Share

Ancaman untuk Nur

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-25 07:26:55

Resepsi pernikahan telah usai, Nur telah di boyong ke rumah besar Azka.

"Selamat datang di rumah baru, Nur. Memang bukan rumah kita sendiri, tapi di sinilah aku tumbuh besar. Semoga kamu merasa nyaman di sini," ucap Excel tersenyum sambil menggenggam tangan sang istri membuat Nur merasa lebih diterima dan nyaman.

Saat Excel membuka pintu rumah yang bercat putih, tampaklah sebuah hunian mewah yang tetap mengusung kesan elegan dan hangat. Langit-langit yang tinggi dengan lampu gantung kristal memberikan sentuhan glamor, memantulkan cahaya lembut ke dinding marmer berwarna krem. Lantai berbahan kayu jati berkilau mempertegas kesan klasik modern, dilengkapi dengan karpet Persia yang menyelimuti sebagian ruang tamu.

Di sudut ruangan, terdapat sofa kulit berwarna cokelat tua yang menghadap ke perapian dengan bingkai batu alam, menciptakan suasana yang nyaman. Sebuah tangga melengkung dengan pegangan besi berukir mengarah ke lantai atas, menambah kesan megah tanpa terkesan berlebihan. Dekorasi seperti lukisan dan vas bunga porselen menambah sentuhan seni dan memberikan kesan rumah yang hangat dan penuh cinta.

"Kenapa bengong aja, Nur? Ayok masuk," ajak Excel.

"Excel, ajak istrimu masuk kamar dulu. Dia pasti capek banget, biar istirahat." Suara nenek Excel terdengar hangat dan penuh perhatian. Sang nenek sudah tiba lebih dahulu, menunggu kedatangan mereka dengan senyum yang tulus.

"Iya, Oma," sahut Excel. Ia lalu menatap Nur dengan lembut, "Yuk." Genggamannya semakin erat, seolah ingin memastikan Nur merasa aman saat melangkah menuju lantai atas.

Namun, saat Excel hendak melangkah, Nur tiba-tiba menarik pelan tangannya dari genggaman suaminya. Gerakan itu membuat Excel berhenti dan menoleh, ekspresi wajahnya menunjukkan kekhawatiran.

"Kenapa, Nur?" tanyanya lembut, matanya menatap dalam, seakan mencari tahu apa yang dirasakan istrinya.

"Eng… aku kok deg-degan ya, Om," jawab Nur polos, matanya berkedip lugu seolah ia sendiri tak yakin dengan perasaannya.

Excel tersenyum tipis, meski di dalam hatinya ia merasakan kegugupan yang sama. Sejujurnya, ini adalah pertama kalinya ia membawa seorang wanita masuk ke dalam kamarnya. Namun, ia mencoba menyembunyikan perasaan itu dengan candaan.

"Enggak apa-apa, sayang. Semua ini memang baru, wajar kalau kamu merasa gugup. Kalau gitu, bagiin aja gugupnya sama aku, biar impas," goda Excel, sambil melempar senyum yang mencoba menenangkan Nur.

Mendengar panggilan "sayang" membuat Nur merasakan desiran halus di dalam dadanya. Ada perasaan hangat yang merayap dari kepala hingga ujung jari kakinya. Dia menundukkan kepala, mencoba menyembunyikan senyumnya yang merekah. Keringat kecil mulai membasahi telapak tangannya, dan jantungnya berdegup kencang.

"Kenapa jadi gini, ya?" pikir Nur, berusaha menenangkan dirinya. Setiap kali Excel menatapnya, matanya seakan bisa melihat jauh ke dalam hatinya, menggugah perasaan yang selama ini terpendam.

Excel menggenggam kembali tangan istrinya, kali ini lebih lembut namun tetap kokoh, seakan ingin menyampaikan bahwa mereka akan menghadapi segala hal bersama. Excel memang pandai menggoda, meski di balik itu, dia juga sedang berjuang menenangkan hatinya yang berdebar.

