Share

Ancaman untuk Nur

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-25 07:26:55

Resepsi pernikahan telah usai, Nur telah di boyong ke rumah besar Azka.

"Selamat datang di rumah baru, Nur. Memang bukan rumah kita sendiri, tapi di sinilah aku tumbuh besar. Semoga kamu merasa nyaman di sini," ucap Excel tersenyum sambil menggenggam tangan sang istri membuat Nur merasa lebih diterima dan nyaman.

Saat Excel membuka pintu rumah yang bercat putih, tampaklah sebuah hunian mewah yang tetap mengusung kesan elegan dan hangat. Langit-langit yang tinggi dengan lampu gantung kristal memberikan sentuhan glamor, memantulkan cahaya lembut ke dinding marmer berwarna krem. Lantai berbahan kayu jati berkilau mempertegas kesan klasik modern, dilengkapi dengan karpet Persia yang menyelimuti sebagian ruang tamu.

Di sudut ruangan, terdapat sofa kulit berwarna cokelat tua yang menghadap ke perapian dengan bingkai batu alam, menciptakan suasana yang nyaman. Sebuah tangga melengkung dengan pegangan besi berukir mengarah ke lantai atas, menambah kesan megah tanpa terkesan berlebihan. Dekorasi seperti lukisan dan vas bunga porselen menambah sentuhan seni dan memberikan kesan rumah yang hangat dan penuh cinta.

"Kenapa bengong aja, Nur? Ayok masuk," ajak Excel.

"Excel, ajak istrimu masuk kamar dulu. Dia pasti capek banget, biar istirahat." Suara nenek Excel terdengar hangat dan penuh perhatian. Sang nenek sudah tiba lebih dahulu, menunggu kedatangan mereka dengan senyum yang tulus.

"Iya, Oma," sahut Excel. Ia lalu menatap Nur dengan lembut, "Yuk." Genggamannya semakin erat, seolah ingin memastikan Nur merasa aman saat melangkah menuju lantai atas.

Namun, saat Excel hendak melangkah, Nur tiba-tiba menarik pelan tangannya dari genggaman suaminya. Gerakan itu membuat Excel berhenti dan menoleh, ekspresi wajahnya menunjukkan kekhawatiran.

"Kenapa, Nur?" tanyanya lembut, matanya menatap dalam, seakan mencari tahu apa yang dirasakan istrinya.

"Eng… aku kok deg-degan ya, Om," jawab Nur polos, matanya berkedip lugu seolah ia sendiri tak yakin dengan perasaannya.

Excel tersenyum tipis, meski di dalam hatinya ia merasakan kegugupan yang sama. Sejujurnya, ini adalah pertama kalinya ia membawa seorang wanita masuk ke dalam kamarnya. Namun, ia mencoba menyembunyikan perasaan itu dengan candaan.

"Enggak apa-apa, sayang. Semua ini memang baru, wajar kalau kamu merasa gugup. Kalau gitu, bagiin aja gugupnya sama aku, biar impas," goda Excel, sambil melempar senyum yang mencoba menenangkan Nur.

Mendengar panggilan "sayang" membuat Nur merasakan desiran halus di dalam dadanya. Ada perasaan hangat yang merayap dari kepala hingga ujung jari kakinya. Dia menundukkan kepala, mencoba menyembunyikan senyumnya yang merekah. Keringat kecil mulai membasahi telapak tangannya, dan jantungnya berdegup kencang.

"Kenapa jadi gini, ya?" pikir Nur, berusaha menenangkan dirinya. Setiap kali Excel menatapnya, matanya seakan bisa melihat jauh ke dalam hatinya, menggugah perasaan yang selama ini terpendam.

Excel menggenggam kembali tangan istrinya, kali ini lebih lembut namun tetap kokoh, seakan ingin menyampaikan bahwa mereka akan menghadapi segala hal bersama. Excel memang pandai menggoda, meski di balik itu, dia juga sedang berjuang menenangkan hatinya yang berdebar.

