“Titik lokasi sudah terlihat. Dua menit lagi saya akan masuk.”
Angel, gadis dengan pakaian pelayan dengan baki di sebelah tangannya itu melangkah dengan mantap di sepanjang koridor hotel.
“Bagus agen A. Denah hotel sudah terkirim. Kamu bisa keluar melalui lorong bawah tanah.”
“Dimengerti,” Angel berkata tegas sembari tetap berjalan cepat.
Bagi Angel, pekerjaan ini bukanlah hal yang besar. Hanya membunuh mempelai pria dengan racun yang sudah dicampur ke dalam minuman. Apa sulitnya bagi seorang Angel yang merupakan pembunuh wanita termuda di organisasinya dengan prestasi yang menakjubkan?
Sesampainya di depan pintu kamar sang mempelai pria, Angel dibuat bingung. Beberapa orang berkumpul di sana. Dua orang perempuan paruh baya tampak sedang menangis tersedu-sedu di depan kamar.
“Bagaimana bisa mereka berdua sama-sama kabur di hari pernikahannya?” Isak seorang perempuan yang Angel kenali bernama Kartika, ibu mempelai perempuan.
“Tamu sudah terlanjur berkumpul. Sekarang apa yang harus kita lakukan? Pernikahannya tinggal satu jam lagi,” ujar Ratna yang merupakan ibu dari mempelai pria.
“Sudah. Kita pasti akan segera menemukan solusinya. Tapi yang jelas, tidak dengan membatalkan pernikahan ini. Nama baik dua keluarga dipertaruhkan,” Danu, ayah dari mempelai pria menghela napasnya. Semakin pening karena isak tangis dua perempuan di depannya.
“Feli tidak mungkin kabur di hari pernikahannya. Dia anak yang penurut. Ini pasti penculikan.”
Perkataan dari Bastian, ayah dari sang mempelai wanita membuat dua orang perempuan paruh baya disana semakin histeris.
“Diculik? Astaga! Feli kesayanganku!” Kartika menutup mulutnya. Terkejut dengan pernyataan yang diucapkan suaminya.
Angel masih tidak bisa memahami situasi. Melihat seorang lelaki kemayu yang hendak melewatinya, Angel yang tengah dalam penyamarannya menarik lelaki itu.
“Eh! Eh! Tunggu! Di sana ada apa?” Angel menahan lelaki kemayu itu.
Lelaki dengan lipstik merah muda di bibirnya itu berhenti.
“Oh itu!” lelaki itu meletakkan telapak tangannya di depan bibir dan kemudian berbisik.
“Yey tahu nggak sih? Mempelai pria sama mempelai perempuannya ilang. Nggak tahu diculik atau emang kabur. Mereka emang ninggalin surat, sih. Tapi keluarga pada percaya kalau itu cuman manipulasi. Biasalah horang kaya. Pasti punya banyak musuh. Ya nggak?”
Angel mengangguk paham.
“Oke kamu boleh pergi,” ujar Angel membuat lelaki itu mendengus kesal telah diusir begitu saja.
Angel kembali memindai situasi sekitar. Berbisik untuk melaporkan situasi ini melalui chip kecil yang terpasang di telinganya yang bahka tidak terlihat saat dirinya menggelung rambutnya.
Angel hanya perlu membuat instruksi kepada otaknya untuk mengaktifkan dan menonaktifkan chip itu.
“Agen A disini,” Angel mengawali laporannya
Mata Angel terkunci pada mata tajam seorang lelaki yang menyender di tembok dekat dengan pintu masuk kamar sang mempelai laki-laki. Wajahnya cukup mirip dengan sang mempelai laki-laki. Namun, mata jeli Angel dapat melihat bahwa lelaki itu memiliki netra berwarna coklat, berbeda dengan targetnya yang memiliki netra berwarna hitam pekat.
Dari data yang didapatkan Angel, gadis itu tahu dengan yakin bahwa lelaki yang tengah menatapnya adalah saudara kembar sang mempelai laki-laki. Arkana Lazuardi.
“Agen A?”
Angel tersentak begitu mendengar suara di telinganya. Ah, dirinya jadi lupa kan kalau saat ini harus melapor.
