Share

Tegak tapi Bukan Keadilan

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-23 09:13:15

Bab 6

"Hai cantik, boleh kenalan? Aku Zarek," ucap Zarek dengan senyum buaya sembari mengulurkan tangan.

"Nur," balas Nur menyambut uluran tangan lelaki di depannya.

Excel tak suka dengan tragedi di depannya, ia segera menarik tangan sang istri agar terlepas dari Zarek.

"Lepasin, Za. Enggak semua cewek bisa kamu modusin," ucap Excel kesal.

Zarek adalah teman sekolah SMA-nya dulu, meski mereka tidak terlalu dekat, tetapi Excel hapal sifat Zarek yang suka mempermainkan wanita bahkan tak segan-segan memanfaatkan wanitanya. Sebab itulah Excel tak mau berteman dekat dengan Zarek.

"Ya elah. Santai aja, Bro, sikap posesif kamu enggak berkurang ya. Hati-hati kalau istri kamu justru enggak betah sama sikap kamu itu," ledak Zarek dengan tersenyum sinis.

Zarek memang tidak menghadiri pernikahan Excel, dan ia juga tidak di undang Excel juga maka dari itu ia memilih untuk tidak hadir.

"Ayo, Nur, kita pergi!" tanpa merespon apa yang di ucapkan Zarek, Excel menarik tangan sang istri untuk meninggalkan tempat tersebut.

Sesampainya di dalam mobil, Nur melihat sang suami dengan wajah kesal sembari menyetir.

"Om, yang tadi teman kamu ya?" tanya Nur mencoba mencairkan suasana.

"Bukan," balas Excel datar.

"Iya juga, kalau teman pasti dia hadir di acara kemarin kan. Tapi, kayaknya dia enggak tahu dengan kejadian kemarin. Berarti bukan teman, Om, deh," ucap Nur sambil mangut-mangut.

"Makanya kamu tuh jangan manggil suamimu Om. Om Om mulu, emang aku om-mu apa?!" seru Excel kesal.

"Lah terus maunya di panggil apa, Om," balas Nur menatap Excel. Matanya mengisyaratkan tantangan.

"Serah!" balas Excel.

"Eum, apa ya." Nur mengalihkan pandangan, berusaha keras untuk menemukan panggilan yang tepat. Ia berpura-pura berpikir serius, jarinya menempel di dagu sambil mangut-mangut.

"Gimana kalau Kakak, Kak Excel?" ucap Nur antusias, wajahnya berseri.

Excel mengangkat alis, sedikit terkejut, tetapi jawaban Nur membuatnya tidak bisa menahan senyum, namun begitu ia tetap mempertahankan wajah datarnya.

"Serah," seru Excel lagi.

"Dih, serah mulu. Keknya BT-nya ngalahin cewek yang lagi PMS deh," goda Nur sambil tertawa, suaranya ceria dan menular.

"Serah!" kata Excel, kali ini dengan sedikit nada lebih ringan.

"Tuh, serah lagi. Emang serah apaan, Om, serah jabatan?" Nur menantangnya, matanya bersinar nakal.

"Tuh kan Om lagi," jawab Excel sambil memutar matanya.

"Iya deh, Kak Excel yang tampan. Upps." Nur merasa keceplosan, tangannya menutup mulutnya seolah-olah bisa menyembunyikan kata-kata yang baru saja keluar.

"Kan, emang aku ganteng. Ngapain, malu ngakuin? Kamu enggak ngakuin aja aku udah tahu kalau aku emang tampan," ucapnya dengan percaya diri sambil tersenyum lebar, merasakan bangga.

"Dih, GR." Nur mengerucutkan bibirnya pura-pura merasa kesal , melihat wajah Excel yang penuh percaya diri, membuat suasana di antara mereka nampak hangat dan akrab.

Excel mengusap lembut kepala sang istri, membuat Nur merasa hangat dan tenang. Tanpa mereka sadari sentuhan lembut itu memberikan rasa nyaman pada diri Nur.

"Yang penting kamu hati-hati sama Zarek, dia buaya darat dan orangnya sangat licik," pesan Excel membuat Nur mengangguk.

Tak berapa lama mobil mereka sampai di halaman rumah. Mereka masuk ke dalam rumah dengan wajah ceria.

