Pagi ini Angel menghadiri sebuah sarapan ala keluarga konglomerat yang bahagia. Semua ini dilakukan karena menurut informasi yang entah Danu Lazuardi dapatkan dari mana bahwa ada media yang ikut menyusup ke hotel hanya demi mendapatkan satu berita mengenai kehidupan dua keluarga konglomerat yang bersatu. Tidak tahu saja jika keluarga ini palsu.
Pandangan Angel kini tertarik kepada seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tengah mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Adik tiri Kana itu tampak bosan. Sama seperti Angel.
Rania Lazuardi. Adik dari Kana dan Saka beda ibu itu masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sekilas wajahnya begitu mirip dengan Ratna yang begitu cantik.
“Selama Saka nggak ada, kamu datang ke kantor untuk menggantikan dia, Kana,” Danu yang mulanya mengobrol mengenai bisnis dengan besannya mendadak menatap ke arah satu-satunya putranya yang tersisa.
“Papa yakin? Nggak takut perusahaannya hancur dalam beberapa jam?” Kana tersenyum miring menatap ayahnya. Meledek lelaki yang telah berkontrubusi untuk membuatnya hadir di dunia ini.
“Kamu-“ Danu tidak bisa berkata-kata lagi menghadapi Kana.
Menghela napasnya, Danu kemudian berkata.
“Papa nggak mau tahu. Kamu harus datang. Lagipula, sudah cukup main-mainnya, Kana. Kamu harus ikut andil dan membantu Saka untuk keberlangsungan perusahaan,” tegas Danu. Lelaki itu bahkan tidak segan menegur putranya di depan besannya.
Ratna memberi kode ke arah suaminya. Tidak ingin besan mereka mendengar hal yang cukup pribadi dan sensitif ini. Tetapi Danu sendiri sudah kehilangan kesabaran melihat Kana yang terus bermain-main dan melanglang buana tanpa tujuan. Anak lelakinya ini tidak bisa selamanya hanya bergantung kepada saudaranya.
“Oke. Kana juga nggak ada pilihan kan?” Kana mengedikkan bahu cuek. Pasrah jika dirinya besok harus datang ke kantor menggantikan saudaranya.
“Tapi, menurut aku ada baiknya Kana dan Angel bulan madu terlebih dahulu. Media pasti masih mengincar mereka dan merasa aneh kalau Kana langsung masuk kantor,” ucap Kartika Wijaya memberikan pendapat.
“Bener. Ada baiknya besok mereka berangkat honeymoon dulu. Aku bakal siapin semuanya,” Ratna berkata dengan yakin. Meski persiapannya sangat mepet, perempuan itu percaya diri bisa menyelesaikan segala persiapan tepat waktu. Mereka punya jet pribadi. Apa masalahnya?
Kana menyela.
“Nggak perlu repot-repot. Kita berdua cukup sembunyi aja dalam rumah. Beres kan?” Kana melihat ke arah sekitarnya. Tatapan semua orang di sana tampak tidak setuju. Tentu terkecuali Angel yang memang sependapat dengan Kana juga Rania yang tampak tidak peduli.
“Tidak bisa, Kana. Mama yakin mereka akan menyusul dan mengikuti kemanapun kalian pergi. Bahkan bisa aja mereka berjaga di depan rumah. Paling aman memang kalian harus pergi. Nanti akan Mama aturkan semuanya. Kamu dan Angel hanya terima beres,” Ratna menolak mentah-mentah usul Kana.
“Oke. Jangan lama-lama,” ucap Kana pada akhirnya.
Angel menatap lelaki di sebelahnya. Sangat setuju karena dirinya harus menyelesaikan misinya dan tidak bisa terlalu jauh dari keluarga Lazuardi. Angel juga paham dengan alasan Kana menolak acara honeymoon mereka mentah-mentah. Karena… Hei! Mereka berdua bukanlah pasangan. Kenapa juga harus pergi honeymoon?
***
Angel menatap kamar besar milik Arsaka Lazuardi yang terpampang di depannya. Kamarnya cukup luas. Tidak. Bahkan sangat luas.