"Iya," balas Nur. Mau tak mau ia mengekor di belakang sang suami.

****

Keesokan paginya, Nur terbangun kesiangan dan melihat Excel baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah yang masih meneteskan air.

"Pagi, Nur. Udah bangun?" sapa Excel dengan nada ramah.

"Pagi juga, Om," jawab Nur sambil menguap lebar.

"Gimana tidurnya, nyenyak?" tanya Excel lagi.

"Nyenyak banget, sampai-sampai aku bangun kesiangan," balas Nur sambil terkekeh.

Excel tersenyum. "Ya udah, mandi dulu sana, nanti kita sarapan bareng."

"Oke, Om," jawab Nur. Ia segera beranjak dari ranjang dan mengambil baju serta handuknya dari koper. Semalam, Pak Supri sudah mengantarkan baju-baju Nur yang sebelumnya tertinggal di rumah Heri.

Setelah selesai mandi, Nur keluar dengan wajah yang segar. Rambutnya terbungkus handuk, dan ia tampak lebih bersemangat.

Nur duduk di depan meja rias milik Excel, membuka tas make-up dan mulai merias wajahnya. Setelah selesai, ia melepaskan handuk dan menyisir rambut panjangnya hingga rapi.

"Nur, nanti di depan Oma kita bersikap manis ya, aku enggak mau Oma kecewa," pesan Excel.

"Oke, Om," balas Nur santai.

Kedua pasangan pengantin itu melangkah keluar dari kamar mereka dengan perlahan. Excel, dengan penuh perhatian, melingkarkan lengannya di pinggang ramping Nur, membimbingnya menuruni tangga. Mereka terlihat mesra dalam balutan kehangatan pagi, dan aura kebahagiaan terpancar dari wajah mereka.

Begitu mereka tiba di ruang keluarga, suara Oma Excel langsung menyambut dengan nada menggoda.

"Pagi, pengantin baru! Gimana malam pertamanya? Pasti indah banget, ya? Rambut kalian sampai kompak basah gitu," ujar Oma Excel, sambil tersenyum penuh arti.

Oma Mentari justru merasa bersyukur mendengar kabar Veronika kabur dan justru mendapat pengganti Nur yang baginya jauh lebih cantik alami, sederhana, ramah, dan kalem.

"Pagi juga, Oma. Jangan ngeledek gitu napa," balas Excel. Ia merasa risih sebab kenyataannya semalam mereka tidak melakukan apapun, bahkan setelah membersihkan diri mereka kompak langsung tidur. Selain menyadari pernikahan mereka tidak sah, Nur juga sedang berhalangan.

Nur tersenyum, mencoba menanggapi dengan sopan, "Pagi juga, Oma," jawabnya ramah.

"Selamat pagi, Pa, pagi, Ma," sambut Nur dengan hormat pada kedua orang tua Excel.

Azka, langsung membalas dengan nada hangat, "Pagi, Nur."

Berbeda dengan, Diana, wanita itu hanya melontarkan senyuman sinis tanpa berkata apa pun. Sejak kemarin, Diana tampak dingin kepada menantunya. Apalagi Ibu mertuanya sangat menyukai karakter Nur dengan sikapnya yang ramah dan rendah hati, membuat Diana semakin merasa kesal.

Nur, yang menyadari senyuman dingin Diana, mencoba tetap tenang dan tidak menunjukkan kegelisahannya. Dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia berharap bisa segera pergi dari rumah besar ini.

"Nur, kamu harus makan yang banyak biar sehat dan subur. Oma, mau cicit yang banyak. Jangan kayak Diana yang cuma punya anak satu, banyak anak banyak rezki. Buat apa kerja siang malam ngumpulin harta banyak kalau anak cuma satu, rugi," pesan Oma Mentari.

"Anak itu Rezki, Oma. Lagian Nur mau kuliah dulu kok dan aku enggak ngelarang dia," sahut Excel.

