Share

Ketahuan Menguping

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 08:33:58

"Non, kamu ngapain."

Nur yang sedang serius mendengarkan rencana Diana, seketika terlonjak kaget saat bahunya di tepuk seseorang.

"Bibi, ngagetin aja," bisik Nur. Jantungnya berdebar sangat kencang, ia mengusap dadanya merasa lega saat tahu siapa yang berbicara di belakangnya.

"Kamu nguping nyonya muda ya?" tanya wanita berambut kuncir kuda itu.

Dengan cepat Nur menempelkan jari telunjuk pada bibirnya sendiri. Dan mendorong asisten rumah tangga untuk segera menjauh dari kamar Diana.

"Aku enggak nguping, Bi. Cuma kebetulan aja lewat, tak kira Mama ngomong sama siapa. Nah karena pintunya enggak ke tutup rapat ya udah aku lihat aja, ternyata ngomong sama telpon," ucap Nur menjelaskan. Ia tak ingin di cap aneh-aneh oleh wanita itu apalagi di ajukan dengan Diana.

"Yakin? Nona enggak lagi nguping pembicaraan Nyonya kan?" Wanita itu nampak mencurigai Nur, tatapannya membuat Nur tak nyaman.

"Yakin lah, lagian Bi Lilis ngapain sih ngurusin aku. Dahlah, aku mau ke kamar," ucap Nur merasa bodo amat.

"Kamu itu orang baru, Non, awas kalau macam-macam, bakal aku aduin sama nyonya muda," ancam Lilis membuat Nur mengurungkan langkahnya dan menoleh ke arah Lilis.

"Emang, Bi Lilis, siapa? Berani ngancam-ngancam gitu. Kamu pikir aku takut, aduin aja sana tak tunggu!" tantang Nur tanpa sedikit pun merasa takut.

"Dasar kampungan!" Setelah mengatakan itu Lilis segera berlalu dari hadapan Nur sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Dih, dia sewot. Eh, btw kenapa pembantu itu sewot banget ya sama aku. Apa jangan-jangan dia komplotannya Mama Diana?" ucap Nur pada dirinya sendiri.

_Wah-wah patut di curigai nih_ pikir Nur.

Tak mau sang suami menunggu terlalu lama, Nur segera naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamar. Nur mengambil jaket dan memakainya karena ia sudah memakai celana jins panjang dan kaos pendek itu pun pakaian terbaik yang Nur punya.

Nur mematut dirinya di depan cermin, memastikan penampilannya sudah rapi dan baik. setelah itu ia segera mengambil tas slempang dan mengisinya dengan hp. Dompet dan kunci mobil milik Excel yang ada di atas nakas segera di ambilnya.

Tak menunggu waktu lama, Nur sudah menghampiri sang suami dan Oma Mentari lagi.

"Ini, Om," ucap Nur menyodorkan barang milik Excel.

"Terima kasih ya. Kamu lama banget tadi, ngapain aja? Masa cuma dandan begini sampai sejam?" tanya Excel memandang Nur dari atas sampai bawah.

"Memangnya kenapa dengan dandanan aku? Ndesit ya?" cetus Nur.

"Ndesit apaan tuh?" tanya Excel heran.

"Ndeso banget, Om, masa enggak tahu sih," seru Nur.

Oma Mentari tertawa mendengar seruan Nur, "Kamu tuh ada-ada aja, Nak. Enggak kok, dandanan kamu bagus, meski nampak sederhana tapi cantik banget kalau kamu yang pakai, karena kamu ayu."

Nur tersipu malu, "Makasih, Oma."

"Jadi berangkat enggak ini, malah ngobrol terus?" seru Excel. Entah kenapa saat Oma Mentari memuji Nur dirinya merasa salah tingkah.

"Eh, jadi dong. Oma, aku berangkat dulu ya. Oma, enggak apa-apa di sini sendiri, apa perlu aku anter masuk sebentar?" tanya Nur sembari salim dengan Oma Mentari.

Wanita paruh baya itu tersenyum lembut dengan sikap Nur yang sopan dan menghormatinya. "Tidak usah, Nak. Biar nanti Lilis saja yang jemput Oma."

Nur dan Excel segera berpamitan mengucapkan salam dan berlalu meninggalkan Oma Mentari. Mereka berjalan dari samping rumah menju garasi, dimana mobil Excel berada.