Keadaan rumah terasa sepi, Nur dan Excel langsung menuju kamar. Sesampainya di dalam kamar, Nur meletakkan paper bag lalu ia membawa baju daster ke dalam in closet untuk berganti pakaian.

Setelah selesai Nur keluar sambil mengikat rambutnya dengan asal, Excel yang tiduran di atas kasur seketika ekor matanya melihat Nur ala rumahan.

Excel menelan ludah dengan susah payah. Ada rasa aneh yang tiba-tiba muncul di dada, meski ia berusaha keras untuk tidak terlalu memperhatikannya. Tapi, entah kenapa, wajah Nur yang sederhana itu kini terasa lebih menarik di matanya. Excel merapikan posisi tidurnya, berusaha menenangkan diri, meski pikirannya mulai melayang ke arah hal-hal yang tak biasa.

Sedangkan Nur merasa tak acuh, dan memilih untuk segera membuka paper bag dan mencoba laptop barunya.

"Om, eh, Kak Excel, ajarin cara makai laptop dong," ujar Nur tanpa menatap ke arah sang suami.

Nur mencoba membuka laptop lalu menyalakan nya. Karena Excel tak kunjung mendekat ia mencoba memanggilnya lagi.

"Kak, buruan. Aku udah enggak sabar pengen nyoba nih," panggil Nur. Kali ini ia menoleh ke arah sang suami dengan kedipan mata danr senyuman.

Bagi Nur itu hanya senyuman biasa namun berhasil membuat gairah Excel semakin memuncak.

"Eh, i-iya," balas Excel gelagapan. Ia segera bangkit dari ranjang menghampiri Nur yang duduk di depan rias.

Excel berusaha mengatur napasnya agar tidak tampak gugup di depan Nur. Ia berjongkok di sampingnya, mencoba fokus pada laptop yang tergeletak di atas meja rias, meski matanya lebih sering melirik ke arah Nur. Senyum gadis itu, yang tampaknya begitu polos, terus mengganggu ketenangannya. Excel memberanikan diri untuk menjelaskan langkah-langkah dasar, meskipun belakangnya, hatinya berdebar lebih kencang daripada biasanya.

"Jadi, pertama, kamu tinggal tekan tombol ini untuk nyalain laptop," ucap Excel menjelaskan sambil menunjuk tombol power di sudut kanan atas. Tangannya agak gemetar saat menunjuk.

Nur menatapnya sekilas, lalu mengikuti petunjuk Excel. “Oke, udah nyala,” katanya singkat.

Excel mengangguk, lalu melanjutkan, “Sekarang, kamu harus masuk ke akun kamu. Kamu bisa pakai nama pengguna dan kata sandi yang ada di email hp-mu?”

Nur mengangguk pelan, matanya tetap terpaku pada layar. Namun, Excel mulai merasakan ada yang aneh. Ada keheningan yang menggelitik, seolah-olah sesuatu yang lebih dari sekadar pelajaran laptop tengah mengisi udara di antara mereka.

"Eh, Kak Excel, kamu kenapa?" tanya Nur tanpa menoleh, seolah merasakan perubahan dalam sikap suaminya yang mulai kaku dan canggung.

"Ah... enggak, aku cuma... mikir," jawab Excel terbata-bata, berusaha menjaga jarak dengan kenyataan yang mulai melangkah lebih jauh dari yang ia inginkan.

Nur menyandarkan tubuhnya ke belakang, senyum kecil masih menghiasi wajahnya. "Kamu aneh deh, Kak. Kayak lagi bingung sama sesuatu."

Excel mengalihkan pandangannya, berusaha menenangkan pikirannya. "Enggak kok, aku cuma... capek," ujarnya, mencoba terdengar santai. Namun, hatinya semakin terasa berat. Apakah ini hanya perasaan canggung biasa, atau ada sesuatu yang lebih dalam yang mulai mengganggu dirinya?

Tiba-tiba, lengan Nur tanpa sengaja menyenggol bagian tubuh Excel yang cukup sensitif, membuatnya mengaduh pelan.

"Aduh...!" Excel meringis kesakitan, matanya terpejam sejenak.

"Kakak, kenapa?" tanya Nur, terlihat bingung. Ia merasa baru saja menyenggol sesuatu yang tidak sengaja.

"Em... enggak apa-apa," jawab Excel terbata-bata, mencoba menutupi kegugupannya. Namun, ia bisa merasakan ketegangan yang mulai membesar di antara mereka.

