Beranda / Pernikahan / Pengantin Pembunuh Bayaran / 4. Kita Kan Suami Istri

Share

4. Kita Kan Suami Istri

Penulis: siriuskecil
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Angel kembali membuka pintu kamarnya. Matanya dengan awas menyisiri sekitar lorong di depannya dari balik pintu kamarnya.

“Kenapa?”

Angel terlonjak begitu ada sebuah tangan mampir di pundaknya. Dengan cepat gadis itu membalikkan badannya.

Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa lelaki di depannya bisa melangkah ke arahnya tanpa menimbulkan suara seperti seorang terlatih? Ini adalah hal langka. Biasanya, jangan suara langkah seseorang, bahkan suara napas seseorang juga Angel langsung dapat mengidentifikasinya.

“Kana?”

“Ya? Kenapa?” lelaki itu menatap Angel dengan sorot tajamnya namun wajahnya tetap menampilkan senyum. Lihat! Lagi-lagi ekspresi lelaki di depannya ini tampak janggal.

Angel menggeleng pelan.

“Tidak. Kamu habis dari mana?” tanya gadis itu.

“Dari toilet. Kamu sendiri? Apa yang kamu lakukan? Kenapa saat aku terbangun tadi kamu tidak ada?”

Angel terdiam beberapa saat untuk menemukan jawaban apa yang kira-kira pas untuk dia berikan kepada Kana.

“Hanya ingin mencari udara segar,” ucap Angel sambil lalu.

Gadis itu kemudian kembali merebahkan dirinya di atas ranjang empuk di kamar hotel tersebut.  Sedang Kana masih bergeming di depan pintu yang kini sudah tertutup rapat.

Angel sadar bahwa dirinya diawasi oleh Kana saat ini. Tetapi gadis itu membiarkannya saja. Sangat tidak masalah. Alih-alih memikirkannya, Angel lebih baik tidur saat ini untuk mengumpulkan energinya kembali yang sudah terkuras hari ini akibat pernikahan dadakan yang dirinya lakukan.

***

Sinar matahari mulai memasuki kamar dimana dua orang manusia dengan berbeda jenis itu tengah bergelung di tengah hangatnya kasur. Angel adalah orang pertama yang tidurnya terusik karena hari sudah mulai cerah.

Gadis itu merenggangkan badannya. Di sampingnya, Kana tidur dengan begitu pulas. Ketika tidur begini, wajah Kana tampak begitu polos. Sorot mata tajamnya tidak lagi terlihat.

Sampai saat ini, Angel masih mencurigai Tuan Muda Lazuardi yang satu ini.

Bukan. Lebih tepatnya penasaran? Kana agak begitu berbeda dengan apa yang ada di dalam kepala Angel.

Kana, sebagai seorang travel blogger yang memiliki kehidupan begitu bebas, Angel kira akan seperti lelaki pecinta travel lainnya yang tampak ceria, bebas, dan gemar bercanda. Kana memang ramah, tetapi lelaki itu masih jauh dari karakter yang telah Angel sebutkan baru saja. Belum lagi tatapan tajam lelaki itu yang begitu mengintimidasi. Bagaimana bisa lelaki itu menyatukan senyum ramah dan tatapan tajam seolah ingin mendominasi situasi seperti itu?

Terlalu pusing dengan pemikirannya sendiri, Angel bangkit dari tempat tidurnya dan menuju ke arah kamar mandi. Gadis itu ingin mandi saat ini. Meski tidak tahu nantinya akan memakai baju apa. Mungkin akan meminjam Kana lagi? Jika memang harus begitu, Angel juga tidak keberatan.

Angel meniup busa di telapak tangannya. Kemudian mencelupkan tangannya lagi ke bath up dan menariknya lagi untuk meniup busa yang kali ini berhasil dirinya tangkap di telapak tangan. Begitu saja seterusnya.

Sedang asik-asiknya bermain busa, seseorang membuka pintu kamar mandi dengan santai. Angel melotot!

Sial! Dirinya lupa mengunci pintunya.

Maka, yang dapat dua orang itu lakukan adalah diam di posisinya masing-masing seperti patung. Keduanya begitu terkejut.

“Kamu! Kamu ngapain disini?” Angel bertanya panik sembari mengumpulkan busa sebanyak mungkin untuk menutup bagian depan tubuhnya. Juga semakin menenggelamkan badannya.

“Melihat pemandangan,” ucap Kana.

Lelaki itu berdiri santai. Saking santainya, lelaki itu saat ini menyandarkan punggungnya di tembok kamar mandi yang menghadap ke arah Angel sembari melipat tangannya di depan dada bak seorang model.