Dalam perjalanan menuju mall, Nur hanya merenung. Ia tak tahu bagaimana keluarga Excel yang sebenarnya. Ia bertanya-tanya, kenapa Diana dan Oma mentari terlihat tidak bisa akur. Dan kenapa Diana ingin mengambil alih harta keluarga Excel, padahal kalau Excel anak tunggal tentu saja semua harta akan jatuh di tangan Excel, tetapi kenapa Diana masih ingin menguasai. Berbagai pertanyaan itu menguasai pikiran Nur.

"Nur...! Hei....!" Excel menjentikkan jarinya di depan wajah Nur, membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Om...! Apaan sih, ngagetin aja!" seru Nur kesal.

"Ngagetin gimana, orang kamu di panggil-panggil dari tadi diam aja kok. Nih udah sampai, ayo turun," balas Excel.

Nur tercengang, ia segera mengamati luar mobil. Dan benar saja, ternyata mobil sudah terparkir di depan gedung Pusat perbelanjaan, padahal ia merasa baru saja naik mobil.

"Jadi enggak, beli laptopnya. Apa mau diam aja di dalam mobil?" Excel kembali bersuara.

"Eh, jadi dong. Ayo turun," balas Nur dengan antusias.

Nur dan sang suami akhirnya turun dari mobil, mereka melangkah memasuki mall yang ramai. Suara langkah kaki dan percakapan pengunjung mengisi udara, menciptakan suasana yang semarak. Mereka berdua berjalan menuju lantai dasar, tempat berbagai toko elektronik berjejer.

"Kita beli di sana aja, semoga ada yang cocok," kata Excel sambil menunjuk papan nama besar bertuliskan "TeknoGadget."

Nur mengangguk, "Ayo, Om."

Di dalam toko, berbagai model laptop terpajang rapi. Nur langsung tertarik pada laptop berwarna silver yang ada di etalase. "Wah, ini bagus banget!" serunya.

"Kamu mau yang itu?" tanya Excel.

"Iya, Om," balas Nur menatap Excel dengan mata berbinar.

Excel tersenyum, "Kalau cocok, ambil aja. Tapi biar kita cek dulu."

Excel meminta penjaga toko tersebut untuk mengecek laptop pilihan Nur.

"Laptop ini spesifikasi terbaik. Dengan prosesor terbaru, RAM 16GB, dan SSD 1TB. Harganya sedikit lebih tinggi. 22 juta, tapi kualitas dan performanya sepadan," kata penjaga toko menjelaskan sambil mengecek laptop itu.

"22 jeti, buset marem banget hargane. Duh uang Om Excel pasti langsung habis tuh," batin Nur sembari menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Excel mengangguk setuju, "Oke, bungkus."

"Baik, Tuan," balas penjaga toko itu dengan senang hati.

"Om, kemahalan. Kita cari yang harga lima juta ke bawah aja ya," bisik Nur di telinga sang suami.

Mendapat sentuhan seperti itu membuat aliran darah Excel berpacu, desir-desir halus merayap di seluruh tubuhnya. Ketika Nur berbisik, suaranya melintasi telinganya seperti aliran lembut yang membangkitkan gairah kelakiannya. Sentuhan lembut di lehernya membuat jantungnya berdetak lebih cepat, menyalakan api yang selama ini terpendam.

"Ke-napa kalau mahal?" tanya Excel gugup. Ia berusaha menetralkan detak jantungnya.

"Nanti uang, Om, habis," balas Nur lirih.

"Gampanglah, uang bisa di cari. Kalau kebahagian istri itu lebih berharga," sambung Excel, berusaha meyakinkan Nur.

"Tapi, Om, kita juga harus realistis. Uang untuk kebutuhan sehari-hari juga penting," protes Nur.

"Ini Tuan, barangnya sudah siap."

Obrolan sepasang pengantin baru itu akhirnya terpotong saat penjaga toko menyerahkan paper bag. Excel segera mengeluarkan kartu debit, dan membayarnya.

Nur merasa terharu saat Excel mengatakan tidak boleh banyak protes dan dirinya tinggal memakai.

"Om, makasih banyak ya." Reflek, Nur memeluk tubuh Excel membuat tubuh lelaki itu semakin merinding.

"Excel?"

Nur melepas pelukannya, saat mendengar seseorang memanggil suaminya. Excel justru terpaku, merasakan getaran-getaran di dada yang membuatnya tidak nyaman.