Nur, yang awalnya tidak terlalu memperhatikan, kini menatap dengan lebih fokus ke arah bawah perut Excel yang tampak sedikit berbeda. Senyum nakalnya semakin lebar.

"Kayaknya, ada yang tegak, tapi bukan karena keadilan, deh. Kira-kira apaan tuh," goda Nur sambil menatap celana Excel yang mulai terasa agak menonjol.

Excel terkejut, wajahnya langsung memerah, dan kedua matanya menatap sang istri dengan melotot. "Nur..."

Bab terkait

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Bukan Menantu tapi, Asisten

    Excel mengusap wajahnya dengan tangan, berusaha menenangkan hatinya yang sedikit terusik oleh godaan Nur. Ia menatap istrinya dengan pandangan penuh teka-teki, lalu tersenyum miring, menggoda.“Kamu berani godain aku,” ucap Excel, suaranya berat, tapi ada nada main-main di sana.“Berani emang kenapa? Kan suami sendiri,” tantang Nur tanpa rasa gentar, malah tersenyum lebar seolah sengaja memancing reaksi suaminya.Excel semakin mendekat, membungkuk sedikit hingga wajahnya sejajar dengan Nur. “Yakin, enggak bakal nyesel?” tanyanya, matanya menyiratkan tantangan.Nur mengerutkan kening, penasaran. “Nyesel kenapa?”“Mau nyobain?” Excel menaikkan alisnya, wajahnya makin dekat, membuat Nur sedikit salah tingkah.“Nyobain apa, Kak?” tanya Nur, bingung tapi tetap mempertahankan ekspresi penasaran.Excel menyeringai, matanya penuh godaan. “Nyobain tugu Monasku,” bisiknya pelan, nyaris seperti sebuah tantangan yang disengaja.Nur terdiam, ekspresinya berubah drastis. “Hah...!” pekiknya, kedua m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Magna

    Excel telah tiba di perusahaan Mahendra grup, ia langsung menuju ruang rapat. Di ruang rapat utama, Excel menemukan Papanya bersama tim manajemen, termasuk direktur operasional, Pak Wijaya, dan kepala divisi legal, Bu Tari."Permisi..." ucap Excel saat membuka pintu ruang rapat."Excel, akhirnya kamu datang juga. Sini, Nak, tolong bantu Papa," ujar Azka mempersilakan putranya bergabung.Excel berjalan mendekat, menatap wajah-wajah tegang di ruangan itu."Bapak dan Ibu sekalian, izinkan saya memperkenalkan Excel Mahendra, putra tunggal saya," ujar Azka dengan nada penuh harap."Excel akan membantu menyelesaikan masalah besar yang sedang kita hadapi," imbuh Azka, penuh keyakinan.Excel mengangguk sopan, menatap semua yang ada di ruangan dengan pandangan percaya diri. "Senang bertemu dengan semuanya. Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu," ujarnya, meski ini pertama kalinya ia terlibat langsung dalam perusahaan keluarganya.Ruangan sunyi sejenak, hanya terdengar suara napas be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Mertua Licik vs Menantu Cerdik

    Nur mengepalkan kedua tangannya, menahan geram. Kata-kata yang ingin dia ucapkan terasa terhenti di tenggorokan saat Diana menjawab telepon dengan wajah ceria."Iya, Hallo," sapa Diana dengan senyuman lebar, suaranya terdengar manis dan penuh percaya diri.Nur hanya bisa diam, tak tahu siapa yang menelepon mama mertuanya dan tak dapat mendengar percakapan di seberang sana. Namun, melihat ekspresi Diana yang semakin ceria, rasa curiga mulai menguasai hatinya."Oke, tunggu ya, aku langsung otw," ucap Diana, mengakhiri panggilan dengan nada santai namun penuh arti.Setelah itu, Diana bangkit dari kursinya dengan perasaan puas, seolah baru saja memenangkan sebuah pertandingan. Dia berpamitan kepada teman-temannya, sambil melirik Nur dengan tatapan yang penuh kemenangan."Ma, Mama...! Tungguin." Nur memanggil dengan suara terburu-buru, berlari mengejar Diana.Brug...!!"Aduh... Pakai jatuh lagi!" pekik Nur saat kakinya terantuk ujung kursi. Ia terjerembap ke lantai, menahan rasa sakit di l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ucapan 2 Tahun yang Lalu