"Iya, Oma tahu kok, tapi Oma tetap pengen segera gendong cicit. Kalian kan sudah menikah, masa Oma harus nunggu lama lagi?" sahut Oma Mentari dengan nada bercanda, meski ada sedikit desakan di dalamnya.

Nur tersenyum kecil, mencoba menanggapi dengan bijak. "Insya Allah, Oma. Semoga semuanya diberi kelancaran," balasnya sopan, berusaha menenangkan harapan besar sang nenek.

"Memangnya Oma enggak segera pulang?" tanya Diana.

"Kenapa memangnya? Kamu ngusir Mama?! Kamu enggak suka Mama di sini?" bantah Oma Mentari.

"Bukan begitu, Oma, maksud aku...."

"Udah, diam. Jangan berdebat terus, malu sama Nur. Sebaiknya kita segera sarapan," potong Azka.

"Istrimu itu, dari dulu selalu tak suka tiap mama ke sini," omel Oma Mentari.

"Siapa yang bilang begitu, Ma?" protes Diana.

"Mama diam. Kita sedang makan!" ucap Azka tegas.

Nur baru tahu, kalau ibu mertuanya itu ternyata punya watak yang keras dan egois. Ia mengambil kesimpulan bahwa mereka tak pernah akrab.

"Wih kayaknya seru nih, lihat Mak lampir mati kutu saat sama Oma," batin Nur tertawa.

Setelah selesai makan Nur membawa bekas piring ke wastafel untuk di cuci, meski ada asisten rumah tangga dan sudah di larang namun Nur tetap melakukannya.

"Tuh lihat, menantumu aja mau cuci piring. Enggak kayak kamu yang pemalas," sindir Oma Mentari.

"Dia kan miskin, wajarlah cuci piring," balas Diana.

"Cuci piring itu bukan masalah miskin atau kaya, tetapi soal kebiasaan dan kerendahan hati. Justru, sikap seperti itu menunjukkan bahwa Nur enggak malu buat berkontribusi di rumah," balas Oma Mentari dengan nada tegas.

Diana hanya mendengus pelan, merasa terganggu dengan pujian yang terus mengalir untuk menantunya.

Ia segera bangkit dari duduknya dan melangkah ke wastafel, berpura-pura mencuci tangan. Berdiri di samping Nur yang sedang mencuci piring, ia berbisik dengan nada dingin.

"Jadi orang enggak usah cari muka di depan Oma. Dan ingat, jangan sampai kamu hamil anak Excel. Kalau hal itu sampai terjadi, siap-siap aja menerima akibatnya," ucap Diana dengan tatapan tajam.

Bab terkait

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Rencana Licik Diana

    Nur terkejut mendengar ancaman halus itu. Ia menoleh, menatap ibu mertuanya dengan tersenyum membuat Diana merasa di remehkan. Bukannya takut, Nur nampak tetap tenang, meski akhirnya gadis itu menunduk, melanjutkan pekerjaannya tanpa berkomentar. Nur tahu, berdebat hanya akan memperkeruh suasana. Namun, ancaman itu tetap terasa menusuk di hatinya. Diana kembali ke meja makan dengan wajah yang tenang, seolah-olah tak terjadi apa-apa. Sementara Nur, meski merasa cemas, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia tidak akan lama untuk menghadapi masalah ini. "Ternyata gini ya rasanya dapat mertua sadis, bikin ngenes. Pantas aja mbak Lia sampai kering kerontang, suami pelit perhitungan ipar dan mertua julid. Jabang bayi amit-amit, jangan sampai aku juga kek gitu, bisa-bisa tubuhku yang langsing ini jadi tengkorak berjalan," ujar Nur tanpa suara. Meski begitu bibirnya tetap mencar-mencor sambil membilas piring. Setelah selesai sarapan Azka berpamitan untuk berangkat ke kantor. Diana pun mengant