Dasar tidak tahu etika!

Angel mendengus dalam hati. Menyumpah serapahi lelaki itu.

Memang, lelaki itu sangat bebas di luar sana dan mungkin hal semacam ini adalah hal biasa bagi Kana. Tetapi itu kan bagi Kana! Bukan bagi Angel!

“Pergi!” bentak Angel.

“Kalau tidak mau?” tantang Kana. Tahu bahwa Angel tidak akan bisa beranjak dari tempatnya.

“Kana! Dasar gila! Kamu mau mata kamu aku bikin buta?” marah Angel.

“Kenapa kamu tampak panik?”

Angel menatap tak percaya ke arah Kana atas pertanyaan yang diberikan lelaki itu. Kenapa panik katanya?

Angel benar-benar tidak bisa berkata-kata saat ini!

“Kana! Keluar! Kenapa kamu malah berdiri di sini?” Angel berteriak. Gadis itu bahkan hampir melempar Kana dengan botol sabun yang ada di dekatnya.

“Memangnya kenapa? Kita kan suami istri,” Kana tersenyum miring yang semakin sukses membuat Angel dongkol.

“Suami istri palsu yang menggantikan suami istri lainnya, ingat?” peringat Angel.

Kana menghembuskan napas seolah kecewa.

“Huh! Baiklah, padahal aku juga ingin mandi. Kenapa tidak mandi bersama untuk menghemat waktu?” Kana menaikkan sebelah alisnya.

“KELUARR!” bentak Angel semakin keras yang langsung membuat Kana benar-benar keluar.

Tawa Kana masih terdengar jelas di telinga Angel. Tentu saja Angel semakin kesal lagi. Angel menundukkan kepalanya. Menenggelamkan wajahnya pada genangan air yang dirinya tempati. Berharap bahwa rasa malunya yang saat ini tidak mengenakan apapun di depan Kana bisa larut dalam air tersebut bersama dengan dakinya.

***

Begitu keluar dari kamar mandi, Angel sudah melihat betapa banyaknya paper bag di atas tempat tidur hotel. Mata Angel menjelajahi sepenjuru ruangan tersebut dan tidak menemukan tanda keberadaan Kana.

Tidak mau ambil pusing, Angel mengambil salah satu gaun selutut berbentuk A line berwarna putih. Seusai memakainya di kamar mandi, Angel mematut dirinya di depan cermin. Mata gadis itu melihat dirinya sendiri di cermin dengan balutan gaun putih ini. Sangat pas sekali. Angel suka gaun ini.

Tidak lama, pintu kamar terbuka dan menampilkan wajah Kana yang sesuai dari luar. Kana memandangi Angel yang memakai salah satu baju di paper bag.

“Suka?” tanya Kana.

“Ya! Jadi ini adalah pemberian kamu?”

Kana mengedikkan bahunya acuh, “Bisa dibilang begitu. Kenapa? Kamu ingin membayarnya? Karena jujur saja, tabunganku lumayan terkuras karena bajumu.”

Angel mendengus. Dirinya juga tidak minta untuk dibelikan pakaian kok kemarin! Angel bisa meminjam baju Kana lagi kan?

Lelaki itu sendiri yang memiliki inisatif membelikan Angel pakaian, dan kini justru minta ganti rugi? Waw! Hebat sekali memang Tuan Muda keluarga Lazuardi yang satu ini.

“Kamu tahu sendiri kalau aku hanyalah seorang waitress,” ucap Angel.

“Lalu?” Kana mengerutkan kening bingung.

“Mana mampu aku mengganti gaun yang satunya saja berharga jutaan?”

“Barangkali kamu ada cara lain untuk membayarnya,” ucap Kana.

“Seperti misalnya?”

“Membagi uang yang kamu dapat dari keluarga Lazuardi dan Wijaya mungkin?”

Angel menganga mendengarnya. Benar-benar lelaki ini! Sangat beban sekali sampai harus meminta Angel membagi uangnya.

“Enak saja!”

Tidak akan. Uangnya tidak akan Angel bagi meski gajinya sebagai seorang agen juga sudah cukup banyak. Tetapi jika ada lebih, kenapa tidak?