Gadis itu berjalan pasrah ke arah ranjang dan duduk di sana. Mencoba menerima nasib karena harus satu kamar dengan Kana di kamar milik Saka.
Ini semua karena Ratna yang begitu antisipasi takut bahwa di antara banyaknya pelayan yang ada di rumah keluarga Lazuardi akan ada yang berkhianat dan menjual informasi di dalam rumah kepada wartawan.
“I’m so sorry, tapi kamu memang harus terima nasib untuk satu kamar lagi dengan aku, Nona. Entah sampai kapan. Mungkin seumur hidup?” Kana terkekeh garing di akhir kalimatnya.
Angel menatap lelaki yang baru saja masuk ke dalam kamar itu sembari menutup pintu. Sebelum pada akhirnya berujar. Membalas perkataan yang baru saja Kana lontarkan.
“Yaa mau bagaimana lagi? Dalam mencari uang terkadang harus ada sesuatu yang perlu dikorbankan bukan? Orang yang nggak tahu gimana susahnya cari uang dan bisanya cuman jadi beban mana mengerti,” sindir Angel kepada lelaki di depannya.
Entah tingkat kepekaan Kana yang memang di bawah standar atau lelaki itu memang selalu santai dalam menghadapi cibiran orang, Kana tampak tidak terpengaruh.
“Ya! Aku suka pemikiran itu,” Kana mengangguk menyetujui yang justru membuat Angel melotot. Shock dengan ketidaksadaran diri Kana.
Setelahnya, dengan cuek Kana melepaskan kaus yang dikenakannya di depan Angel.
“Eits!” Angel merentangkan tangan ke depan menutupi pemandangan indah di depan sana.
“Kenapa? Kamu nggak perlu sok malu seperti itu,” Kana tersenyum miring dan melempar kausnya ke arah Angel.
Angel mendengus. Tangannya meraih kaus Kana yang menutupi wajahnya. Untung tidak bau. Meski begitu, Angel tetap tidak terima. Lelaki itu benar-benar keterlaluan. Dan apa maksudnya dengan kata-kata ‘sok malu’?
“Sok malu? Maksudnya?”
Kana berjalan ke arah Angel. Menunduk menatap Angel yang terduduk di atas ranjang. Telunjuknya mengangkat dagu Angel lebih tinggi hingga mata mereka bertemu.
“Memang nggak kayak gitu?” Kana justru bertanya balik.
Angel menepis tangan lelaki itu. Membersihkan dagunya yang usai disentuh Kana hingga mengundang tawa lelaki itu.
“Aku bukan sok malu. Tapi badan kamu itu bisa bikin mata orang sawan!” ketus Angel.
“Bikin mata orang sawan? Oh ya?” Kana tak percaya itu. Lelaki itu merapatkan badannya ke arah Angel membuat gadis itu justru terbaring di atas ranjang.
Kini, Kana sudah berada di atas tubuh Angel. Menyangga tangannya di sisi kepala Angel.
“Ayo kita lihat, apa yang bisa dilakukan oleh badan yang bikin mata orang sawan ini,” Kana menyeringai.
Jantung Angel berdetak keras. Tidak mungkin dirinya terkena penyakit jantung secara mendadak begini kan? Sebagai seorang agen, Angel secara berkala selalu melakukan tes kesahatan secara menyeluruh. Dirinya tidak pernah sekalipun mendapat hasil dimana jantungnya terdapat masalah. Lalu, kenapa sekarang berdetak sangat cepat dan tidak normal seperti ini?
Tangan Angel mencoba menahan dada Kana yang sialnya sangat bidang. Lelaki itu tampaknya begitu rajin berolahraga hingga badannya terbentuk sempurna seperti ini.
Sial. Kenapa Angel jadi malu-malu begini? Biasanya juga dirinya sudah biasa dengan hal-hal seperti ini saat menjalankan misinya.
“Kana, kamu gila? Minggir!” sentak Angel sok berani.
“Kalau tidak mau?” bisik Kana lirih.
Angel menatap lelaki itu tajam. Meski jauh di dalam sana jantungnya sedang sangat ribut.
“Jangan gila! Kita bukan suami istri!” peringat Angel.