"Iya," balas Nur. Mau tak mau ia mengekor di belakang sang suami.

****

Keesokan paginya, Nur terbangun kesiangan dan melihat Excel baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah yang masih meneteskan air.

"Pagi, Nur. Udah bangun?" sapa Excel dengan nada ramah.

"Pagi juga, Om," jawab Nur sambil menguap lebar.

"Gimana tidurnya, nyenyak?" tanya Excel lagi.

"Nyenyak banget, sampai-sampai aku bangun kesiangan," balas Nur sambil terkekeh.

Excel tersenyum. "Ya udah, mandi dulu sana, nanti kita sarapan bareng."

"Oke, Om," jawab Nur. Ia segera beranjak dari ranjang dan mengambil baju serta handuknya dari koper. Semalam, Pak Supri sudah mengantarkan baju-baju Nur yang sebelumnya tertinggal di rumah Heri.

Setelah selesai mandi, Nur keluar dengan wajah yang segar. Rambutnya terbungkus handuk, dan ia tampak lebih bersemangat.

Nur duduk di depan meja rias milik Excel, membuka tas make-up dan mulai merias wajahnya. Setelah selesai, ia melepaskan handuk dan menyisir rambut panjangnya hingga rapi.

"Nur, nanti di depan Oma kita bersikap manis ya, aku enggak mau Oma kecewa," pesan Excel.

"Oke, Om," balas Nur santai.

Kedua pasangan pengantin itu melangkah keluar dari kamar mereka dengan perlahan. Excel, dengan penuh perhatian, melingkarkan lengannya di pinggang ramping Nur, membimbingnya menuruni tangga. Mereka terlihat mesra dalam balutan kehangatan pagi, dan aura kebahagiaan terpancar dari wajah mereka.

Begitu mereka tiba di ruang keluarga, suara Oma Excel langsung menyambut dengan nada menggoda.

"Pagi, pengantin baru! Gimana malam pertamanya? Pasti indah banget, ya? Rambut kalian sampai kompak basah gitu," ujar Oma Excel, sambil tersenyum penuh arti.

Oma Mentari justru merasa bersyukur mendengar kabar Veronika kabur dan justru mendapat pengganti Nur yang baginya jauh lebih cantik alami, sederhana, ramah, dan kalem.

"Pagi juga, Oma. Jangan ngeledek gitu napa," balas Excel. Ia merasa risih sebab kenyataannya semalam mereka tidak melakukan apapun, bahkan setelah membersihkan diri mereka kompak langsung tidur. Selain menyadari pernikahan mereka tidak sah, Nur juga sedang berhalangan.

Nur tersenyum, mencoba menanggapi dengan sopan, "Pagi juga, Oma," jawabnya ramah.

"Selamat pagi, Pa, pagi, Ma," sambut Nur dengan hormat pada kedua orang tua Excel.

Azka, langsung membalas dengan nada hangat, "Pagi, Nur."

Berbeda dengan, Diana, wanita itu hanya melontarkan senyuman sinis tanpa berkata apa pun. Sejak kemarin, Diana tampak dingin kepada menantunya. Apalagi Ibu mertuanya sangat menyukai karakter Nur dengan sikapnya yang ramah dan rendah hati, membuat Diana semakin merasa kesal.

Nur, yang menyadari senyuman dingin Diana, mencoba tetap tenang dan tidak menunjukkan kegelisahannya. Dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia berharap bisa segera pergi dari rumah besar ini.

"Nur, kamu harus makan yang banyak biar sehat dan subur. Oma, mau cicit yang banyak. Jangan kayak Diana yang cuma punya anak satu, banyak anak banyak rezki. Buat apa kerja siang malam ngumpulin harta banyak kalau anak cuma satu, rugi," pesan Oma Mentari.

"Anak itu Rezki, Oma. Lagian Nur mau kuliah dulu kok dan aku enggak ngelarang dia," sahut Excel.