"Om, di panggil tuh," ujar Nur menggoyangkan lengan sang suami.

"Zarek Kamu di sini," balas Excel.

"Iya, aku mau beli laptop. Ini keponakan ya, kok manggil kamu om. Cantik banget dia, boleh lah buat aku aja, kan kamu udah nikah," ucap Zarek dengan santai membuat Excel melotot.

Bab terkait

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Tegak tapi Bukan Keadilan

    Bab 6"Hai cantik, boleh kenalan? Aku Zarek," ucap Zarek dengan senyum buaya sembari mengulurkan tangan."Nur," balas Nur menyambut uluran tangan lelaki di depannya.Excel tak suka dengan tragedi di depannya, ia segera menarik tangan sang istri agar terlepas dari Zarek. "Lepasin, Za. Enggak semua cewek bisa kamu modusin," ucap Excel kesal.Zarek adalah teman sekolah SMA-nya dulu, meski mereka tidak terlalu dekat, tetapi Excel hapal sifat Zarek yang suka mempermainkan wanita bahkan tak segan-segan memanfaatkan wanitanya. Sebab itulah Excel tak mau berteman dekat dengan Zarek."Ya elah. Santai aja, Bro, sikap posesif kamu enggak berkurang ya. Hati-hati kalau istri kamu justru enggak betah sama sikap kamu itu," ledak Zarek dengan tersenyum sinis. Zarek memang tidak menghadiri pernikahan Excel, dan ia juga tidak di undang Excel juga maka dari itu ia memilih untuk tidak hadir."Ayo, Nur, kita pergi!" tanpa merespon apa yang di ucapkan Zarek, Excel menarik tangan sang istri untuk meningga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Bukan Menantu tapi, Asisten

    Excel mengusap wajahnya dengan tangan, berusaha menenangkan hatinya yang sedikit terusik oleh godaan Nur. Ia menatap istrinya dengan pandangan penuh teka-teki, lalu tersenyum miring, menggoda.“Kamu berani godain aku,” ucap Excel, suaranya berat, tapi ada nada main-main di sana.“Berani emang kenapa? Kan suami sendiri,” tantang Nur tanpa rasa gentar, malah tersenyum lebar seolah sengaja memancing reaksi suaminya.Excel semakin mendekat, membungkuk sedikit hingga wajahnya sejajar dengan Nur. “Yakin, enggak bakal nyesel?” tanyanya, matanya menyiratkan tantangan.Nur mengerutkan kening, penasaran. “Nyesel kenapa?”“Mau nyobain?” Excel menaikkan alisnya, wajahnya makin dekat, membuat Nur sedikit salah tingkah.“Nyobain apa, Kak?” tanya Nur, bingung tapi tetap mempertahankan ekspresi penasaran.Excel menyeringai, matanya penuh godaan. “Nyobain tugu Monasku,” bisiknya pelan, nyaris seperti sebuah tantangan yang disengaja.Nur terdiam, ekspresinya berubah drastis. “Hah...!” pekiknya, kedua m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Magna

    Excel telah tiba di perusahaan Mahendra grup, ia langsung menuju ruang rapat. Di ruang rapat utama, Excel menemukan Papanya bersama tim manajemen, termasuk direktur operasional, Pak Wijaya, dan kepala divisi legal, Bu Tari."Permisi..." ucap Excel saat membuka pintu ruang rapat."Excel, akhirnya kamu datang juga. Sini, Nak, tolong bantu Papa," ujar Azka mempersilakan putranya bergabung.Excel berjalan mendekat, menatap wajah-wajah tegang di ruangan itu."Bapak dan Ibu sekalian, izinkan saya memperkenalkan Excel Mahendra, putra tunggal saya," ujar Azka dengan nada penuh harap."Excel akan membantu menyelesaikan masalah besar yang sedang kita hadapi," imbuh Azka, penuh keyakinan.Excel mengangguk sopan, menatap semua yang ada di ruangan dengan pandangan percaya diri. "Senang bertemu dengan semuanya. Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu," ujarnya, meski ini pertama kalinya ia terlibat langsung dalam perusahaan keluarganya.Ruangan sunyi sejenak, hanya terdengar suara napas be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Mertua Licik vs Menantu Cerdik