Kana abais dengan peringatan Angel. Hidung mancungnya menyusur di pipi Angel dan semakin turun ke rahang gadis itu. Napas Angel tercekat. Hembus napas panas milik Kana terasa di lehernya. Kemudian wajah lelaki itu kembali naik dan berhenti tepat di telinga Angel.
“Tapi semua orang tahu bahwa kita itu suami istri, My Angel,” Kana tersenyum miring.
Dan Angel tidak tahu. Kenapa aura Kana sangat mendominasi? Bukankah seharusnya lelaki itu hanyalah beban keluarga tidak kompeten di keluarga Lazuardi?
Meski terkadang fakta di lapangan tidak sesuai dengan data, tetapi Kana terlalu berbanding terbalik.
“Kamu tahu? Aku paling benci ditantang.” Kana memperingati Angel.Mendengarnya, Angel sedikit tersentak. Takut apabila lelaki itu telah mengetahui siapa dirinya. Tidak. Tidak mungkin Kana yang hanya beban keluarga bodoh bisa tahu rahasia Angel.Angel menolehkan kepalanya menatap Kana. Wajah mereka begitu dekat hingga gadis itu bisa melihat jelas fitur wajah sempurna milik Kana.“Jadi, jangan mancing aku lagi atau kamu nggak selamat, Nona Angel.” Kana tersenyum manis. Seolah tidak pernah melakukan apapun kepada Angel. Lelaki itu lantas bangkit berdiri.“Siapa juga yang lagi nantangin kamu,” Angel tersenyum sinis menatap Kana.“Oke. Jadi masih mau lanjut ngerasain badan yang bikin mata kamu sawan ini?” Kana melipat tangannya di dada. Menatap Angel yang masih terbaring di atas ranjang. Membungkuk hendak kembali menindih badan gadis itu.Sigap, Angel menahan.“Hei!” pekik Angel.“Kamu yang minta, Angel,” Kana tersenyum miring.“Dengar! Aku tahu kalau kamu travel blogger yang gemar jalan-j
“Awas saja kamu Arkana Lazuardi!” dengus Angel sembari mengintip keadaan kamar begitu hendak keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan ritual membersihkan dirinya. Gadis itu mencari keberadaan Kana. Tidak mungkin Angel keluar dengan hanya menggunakan handuk yang bahkan tidak mampu menutupi setengah pahanya. Ini semua gara-gara Kana! Jika saja lelaki itu tidak menyeretnya ke dalam kamar mandi dan langsung mengguyurnya, Angel pasti bisa mengambil baju dahulu dan berganti pakaian di kamar mandi.Suara siulan seseorang membuat Angel tersentak.“Pemandangan yang indah sekali!” suara kurang ajar milik Kana terdengar.Harapan Angel tidak terkabul. Karena kini, Arkana tengah duduk di sebuah kursi di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah dimana Angel saat ini berdiri. Naasnya, Angel tidak punya pilihan. Dirinya bisa mati beku jika tidak segera keluar untuk memakai baju. Berusaha mengumpulkan semua nyali dan kepercayaan dirinya, Angel berjalan dengan cuek ke arah walk in closet yang
Angel melihat ke sekitarnya. Maldives memang selalu seindah ini ya?Angel belum pernah datang ke tempat ini. Padahal, dirinya cukup sering dikirim ke berbagai tempat oleh ketua organisasinya."Bagaimana Honey?" Kana yang usai mengambil kunci kamar di resepsionis menyampirkan tangannya di bahu Angel.Angel melirik lelaki di samping dengan sinis. Gadis itu kemudian menyingkirkan tangan Kana di bahunya dan berjalan mendahului Kana."Honey! Emang kamu tahu kamar kita dimana?" Kana berteriak dari belakang punggung Angel.Angel menghentakkan kakinya. Mau tidak mau berhenti berjalan dan membalikkan badannya ke arah Kana."Dimana kamarnya?" ketus Angel sembari berjalan menghampiri Kana.Senyum tengil terpasang di wajah tampan Kana."Makanya, dengerin apa kata suami. Ayo!" Kana kembali merangkul Angel sembari sebelah tangannya menarik tangan Kana.Lagi, Angel menghempaskan tangan Kana di bahunya."Nggak usah sok akrab!" ketus Angel."Hei! Kita sekarang harus menjadi sepasang pengantin baru yan