    "Mama, ngapain mau mukul istriku?" Suara Excel terdengar keras, tangannya sudah menggenggam tangan Diana dengan tegas.Diana terdiam sejenak, gugup, matanya melirik ke arah Nur yang tersenyum penuh kemenangan. Rasa panik mulai merayapi dirinya, membuatnya semakin bingung untuk memberi penjelasan."Excel..." Suara Diana bergetar, tak bisa menyembunyikan kegugupan. Ia melirik lagi ke arah Nur, yang kini berdiri dengan sikap penuh kemenangan, senyumnya semakin lebar."Mau mukul Nur? Kenapa, Ma?" Excel menatap Diana dengan tatapan serius, matanya tajam seolah menembus setiap kebohongan yang mungkin keluar dari bibirnya.Diana menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia menggenggam tangan Excel, berusaha tersenyum meski terlihat jelas ketegangan di wajahnya. "Em... Enggak kok. Mama... Mama cuma mau ambil kotoran di rambut Nur," jawab Diana terbata-bata, kata-katanya terdengar tidak meyakinkan.Excel mengerutkan dahi, sedikit bingung dengan jawaban Diana yang tak masuk akal. "I-iy

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Sandiwara Diana

    Setelah selesai menunaikan salat Magrib, Excel mengajak Nur turun untuk makan malam bersama. "Ayo, Nur, kita makan. Perutku sudah lapar sekali," ucap Excel sambil menggandeng tangan Nur.Meskipun Nur sebenarnya masih merasa kenyang sebab makan di restoran bersama wanita yang baru dikenalnya namun, ia tetap menyetujui ajakan sang suami. "Baiklah, Kak. Tapi aku mungkin makan sedikit aja," jawab Nur. Saat mereka tiba di meja makan, Oma Mentari sudah duduk rapi menunggu. Wanita tua itu tersenyum hangat melihat kedatangan mereka. "Malam, Oma," sapa Nur ramah."Malam, Nur. Yuk kita makan," balas Oma Mentari.Tak lama, Diana dan Azka keluar dari kamar mereka, bergabung di meja makan. Diana tampak anggun dengan pakaian santai, sementara Azka terlihat sedikit lelah."Papa baru pulang?" Excel menoleh ke arah Azka, memperhatikan raut wajah serius papanya."Iya, Xel. Hari-hari ini Papa tidak bisa santai sebelum dalang semua masalah ini ditemukan," balas Azka sambil menarik kursi untuk duduk.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Nur Dibawa Zarek

    Satu minggu telah berlalu, dan Mahendra Grup kini terhuyung-huyung akibat masalah yang semakin besar. Perusahaan pusat utama yang selama ini menjadi tulang punggung mereka tengah menghadapi krisis, sementara Magna, mitra utama yang telah menjalin kerja sama selama puluhan tahun, memutuskan untuk menghentikan kemitraan mereka. Keputusan itu membuat Mahendra Grup terpuruk, seolah lumpuh tanpa arah.Sementara itu, Nur, telah memulai kuliah di fakultas kedokteran. Ia bertemu dengan banyak teman-teman baru, serta mengenal para dosen yang akan membimbingnya di perjalanan akademisnya. Hari pertama kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Harapan sudah dimulai dengan berbagai kegiatan orientasi. Setelah menyelesaikan sesi orientasi yang diisi dengan pengenalan fasilitas kampus dan penjelasan tentang jadwal kuliah, Nur pun memasuki ruang kelas pertama.Suasana di dalam kelas cukup ramai dengan mahasiswa baru yang sibuk mencari tempat duduk. Nur mencari tempat yang nyaman di bagian tengah rua