"Iya, Oma tahu kok, tapi Oma tetap pengen segera gendong cicit. Kalian kan sudah menikah, masa Oma harus nunggu lama lagi?" sahut Oma Mentari dengan nada bercanda, meski ada sedikit desakan di dalamnya.

Nur tersenyum kecil, mencoba menanggapi dengan bijak. "Insya Allah, Oma. Semoga semuanya diberi kelancaran," balasnya sopan, berusaha menenangkan harapan besar sang nenek.

"Memangnya Oma enggak segera pulang?" tanya Diana.

"Kenapa memangnya? Kamu ngusir Mama?! Kamu enggak suka Mama di sini?" bantah Oma Mentari.

"Bukan begitu, Oma, maksud aku...."

"Udah, diam. Jangan berdebat terus, malu sama Nur. Sebaiknya kita segera sarapan," potong Azka.

"Istrimu itu, dari dulu selalu tak suka tiap mama ke sini," omel Oma Mentari.

"Siapa yang bilang begitu, Ma?" protes Diana.

"Mama diam. Kita sedang makan!" ucap Azka tegas.

Nur baru tahu, kalau ibu mertuanya itu ternyata punya watak yang keras dan egois. Ia mengambil kesimpulan bahwa mereka tak pernah akrab.

"Wih kayaknya seru nih, lihat Mak lampir mati kutu saat sama Oma," batin Nur tertawa.

Setelah selesai makan Nur membawa bekas piring ke wastafel untuk di cuci, meski ada asisten rumah tangga dan sudah di larang namun Nur tetap melakukannya.

"Tuh lihat, menantumu aja mau cuci piring. Enggak kayak kamu yang pemalas," sindir Oma Mentari.

"Dia kan miskin, wajarlah cuci piring," balas Diana.

"Cuci piring itu bukan masalah miskin atau kaya, tetapi soal kebiasaan dan kerendahan hati. Justru, sikap seperti itu menunjukkan bahwa Nur enggak malu buat berkontribusi di rumah," balas Oma Mentari dengan nada tegas.

Diana hanya mendengus pelan, merasa terganggu dengan pujian yang terus mengalir untuk menantunya.

Ia segera bangkit dari duduknya dan melangkah ke wastafel, berpura-pura mencuci tangan. Berdiri di samping Nur yang sedang mencuci piring, ia berbisik dengan nada dingin.

"Jadi orang enggak usah cari muka di depan Oma. Dan ingat, jangan sampai kamu hamil anak Excel. Kalau hal itu sampai terjadi, siap-siap aja menerima akibatnya," ucap Diana dengan tatapan tajam.

Bab terkait

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Rencana Licik Diana

    Nur terkejut mendengar ancaman halus itu. Ia menoleh, menatap ibu mertuanya dengan tersenyum membuat Diana merasa di remehkan. Bukannya takut, Nur nampak tetap tenang, meski akhirnya gadis itu menunduk, melanjutkan pekerjaannya tanpa berkomentar. Nur tahu, berdebat hanya akan memperkeruh suasana. Namun, ancaman itu tetap terasa menusuk di hatinya. Diana kembali ke meja makan dengan wajah yang tenang, seolah-olah tak terjadi apa-apa. Sementara Nur, meski merasa cemas, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia tidak akan lama untuk menghadapi masalah ini. "Ternyata gini ya rasanya dapat mertua sadis, bikin ngenes. Pantas aja mbak Lia sampai kering kerontang, suami pelit perhitungan ipar dan mertua julid. Jabang bayi amit-amit, jangan sampai aku juga kek gitu, bisa-bisa tubuhku yang langsing ini jadi tengkorak berjalan," ujar Nur tanpa suara. Meski begitu bibirnya tetap mencar-mencor sambil membilas piring. Setelah selesai sarapan Azka berpamitan untuk berangkat ke kantor. Diana pun mengant