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ketahuan Menguping

    "Non, kamu ngapain."Nur yang sedang serius mendengarkan rencana Diana, seketika terlonjak kaget saat bahunya di tepuk seseorang. "Bibi, ngagetin aja," bisik Nur. Jantungnya berdebar sangat kencang, ia mengusap dadanya merasa lega saat tahu siapa yang berbicara di belakangnya. "Kamu nguping nyonya muda ya?" tanya wanita berambut kuncir kuda itu.Dengan cepat Nur menempelkan jari telunjuk pada bibirnya sendiri. Dan mendorong asisten rumah tangga untuk segera menjauh dari kamar Diana."Aku enggak nguping, Bi. Cuma kebetulan aja lewat, tak kira Mama ngomong sama siapa. Nah karena pintunya enggak ke tutup rapat ya udah aku lihat aja, ternyata ngomong sama telpon," ucap Nur menjelaskan. Ia tak ingin di cap aneh-aneh oleh wanita itu apalagi di ajukan dengan Diana."Yakin? Nona enggak lagi nguping pembicaraan Nyonya kan?" Wanita itu nampak mencurigai Nur, tatapannya membuat Nur tak nyaman."Yakin lah, lagian Bi Lilis ngapain sih ngurusin aku. Dahlah, aku mau ke kamar," ucap Nur merasa b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Tegak tapi Bukan Keadilan

    Bab 6"Hai cantik, boleh kenalan? Aku Zarek," ucap Zarek dengan senyum buaya sembari mengulurkan tangan."Nur," balas Nur menyambut uluran tangan lelaki di depannya.Excel tak suka dengan tragedi di depannya, ia segera menarik tangan sang istri agar terlepas dari Zarek. "Lepasin, Za. Enggak semua cewek bisa kamu modusin," ucap Excel kesal.Zarek adalah teman sekolah SMA-nya dulu, meski mereka tidak terlalu dekat, tetapi Excel hapal sifat Zarek yang suka mempermainkan wanita bahkan tak segan-segan memanfaatkan wanitanya. Sebab itulah Excel tak mau berteman dekat dengan Zarek."Ya elah. Santai aja, Bro, sikap posesif kamu enggak berkurang ya. Hati-hati kalau istri kamu justru enggak betah sama sikap kamu itu," ledak Zarek dengan tersenyum sinis. Zarek memang tidak menghadiri pernikahan Excel, dan ia juga tidak di undang Excel juga maka dari itu ia memilih untuk tidak hadir."Ayo, Nur, kita pergi!" tanpa merespon apa yang di ucapkan Zarek, Excel menarik tangan sang istri untuk meningga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Bukan Menantu tapi, Asisten

    Excel mengusap wajahnya dengan tangan, berusaha menenangkan hatinya yang sedikit terusik oleh godaan Nur. Ia menatap istrinya dengan pandangan penuh teka-teki, lalu tersenyum miring, menggoda.“Kamu berani godain aku,” ucap Excel, suaranya berat, tapi ada nada main-main di sana.“Berani emang kenapa? Kan suami sendiri,” tantang Nur tanpa rasa gentar, malah tersenyum lebar seolah sengaja memancing reaksi suaminya.Excel semakin mendekat, membungkuk sedikit hingga wajahnya sejajar dengan Nur. “Yakin, enggak bakal nyesel?” tanyanya, matanya menyiratkan tantangan.Nur mengerutkan kening, penasaran. “Nyesel kenapa?”“Mau nyobain?” Excel menaikkan alisnya, wajahnya makin dekat, membuat Nur sedikit salah tingkah.“Nyobain apa, Kak?” tanya Nur, bingung tapi tetap mempertahankan ekspresi penasaran.Excel menyeringai, matanya penuh godaan. “Nyobain tugu Monasku,” bisiknya pelan, nyaris seperti sebuah tantangan yang disengaja.Nur terdiam, ekspresinya berubah drastis. “Hah...!” pekiknya, kedua m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Magna