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Perlawanan Nur

    Zarek membawa Nur ke sebuah bangunan besar yang tampak megah dan mewah."Pak, kenapa saya dibawa ke sini? Ini tempat apa? Saya mau dibawa ke mana sih?" tanya Nur dengan nada panik, matanya mengamati setiap sudut gedung yang asing baginya."Apartemenku," jawab Zarek singkat tanpa menoleh. Tangannya yang kasar terus mencengkeram pergelangan Nur, menyeretnya masuk hingga kulit gadis itu mulai memerah. Namun, ia tak peduli.Nur mencoba melawan, tapi cengkeraman Zarek terlalu kuat. Ia hanya bisa memohon dalam hati agar ada seseorang yang menyelamatkannya.Setelah sampai di salah satu kamar di dalam apartemen mewah itu, Nur terkejut bukan main melihat pemandangan di depannya. Di atas ranjang yang luas dan megah, seorang wanita mengenakan pakaian minim tengah duduk santai dengan kaki terbuka lebar."Mama? Astaghfirullah!" seru Nur dengan nada terkejut bercampur jijik. Ia segera memejamkan kedua matanya, mencoba menghindari pemandangan tak pantas itu. Bahkan, sekilas ia melihat pakaian dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ketahuan

    Sebelum Zarek menyelesaikan kalimatnya, tangan Nur meraih tas yang ada di sebelahnya lalu melompat dari ranjang dengan cepat. Ia menggunakan lututnya untuk menyerang bagian tubuh Zarek yang paling rentan. "Arrggghh....!!" Zarek terjatuh, kedua tangannya memegang burung perkutut kesayangannya. Diana yang menyaksikan, tak menyangka Nur bisa berbuat seperti itu. Mulutnya menganga dan kedua matanya melotot nyaris keluar dari sarangnya. Nur tidak mau membuang waktu, ia segera berlari menuju pintu. Meskipun kesakitan dan nyaris tak bertenaga, namun Zarek berhasil meraih pergelangan kakinya hingga membuat Nur terjatuh. "Berani kamu!" Zarek menggeram dan merangkak mendekati Nur dengan keadaan burung perkututnya gondal gandul. Tangan Nur mencoba meraih apa pun yang ada di dekatnya, akhirnya tangannya meraih lampu meja dan memukul kepala Zarek dengan karas. Seketika suara benda pecah menggema di ruangan. Zarek terjatuh lagi, kali ini kepalanya mengernyit menahan sakit. Darah mengalir dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Debar Jantung

    Tok...tok...!Pak Supri mengetuk pintu ruangan Excel dengan hati-hati."Masuk!" terdengar suara dari dalam, tegas namun dingin.Pak Supri membuka pintu perlahan. Di dalam, Excel baru saja keluar dari kamar mandi, satu tangan memegang tiang infus yang mengikutinya. Wajahnya tampak lebih segar dibanding sebelumnya, tapi sorot matanya tajam dan tidak bersahabat."Permisi, Tuan Excel," sapa Pak Supri sopan. "Saya datang untuk menjemput Non Nur."Excel mengerutkan keningnya, lalu memandang Pak Supri dengan ekspresi bingung. "Nur?" tanyanya, suaranya datar."Iya, Nona Nur," jawab Pak Supri tegas namun bingung dengan reaksi Excel.Excel menyandarkan tubuhnya ke tempat tidur dan menghela napas panjang. "Bukannya Nur sudah pulang sejak kemarin sore?"Pak Supri menatap Excel tak percaya. "Maksud Tuan?" tanyanya penuh kebingungan.Excel menegakkan tubuhnya, menatap lurus pada Pak Supri. "Kemarin, saat aku mulai me

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Kabar yang Meghentak

    Lia langsung duduk tegak, napasnya memburu. Tubuhnya dingin oleh keringat, meskipun udara kamar terasa hangat. Tanpa pikir panjang, ia menyibak selimut dengan kasar dan melangkah turun dari tempat tidur. Gemuruh di dadanya tak bisa diabaikan, firasat buruk seolah menggantung berat di udara."Pak Supri, tunggu di rumah sakit. Aku akan segera ke sana menyusul," titah Lia dengan nada panik melalui telepon. Suaranya nyaris bergetar, namun tetap tegas. Tak menunggu jawaban, ia langsung memutus sambungan secara sepihak, tangannya gemetar menggenggam telepon."Bang...! Bangun, Bang! Nur hilang!" Lia mengguncang tubuh Heri yang masih terlelap di sampingnya.Heri mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba mencerna kata-kata istrinya. Wajahnya yang kusut menandakan ia masih setengah sadar. "Apa? Hilang? Siapa yang bilang?" tanyanya dengan nada bingung."Pak Supri! Udah, cepetan bangun!" Lia berkata dengan cemas. Ia melangkah tergesa ke ranjang bayi, tempat kedua anak kembarnya, Rama dan Sinta, tertidur