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ketahuan Menguping

    "Non, kamu ngapain."Nur yang sedang serius mendengarkan rencana Diana, seketika terlonjak kaget saat bahunya di tepuk seseorang. "Bibi, ngagetin aja," bisik Nur. Jantungnya berdebar sangat kencang, ia mengusap dadanya merasa lega saat tahu siapa yang berbicara di belakangnya. "Kamu nguping nyonya muda ya?" tanya wanita berambut kuncir kuda itu.Dengan cepat Nur menempelkan jari telunjuk pada bibirnya sendiri. Dan mendorong asisten rumah tangga untuk segera menjauh dari kamar Diana."Aku enggak nguping, Bi. Cuma kebetulan aja lewat, tak kira Mama ngomong sama siapa. Nah karena pintunya enggak ke tutup rapat ya udah aku lihat aja, ternyata ngomong sama telpon," ucap Nur menjelaskan. Ia tak ingin di cap aneh-aneh oleh wanita itu apalagi di ajukan dengan Diana."Yakin? Nona enggak lagi nguping pembicaraan Nyonya kan?" Wanita itu nampak mencurigai Nur, tatapannya membuat Nur tak nyaman."Yakin lah, lagian Bi Lilis ngapain sih ngurusin aku. Dahlah, aku mau ke kamar," ucap Nur merasa b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Tegak tapi Bukan Keadilan

    Bab 6"Hai cantik, boleh kenalan? Aku Zarek," ucap Zarek dengan senyum buaya sembari mengulurkan tangan."Nur," balas Nur menyambut uluran tangan lelaki di depannya.Excel tak suka dengan tragedi di depannya, ia segera menarik tangan sang istri agar terlepas dari Zarek. "Lepasin, Za. Enggak semua cewek bisa kamu modusin," ucap Excel kesal.Zarek adalah teman sekolah SMA-nya dulu, meski mereka tidak terlalu dekat, tetapi Excel hapal sifat Zarek yang suka mempermainkan wanita bahkan tak segan-segan memanfaatkan wanitanya. Sebab itulah Excel tak mau berteman dekat dengan Zarek."Ya elah. Santai aja, Bro, sikap posesif kamu enggak berkurang ya. Hati-hati kalau istri kamu justru enggak betah sama sikap kamu itu," ledak Zarek dengan tersenyum sinis. Zarek memang tidak menghadiri pernikahan Excel, dan ia juga tidak di undang Excel juga maka dari itu ia memilih untuk tidak hadir."Ayo, Nur, kita pergi!" tanpa merespon apa yang di ucapkan Zarek, Excel menarik tangan sang istri untuk meningga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Bukan Menantu tapi, Asisten

    Excel mengusap wajahnya dengan tangan, berusaha menenangkan hatinya yang sedikit terusik oleh godaan Nur. Ia menatap istrinya dengan pandangan penuh teka-teki, lalu tersenyum miring, menggoda.“Kamu berani godain aku,” ucap Excel, suaranya berat, tapi ada nada main-main di sana.“Berani emang kenapa? Kan suami sendiri,” tantang Nur tanpa rasa gentar, malah tersenyum lebar seolah sengaja memancing reaksi suaminya.Excel semakin mendekat, membungkuk sedikit hingga wajahnya sejajar dengan Nur. “Yakin, enggak bakal nyesel?” tanyanya, matanya menyiratkan tantangan.Nur mengerutkan kening, penasaran. “Nyesel kenapa?”“Mau nyobain?” Excel menaikkan alisnya, wajahnya makin dekat, membuat Nur sedikit salah tingkah.“Nyobain apa, Kak?” tanya Nur, bingung tapi tetap mempertahankan ekspresi penasaran.Excel menyeringai, matanya penuh godaan. “Nyobain tugu Monasku,” bisiknya pelan, nyaris seperti sebuah tantangan yang disengaja.Nur terdiam, ekspresinya berubah drastis. “Hah...!” pekiknya, kedua m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Magna