Saat kembali ke kamar, Angel masih melihat Kana yang tertidur di atas ranjang dengan posisi yang masih sama. Angel berdecak. Benar-benar definisi beban. Angel jadi paham kenapa Danu tampak selalu memasang wajah asam saat bertemu Kana.Jujur saja, jika memiliki anak seperti Kana, Angel pun juga akan melakukan hal yang sama.“Sabar, Angel… Sabar…” Angel mengelus dadanya sendiri.Menatap wajah Kana saja sudah berhasil memancing emosi Angel. Mulai sekarang, Angel bertekad akan bersikap lebih manis ke Kana dan mendekati lelaki itu perlahan. Angel menganggukkan kepalanya. Berusaha mengingatkan dirinya sendiri akan rencananya.“Semangat Angel!” gadis itu mengepalkan tangannya mencoba menyemangati diri sendiri.Bola mata Kana yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka kembali. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelahnya Kana mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dan menemukan Angel yang tengah berdiri di dekat pintu sembari memandangnya.D
Angin kencang membuat rambut Angel berhambur terbang. Gadis itu tampak cuek dan tidak mempedulikan rambutnya yang bisa saja kusut jika lama-lama terkena angin seperti ini. Memang Angel memiliki pilihan?"Dingin?" tanya Kana ke arah gadis yang duduk di sampingnya sembari melipat tangan.Keduanya saat ini sudah duduk di depan bibir pantai menyaksikan matahari tenggelam. Sungguh, Angel tidak tahu bahwa Ratna sepertinya sangat hobi menonton film kisah romantis sehingga memiliki ide seperti ini.Kana memegang bahu Angel dan memutar gadis itu untuk menghadapnya. Melepas varsity jacket yang melekat pas di badan atletisnya. Memasangkannya di badan Angel yang ternyata tidak terlalu besar juga untuk Angel. Badan Angel kebetulan memiliki postur yang lebih tinggi dibanding kebanyakan wanita Indonesia pada umumnya. Mencapai tinggi seratus tujuh puluh sentimeter membuat Angel seringkali menjadi sosok paling tinggi diantara teman-temannya. Kana sendiri memiliki tinggi sepuluh sentimeter di atas Ange
"Mungkin kamu salah orang," ucap Kana yang berhasil membuat Angel terkekeh sinis.Astaga! Dasar pemain. Kalau sudah kepepet begini pasti akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Lagipula, meski Kana memiliki saudara kembar, yaitu Saka. Jelas-jelas yang gadis itu sebut tadi adalah nama Kana dan bukannya Saka."Kana! Kamu jahat banget bilang kayak gitu sama aku!" Gadis berambut coklat itu mulai terisak akibat sang kekasih yang tidak berhasil mengenalinya. "Maaf, tapi saya memang bukan Kana. Saya Saka saudara kembar Kana."Angel kembali menggelengkan kepalanya. Oh, jadi sekarang lelaki itu sedang memanfaatkan situasi mereka yang tengah berpura-pura menjadi Saka dan Feli? Angel yakin sekali bahwa Kana mungkin hanya bosan saja dengan gadis ini dan sudah menemukan kekasih baru. Makanya memilih untuk berbohong begitu."Saudara kembar Kana?"Kana mengangguk mantap."Ya. Dan ini istri saya, Angel!" ujar Kana membuat Angel membelalakkan mata.Tunggu! Dasar si bodoh Kana. Harusnya kan lelaki