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Nur Hilang

    Veronica tersenyum kecil, berjalan mendekat ke sisi ranjang. "Iya, Sayang. Tapi ada urusan mendadak yang harus aku selesaikan. Ini penting. Kamu lupakan saja gadis itu ya, kalau kamu mengingat dia terus bisa-bisa pernikahan kita nanti bisa gagal karena kamu terus memikirkan wanita lain. Dan aku tidak ingin ada wanita lain dalam pernikahan kita."Excel menatapnya penuh rasa ingin tahu. “Maaf, aku tidak akan mengingatnya lagi. Memangnya urusan apa? Apakah ada hubungannya dengan pekerjaanmu?”Veronica mengangguk cepat. “Iya, sesuatu yang berkaitan dengan klien penting. Kalau aku tidak menyelesaikannya malam ini, bisa berantakan semuanya. Aku janji, besok pagi aku akan kembali sebelum kamu keluar dari rumah sakit.”Excel terdiam sejenak, mencoba mencerna alasan Veronica. Namun, ada sesuatu dalam nada suaranya yang terasa janggal. "Kenapa harus malam ini? Apa tidak bisa ditunda sampai besok?"Veronica menghela napas panjang, mencoba menyembunyikan kegelisahan di matanya. "Tidak, Sayang. Ak

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Retrograde Amnesia

    Veronica mengangguk sembari tersenyum menanggapi Excel.Excel menatap Veronica lebih dalam, seolah mencari jawaban yang tak pernah ia temukan sebelumnya. "Aku ingat semuanya, Vero. Janji-janji itu, harapan kita... semua yang pernah kita bangun bersama.""Iya, Sayang, aku sudah tidak sabar menanti hari bahagia kita. Kamu cepat sembuh ya, biar kita segera menyiapkan pernikahan yang kita idamkan," balas Vero.Vero memeluk Excel, bibirnya melengkung ke atas, ia merasa puas karena rencananya telah berjalan dengan mulus.Ruangan rumah sakit itu terasa lebih cerah dengan senyum Veronica yang terus menghiasi wajahnya. Ia tetap memeluk Excel, merasakan tubuh pria itu yang kini lebih hangat dari sebelumnya. Namun, suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka berdua.Dokter masuk, diikuti oleh seorang perawat yang membawa alat pemeriksaan. Dengan ramah, dokter menyapa, “Selamat sore, Tuan Excel. Bagaimana perasaan Anda hari ini?”

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Keputusan

    Bruak!Parsel buah yang ada di tangan Nur seketika jatuh ke lantai, membuat suara yang menggema di ruangan itu. Matanya membulat, bibirnya bergetar, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar."Ka-k Ve-ro?" Nur berusaha memastikan, suaranya nyaris berbisik. Tatapan bingungnya beralih pada Excel yang hanya bisa mengangguk tanpa mengucap sepatah kata pun.Veronica tersenyum tipis, seolah tak menyadari keterkejutan yang melanda Nur. "Iya, kami sudah lama merencanakan ini, tapi semuanya tertunda karena kondisi Excel. Saya tetap setia menunggunya sampai dia sembuh."Nur masih terpaku di tempat. "Kak Excel, apa benar kamu akan menikah dengannya?" tanyanya pelan, suaranya bergetar, penuh dengan kekecewaan."Iya, Nur. Dan pernikahan kami akan segera berlangsung setelah aku keluar dari sini," balas Excel.Nur berdiri di hadapan Veronica, matanya menyala oleh kemarahan yang tak lagi bisa ditahan. Kata-kata Excel tentang pernikahan mereka sebelumnya seperti belati yang menghujam dada

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Kembalinya Vero

    Setelah memastikan Nur masuk dengan selamat, Pak Supri segera kembali ke rumah Heri. Mobil meluncur perlahan meninggalkan kediaman besar keluarga Azka, meninggalkan Nur yang berdiri di ambang pintu.Udara dingin dini hari menyelinap melalui celah pintu, membuat Nur menarik syal yang melingkar di lehernya lebih erat. Rumah besar itu sunyi, hanya ditemani gemericik air dari kolam kecil di halaman depan. Asisten rumah tangga yang bertugas malam itu segera menyambutnya."Pagi, Non Nur. Apa perlu saya siapkan sesuatu? Teh hangat, mungkin?" tanya bidan Lilis berbasa-basi. Wajahnya tak sedikitpun menampakkan keramahan.“Enggak perlu, Bi. Nur capek, mau langsung ke kamar. Tapi sebelum itu, Nur mau nengok Oma dulu,” jawab Nur lembut, menghapus jejak kelelahan dari suaranya.Bi Lilis mengangguk. “Baik, Non."Nur berjalan perlahan menyusuri lorong rumah yang panjang. Kakinya berhenti di depan sebuah pintu kayu besar berukir. Ia mengetuk perlahan sebelum membuka pintu."Oma, Nur masuk, ya," katan