Bab terkait

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   5. Fakta Tidak Sesuai

    Pagi ini Angel menghadiri sebuah sarapan ala keluarga konglomerat yang bahagia. Semua ini dilakukan karena menurut informasi yang entah Danu Lazuardi dapatkan dari mana bahwa ada media yang ikut menyusup ke hotel hanya demi mendapatkan satu berita mengenai kehidupan dua keluarga konglomerat yang bersatu. Tidak tahu saja jika keluarga ini palsu.Pandangan Angel kini tertarik kepada seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tengah mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Adik tiri Kana itu tampak bosan. Sama seperti Angel.Rania Lazuardi. Adik dari Kana dan Saka beda ibu itu masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sekilas wajahnya begitu mirip dengan Ratna yang begitu cantik.“Selama Saka nggak ada, kamu datang ke kantor untuk menggantikan dia, Kana,” Danu yang mulanya mengobrol mengenai bisnis dengan besannya mendadak menatap ke arah satu-satunya putranya yang tersisa.“Papa yakin? Nggak takut perusahaannya hancur dalam beberapa jam?” Kana tersenyum miring menatap ayahnya. Mel

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   6. Mandi atau Mandi Bersama

    “Kamu tahu? Aku paling benci ditantang.” Kana memperingati Angel.Mendengarnya, Angel sedikit tersentak. Takut apabila lelaki itu telah mengetahui siapa dirinya. Tidak. Tidak mungkin Kana yang hanya beban keluarga bodoh bisa tahu rahasia Angel.Angel menolehkan kepalanya menatap Kana. Wajah mereka begitu dekat hingga gadis itu bisa melihat jelas fitur wajah sempurna milik Kana.“Jadi, jangan mancing aku lagi atau kamu nggak selamat, Nona Angel.” Kana tersenyum manis. Seolah tidak pernah melakukan apapun kepada Angel. Lelaki itu lantas bangkit berdiri.“Siapa juga yang lagi nantangin kamu,” Angel tersenyum sinis menatap Kana.“Oke. Jadi masih mau lanjut ngerasain badan yang bikin mata kamu sawan ini?” Kana melipat tangannya di dada. Menatap Angel yang masih terbaring di atas ranjang. Membungkuk hendak kembali menindih badan gadis itu.Sigap, Angel menahan.“Hei!” pekik Angel.“Kamu yang minta, Angel,” Kana tersenyum miring.“Dengar! Aku tahu kalau kamu travel blogger yang gemar jalan-j

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   7. Beban Brengsek

    “Awas saja kamu Arkana Lazuardi!” dengus Angel sembari mengintip keadaan kamar begitu hendak keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan ritual membersihkan dirinya. Gadis itu mencari keberadaan Kana. Tidak mungkin Angel keluar dengan hanya menggunakan handuk yang bahkan tidak mampu menutupi setengah pahanya. Ini semua gara-gara Kana! Jika saja lelaki itu tidak menyeretnya ke dalam kamar mandi dan langsung mengguyurnya, Angel pasti bisa mengambil baju dahulu dan berganti pakaian di kamar mandi.Suara siulan seseorang membuat Angel tersentak.“Pemandangan yang indah sekali!” suara kurang ajar milik Kana terdengar.Harapan Angel tidak terkabul. Karena kini, Arkana tengah duduk di sebuah kursi di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah dimana Angel saat ini berdiri. Naasnya, Angel tidak punya pilihan. Dirinya bisa mati beku jika tidak segera keluar untuk memakai baju. Berusaha mengumpulkan semua nyali dan kepercayaan dirinya, Angel berjalan dengan cuek ke arah walk in closet yang

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   8. Misi Angel

    Angel melihat ke sekitarnya. Maldives memang selalu seindah ini ya?Angel belum pernah datang ke tempat ini. Padahal, dirinya cukup sering dikirim ke berbagai tempat oleh ketua organisasinya."Bagaimana Honey?" Kana yang usai mengambil kunci kamar di resepsionis menyampirkan tangannya di bahu Angel.Angel melirik lelaki di samping dengan sinis. Gadis itu kemudian menyingkirkan tangan Kana di bahunya dan berjalan mendahului Kana."Honey! Emang kamu tahu kamar kita dimana?" Kana berteriak dari belakang punggung Angel.Angel menghentakkan kakinya. Mau tidak mau berhenti berjalan dan membalikkan badannya ke arah Kana."Dimana kamarnya?" ketus Angel sembari berjalan menghampiri Kana.Senyum tengil terpasang di wajah tampan Kana."Makanya, dengerin apa kata suami. Ayo!" Kana kembali merangkul Angel sembari sebelah tangannya menarik tangan Kana.Lagi, Angel menghempaskan tangan Kana di bahunya."Nggak usah sok akrab!" ketus Angel."Hei! Kita sekarang harus menjadi sepasang pengantin baru yan