    Excel telah tiba di perusahaan Mahendra grup, ia langsung menuju ruang rapat. Di ruang rapat utama, Excel menemukan Papanya bersama tim manajemen, termasuk direktur operasional, Pak Wijaya, dan kepala divisi legal, Bu Tari."Permisi..." ucap Excel saat membuka pintu ruang rapat."Excel, akhirnya kamu datang juga. Sini, Nak, tolong bantu Papa," ujar Azka mempersilakan putranya bergabung.Excel berjalan mendekat, menatap wajah-wajah tegang di ruangan itu."Bapak dan Ibu sekalian, izinkan saya memperkenalkan Excel Mahendra, putra tunggal saya," ujar Azka dengan nada penuh harap."Excel akan membantu menyelesaikan masalah besar yang sedang kita hadapi," imbuh Azka, penuh keyakinan.Excel mengangguk sopan, menatap semua yang ada di ruangan dengan pandangan percaya diri. "Senang bertemu dengan semuanya. Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu," ujarnya, meski ini pertama kalinya ia terlibat langsung dalam perusahaan keluarganya.Ruangan sunyi sejenak, hanya terdengar suara napas be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Mertua Licik vs Menantu Cerdik

    Nur mengepalkan kedua tangannya, menahan geram. Kata-kata yang ingin dia ucapkan terasa terhenti di tenggorokan saat Diana menjawab telepon dengan wajah ceria."Iya, Hallo," sapa Diana dengan senyuman lebar, suaranya terdengar manis dan penuh percaya diri.Nur hanya bisa diam, tak tahu siapa yang menelepon mama mertuanya dan tak dapat mendengar percakapan di seberang sana. Namun, melihat ekspresi Diana yang semakin ceria, rasa curiga mulai menguasai hatinya."Oke, tunggu ya, aku langsung otw," ucap Diana, mengakhiri panggilan dengan nada santai namun penuh arti.Setelah itu, Diana bangkit dari kursinya dengan perasaan puas, seolah baru saja memenangkan sebuah pertandingan. Dia berpamitan kepada teman-temannya, sambil melirik Nur dengan tatapan yang penuh kemenangan."Ma, Mama...! Tungguin." Nur memanggil dengan suara terburu-buru, berlari mengejar Diana.Brug...!!"Aduh... Pakai jatuh lagi!" pekik Nur saat kakinya terantuk ujung kursi. Ia terjerembap ke lantai, menahan rasa sakit di l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ucapan 2 Tahun yang Lalu

    "Mama, ngapain mau mukul istriku?" Suara Excel terdengar keras, tangannya sudah menggenggam tangan Diana dengan tegas.Diana terdiam sejenak, gugup, matanya melirik ke arah Nur yang tersenyum penuh kemenangan. Rasa panik mulai merayapi dirinya, membuatnya semakin bingung untuk memberi penjelasan."Excel..." Suara Diana bergetar, tak bisa menyembunyikan kegugupan. Ia melirik lagi ke arah Nur, yang kini berdiri dengan sikap penuh kemenangan, senyumnya semakin lebar."Mau mukul Nur? Kenapa, Ma?" Excel menatap Diana dengan tatapan serius, matanya tajam seolah menembus setiap kebohongan yang mungkin keluar dari bibirnya.Diana menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia menggenggam tangan Excel, berusaha tersenyum meski terlihat jelas ketegangan di wajahnya. "Em... Enggak kok. Mama... Mama cuma mau ambil kotoran di rambut Nur," jawab Diana terbata-bata, kata-katanya terdengar tidak meyakinkan.Excel mengerutkan dahi, sedikit bingung dengan jawaban Diana yang tak masuk akal. "I-iy