“Ya! Agen A disini. Target tidak ada di lokasi. Mempelai perempuannya juga kabur Belum diketahui apa penyebabnya,” Angel sedikit menundukkan kepala.
Diam. Atasannya di seberang sana terdiam.
“Mundur. Kita lacak lokasinya dulu,” perintah dari seberang.
“Dimengerti.”
Angel bersiap untuk membalikkan badannya sampai tiba-tiba seseorang menariknya. Reflek Angel sebenarnya cukup cepat. Bisa saja dirinya langsung membanting orang yang berani menariknya seenak jidat dalam satu gerakan. Sayangnya, saat ini dirinya sedang dalam penyamaran.
“Maaf, Tuan. Saya hanya sedang mengantarkan minuman,” ucap Angel kepada lelaki itu.
“Aku tahu,” lelaki itu menoleh ke arah Angel sembari tersenyum. Senyumnya yang lembut kontras dengan tatapan tajam matanya.
Lelaki itu membawa Angel ke tengah keramaian keluarganya yang sedang bersedih karena kedua mempelai yang kabur.
“Biar Kana dan gadis ini yang menggantikan. Lagi pula, bukankah jarang ada yang tahu bahwa Saka memiliki saudara kembar? Dan juga, Feli merupakan orang yang cukup tertutup. Tidak banyak yang tahu bagaimana rupa putri tunggal keluarga Wijaya bukan?”
Semua orang terdiam. Angel pikir ide ini sangat…
“Bagus.”
Buruk.
Ya! Semua orang di sana mengatakan ini ide yang bagus kecuali Angel.
Gadis itu mendongak kepada lelaki yang diketahuinya bernama Arkana itu. Menggeleng pelan dan mencoba meronta.
“Tidak, Tuan. Ini bukan ide yang bagus. Mana bisa saya…”
“Papa setuju, Kana. Dan untuk kamu, berapa yang kamu inginkan. Saya bisa memberi kamu berapapun asal nama baik dua keluarga ini terselamatkan.”
Orang kaya dan sikap sombongnya!
Angel mendengus dalam hati. Mereka kira, mereka bisa membelinya? Sebagai seorang agen tingkat tinggi, keloyalan Angel terhadap organisasinya tentu tidak bisa diragukan. Berapapun jumlah yang mereka tawarkan, Angel tidak akan mau.
“Ubah rencana, masuk dan jadilah mempelai perempuan di pernikahan itu.”
Suara ketua organisasinya bergema di telinga Angel karena sejak tadi gadis itu memang belum menonaktifkan chipnya sehingga ketuanya pasti dapat mendengar pembicaraan orang di sini.
“Baik, akan saya gantikan. Lalu berapa yang bisa saya dapatkan?”
Tentu Angel akan memanfaatkan situasi ini untuk mendapat uang tambahan. Persetan dengan harga diri!
“Tiga ratus juta?” tawar lelaki paruh baya di depannya. Danu Lazuardi.
Kecil sekali.
Angel membatin dalam hati. Ini tidak ada apa-apanya dengan bayarannya dalam satu kali misi. Dan ini juga bukan apa-apa bagi keluarga Lazuardi dan Wijaya.
Hah! Mungkin mereka memang memandang remeh Angel yang menyamar menjadi seorang waitress saat ini.
***
Menatap pantulan wajahnya di cermin, Angel termenung. Lalu, setelah ini dirinya harus bagaimana? Ketuanya tiba-tiba menghilang dan tidak lagi memberikan instruksi.
Pintu ruangan terbuka. Menampilkan sosok Kana di sana.
Lelaki itu menyenderkan punggungnya di pintu yang tertutup sembari menatap Angel dalam balutan gaun pengantin. Mengamati Angel dari bawah ke atas. Seolah sedang memberikan penilaiain. Ingin rasanya Angel mencolok mata lelaki itu yang memandangnya begitu.
“Kita belum berkenalan. Siapa nama kamu?” tanya Kana ramah. Berbeda dengan tatapan menilai yang ditunjukkannya sebelumnya.
“Lucu sekali. Kita sudah menikah tadi dan kamu bahkan tidak tahu nama istri kamu?”
Kana mengedikkan bahunya.