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Budak Cinta

    Dini hari setelah selesai menunaikan kewajiban dua rakaat, Nur bersiap untuk pulang ke kediaman Excel Mahendra.“Kak, aku pulang dulu ya. Kamu cepat sembuh, biar kita bisa pulang bersama,” ucap Nur lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh keheningan ruang rawat. Ia menatap wajah Excel yang masih tertidur pulas, napasnya teratur, seolah sedang bermimpi damai.Nur menggigit bibir bawahnya, menahan haru. Karena tak berani mencium suaminya, ia hanya mencium jari telunjuk dan jari manisnya sendiri, lalu menempelkannya lembut pada pipi Excel.“Kak, aku percaya kamu pasti akan ingat semuanya lagi,” bisik Nur dengan mata berkaca-kaca sebelum beranjak pergi.Langkah Nur pelan saat melewati koridor rumah sakit. Pikirannya penuh dengan kenangan bersama Excel, juga rasa cemas yang tak kunjung sirna. Setiap detik Excel masih terbaring di sana, hatinya terasa tercekat oleh ketakutan kehilangan.Saat Nur keluar dari pintu utama rumah sakit, udara dingin di

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Bukti Cinta

    Nur tertegun. Senyum bahagianya perlahan menghilang. "Kak... Ini aku, Nur... Istrimu..."Excel menggeleng pelan. "Aku... Aku enggak ingat," jawabnya, lalu menatap sekeliling dengan bingung.Dokter yang masih berada di dekat mereka segera memeriksa Excel lebih lanjut. "Ini kemungkinan efek dari mati suri. Otaknya mungkin mengalami trauma yang menyebabkan amnesia sementara," jelasnya.Nur menatap dokter dengan mata penuh kekhawatiran. "Amnesia? Apa itu berarti Kak Excel tidak akan ingat siapa pun dari kami?"Dokter menenangkan Nur. "Amnesia bisa bersifat sementara, Ibu. Dengan perawatan dan waktu, ingatannya mungkin akan kembali. Yang penting sekarang, kita pastikan kondisinya stabil dulu."Azka memegang tangan Excel, menggenggamnya erat. "Nak, kamu gak perlu khawatir. Kami akan ada di sini untukmu. Kami akan bantu kamu ingat semuanya."Excel memandang ayahnya dengan tatapan kosong. Nur duduk di sisi Excel, menggenggam tangannya dengan lembut."Kak Excel, enggak apa-apa kalau kamu engga

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Berduka

    Lia tak menyangka sang adik terlihat begitu terpukul. Ia memandang Nur yang terus menggenggam tangan Excel, tubuhnya gemetar di tengah isaknya yang tak kunjung reda."Apa Nur begitu mencintai Excel?" batin Lia.Lia memeluk sang adik sambil menepuk lembut bahunya. "Sabar, Nur. Semua ini sudah takdir. Excel pasti ingin kamu kuat," ucap Lia, berusaha menghibur meski hatinya juga pilu.Nur menggeleng keras, wajahnya basah oleh air mata. "Tapi, Mbak, Kak Excel sudah janji kita akan bersama terus. Kebersamaan kita baru sebentar. Aku gak mau dia pergi secepat ini," isaknya dengan suara parau. Kepalanya bersandar di bahu Lia, tubuhnya lemah seolah tak sanggup menopang beban perasaan yang begitu berat.Lia menyeka keringat yang membanjiri kening sang adik. Namun, tiba-tiba tubuh Nur melemas, dan kesadarannya hilang."Nur! Nur, bangun!" pekik Lia panik sambil mengguncang pelan tubuh adiknya.Heri, yang sejak tadi hanya mematung, segera bergerak menghampiri. "Biar aku yang bawa dia!" katanya cep

DMCA.com Protection Status