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Sandiwara Diana

    Setelah selesai menunaikan salat Magrib, Excel mengajak Nur turun untuk makan malam bersama. "Ayo, Nur, kita makan. Perutku sudah lapar sekali," ucap Excel sambil menggandeng tangan Nur.Meskipun Nur sebenarnya masih merasa kenyang sebab makan di restoran bersama wanita yang baru dikenalnya namun, ia tetap menyetujui ajakan sang suami. "Baiklah, Kak. Tapi aku mungkin makan sedikit aja," jawab Nur. Saat mereka tiba di meja makan, Oma Mentari sudah duduk rapi menunggu. Wanita tua itu tersenyum hangat melihat kedatangan mereka. "Malam, Oma," sapa Nur ramah."Malam, Nur. Yuk kita makan," balas Oma Mentari.Tak lama, Diana dan Azka keluar dari kamar mereka, bergabung di meja makan. Diana tampak anggun dengan pakaian santai, sementara Azka terlihat sedikit lelah."Papa baru pulang?" Excel menoleh ke arah Azka, memperhatikan raut wajah serius papanya."Iya, Xel. Hari-hari ini Papa tidak bisa santai sebelum dalang semua masalah ini ditemukan," balas Azka sambil menarik kursi untuk duduk.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ending

    Sementara itu, di rumah Heri, Nur sedang sibuk menata buku-bukunya di meja belajar. Ia baru saja menyelesaikan tugas kuliah yang cukup berat. Pikirannya sesekali melayang ke Excel, tetapi ia segera mengalihkan fokusnya. Nur tahu, ia harus tetap kuat dan menjaga keputusannya.Lia masuk ke kamar Nur sambil membawa secangkir teh hangat. "Nur, istirahat dulu. Jangan terlalu keras sama dirimu sendiri."Lia tahu, Nur selalu belajar dengan giat. Jadi wajar adiknya itu bisa masuk ke universitas ternama di Jakarta meski belum bisa mencapai beasiswa. Saat sekolah SD-SMK Nur selalu mendapat peringkat 3 besar dan memenangkan banyak lomba bersama teman-temannya. Nur tersenyum kecil. "Suwun, Mbak'e. Aku cuma mau memastikan semua tugasku selesai tepat waktu."Lia duduk di tepi tempat tidur, menatap adiknya dengan penuh sayang. "Aku bangga sama kamu, Nur. Kamu udah melalui banyak hal, tapi tetap kuat. Aku yakin kamu akan jadi orang yang sukses."Nur men

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ada Pertemuan, Ada Perpisahan

    Nur mengamati pesan itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Kata-kata Excel mengingatkannya pada masa lalu yang ingin ia lupakan, namun ada bagian kecil dari hatinya yang masih merasakan getaran dari kenangan itu. Tetapi, tekadnya sudah bulat. Dia tidak ingin terjebak lagi dalam luka yang sama.Ponselnya tiba-tiba berdering, nomor baru yang sama menghubunginya. Nur terdiam, menatap layar dengan tatapan bimbang. Tetapi ia memutuskan untuk tidak menjawab. Panggilan itu akhirnya terputus dengan sendirinya, dan tanpa ragu Nur memblokir nomor baru Excel."Ini harus berakhir," gumamnya pelan. Dia bertekad untuk melupakan Excel sepenuhnya dan fokus pada masa depannya.Seminggu kemudian, Bambang dan Isna, memutuskan untuk pulang ke kampung halaman mereka. Musim panen padi sudah tiba, dan mereka ingin memastikan semuanya berjalan lancar. Sebelum pergi, mereka memastikan Nur baik-baik saja.Nur mengantarkan kedua orang tuanya ke terminal. Dalam perjalanan,

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Kembali

    Malam Semakin LarutSetelah beberapa jam bekerja dengan serius, akhirnya tugas mereka mendekati selesai. Suasana menjadi lebih santai, diselingi candaan dan tawa."Rino, kamu serius banget sih dari tadi. Santai dikit dong," goda Latifa sambil mengulurkan segelas es jus untuk pemuda berkulit kuning langsat.Rino hanya tersenyum kecil. "Kalau nggak serius, tugasnya nggak selesai-selesai, Fa."Dika, yang sejak tadi memperhatikan Nur, merasa ini adalah kesempatan untuk mendekatinya lebih jauh. Saat yang lain sibuk membereskan alat, ia menghampiri Nur yang sedang duduk sendirian di sudut ruangan."Nur, kamu hebat banget tadi. Pekerjaan kita cepat selesai berkat kamu," puji Dika, duduk di sebelahnya."Terima kasih, Dik," jawab Nur singkat, mencoba menjaga jarak.Ketika tugas benar-benar selesai, satu per satu teman-teman mereka mulai pulang. Latifa pergi bersama Rino, sementara Sera pulang lebih dulu diantar Adi. Nur, yang menunggu Pak Supri menjemput, memilih tetap duduk di ruang tengah be