“Mau bagaimana lagi. Bukan nama kamu yang saya sebut tadi. Memangnya kamu tahu siapa nama asli saya?”
“Kana. Semua orang memanggil kamu begitu tadi.”
Kana menatap Angel intens. Mencoba mencari tahu kebohongan dalam mata gadis itu.
Hah! Kenapa lelaki itu kini justru tampak curiga kepada Angel? Kana tidak mungkin tahu sesuatu bukan?
“Yakin hanya sebatas itu yang kamu tahu?” ucap Kana memancing Angel untuk mengatakan hal lebih mengenai dirinya.
Angel mengangguk. Meski pada nyatanya gadis itu juga memiliki biodata Kana yang merupakan salah satu anggota keluarga Saka.
“Astaga! Serius kamu tidak tahu siapa aku, Nona?” tanya Kana masih dengan senyum dan juga tatapan tajamnya.Angel menggeleng yakin.Kana mengulurkan tangannya. Malas, Angel menyambutnya.“Arkana Lazuardi. Adik Saka beda lima menit. Tiga puluh dua tahun dan seorang travel blogger,” Kana tersenyum sombong. Entah apa yang ingin disombongkan oleh lelaki itu.Tentu saja Angel sudah tahu mengenai hal-hal yang disebutkan oleh Kana tadi. Bahkan yang tidak disebutkan pun Angel tahu.Sejak usia dua puluh lima tahun Kana sudah tinggal di luar negeri dan berpindah-pindah tempat. Lelaki itu memiliki profesi sebagai seorang blogger bidang travel yang tidak cukup terkenal.Dengan kata lain, Arkana Lazuardi hanyalah beban keluarga yang berjalan-jalan menghamburkan uang keluarganya. Mungkin itu juga alasan mengapa keluarga Lazuardi seolah menyembunyikan kehadirannya. Karena mereka tahu betapa tidak kompetennya Kana dan memandangnya sebagai parasit di keluarga Lazuardi.“Dibanding Saka, harusnya kamu l
Angel menyisir pandangannya ke sekitar kamar hotel. Malam ini, dirinya harus terpaksa tidur di kamar ini bersama suami palsunya, Kana. Ini memang salah satu hal yang harus dirinya dan Kana lakukan. Karena jika sampai pihak media mengendus bahwa dirinya dan Kana pergi dari hotel, mereka bisa memberitakan yang tidak-tidak. Angel mendengus kesal. Angel tidak tahu apa yang harus dilakukannya setelah ini. Haruskah dirinya menunggu Saka saja di dalam keluarga Lazuardi? Kenapa atasannya menyuruh dirinya untuk masuk ke dalam keluarga Lazuardi alih-alih menyuruhnya untuk melacak posisi Saka? "Nggak mandi?" tanya Kana yang baru saja keluar dari kamar mandi."Ya," ucap Angel singkat lalu masuk ke dalam kamar mandi tanpa banyak kata. “Hei, tunggu!”Suara Kana di balik punggung Angel yang hampir menyentuh pintu kamar mandi membuat Angel berbalik. Memberikan tatapan tanya kepada Kana.“Nggak mau aku bantu buka, Istri?” senyum miring tercetak di wajah Kana.“Gila!” dengus Angel.“Hei! Aku berbai
Angel kembali membuka pintu kamarnya. Matanya dengan awas menyisiri sekitar lorong di depannya dari balik pintu kamarnya.“Kenapa?”Angel terlonjak begitu ada sebuah tangan mampir di pundaknya. Dengan cepat gadis itu membalikkan badannya.Bagaimana bisa?Bagaimana bisa lelaki di depannya bisa melangkah ke arahnya tanpa menimbulkan suara seperti seorang terlatih? Ini adalah hal langka. Biasanya, jangan suara langkah seseorang, bahkan suara napas seseorang juga Angel langsung dapat mengidentifikasinya.“Kana?”“Ya? Kenapa?” lelaki itu menatap Angel dengan sorot tajamnya namun wajahnya tetap menampilkan senyum. Lihat! Lagi-lagi ekspresi lelaki di depannya ini tampak janggal.Angel menggeleng pelan.“Tidak. Kamu habis dari mana?” tanya gadis itu.“Dari toilet. Kamu sendiri? Apa yang kamu lakukan? Kenapa saat aku terbangun tadi kamu tidak ada?”Angel terdiam beberapa saat untuk menemukan jawaban apa yang kira-kira pas untuk dia berikan kepada Kana.“Hanya ingin mencari udara segar,” ucap A
