” ucap Nur lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh keheningan ruang rawat. Ia menatap wajah Excel yang masih tertidur pulas, napasnya teratur, seolah sedang bermimpi damai.Nur menggigit bibir bawahnya, menahan haru. Karena tak berani mencium suaminya, ia hanya mencium jari telunjuk dan jari manisnya sendiri, lalu menempelkannya lembut pada pipi Excel.“Kak, aku percaya kamu pasti akan ingat semuanya lagi,” bisik Nur dengan mata berkaca-kaca sebelum beranjak pergi.Langkah Nur pelan saat melewati koridor rumah sakit. Pikirannya penuh dengan kenangan bersama Excel, juga rasa cemas yang tak kunjung sirna. Setiap detik Excel masih terbaring di sana, hatinya terasa tercekat oleh ketakutan kehilangan.Saat Nur keluar dari pintu utama rumah sakit, udara dingin di

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Bukti Cinta

    Nur tertegun. Senyum bahagianya perlahan menghilang. "Kak... Ini aku, Nur... Istrimu..."Excel menggeleng pelan. "Aku... Aku enggak ingat," jawabnya, lalu menatap sekeliling dengan bingung.Dokter yang masih berada di dekat mereka segera memeriksa Excel lebih lanjut. "Ini kemungkinan efek dari mati suri. Otaknya mungkin mengalami trauma yang menyebabkan amnesia sementara," jelasnya.Nur menatap dokter dengan mata penuh kekhawatiran. "Amnesia? Apa itu berarti Kak Excel tidak akan ingat siapa pun dari kami?"Dokter menenangkan Nur. "Amnesia bisa bersifat sementara, Ibu. Dengan perawatan dan waktu, ingatannya mungkin akan kembali. Yang penting sekarang, kita pastikan kondisinya stabil dulu."Azka memegang tangan Excel, menggenggamnya erat. "Nak, kamu gak perlu khawatir. Kami akan ada di sini untukmu. Kami akan bantu kamu ingat semuanya."Excel memandang ayahnya dengan tatapan kosong. Nur duduk di sisi Excel, menggenggam tangannya dengan lembut."Kak Excel, enggak apa-apa kalau kamu engga

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Berduka

    Lia tak menyangka sang adik terlihat begitu terpukul. Ia memandang Nur yang terus menggenggam tangan Excel, tubuhnya gemetar di tengah isaknya yang tak kunjung reda."Apa Nur begitu mencintai Excel?" batin Lia.Lia memeluk sang adik sambil menepuk lembut bahunya. "Sabar, Nur. Semua ini sudah takdir. Excel pasti ingin kamu kuat," ucap Lia, berusaha menghibur meski hatinya juga pilu.Nur menggeleng keras, wajahnya basah oleh air mata. "Tapi, Mbak, Kak Excel sudah janji kita akan bersama terus. Kebersamaan kita baru sebentar. Aku gak mau dia pergi secepat ini," isaknya dengan suara parau. Kepalanya bersandar di bahu Lia, tubuhnya lemah seolah tak sanggup menopang beban perasaan yang begitu berat.Lia menyeka keringat yang membanjiri kening sang adik. Namun, tiba-tiba tubuh Nur melemas, dan kesadarannya hilang."Nur! Nur, bangun!" pekik Lia panik sambil mengguncang pelan tubuh adiknya.Heri, yang sejak tadi hanya mematung, segera bergerak menghampiri. "Biar aku yang bawa dia!" katanya cep

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Kak Excel, Jangan Pergi

    Setibanya di depan rumah sakit, sebuah ambulans berhenti tak jauh dari mereka. Suara sirene yang sebelumnya terdengar kini mereda, meninggalkan keheningan yang terasa berat. Perawat itu menghentikan kursi roda Nur, memastikan semuanya baik-baik saja.Ambulans yang berhenti di depan rumah sakit itu memang ditujukan untuk mengangkut Excel. Petugas medis yang sebelumnya mendorong brankar keluar dari ruang ICU kini melangkah cepat ke arah ambulans, memastikan semuanya siap untuk perjalanan.Nur memejamkan mata, bibirnya bergetar lirih. "Ya Allah, jika Engkau masih berkenan memberiku waktu untuk bersamanya, lindungilah dia. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku sempat mengucapkan betapa aku mencintainya. Berikanlah kekuatan untuknya, Ya Rabb, karena aku terlalu lemah untuk kehilangan dia. Di hatiku, kak Excel bukan hanya seorang suami, melainkan separuh napas yang aku butuhkan untuk bertahan. Dia telah menjadi candu yang tak bisa kulepaskan, meski sekejap saja.