    Nur mengepalkan kedua tangannya, menahan geram. Kata-kata yang ingin dia ucapkan terasa terhenti di tenggorokan saat Diana menjawab telepon dengan wajah ceria."Iya, Hallo," sapa Diana dengan senyuman lebar, suaranya terdengar manis dan penuh percaya diri.Nur hanya bisa diam, tak tahu siapa yang menelepon mama mertuanya dan tak dapat mendengar percakapan di seberang sana. Namun, melihat ekspresi Diana yang semakin ceria, rasa curiga mulai menguasai hatinya."Oke, tunggu ya, aku langsung otw," ucap Diana, mengakhiri panggilan dengan nada santai namun penuh arti.Setelah itu, Diana bangkit dari kursinya dengan perasaan puas, seolah baru saja memenangkan sebuah pertandingan. Dia berpamitan kepada teman-temannya, sambil melirik Nur dengan tatapan yang penuh kemenangan."Ma, Mama...! Tungguin." Nur memanggil dengan suara terburu-buru, berlari mengejar Diana.Brug...!!"Aduh... Pakai jatuh lagi!" pekik Nur saat kakinya terantuk ujung kursi. Ia terjerembap ke lantai, menahan rasa sakit di l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ucapan 2 Tahun yang Lalu

    "Mama, ngapain mau mukul istriku?" Suara Excel terdengar keras, tangannya sudah menggenggam tangan Diana dengan tegas.Diana terdiam sejenak, gugup, matanya melirik ke arah Nur yang tersenyum penuh kemenangan. Rasa panik mulai merayapi dirinya, membuatnya semakin bingung untuk memberi penjelasan."Excel..." Suara Diana bergetar, tak bisa menyembunyikan kegugupan. Ia melirik lagi ke arah Nur, yang kini berdiri dengan sikap penuh kemenangan, senyumnya semakin lebar."Mau mukul Nur? Kenapa, Ma?" Excel menatap Diana dengan tatapan serius, matanya tajam seolah menembus setiap kebohongan yang mungkin keluar dari bibirnya.Diana menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia menggenggam tangan Excel, berusaha tersenyum meski terlihat jelas ketegangan di wajahnya. "Em... Enggak kok. Mama... Mama cuma mau ambil kotoran di rambut Nur," jawab Diana terbata-bata, kata-katanya terdengar tidak meyakinkan.Excel mengerutkan dahi, sedikit bingung dengan jawaban Diana yang tak masuk akal. "I-iy

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Sandiwara Diana

    Setelah selesai menunaikan salat Magrib, Excel mengajak Nur turun untuk makan malam bersama. "Ayo, Nur, kita makan. Perutku sudah lapar sekali," ucap Excel sambil menggandeng tangan Nur.Meskipun Nur sebenarnya masih merasa kenyang sebab makan di restoran bersama wanita yang baru dikenalnya namun, ia tetap menyetujui ajakan sang suami. "Baiklah, Kak. Tapi aku mungkin makan sedikit aja," jawab Nur. Saat mereka tiba di meja makan, Oma Mentari sudah duduk rapi menunggu. Wanita tua itu tersenyum hangat melihat kedatangan mereka. "Malam, Oma," sapa Nur ramah."Malam, Nur. Yuk kita makan," balas Oma Mentari.Tak lama, Diana dan Azka keluar dari kamar mereka, bergabung di meja makan. Diana tampak anggun dengan pakaian santai, sementara Azka terlihat sedikit lelah."Papa baru pulang?" Excel menoleh ke arah Azka, memperhatikan raut wajah serius papanya."Iya, Xel. Hari-hari ini Papa tidak bisa santai sebelum dalang semua masalah ini ditemukan," balas Azka sambil menarik kursi untuk duduk.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Nur Dibawa Zarek

    Satu minggu telah berlalu, dan Mahendra Grup kini terhuyung-huyung akibat masalah yang semakin besar. Perusahaan pusat utama yang selama ini menjadi tulang punggung mereka tengah menghadapi krisis, sementara Magna, mitra utama yang telah menjalin kerja sama selama puluhan tahun, memutuskan untuk menghentikan kemitraan mereka. Keputusan itu membuat Mahendra Grup terpuruk, seolah lumpuh tanpa arah.Sementara itu, Nur, telah memulai kuliah di fakultas kedokteran. Ia bertemu dengan banyak teman-teman baru, serta mengenal para dosen yang akan membimbingnya di perjalanan akademisnya. Hari pertama kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Harapan sudah dimulai dengan berbagai kegiatan orientasi. Setelah menyelesaikan sesi orientasi yang diisi dengan pengenalan fasilitas kampus dan penjelasan tentang jadwal kuliah, Nur pun memasuki ruang kelas pertama.Suasana di dalam kelas cukup ramai dengan mahasiswa baru yang sibuk mencari tempat duduk. Nur mencari tempat yang nyaman di bagian tengah rua