Pagi ini Angel menghadiri sebuah sarapan ala keluarga konglomerat yang bahagia. Semua ini dilakukan karena menurut informasi yang entah Danu Lazuardi dapatkan dari mana bahwa ada media yang ikut menyusup ke hotel hanya demi mendapatkan satu berita mengenai kehidupan dua keluarga konglomerat yang bersatu. Tidak tahu saja jika keluarga ini palsu.Pandangan Angel kini tertarik kepada seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tengah mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Adik tiri Kana itu tampak bosan. Sama seperti Angel.Rania Lazuardi. Adik dari Kana dan Saka beda ibu itu masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sekilas wajahnya begitu mirip dengan Ratna yang begitu cantik.“Selama Saka nggak ada, kamu datang ke kantor untuk menggantikan dia, Kana,” Danu yang mulanya mengobrol mengenai bisnis dengan besannya mendadak menatap ke arah satu-satunya putranya yang tersisa.“Papa yakin? Nggak takut perusahaannya hancur dalam beberapa jam?” Kana tersenyum miring menatap ayahnya. Mel
“Kamu tahu? Aku paling benci ditantang.” Kana memperingati Angel.Mendengarnya, Angel sedikit tersentak. Takut apabila lelaki itu telah mengetahui siapa dirinya. Tidak. Tidak mungkin Kana yang hanya beban keluarga bodoh bisa tahu rahasia Angel.Angel menolehkan kepalanya menatap Kana. Wajah mereka begitu dekat hingga gadis itu bisa melihat jelas fitur wajah sempurna milik Kana.“Jadi, jangan mancing aku lagi atau kamu nggak selamat, Nona Angel.” Kana tersenyum manis. Seolah tidak pernah melakukan apapun kepada Angel. Lelaki itu lantas bangkit berdiri.“Siapa juga yang lagi nantangin kamu,” Angel tersenyum sinis menatap Kana.“Oke. Jadi masih mau lanjut ngerasain badan yang bikin mata kamu sawan ini?” Kana melipat tangannya di dada. Menatap Angel yang masih terbaring di atas ranjang. Membungkuk hendak kembali menindih badan gadis itu.Sigap, Angel menahan.“Hei!” pekik Angel.“Kamu yang minta, Angel,” Kana tersenyum miring.“Dengar! Aku tahu kalau kamu travel blogger yang gemar jalan-j
“Awas saja kamu Arkana Lazuardi!” dengus Angel sembari mengintip keadaan kamar begitu hendak keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan ritual membersihkan dirinya. Gadis itu mencari keberadaan Kana. Tidak mungkin Angel keluar dengan hanya menggunakan handuk yang bahkan tidak mampu menutupi setengah pahanya. Ini semua gara-gara Kana! Jika saja lelaki itu tidak menyeretnya ke dalam kamar mandi dan langsung mengguyurnya, Angel pasti bisa mengambil baju dahulu dan berganti pakaian di kamar mandi.Suara siulan seseorang membuat Angel tersentak.“Pemandangan yang indah sekali!” suara kurang ajar milik Kana terdengar.Harapan Angel tidak terkabul. Karena kini, Arkana tengah duduk di sebuah kursi di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah dimana Angel saat ini berdiri. Naasnya, Angel tidak punya pilihan. Dirinya bisa mati beku jika tidak segera keluar untuk memakai baju. Berusaha mengumpulkan semua nyali dan kepercayaan dirinya, Angel berjalan dengan cuek ke arah walk in closet yang