"Jadi, Kana ada dimana?" tanya Gaby tanpa mengulur waktu lagi begitu ketiganya duduk di salah satu meja untuk sarapan. "Saka yang paling tahu. Iya kan?" Angel tersenyum manis menatap Kana. Lelaki itu menyesap kopi paginya dengan santai lalu menatap Gaby. "Kenapa kamu masih keras kepala mencari Kana? Bukankah dia tidak mengabari kamu itu tandanya sudah sangat jelas?" Kana tersenyum penuh arti menatap Gaby. Sebagai sesama wanita, ingin sekali Angel membuka kedok Kana yang saat ini tengah berpura-pura menjadi Saka di depan Gaby. Hanya saja Angel tidak bisa melakukannya. Terlalu berisiko. Biar bagaimanapun, mereka sedang menyamar. Jika kedok Kana terbongkar, bisa saja yang berikutnya adalah dirinya. Angel tidak mau itu. "Jangan ditunggu lagi. Kamu pantas dapat yang lebih baik, Gaby," Angel tersenyum menatap Gaby. Lalu pandangannya beralih kepada Kana dan menatap tajam lelaki itu. Sedang yang ditatap justru asik menyesap kopi hitamnya. Gaby menyangga dagunya. Matanya menerawang. Seol
“Titik lokasi sudah terlihat. Dua menit lagi saya akan masuk.”Angel, gadis dengan pakaian pelayan dengan baki di sebelah tangannya itu melangkah dengan mantap di sepanjang koridor hotel.“Bagus agen A. Denah hotel sudah terkirim. Kamu bisa keluar melalui lorong bawah tanah.”“Dimengerti,” Angel berkata tegas sembari tetap berjalan cepat.Bagi Angel, pekerjaan ini bukanlah hal yang besar. Hanya membunuh mempelai pria dengan racun yang sudah dicampur ke dalam minuman. Apa sulitnya bagi seorang Angel yang merupakan pembunuh wanita termuda di organisasinya dengan prestasi yang menakjubkan?Sesampainya di depan pintu kamar sang mempelai pria, Angel dibuat bingung. Beberapa orang berkumpul di sana. Dua orang perempuan paruh baya tampak sedang menangis tersedu-sedu di depan kamar.“Bagaimana bisa mereka berdua sama-sama kabur di hari pernikahannya?” Isak seorang perempuan yang Angel kenali bernama Kartika, ibu mempelai perempuan.“Tamu sudah terlanjur berkumpul. Sekarang apa yang harus kita
"Jadi, Kana ada dimana?" tanya Gaby tanpa mengulur waktu lagi begitu ketiganya duduk di salah satu meja untuk sarapan. "Saka yang paling tahu. Iya kan?" Angel tersenyum manis menatap Kana. Lelaki itu menyesap kopi paginya dengan santai lalu menatap Gaby. "Kenapa kamu masih keras kepala mencari Kana? Bukankah dia tidak mengabari kamu itu tandanya sudah sangat jelas?" Kana tersenyum penuh arti menatap Gaby. Sebagai sesama wanita, ingin sekali Angel membuka kedok Kana yang saat ini tengah berpura-pura menjadi Saka di depan Gaby. Hanya saja Angel tidak bisa melakukannya. Terlalu berisiko. Biar bagaimanapun, mereka sedang menyamar. Jika kedok Kana terbongkar, bisa saja yang berikutnya adalah dirinya. Angel tidak mau itu. "Jangan ditunggu lagi. Kamu pantas dapat yang lebih baik, Gaby," Angel tersenyum menatap Gaby. Lalu pandangannya beralih kepada Kana dan menatap tajam lelaki itu. Sedang yang ditatap justru asik menyesap kopi hitamnya. Gaby menyangga dagunya. Matanya menerawang. Seol
"Mungkin kamu salah orang," ucap Kana yang berhasil membuat Angel terkekeh sinis.Astaga! Dasar pemain. Kalau sudah kepepet begini pasti akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Lagipula, meski Kana memiliki saudara kembar, yaitu Saka. Jelas-jelas yang gadis itu sebut tadi adalah nama Kana dan bukannya Saka."Kana! Kamu jahat banget bilang kayak gitu sama aku!" Gadis berambut coklat itu mulai terisak akibat sang kekasih yang tidak berhasil mengenalinya. "Maaf, tapi saya memang bukan Kana. Saya Saka saudara kembar Kana."Angel kembali menggelengkan kepalanya. Oh, jadi sekarang lelaki itu sedang memanfaatkan situasi mereka yang tengah berpura-pura menjadi Saka dan Feli? Angel yakin sekali bahwa Kana mungkin hanya bosan saja dengan gadis ini dan sudah menemukan kekasih baru. Makanya memilih untuk berbohong begitu."Saudara kembar Kana?"Kana mengangguk mantap."Ya. Dan ini istri saya, Angel!" ujar Kana membuat Angel membelalakkan mata.Tunggu! Dasar si bodoh Kana. Harusnya kan lelaki