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Perlawanan Nur

    Zarek membawa Nur ke sebuah bangunan besar yang tampak megah dan mewah."Pak, kenapa saya dibawa ke sini? Ini tempat apa? Saya mau dibawa ke mana sih?" tanya Nur dengan nada panik, matanya mengamati setiap sudut gedung yang asing baginya."Apartemenku," jawab Zarek singkat tanpa menoleh. Tangannya yang kasar terus mencengkeram pergelangan Nur, menyeretnya masuk hingga kulit gadis itu mulai memerah. Namun, ia tak peduli.Nur mencoba melawan, tapi cengkeraman Zarek terlalu kuat. Ia hanya bisa memohon dalam hati agar ada seseorang yang menyelamatkannya.Setelah sampai di salah satu kamar di dalam apartemen mewah itu, Nur terkejut bukan main melihat pemandangan di depannya. Di atas ranjang yang luas dan megah, seorang wanita mengenakan pakaian minim tengah duduk santai dengan kaki terbuka lebar."Mama? Astaghfirullah!" seru Nur dengan nada terkejut bercampur jijik. Ia segera memejamkan kedua matanya, mencoba menghindari pemandangan tak pantas itu. Bahkan, sekilas ia melihat pakaian dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Perlawanan Nur

    Zarek membawa Nur ke sebuah bangunan besar yang tampak megah dan mewah."Pak, kenapa saya dibawa ke sini? Ini tempat apa? Saya mau dibawa ke mana sih?" tanya Nur dengan nada panik, matanya mengamati setiap sudut gedung yang asing baginya."Apartemenku," jawab Zarek singkat tanpa menoleh. Tangannya yang kasar terus mencengkeram pergelangan Nur, menyeretnya masuk hingga kulit gadis itu mulai memerah. Namun, ia tak peduli.Nur mencoba melawan, tapi cengkeraman Zarek terlalu kuat. Ia hanya bisa memohon dalam hati agar ada seseorang yang menyelamatkannya.Setelah sampai di salah satu kamar di dalam apartemen mewah itu, Nur terkejut bukan main melihat pemandangan di depannya. Di atas ranjang yang luas dan megah, seorang wanita mengenakan pakaian minim tengah duduk santai dengan kaki terbuka lebar."Mama? Astaghfirullah!" seru Nur dengan nada terkejut bercampur jijik. Ia segera memejamkan kedua matanya, mencoba menghindari pemandangan tak pantas itu. Bahkan, sekilas ia melihat pakaian dalam

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Perlawanan Nur

    Zarek membawa Nur ke sebuah bangunan besar yang tampak megah dan mewah."Pak, kenapa saya dibawa ke sini? Ini tempat apa? Saya mau dibawa ke mana sih?" tanya Nur dengan nada panik, matanya mengamati setiap sudut gedung yang asing baginya."Apartemenku," jawab Zarek singkat tanpa menoleh. Tangannya yang kasar terus mencengkeram pergelangan Nur, menyeretnya masuk hingga kulit gadis itu mulai memerah. Namun, ia tak peduli.Nur mencoba melawan, tapi cengkeraman Zarek terlalu kuat. Ia hanya bisa memohon dalam hati agar ada seseorang yang menyelamatkannya.Setelah sampai di salah satu kamar di dalam apartemen mewah itu, Nur terkejut bukan main melihat pemandangan di depannya. Di atas ranjang yang luas dan megah, seorang wanita mengenakan pakaian minim tengah duduk santai dengan kaki terbuka lebar."Mama? Astaghfirullah!" seru Nur dengan nada terkejut bercampur jijik. Ia segera memejamkan kedua matanya, mencoba menghindari pemandangan tak pantas itu. Bahkan, sekilas ia melihat pakaian dalam