Angel melihat ke sekitarnya. Maldives memang selalu seindah ini ya?Angel belum pernah datang ke tempat ini. Padahal, dirinya cukup sering dikirim ke berbagai tempat oleh ketua organisasinya."Bagaimana Honey?" Kana yang usai mengambil kunci kamar di resepsionis menyampirkan tangannya di bahu Angel.Angel melirik lelaki di samping dengan sinis. Gadis itu kemudian menyingkirkan tangan Kana di bahunya dan berjalan mendahului Kana."Honey! Emang kamu tahu kamar kita dimana?" Kana berteriak dari belakang punggung Angel.Angel menghentakkan kakinya. Mau tidak mau berhenti berjalan dan membalikkan badannya ke arah Kana."Dimana kamarnya?" ketus Angel sembari berjalan menghampiri Kana.Senyum tengil terpasang di wajah tampan Kana."Makanya, dengerin apa kata suami. Ayo!" Kana kembali merangkul Angel sembari sebelah tangannya menarik tangan Kana.Lagi, Angel menghempaskan tangan Kana di bahunya."Nggak usah sok akrab!" ketus Angel."Hei! Kita sekarang harus menjadi sepasang pengantin baru yan
Saat kembali ke kamar, Angel masih melihat Kana yang tertidur di atas ranjang dengan posisi yang masih sama. Angel berdecak. Benar-benar definisi beban. Angel jadi paham kenapa Danu tampak selalu memasang wajah asam saat bertemu Kana.Jujur saja, jika memiliki anak seperti Kana, Angel pun juga akan melakukan hal yang sama.“Sabar, Angel… Sabar…” Angel mengelus dadanya sendiri.Menatap wajah Kana saja sudah berhasil memancing emosi Angel. Mulai sekarang, Angel bertekad akan bersikap lebih manis ke Kana dan mendekati lelaki itu perlahan. Angel menganggukkan kepalanya. Berusaha mengingatkan dirinya sendiri akan rencananya.“Semangat Angel!” gadis itu mengepalkan tangannya mencoba menyemangati diri sendiri.Bola mata Kana yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka kembali. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelahnya Kana mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dan menemukan Angel yang tengah berdiri di dekat pintu sembari memandangnya.D
"Jadi, Kana ada dimana?" tanya Gaby tanpa mengulur waktu lagi begitu ketiganya duduk di salah satu meja untuk sarapan. "Saka yang paling tahu. Iya kan?" Angel tersenyum manis menatap Kana. Lelaki itu menyesap kopi paginya dengan santai lalu menatap Gaby. "Kenapa kamu masih keras kepala mencari Kana? Bukankah dia tidak mengabari kamu itu tandanya sudah sangat jelas?" Kana tersenyum penuh arti menatap Gaby. Sebagai sesama wanita, ingin sekali Angel membuka kedok Kana yang saat ini tengah berpura-pura menjadi Saka di depan Gaby. Hanya saja Angel tidak bisa melakukannya. Terlalu berisiko. Biar bagaimanapun, mereka sedang menyamar. Jika kedok Kana terbongkar, bisa saja yang berikutnya adalah dirinya. Angel tidak mau itu. "Jangan ditunggu lagi. Kamu pantas dapat yang lebih baik, Gaby," Angel tersenyum menatap Gaby. Lalu pandangannya beralih kepada Kana dan menatap tajam lelaki itu. Sedang yang ditatap justru asik menyesap kopi hitamnya. Gaby menyangga dagunya. Matanya menerawang. Seol
"Mungkin kamu salah orang," ucap Kana yang berhasil membuat Angel terkekeh sinis.Astaga! Dasar pemain. Kalau sudah kepepet begini pasti akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Lagipula, meski Kana memiliki saudara kembar, yaitu Saka. Jelas-jelas yang gadis itu sebut tadi adalah nama Kana dan bukannya Saka."Kana! Kamu jahat banget bilang kayak gitu sama aku!" Gadis berambut coklat itu mulai terisak akibat sang kekasih yang tidak berhasil mengenalinya. "Maaf, tapi saya memang bukan Kana. Saya Saka saudara kembar Kana."Angel kembali menggelengkan kepalanya. Oh, jadi sekarang lelaki itu sedang memanfaatkan situasi mereka yang tengah berpura-pura menjadi Saka dan Feli? Angel yakin sekali bahwa Kana mungkin hanya bosan saja dengan gadis ini dan sudah menemukan kekasih baru. Makanya memilih untuk berbohong begitu."Saudara kembar Kana?"Kana mengangguk mantap."Ya. Dan ini istri saya, Angel!" ujar Kana membuat Angel membelalakkan mata.Tunggu! Dasar si bodoh Kana. Harusnya kan lelaki