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Firasat

    Latifa berbisik pada Sera dengan nada penuh semangat. "Sera, bayangin deh, kita kerja kelompok bareng mereka. Ini kesempatan emas!"Sera hanya mendesah pelan. "Emas buat kamu. Aku sih enggak ya. Kalau alatnya lengkap dan tugasnya cepat selesai, aku sih nggak masalah. Tapi kayaknya Nur agak keberatan deh."Latifa menepuk bahu Nur. "Nur, santai aja. Kita kan kerja kelompok. Nggak akan ada yang aneh-aneh kok."Setelah jam kuliah selesai, rombongan kelompok mereka bersiap menuju rumah Dika untuk memulai pengerjaan tugas. Nur, meski masih merasa kurang nyaman, akhirnya menerima tawaran Dika untuk memboncengnya dengan motor."Yuk, Nur. Motor udah siap di parkiran," kata Dika dengan senyuman yang terasa dipaksakan di mata Nur.Latifa, yang sudah sejak tadi tak bisa menyembunyikan senyumnya, langsung menghampiri Rino. "Aku bareng kamu aja, ya?" tanyanya penuh semangat.Rino, yang sedikit terkejut tapi tidak keberatan, hanya mengangguk. "

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ragu

    Tak ingin berlama-lama dilumpuhkan oleh emosinya, Excel masuk kembali ke dalam mobil. Tanpa berpikir panjang, ia menginjak pedal gas dalam-dalam, membiarkan mobilnya melaju liar di jalanan. Kecepatan tinggi dan suara mesin menderu menjadi pelariannya. Ia tak peduli pada bahaya atau rambu-rambu yang ia langgar.Namun kali ini, pelariannya berakhir tragis. Di sebuah tikungan tajam, mobilnya kehilangan kendali dan menghantam pembatas jalan dengan keras. Suara benturan menggema, diikuti suara kaca yang pecah berantakan.Saat tubuhnya terkulai di balik kemudi, kepala Excel berdenyut hebat. Dunia di sekitarnya terasa buram, tapi ingatan demi ingatan menyeruak di benaknya.Excel melihat Vero yang tengah mencoba gaun pengantin putih. Senyum manis yang dulu pernah ia cintai kini terasa seperti belati yang menusuk dadanya. Kenangan itu terasa begitu nyata, hingga tiba-tiba bayangan itu memudar, digantikan oleh kenyataan pahit yang menghantamnya tanpa ampun.

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Di Tepi Kehancuran

    Di Tepi Kehancuran Juanda menghela napas berat, mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan kebenaran. Ia tahu bahwa apa yang akan ia katakan bisa menghancurkan hubungan mereka, tetapi ia tak bisa lagi menyembunyikannya.“Ver, kamu ingat malam itu... waktu kita pulang dari pesta ulang tahun Clara? Kamu mabuk berat, Ver. Dan aku tahu, kamu belum minum pil dan aku sengaja melakukannya malam itu. Aku tahu, jika kamu mabuk, kamu tidak akan menolak.”Vero membelalakkan matanya, perasaan tidak percaya menyeruak di wajahnya. “Kamu... sengaja? Kamu mengambil keuntungan dari aku yang tidak sadar?!”“Aku tahu ini egois, tapi aku ingin kamu menjadi milikku. Aku sudah lama mencintaimu, Ver. Aku pikir, dengan adanya anak, kita bisa lebih dekat. Kita bisa menjadi keluarga sungguhan.”Vero mencengkeram baju Juanda, matanya berkilat marah. “Kamu menghancurkan hidupku! Apa kamu tahu berapa tahun aku berjuang untuk sampai ke titik ini? Model