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Nur Dibawa Zarek

    Satu minggu telah berlalu, dan Mahendra Grup kini terhuyung-huyung akibat masalah yang semakin besar. Perusahaan pusat utama yang selama ini menjadi tulang punggung mereka tengah menghadapi krisis, sementara Magna, mitra utama yang telah menjalin kerja sama selama puluhan tahun, memutuskan untuk menghentikan kemitraan mereka. Keputusan itu membuat Mahendra Grup terpuruk, seolah lumpuh tanpa arah.Sementara itu, Nur, telah memulai kuliah di fakultas kedokteran. Ia bertemu dengan banyak teman-teman baru, serta mengenal para dosen yang akan membimbingnya di perjalanan akademisnya. Hari pertama kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Harapan sudah dimulai dengan berbagai kegiatan orientasi. Setelah menyelesaikan sesi orientasi yang diisi dengan pengenalan fasilitas kampus dan penjelasan tentang jadwal kuliah, Nur pun memasuki ruang kelas pertama.Suasana di dalam kelas cukup ramai dengan mahasiswa baru yang sibuk mencari tempat duduk. Nur mencari tempat yang nyaman di bagian tengah rua

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Sandiwara Diana

    Setelah selesai menunaikan salat Magrib, Excel mengajak Nur turun untuk makan malam bersama. "Ayo, Nur, kita makan. Perutku sudah lapar sekali," ucap Excel sambil menggandeng tangan Nur.Meskipun Nur sebenarnya masih merasa kenyang sebab makan di restoran bersama wanita yang baru dikenalnya namun, ia tetap menyetujui ajakan sang suami. "Baiklah, Kak. Tapi aku mungkin makan sedikit aja," jawab Nur. Saat mereka tiba di meja makan, Oma Mentari sudah duduk rapi menunggu. Wanita tua itu tersenyum hangat melihat kedatangan mereka. "Malam, Oma," sapa Nur ramah."Malam, Nur. Yuk kita makan," balas Oma Mentari.Tak lama, Diana dan Azka keluar dari kamar mereka, bergabung di meja makan. Diana tampak anggun dengan pakaian santai, sementara Azka terlihat sedikit lelah."Papa baru pulang?" Excel menoleh ke arah Azka, memperhatikan raut wajah serius papanya."Iya, Xel. Hari-hari ini Papa tidak bisa santai sebelum dalang semua masalah ini ditemukan," balas Azka sambil menarik kursi untuk duduk.

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ucapan 2 Tahun yang Lalu

    "Mama, ngapain mau mukul istriku?" Suara Excel terdengar keras, tangannya sudah menggenggam tangan Diana dengan tegas.Diana terdiam sejenak, gugup, matanya melirik ke arah Nur yang tersenyum penuh kemenangan. Rasa panik mulai merayapi dirinya, membuatnya semakin bingung untuk memberi penjelasan."Excel..." Suara Diana bergetar, tak bisa menyembunyikan kegugupan. Ia melirik lagi ke arah Nur, yang kini berdiri dengan sikap penuh kemenangan, senyumnya semakin lebar."Mau mukul Nur? Kenapa, Ma?" Excel menatap Diana dengan tatapan serius, matanya tajam seolah menembus setiap kebohongan yang mungkin keluar dari bibirnya.Diana menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia menggenggam tangan Excel, berusaha tersenyum meski terlihat jelas ketegangan di wajahnya. "Em... Enggak kok. Mama... Mama cuma mau ambil kotoran di rambut Nur," jawab Diana terbata-bata, kata-katanya terdengar tidak meyakinkan.Excel mengerutkan dahi, sedikit bingung dengan jawaban Diana yang tak masuk akal. "I-iy

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Mertua Licik vs Menantu Cerdik

    Nur mengepalkan kedua tangannya, menahan geram. Kata-kata yang ingin dia ucapkan terasa terhenti di tenggorokan saat Diana menjawab telepon dengan wajah ceria."Iya, Hallo," sapa Diana dengan senyuman lebar, suaranya terdengar manis dan penuh percaya diri.Nur hanya bisa diam, tak tahu siapa yang menelepon mama mertuanya dan tak dapat mendengar percakapan di seberang sana. Namun, melihat ekspresi Diana yang semakin ceria, rasa curiga mulai menguasai hatinya."Oke, tunggu ya, aku langsung otw," ucap Diana, mengakhiri panggilan dengan nada santai namun penuh arti.Setelah itu, Diana bangkit dari kursinya dengan perasaan puas, seolah baru saja memenangkan sebuah pertandingan. Dia berpamitan kepada teman-temannya, sambil melirik Nur dengan tatapan yang penuh kemenangan."Ma, Mama...! Tungguin." Nur memanggil dengan suara terburu-buru, berlari mengejar Diana.Brug...!!"Aduh... Pakai jatuh lagi!" pekik Nur saat kakinya terantuk ujung kursi. Ia terjerembap ke lantai, menahan rasa sakit di l