Angin kencang membuat rambut Angel berhambur terbang. Gadis itu tampak cuek dan tidak mempedulikan rambutnya yang bisa saja kusut jika lama-lama terkena angin seperti ini. Memang Angel memiliki pilihan?"Dingin?" tanya Kana ke arah gadis yang duduk di sampingnya sembari melipat tangan.Keduanya saat ini sudah duduk di depan bibir pantai menyaksikan matahari tenggelam. Sungguh, Angel tidak tahu bahwa Ratna sepertinya sangat hobi menonton film kisah romantis sehingga memiliki ide seperti ini.Kana memegang bahu Angel dan memutar gadis itu untuk menghadapnya. Melepas varsity jacket yang melekat pas di badan atletisnya. Memasangkannya di badan Angel yang ternyata tidak terlalu besar juga untuk Angel. Badan Angel kebetulan memiliki postur yang lebih tinggi dibanding kebanyakan wanita Indonesia pada umumnya. Mencapai tinggi seratus tujuh puluh sentimeter membuat Angel seringkali menjadi sosok paling tinggi diantara teman-temannya. Kana sendiri memiliki tinggi sepuluh sentimeter di atas Ange
Saat kembali ke kamar, Angel masih melihat Kana yang tertidur di atas ranjang dengan posisi yang masih sama. Angel berdecak. Benar-benar definisi beban. Angel jadi paham kenapa Danu tampak selalu memasang wajah asam saat bertemu Kana.Jujur saja, jika memiliki anak seperti Kana, Angel pun juga akan melakukan hal yang sama.“Sabar, Angel… Sabar…” Angel mengelus dadanya sendiri.Menatap wajah Kana saja sudah berhasil memancing emosi Angel. Mulai sekarang, Angel bertekad akan bersikap lebih manis ke Kana dan mendekati lelaki itu perlahan. Angel menganggukkan kepalanya. Berusaha mengingatkan dirinya sendiri akan rencananya.“Semangat Angel!” gadis itu mengepalkan tangannya mencoba menyemangati diri sendiri.Bola mata Kana yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka kembali. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelahnya Kana mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dan menemukan Angel yang tengah berdiri di dekat pintu sembari memandangnya.D
Angel melihat ke sekitarnya. Maldives memang selalu seindah ini ya?Angel belum pernah datang ke tempat ini. Padahal, dirinya cukup sering dikirim ke berbagai tempat oleh ketua organisasinya."Bagaimana Honey?" Kana yang usai mengambil kunci kamar di resepsionis menyampirkan tangannya di bahu Angel.Angel melirik lelaki di samping dengan sinis. Gadis itu kemudian menyingkirkan tangan Kana di bahunya dan berjalan mendahului Kana."Honey! Emang kamu tahu kamar kita dimana?" Kana berteriak dari belakang punggung Angel.Angel menghentakkan kakinya. Mau tidak mau berhenti berjalan dan membalikkan badannya ke arah Kana."Dimana kamarnya?" ketus Angel sembari berjalan menghampiri Kana.Senyum tengil terpasang di wajah tampan Kana."Makanya, dengerin apa kata suami. Ayo!" Kana kembali merangkul Angel sembari sebelah tangannya menarik tangan Kana.Lagi, Angel menghempaskan tangan Kana di bahunya."Nggak usah sok akrab!" ketus Angel."Hei! Kita sekarang harus menjadi sepasang pengantin baru yan
“Awas saja kamu Arkana Lazuardi!” dengus Angel sembari mengintip keadaan kamar begitu hendak keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan ritual membersihkan dirinya. Gadis itu mencari keberadaan Kana. Tidak mungkin Angel keluar dengan hanya menggunakan handuk yang bahkan tidak mampu menutupi setengah pahanya. Ini semua gara-gara Kana! Jika saja lelaki itu tidak menyeretnya ke dalam kamar mandi dan langsung mengguyurnya, Angel pasti bisa mengambil baju dahulu dan berganti pakaian di kamar mandi.Suara siulan seseorang membuat Angel tersentak.“Pemandangan yang indah sekali!” suara kurang ajar milik Kana terdengar.Harapan Angel tidak terkabul. Karena kini, Arkana tengah duduk di sebuah kursi di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah dimana Angel saat ini berdiri. Naasnya, Angel tidak punya pilihan. Dirinya bisa mati beku jika tidak segera keluar untuk memakai baju. Berusaha mengumpulkan semua nyali dan kepercayaan dirinya, Angel berjalan dengan cuek ke arah walk in closet yang