Angin kencang membuat rambut Angel berhambur terbang. Gadis itu tampak cuek dan tidak mempedulikan rambutnya yang bisa saja kusut jika lama-lama terkena angin seperti ini. Memang Angel memiliki pilihan?"Dingin?" tanya Kana ke arah gadis yang duduk di sampingnya sembari melipat tangan.Keduanya saat ini sudah duduk di depan bibir pantai menyaksikan matahari tenggelam. Sungguh, Angel tidak tahu bahwa Ratna sepertinya sangat hobi menonton film kisah romantis sehingga memiliki ide seperti ini.Kana memegang bahu Angel dan memutar gadis itu untuk menghadapnya. Melepas varsity jacket yang melekat pas di badan atletisnya. Memasangkannya di badan Angel yang ternyata tidak terlalu besar juga untuk Angel. Badan Angel kebetulan memiliki postur yang lebih tinggi dibanding kebanyakan wanita Indonesia pada umumnya. Mencapai tinggi seratus tujuh puluh sentimeter membuat Angel seringkali menjadi sosok paling tinggi diantara teman-temannya. Kana sendiri memiliki tinggi sepuluh sentimeter di atas Ange
Saat kembali ke kamar, Angel masih melihat Kana yang tertidur di atas ranjang dengan posisi yang masih sama. Angel berdecak. Benar-benar definisi beban. Angel jadi paham kenapa Danu tampak selalu memasang wajah asam saat bertemu Kana.Jujur saja, jika memiliki anak seperti Kana, Angel pun juga akan melakukan hal yang sama.“Sabar, Angel… Sabar…” Angel mengelus dadanya sendiri.Menatap wajah Kana saja sudah berhasil memancing emosi Angel. Mulai sekarang, Angel bertekad akan bersikap lebih manis ke Kana dan mendekati lelaki itu perlahan. Angel menganggukkan kepalanya. Berusaha mengingatkan dirinya sendiri akan rencananya.“Semangat Angel!” gadis itu mengepalkan tangannya mencoba menyemangati diri sendiri.Bola mata Kana yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka kembali. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelahnya Kana mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dan menemukan Angel yang tengah berdiri di dekat pintu sembari memandangnya.D
Angel melihat ke sekitarnya. Maldives memang selalu seindah ini ya?Angel belum pernah datang ke tempat ini. Padahal, dirinya cukup sering dikirim ke berbagai tempat oleh ketua organisasinya."Bagaimana Honey?" Kana yang usai mengambil kunci kamar di resepsionis menyampirkan tangannya di bahu Angel.Angel melirik lelaki di samping dengan sinis. Gadis itu kemudian menyingkirkan tangan Kana di bahunya dan berjalan mendahului Kana."Honey! Emang kamu tahu kamar kita dimana?" Kana berteriak dari belakang punggung Angel.Angel menghentakkan kakinya. Mau tidak mau berhenti berjalan dan membalikkan badannya ke arah Kana."Dimana kamarnya?" ketus Angel sembari berjalan menghampiri Kana.Senyum tengil terpasang di wajah tampan Kana."Makanya, dengerin apa kata suami. Ayo!" Kana kembali merangkul Angel sembari sebelah tangannya menarik tangan Kana.Lagi, Angel menghempaskan tangan Kana di bahunya."Nggak usah sok akrab!" ketus Angel."Hei! Kita sekarang harus menjadi sepasang pengantin baru yan
“Awas saja kamu Arkana Lazuardi!” dengus Angel sembari mengintip keadaan kamar begitu hendak keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan ritual membersihkan dirinya. Gadis itu mencari keberadaan Kana. Tidak mungkin Angel keluar dengan hanya menggunakan handuk yang bahkan tidak mampu menutupi setengah pahanya. Ini semua gara-gara Kana! Jika saja lelaki itu tidak menyeretnya ke dalam kamar mandi dan langsung mengguyurnya, Angel pasti bisa mengambil baju dahulu dan berganti pakaian di kamar mandi.Suara siulan seseorang membuat Angel tersentak.“Pemandangan yang indah sekali!” suara kurang ajar milik Kana terdengar.Harapan Angel tidak terkabul. Karena kini, Arkana tengah duduk di sebuah kursi di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah dimana Angel saat ini berdiri. Naasnya, Angel tidak punya pilihan. Dirinya bisa mati beku jika tidak segera keluar untuk memakai baju. Berusaha mengumpulkan semua nyali dan kepercayaan dirinya, Angel berjalan dengan cuek ke arah walk in closet yang