    Excel telah tiba di perusahaan Mahendra grup, ia langsung menuju ruang rapat. Di ruang rapat utama, Excel menemukan Papanya bersama tim manajemen, termasuk direktur operasional, Pak Wijaya, dan kepala divisi legal, Bu Tari."Permisi..." ucap Excel saat membuka pintu ruang rapat."Excel, akhirnya kamu datang juga. Sini, Nak, tolong bantu Papa," ujar Azka mempersilakan putranya bergabung.Excel berjalan mendekat, menatap wajah-wajah tegang di ruangan itu."Bapak dan Ibu sekalian, izinkan saya memperkenalkan Excel Mahendra, putra tunggal saya," ujar Azka dengan nada penuh harap."Excel akan membantu menyelesaikan masalah besar yang sedang kita hadapi," imbuh Azka, penuh keyakinan.Excel mengangguk sopan, menatap semua yang ada di ruangan dengan pandangan percaya diri. "Senang bertemu dengan semuanya. Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu," ujarnya, meski ini pertama kalinya ia terlibat langsung dalam perusahaan keluarganya.Ruangan sunyi sejenak, hanya terdengar suara napas be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Mertua Licik vs Menantu Cerdik

    Nur mengepalkan kedua tangannya, menahan geram. Kata-kata yang ingin dia ucapkan terasa terhenti di tenggorokan saat Diana menjawab telepon dengan wajah ceria."Iya, Hallo," sapa Diana dengan senyuman lebar, suaranya terdengar manis dan penuh percaya diri.Nur hanya bisa diam, tak tahu siapa yang menelepon mama mertuanya dan tak dapat mendengar percakapan di seberang sana. Namun, melihat ekspresi Diana yang semakin ceria, rasa curiga mulai menguasai hatinya."Oke, tunggu ya, aku langsung otw," ucap Diana, mengakhiri panggilan dengan nada santai namun penuh arti.Setelah itu, Diana bangkit dari kursinya dengan perasaan puas, seolah baru saja memenangkan sebuah pertandingan. Dia berpamitan kepada teman-temannya, sambil melirik Nur dengan tatapan yang penuh kemenangan."Ma, Mama...! Tungguin." Nur memanggil dengan suara terburu-buru, berlari mengejar Diana.Brug...!!"Aduh... Pakai jatuh lagi!" pekik Nur saat kakinya terantuk ujung kursi. Ia terjerembap ke lantai, menahan rasa sakit di l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ucapan 2 Tahun yang Lalu

    "Mama, ngapain mau mukul istriku?" Suara Excel terdengar keras, tangannya sudah menggenggam tangan Diana dengan tegas.Diana terdiam sejenak, gugup, matanya melirik ke arah Nur yang tersenyum penuh kemenangan. Rasa panik mulai merayapi dirinya, membuatnya semakin bingung untuk memberi penjelasan."Excel..." Suara Diana bergetar, tak bisa menyembunyikan kegugupan. Ia melirik lagi ke arah Nur, yang kini berdiri dengan sikap penuh kemenangan, senyumnya semakin lebar."Mau mukul Nur? Kenapa, Ma?" Excel menatap Diana dengan tatapan serius, matanya tajam seolah menembus setiap kebohongan yang mungkin keluar dari bibirnya.Diana menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia menggenggam tangan Excel, berusaha tersenyum meski terlihat jelas ketegangan di wajahnya. "Em... Enggak kok. Mama... Mama cuma mau ambil kotoran di rambut Nur," jawab Diana terbata-bata, kata-katanya terdengar tidak meyakinkan.Excel mengerutkan dahi, sedikit bingung dengan jawaban Diana yang tak masuk akal. "I-iy