“Kamu tahu? Aku paling benci ditantang.” Kana memperingati Angel.Mendengarnya, Angel sedikit tersentak. Takut apabila lelaki itu telah mengetahui siapa dirinya. Tidak. Tidak mungkin Kana yang hanya beban keluarga bodoh bisa tahu rahasia Angel.Angel menolehkan kepalanya menatap Kana. Wajah mereka begitu dekat hingga gadis itu bisa melihat jelas fitur wajah sempurna milik Kana.“Jadi, jangan mancing aku lagi atau kamu nggak selamat, Nona Angel.” Kana tersenyum manis. Seolah tidak pernah melakukan apapun kepada Angel. Lelaki itu lantas bangkit berdiri.“Siapa juga yang lagi nantangin kamu,” Angel tersenyum sinis menatap Kana.“Oke. Jadi masih mau lanjut ngerasain badan yang bikin mata kamu sawan ini?” Kana melipat tangannya di dada. Menatap Angel yang masih terbaring di atas ranjang. Membungkuk hendak kembali menindih badan gadis itu.Sigap, Angel menahan.“Hei!” pekik Angel.“Kamu yang minta, Angel,” Kana tersenyum miring.“Dengar! Aku tahu kalau kamu travel blogger yang gemar jalan-j
Pagi ini Angel menghadiri sebuah sarapan ala keluarga konglomerat yang bahagia. Semua ini dilakukan karena menurut informasi yang entah Danu Lazuardi dapatkan dari mana bahwa ada media yang ikut menyusup ke hotel hanya demi mendapatkan satu berita mengenai kehidupan dua keluarga konglomerat yang bersatu. Tidak tahu saja jika keluarga ini palsu.Pandangan Angel kini tertarik kepada seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tengah mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Adik tiri Kana itu tampak bosan. Sama seperti Angel.Rania Lazuardi. Adik dari Kana dan Saka beda ibu itu masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sekilas wajahnya begitu mirip dengan Ratna yang begitu cantik.“Selama Saka nggak ada, kamu datang ke kantor untuk menggantikan dia, Kana,” Danu yang mulanya mengobrol mengenai bisnis dengan besannya mendadak menatap ke arah satu-satunya putranya yang tersisa.“Papa yakin? Nggak takut perusahaannya hancur dalam beberapa jam?” Kana tersenyum miring menatap ayahnya. Mel
Angel kembali membuka pintu kamarnya. Matanya dengan awas menyisiri sekitar lorong di depannya dari balik pintu kamarnya.“Kenapa?”Angel terlonjak begitu ada sebuah tangan mampir di pundaknya. Dengan cepat gadis itu membalikkan badannya.Bagaimana bisa?Bagaimana bisa lelaki di depannya bisa melangkah ke arahnya tanpa menimbulkan suara seperti seorang terlatih? Ini adalah hal langka. Biasanya, jangan suara langkah seseorang, bahkan suara napas seseorang juga Angel langsung dapat mengidentifikasinya.“Kana?”“Ya? Kenapa?” lelaki itu menatap Angel dengan sorot tajamnya namun wajahnya tetap menampilkan senyum. Lihat! Lagi-lagi ekspresi lelaki di depannya ini tampak janggal.Angel menggeleng pelan.“Tidak. Kamu habis dari mana?” tanya gadis itu.“Dari toilet. Kamu sendiri? Apa yang kamu lakukan? Kenapa saat aku terbangun tadi kamu tidak ada?”Angel terdiam beberapa saat untuk menemukan jawaban apa yang kira-kira pas untuk dia berikan kepada Kana.“Hanya ingin mencari udara segar,” ucap A