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Membaik

    Ruangan itu masih diliputi keheningan. Dokter dan asistennya sibuk mempersiapkan peralatan untuk memindahkan Excel, sementara Nur tetap memandang Azka dengan tatapan penuh tanya. Kecemasan menyelimuti wajahnya, tetapi ia mencoba menahan diri agar tetap tenang. "Nur, sebelumnya Papa sudah berdiskusi dengan dokter dan juga nak Heri. Excel akan dipindahkan ke rumah sakit di Jakarta. Dengan begitu, Papa bisa terus memantau keadaannya tanpa meninggalkan pekerjaan di kantor yang sedang banyak sekali. Apalagi, perusahaan masih dalam proses pemulihan. Tidak mungkin kan Papa meninggalkannya terlalu lama." "Nur, Mbak-mu juga enggak mungkin meninggalkan anak-anak terlalu lama. Jadi, nanti di Jakarta kamu tinggal bersama kami dulu. Lia bisa lebih mudah merawatmu dan memastikan keadaanmu pulih kembali," sahut Heri sambil menatap Nur dengan serius. Lia yang masih berdiri di samping Nur mengangguk setuju. "Iya, Nur. Ku rasa itu jauh lebih baik. Lag

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Panik

    "Tapi, Mbak, Kak Excel beda. Aku suka sama dia sejak pertama kali bertemu, jadi izinkan aku untuk memperjuangkan perasaan ini. Dia nggak pernah memaksa aku untuk apa-apa. Dia selalu bilang kalau dia ingin semuanya berjalan sesuai kehendak aku juga," jawab Nur, mencoba meyakinkan Lia. Air mata yang sejak tadi ia bendung lolos begitu saja membanjiri wajah pucatnya.Lia mendengus kecil, meletakkan mangkok yang masih di pegang ke atas nakas lalu melipat tangannya di depan dada. "Ucapan manis begitu sudah sering aku dengar, Nur. Kamu tahu apa? Mereka bilang begitu cuma untuk bikin kita lengah. Jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari," ujar Lia memperingati.Nur menggigit bibirnya, merasa kecil di hadapan Lia. "Aku tahu, Mbak. Tapi selama ini Kak Excel nggak pernah menyakitiku. Dia perhatian, dia...""Dia perhatian? Nur, perhatian itu bukan tanda cinta. Kadang itu cuma cara untuk menguasai hati kita tanpa kita sadar," potong Lia. "Dengar

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Akhirnya Jujur

    _"Mas Azka,Maafkan aku atas segala luka yang pernah kutorehkan di hatimu. Aku tahu, aku telah menghancurkan kepercayaan dan cinta kita. Nafsu sesaat telah membutakan mata dan hatiku. Untuk putraku, Excel, maafkan Mama yang gagal menjadi sosok ibu seperti yang seharusnya. Mama tidak pernah benar-benar membenci kalian. Mama hanya marah pada diri sendiri, pada kelemahan yang membuat Mama tenggelam dalam rasa sakit tanpa mampu melawan. Excel, jaga istrimu baik-baik. Dia lebih kuat dari yang pernah Mama duga, dan kekuatannya akan menjadi cahaya dalam keluarga kalian. Semoga Tuhan mengampuni semua kesalahanku."_Air mata Azka mengalir tanpa bisa ia tahan. Setiap kata pada surat itu menghantam hatinya dengan perasaan campur aduk—kesedihan, penyesalan, dan pengertian. Surat itu terasa seperti jeritan terakhir Diana, mencoba meminta pengampunan yang terlambat.Azka memejamkan mata, menggenggam surat itu erat di tangannya. "Diana... kenapa kamu baru mengatakan ini sekarang?" bisiknya pelan, s

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Surat Wasiat

    Lia yang baru saja mendapat kabar dari Azka langsung memutuskan untuk terbang ke Bali bersama Heri, suaminya, meninggalkan anak-anak mereka di rumah."Astaga, Nur, kamu benar-benar bikin repot! Kenapa kamu enggak pernah dengerin omonganku? Bagaimana aku menjelaskan ini pada Bapak dan Mamak?" Lia terus menangis, suaranya bergetar penuh emosi. Di dalam mobil yang dikemudikan Pak Supri menuju bandara, air mata tak henti mengalir di pipinya.Heri, yang duduk di sampingnya, hanya bisa merangkul pelan, mencoba menenangkan istrinya. "Sabar, Li. Kita belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan langsung menyalahkan Nur sebelum kita mendengarnya sendiri."Lia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba mengendalikan diri, tetapi hatinya terasa semakin berat. "Tapi Bang, dia itu keras kepala banget. Coba aja kalau dia enggak nikah sama Excel engak bakal ada kejadian kayak gini. Lagian kenapa Nur seakan-akan lupa dengan syarat yang dia buat sendiri. Aku sudah capek mem

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Innalilahi

    Mata Nur membelalak. Air mata mulai mengalir di pipinya, namun Diana justru tertawa sinis melihat ketakutannya. Saat ia akan membalas, Diana lebih dulu mencela."Kamu pikir ada yang bakal datang menyelamatkanmu? Tidak ada, Nur. Kali ini, kamu hanya punya aku dan amarahku," lanjut Diana sambil memegang dagu Nur dengan kasar.Diana berdiri tegak, mengambil sebuah pisau kecil dari dalam saku jaketnya. Ia memainkan benda itu dengan santai, seolah ingin menambah ketegangan Nur."Kamu tahu," kata Diana sambil menatap pisau di tangannya, "aku sudah kehilangan segalanya. Suami, kebebasanku, rencanaku. Dan semua itu karena kamu. Jadi, apa salahnya kalau aku ambil sesuatu darimu juga?"Nur gemetar hebat, tubuhnya seakan membeku. Ia tahu Diana sedang di ujung kewarasan, dan ini bukan hanya ancaman kosong.Tak lama, Zarek kembali dengan membawa sebotol cairan bening. "Sudah siap, Tante," katanya dingin.Diana berbalik dengan senyum puas. "Bagus. Kita akan mulai pertunjukannya sekarang."Zarek men

DMCA.com Protection Status