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Sandiwara Diana

    Setelah selesai menunaikan salat Magrib, Excel mengajak Nur turun untuk makan malam bersama. "Ayo, Nur, kita makan. Perutku sudah lapar sekali," ucap Excel sambil menggandeng tangan Nur.Meskipun Nur sebenarnya masih merasa kenyang sebab makan di restoran bersama wanita yang baru dikenalnya namun, ia tetap menyetujui ajakan sang suami. "Baiklah, Kak. Tapi aku mungkin makan sedikit aja," jawab Nur. Saat mereka tiba di meja makan, Oma Mentari sudah duduk rapi menunggu. Wanita tua itu tersenyum hangat melihat kedatangan mereka. "Malam, Oma," sapa Nur ramah."Malam, Nur. Yuk kita makan," balas Oma Mentari.Tak lama, Diana dan Azka keluar dari kamar mereka, bergabung di meja makan. Diana tampak anggun dengan pakaian santai, sementara Azka terlihat sedikit lelah."Papa baru pulang?" Excel menoleh ke arah Azka, memperhatikan raut wajah serius papanya."Iya, Xel. Hari-hari ini Papa tidak bisa santai sebelum dalang semua masalah ini ditemukan," balas Azka sambil menarik kursi untuk duduk.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Budak Cinta

    Dini hari setelah selesai menunaikan kewajiban dua rakaat, Nur bersiap untuk pulang ke kediaman Excel Mahendra.“Kak, aku pulang dulu ya. Kamu cepat sembuh, biar kita bisa pulang bersama,” ucap Nur lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh keheningan ruang rawat. Ia menatap wajah Excel yang masih tertidur pulas, napasnya teratur, seolah sedang bermimpi damai.Nur menggigit bibir bawahnya, menahan haru. Karena tak berani mencium suaminya, ia hanya mencium jari telunjuk dan jari manisnya sendiri, lalu menempelkannya lembut pada pipi Excel.“Kak, aku percaya kamu pasti akan ingat semuanya lagi,” bisik Nur dengan mata berkaca-kaca sebelum beranjak pergi.Langkah Nur pelan saat melewati koridor rumah sakit. Pikirannya penuh dengan kenangan bersama Excel, juga rasa cemas yang tak kunjung sirna. Setiap detik Excel masih terbaring di sana, hatinya terasa tercekat oleh ketakutan kehilangan.Saat Nur keluar dari pintu utama rumah sakit, udara dingin di

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Bukti Cinta

    Nur tertegun. Senyum bahagianya perlahan menghilang. "Kak... Ini aku, Nur... Istrimu..."Excel menggeleng pelan. "Aku... Aku enggak ingat," jawabnya, lalu menatap sekeliling dengan bingung.Dokter yang masih berada di dekat mereka segera memeriksa Excel lebih lanjut. "Ini kemungkinan efek dari mati suri. Otaknya mungkin mengalami trauma yang menyebabkan amnesia sementara," jelasnya.Nur menatap dokter dengan mata penuh kekhawatiran. "Amnesia? Apa itu berarti Kak Excel tidak akan ingat siapa pun dari kami?"Dokter menenangkan Nur. "Amnesia bisa bersifat sementara, Ibu. Dengan perawatan dan waktu, ingatannya mungkin akan kembali. Yang penting sekarang, kita pastikan kondisinya stabil dulu."Azka memegang tangan Excel, menggenggamnya erat. "Nak, kamu gak perlu khawatir. Kami akan ada di sini untukmu. Kami akan bantu kamu ingat semuanya."Excel memandang ayahnya dengan tatapan kosong. Nur duduk di sisi Excel, menggenggam tangannya dengan lembut."Kak Excel, enggak apa-apa kalau kamu engga

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Berduka

    Lia tak menyangka sang adik terlihat begitu terpukul. Ia memandang Nur yang terus menggenggam tangan Excel, tubuhnya gemetar di tengah isaknya yang tak kunjung reda."Apa Nur begitu mencintai Excel?" batin Lia.Lia memeluk sang adik sambil menepuk lembut bahunya. "Sabar, Nur. Semua ini sudah takdir. Excel pasti ingin kamu kuat," ucap Lia, berusaha menghibur meski hatinya juga pilu.Nur menggeleng keras, wajahnya basah oleh air mata. "Tapi, Mbak, Kak Excel sudah janji kita akan bersama terus. Kebersamaan kita baru sebentar. Aku gak mau dia pergi secepat ini," isaknya dengan suara parau. Kepalanya bersandar di bahu Lia, tubuhnya lemah seolah tak sanggup menopang beban perasaan yang begitu berat.Lia menyeka keringat yang membanjiri kening sang adik. Namun, tiba-tiba tubuh Nur melemas, dan kesadarannya hilang."Nur! Nur, bangun!" pekik Lia panik sambil mengguncang pelan tubuh adiknya.Heri, yang sejak tadi hanya mematung, segera bergerak menghampiri. "Biar aku yang bawa dia!" katanya cep