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Magna

    Excel telah tiba di perusahaan Mahendra grup, ia langsung menuju ruang rapat. Di ruang rapat utama, Excel menemukan Papanya bersama tim manajemen, termasuk direktur operasional, Pak Wijaya, dan kepala divisi legal, Bu Tari."Permisi..." ucap Excel saat membuka pintu ruang rapat."Excel, akhirnya kamu datang juga. Sini, Nak, tolong bantu Papa," ujar Azka mempersilakan putranya bergabung.Excel berjalan mendekat, menatap wajah-wajah tegang di ruangan itu."Bapak dan Ibu sekalian, izinkan saya memperkenalkan Excel Mahendra, putra tunggal saya," ujar Azka dengan nada penuh harap."Excel akan membantu menyelesaikan masalah besar yang sedang kita hadapi," imbuh Azka, penuh keyakinan.Excel mengangguk sopan, menatap semua yang ada di ruangan dengan pandangan percaya diri. "Senang bertemu dengan semuanya. Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu," ujarnya, meski ini pertama kalinya ia terlibat langsung dalam perusahaan keluarganya.Ruangan sunyi sejenak, hanya terdengar suara napas be

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Bukan Menantu tapi, Asisten

    Excel mengusap wajahnya dengan tangan, berusaha menenangkan hatinya yang sedikit terusik oleh godaan Nur. Ia menatap istrinya dengan pandangan penuh teka-teki, lalu tersenyum miring, menggoda.“Kamu berani godain aku,” ucap Excel, suaranya berat, tapi ada nada main-main di sana.“Berani emang kenapa? Kan suami sendiri,” tantang Nur tanpa rasa gentar, malah tersenyum lebar seolah sengaja memancing reaksi suaminya.Excel semakin mendekat, membungkuk sedikit hingga wajahnya sejajar dengan Nur. “Yakin, enggak bakal nyesel?” tanyanya, matanya menyiratkan tantangan.Nur mengerutkan kening, penasaran. “Nyesel kenapa?”“Mau nyobain?” Excel menaikkan alisnya, wajahnya makin dekat, membuat Nur sedikit salah tingkah.“Nyobain apa, Kak?” tanya Nur, bingung tapi tetap mempertahankan ekspresi penasaran.Excel menyeringai, matanya penuh godaan. “Nyobain tugu Monasku,” bisiknya pelan, nyaris seperti sebuah tantangan yang disengaja.Nur terdiam, ekspresinya berubah drastis. “Hah...!” pekiknya, kedua m

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Tegak tapi Bukan Keadilan

    Bab 6"Hai cantik, boleh kenalan? Aku Zarek," ucap Zarek dengan senyum buaya sembari mengulurkan tangan."Nur," balas Nur menyambut uluran tangan lelaki di depannya.Excel tak suka dengan tragedi di depannya, ia segera menarik tangan sang istri agar terlepas dari Zarek. "Lepasin, Za. Enggak semua cewek bisa kamu modusin," ucap Excel kesal.Zarek adalah teman sekolah SMA-nya dulu, meski mereka tidak terlalu dekat, tetapi Excel hapal sifat Zarek yang suka mempermainkan wanita bahkan tak segan-segan memanfaatkan wanitanya. Sebab itulah Excel tak mau berteman dekat dengan Zarek."Ya elah. Santai aja, Bro, sikap posesif kamu enggak berkurang ya. Hati-hati kalau istri kamu justru enggak betah sama sikap kamu itu," ledak Zarek dengan tersenyum sinis. Zarek memang tidak menghadiri pernikahan Excel, dan ia juga tidak di undang Excel juga maka dari itu ia memilih untuk tidak hadir."Ayo, Nur, kita pergi!" tanpa merespon apa yang di ucapkan Zarek, Excel menarik tangan sang istri untuk meningga

DMCA.com Protection Status