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Diusir

    Anton menghela napas panjang. "Ma, ini bukan soal hati. Ini soal harga diri keluarga kita. Vero sudah membuat kesalahan besar, dan aku tak akan membiarkan dia terus tinggal di sini dengan kondisi seperti ini."Tantri menunduk lebih dalam, perasaan campur aduk di hatinya. Ia ingin sekali membela Vero, tapi ia juga tahu bahwa suaminya sudah membuat keputusan yang tak bisa diganggu gugat.Juanda yang berdiri di samping Vero, merasakan ketegangan yang semakin mencekam. Ia melangkah maju, mendekati Anton dengan sikap yang penuh hormat, meskipun hatinya terasa berat."Pa, saya tahu ini tidak mudah bagi keluarga. Tapi saya berjanji akan bertanggung jawab penuh atas Vero. Saya akan merawatnya dan mendampinginya karena ini adalah jalan yang sudah saya pilih."Anton diam sejenak, matanya menilai Juanda dengan tajam. "Kamu sudah mengambil keputusan besar, Juanda. Tapi aku hanya ingin kamu tahu, ini bukan hanya tentang kamu dan Vero. Ini tentang harga diri ke

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Pernikahan Dadakan

    Vero hanya terdiam membisu membuat suasana menjadi semakin mencekam. Papanya menghentakkan kakinya ke lantai."Jawab Vero! Apa itu anak Manajermu?! Jadi, selama ini kamu rela mengorbankan pernikahanmu dengan Excel demi mengejar karier, lalu jatuh ke pelukan lelaki itu?” bentak Anton. Tantri menggelengkan kepala, air matanya jatuh. “Vero, kami sudah memperingatkanmu. Tapi kau malah memilih jalan ini. Sekarang lihat akibatnya!”Anton yang berdiri di sudut ruangan menelpon manajer Vero, meminta pertanggungjawabannya. Setelah beberapa pembicaraan, lelaki itu setuju menikahi Vero.Namun, Vero menolak keras. “Aku tidak mau menikah dengan dia! Dia tidak sekaya Excel!”Ayahnya langsung menampar meja dengan keras. “Cukup, Vero! Kamu sudah cukup mempermalukan keluarga ini. Kamu akan menikah dengannya, suka atau tidak!”***Malam itu, suasana rumah Vero sangat tegang. Anton, Papa Vero, baru saja selesai berbicara dengan manaj

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Siapa Ayah Janin Itu?

    Setelah mendengar kabar mengejutkan dari dokter, Excel dan Vero keluar dari ruangan dengan langkah yang berbeda. Vero tampak tampak kalut dan berusaha mencari cara untuk menjelaskan kepada Excel sementara Excel menahan gelombang emosi yang bercampur di dadanya.Ketika mereka sampai di parkiran, Excel berhenti dan menatap Vero dengan wajah tegang."Kenapa kau diam saja, Excel? Bukannya ini kabar baik?" tanya Vero dengan nada setenang mungkin, mencoba mengusir keheningan yang menyesakkan.Excel menggeleng perlahan, lalu menghela napas panjang sebelum berkata dengan nada penuh kekecewaan."Vero, kabar baik? Aku belum pernah menyentuhmu. Tapi sekarang... kau hamil?" "Excel, apa kamu lupa, kita sudah pernah melakukannya sebelum kamu kecelakaan. Berarti kehamilan ini anugerah, bukankah kita harus menerimanya dengan lapang dada?"Excel menatap Vero tajam. "Anugerah? Bagimu mungkin iya, tapi bagiku ini bencana. Aku saja tidak pernah merasa sudah menyentuhmu, kamu jangan pernah coba-coba boh

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status