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Kak Excel, Jangan Pergi

    Setibanya di depan rumah sakit, sebuah ambulans berhenti tak jauh dari mereka. Suara sirene yang sebelumnya terdengar kini mereda, meninggalkan keheningan yang terasa berat. Perawat itu menghentikan kursi roda Nur, memastikan semuanya baik-baik saja.Ambulans yang berhenti di depan rumah sakit itu memang ditujukan untuk mengangkut Excel. Petugas medis yang sebelumnya mendorong brankar keluar dari ruang ICU kini melangkah cepat ke arah ambulans, memastikan semuanya siap untuk perjalanan.Nur memejamkan mata, bibirnya bergetar lirih. "Ya Allah, jika Engkau masih berkenan memberiku waktu untuk bersamanya, lindungilah dia. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku sempat mengucapkan betapa aku mencintainya. Berikanlah kekuatan untuknya, Ya Rabb, karena aku terlalu lemah untuk kehilangan dia. Di hatiku, kak Excel bukan hanya seorang suami, melainkan separuh napas yang aku butuhkan untuk bertahan. Dia telah menjadi candu yang tak bisa kulepaskan, meski sekejap saja.

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Membaik

    Ruangan itu masih diliputi keheningan. Dokter dan asistennya sibuk mempersiapkan peralatan untuk memindahkan Excel, sementara Nur tetap memandang Azka dengan tatapan penuh tanya. Kecemasan menyelimuti wajahnya, tetapi ia mencoba menahan diri agar tetap tenang. "Nur, sebelumnya Papa sudah berdiskusi dengan dokter dan juga nak Heri. Excel akan dipindahkan ke rumah sakit di Jakarta. Dengan begitu, Papa bisa terus memantau keadaannya tanpa meninggalkan pekerjaan di kantor yang sedang banyak sekali. Apalagi, perusahaan masih dalam proses pemulihan. Tidak mungkin kan Papa meninggalkannya terlalu lama." "Nur, Mbak-mu juga enggak mungkin meninggalkan anak-anak terlalu lama. Jadi, nanti di Jakarta kamu tinggal bersama kami dulu. Lia bisa lebih mudah merawatmu dan memastikan keadaanmu pulih kembali," sahut Heri sambil menatap Nur dengan serius. Lia yang masih berdiri di samping Nur mengangguk setuju. "Iya, Nur. Ku rasa itu jauh lebih baik. Lag

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Panik

    "Tapi, Mbak, Kak Excel beda. Aku suka sama dia sejak pertama kali bertemu, jadi izinkan aku untuk memperjuangkan perasaan ini. Dia nggak pernah memaksa aku untuk apa-apa. Dia selalu bilang kalau dia ingin semuanya berjalan sesuai kehendak aku juga," jawab Nur, mencoba meyakinkan Lia. Air mata yang sejak tadi ia bendung lolos begitu saja membanjiri wajah pucatnya.Lia mendengus kecil, meletakkan mangkok yang masih di pegang ke atas nakas lalu melipat tangannya di depan dada. "Ucapan manis begitu sudah sering aku dengar, Nur. Kamu tahu apa? Mereka bilang begitu cuma untuk bikin kita lengah. Jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari," ujar Lia memperingati.Nur menggigit bibirnya, merasa kecil di hadapan Lia. "Aku tahu, Mbak. Tapi selama ini Kak Excel nggak pernah menyakitiku. Dia perhatian, dia...""Dia perhatian? Nur, perhatian itu bukan tanda cinta. Kadang itu cuma cara untuk menguasai hati kita tanpa kita sadar," potong Lia. "Dengar