“Kamu tahu? Aku paling benci ditantang.” Kana memperingati Angel.Mendengarnya, Angel sedikit tersentak. Takut apabila lelaki itu telah mengetahui siapa dirinya. Tidak. Tidak mungkin Kana yang hanya beban keluarga bodoh bisa tahu rahasia Angel.Angel menolehkan kepalanya menatap Kana. Wajah mereka begitu dekat hingga gadis itu bisa melihat jelas fitur wajah sempurna milik Kana.“Jadi, jangan mancing aku lagi atau kamu nggak selamat, Nona Angel.” Kana tersenyum manis. Seolah tidak pernah melakukan apapun kepada Angel. Lelaki itu lantas bangkit berdiri.“Siapa juga yang lagi nantangin kamu,” Angel tersenyum sinis menatap Kana.“Oke. Jadi masih mau lanjut ngerasain badan yang bikin mata kamu sawan ini?” Kana melipat tangannya di dada. Menatap Angel yang masih terbaring di atas ranjang. Membungkuk hendak kembali menindih badan gadis itu.Sigap, Angel menahan.“Hei!” pekik Angel.“Kamu yang minta, Angel,” Kana tersenyum miring.“Dengar! Aku tahu kalau kamu travel blogger yang gemar jalan-j
Pagi ini Angel menghadiri sebuah sarapan ala keluarga konglomerat yang bahagia. Semua ini dilakukan karena menurut informasi yang entah Danu Lazuardi dapatkan dari mana bahwa ada media yang ikut menyusup ke hotel hanya demi mendapatkan satu berita mengenai kehidupan dua keluarga konglomerat yang bersatu. Tidak tahu saja jika keluarga ini palsu.Pandangan Angel kini tertarik kepada seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tengah mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Adik tiri Kana itu tampak bosan. Sama seperti Angel.Rania Lazuardi. Adik dari Kana dan Saka beda ibu itu masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sekilas wajahnya begitu mirip dengan Ratna yang begitu cantik.“Selama Saka nggak ada, kamu datang ke kantor untuk menggantikan dia, Kana,” Danu yang mulanya mengobrol mengenai bisnis dengan besannya mendadak menatap ke arah satu-satunya putranya yang tersisa.“Papa yakin? Nggak takut perusahaannya hancur dalam beberapa jam?” Kana tersenyum miring menatap ayahnya. Mel
Angel kembali membuka pintu kamarnya. Matanya dengan awas menyisiri sekitar lorong di depannya dari balik pintu kamarnya.“Kenapa?”Angel terlonjak begitu ada sebuah tangan mampir di pundaknya. Dengan cepat gadis itu membalikkan badannya.Bagaimana bisa?Bagaimana bisa lelaki di depannya bisa melangkah ke arahnya tanpa menimbulkan suara seperti seorang terlatih? Ini adalah hal langka. Biasanya, jangan suara langkah seseorang, bahkan suara napas seseorang juga Angel langsung dapat mengidentifikasinya.“Kana?”“Ya? Kenapa?” lelaki itu menatap Angel dengan sorot tajamnya namun wajahnya tetap menampilkan senyum. Lihat! Lagi-lagi ekspresi lelaki di depannya ini tampak janggal.Angel menggeleng pelan.“Tidak. Kamu habis dari mana?” tanya gadis itu.“Dari toilet. Kamu sendiri? Apa yang kamu lakukan? Kenapa saat aku terbangun tadi kamu tidak ada?”Angel terdiam beberapa saat untuk menemukan jawaban apa yang kira-kira pas untuk dia berikan kepada Kana.“Hanya ingin mencari udara segar,” ucap A