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Akhirnya Jujur

    _"Mas Azka,Maafkan aku atas segala luka yang pernah kutorehkan di hatimu. Aku tahu, aku telah menghancurkan kepercayaan dan cinta kita. Nafsu sesaat telah membutakan mata dan hatiku. Untuk putraku, Excel, maafkan Mama yang gagal menjadi sosok ibu seperti yang seharusnya. Mama tidak pernah benar-benar membenci kalian. Mama hanya marah pada diri sendiri, pada kelemahan yang membuat Mama tenggelam dalam rasa sakit tanpa mampu melawan. Excel, jaga istrimu baik-baik. Dia lebih kuat dari yang pernah Mama duga, dan kekuatannya akan menjadi cahaya dalam keluarga kalian. Semoga Tuhan mengampuni semua kesalahanku."_Air mata Azka mengalir tanpa bisa ia tahan. Setiap kata pada surat itu menghantam hatinya dengan perasaan campur aduk—kesedihan, penyesalan, dan pengertian. Surat itu terasa seperti jeritan terakhir Diana, mencoba meminta pengampunan yang terlambat.Azka memejamkan mata, menggenggam surat itu erat di tangannya. "Diana... kenapa kamu baru mengatakan ini sekarang?" bisiknya pelan, s

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Surat Wasiat

    Lia yang baru saja mendapat kabar dari Azka langsung memutuskan untuk terbang ke Bali bersama Heri, suaminya, meninggalkan anak-anak mereka di rumah."Astaga, Nur, kamu benar-benar bikin repot! Kenapa kamu enggak pernah dengerin omonganku? Bagaimana aku menjelaskan ini pada Bapak dan Mamak?" Lia terus menangis, suaranya bergetar penuh emosi. Di dalam mobil yang dikemudikan Pak Supri menuju bandara, air mata tak henti mengalir di pipinya.Heri, yang duduk di sampingnya, hanya bisa merangkul pelan, mencoba menenangkan istrinya. "Sabar, Li. Kita belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan langsung menyalahkan Nur sebelum kita mendengarnya sendiri."Lia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba mengendalikan diri, tetapi hatinya terasa semakin berat. "Tapi Bang, dia itu keras kepala banget. Coba aja kalau dia enggak nikah sama Excel engak bakal ada kejadian kayak gini. Lagian kenapa Nur seakan-akan lupa dengan syarat yang dia buat sendiri. Aku sudah capek mem

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Innalilahi

    Mata Nur membelalak. Air mata mulai mengalir di pipinya, namun Diana justru tertawa sinis melihat ketakutannya. Saat ia akan membalas, Diana lebih dulu mencela."Kamu pikir ada yang bakal datang menyelamatkanmu? Tidak ada, Nur. Kali ini, kamu hanya punya aku dan amarahku," lanjut Diana sambil memegang dagu Nur dengan kasar.Diana berdiri tegak, mengambil sebuah pisau kecil dari dalam saku jaketnya. Ia memainkan benda itu dengan santai, seolah ingin menambah ketegangan Nur."Kamu tahu," kata Diana sambil menatap pisau di tangannya, "aku sudah kehilangan segalanya. Suami, kebebasanku, rencanaku. Dan semua itu karena kamu. Jadi, apa salahnya kalau aku ambil sesuatu darimu juga?"Nur gemetar hebat, tubuhnya seakan membeku. Ia tahu Diana sedang di ujung kewarasan, dan ini bukan hanya ancaman kosong.Tak lama, Zarek kembali dengan membawa sebotol cairan bening. "Sudah siap, Tante," katanya dingin.Diana berbalik dengan senyum puas. "Bagus. Kita akan mulai pertunjukannya sekarang."Zarek men

DMCA.com Protection Status