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   9. Jadwal Honeymoon

    Saat kembali ke kamar, Angel masih melihat Kana yang tertidur di atas ranjang dengan posisi yang masih sama. Angel berdecak. Benar-benar definisi beban. Angel jadi paham kenapa Danu tampak selalu memasang wajah asam saat bertemu Kana.Jujur saja, jika memiliki anak seperti Kana, Angel pun juga akan melakukan hal yang sama.“Sabar, Angel… Sabar…” Angel mengelus dadanya sendiri.Menatap wajah Kana saja sudah berhasil memancing emosi Angel. Mulai sekarang, Angel bertekad akan bersikap lebih manis ke Kana dan mendekati lelaki itu perlahan. Angel menganggukkan kepalanya. Berusaha mengingatkan dirinya sendiri akan rencananya.“Semangat Angel!” gadis itu mengepalkan tangannya mencoba menyemangati diri sendiri.Bola mata Kana yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka kembali. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelahnya Kana mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dan menemukan Angel yang tengah berdiri di dekat pintu sembari memandangnya.D

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   10. Tidak Ingin Berteman

    Angin kencang membuat rambut Angel berhambur terbang. Gadis itu tampak cuek dan tidak mempedulikan rambutnya yang bisa saja kusut jika lama-lama terkena angin seperti ini. Memang Angel memiliki pilihan?"Dingin?" tanya Kana ke arah gadis yang duduk di sampingnya sembari melipat tangan.Keduanya saat ini sudah duduk di depan bibir pantai menyaksikan matahari tenggelam. Sungguh, Angel tidak tahu bahwa Ratna sepertinya sangat hobi menonton film kisah romantis sehingga memiliki ide seperti ini.Kana memegang bahu Angel dan memutar gadis itu untuk menghadapnya. Melepas varsity jacket yang melekat pas di badan atletisnya. Memasangkannya di badan Angel yang ternyata tidak terlalu besar juga untuk Angel. Badan Angel kebetulan memiliki postur yang lebih tinggi dibanding kebanyakan wanita Indonesia pada umumnya. Mencapai tinggi seratus tujuh puluh sentimeter membuat Angel seringkali menjadi sosok paling tinggi diantara teman-temannya. Kana sendiri memiliki tinggi sepuluh sentimeter di atas Ange

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   11. Pura-pura Lupa

    "Mungkin kamu salah orang," ucap Kana yang berhasil membuat Angel terkekeh sinis.Astaga! Dasar pemain. Kalau sudah kepepet begini pasti akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Lagipula, meski Kana memiliki saudara kembar, yaitu Saka. Jelas-jelas yang gadis itu sebut tadi adalah nama Kana dan bukannya Saka."Kana! Kamu jahat banget bilang kayak gitu sama aku!" Gadis berambut coklat itu mulai terisak akibat sang kekasih yang tidak berhasil mengenalinya. "Maaf, tapi saya memang bukan Kana. Saya Saka saudara kembar Kana."Angel kembali menggelengkan kepalanya. Oh, jadi sekarang lelaki itu sedang memanfaatkan situasi mereka yang tengah berpura-pura menjadi Saka dan Feli? Angel yakin sekali bahwa Kana mungkin hanya bosan saja dengan gadis ini dan sudah menemukan kekasih baru. Makanya memilih untuk berbohong begitu."Saudara kembar Kana?"Kana mengangguk mantap."Ya. Dan ini istri saya, Angel!" ujar Kana membuat Angel membelalakkan mata.Tunggu! Dasar si bodoh Kana. Harusnya kan lelaki

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   12. Ancaman atau Janji

    "Jadi, Kana ada dimana?" tanya Gaby tanpa mengulur waktu lagi begitu ketiganya duduk di salah satu meja untuk sarapan. "Saka yang paling tahu. Iya kan?" Angel tersenyum manis menatap Kana. Lelaki itu menyesap kopi paginya dengan santai lalu menatap Gaby. "Kenapa kamu masih keras kepala mencari Kana? Bukankah dia tidak mengabari kamu itu tandanya sudah sangat jelas?" Kana tersenyum penuh arti menatap Gaby. Sebagai sesama wanita, ingin sekali Angel membuka kedok Kana yang saat ini tengah berpura-pura menjadi Saka di depan Gaby. Hanya saja Angel tidak bisa melakukannya. Terlalu berisiko. Biar bagaimanapun, mereka sedang menyamar. Jika kedok Kana terbongkar, bisa saja yang berikutnya adalah dirinya. Angel tidak mau itu. "Jangan ditunggu lagi. Kamu pantas dapat yang lebih baik, Gaby," Angel tersenyum menatap Gaby. Lalu pandangannya beralih kepada Kana dan menatap tajam lelaki itu. Sedang yang ditatap justru asik menyesap kopi hitamnya. Gaby menyangga dagunya. Matanya menerawang. Seol

Bab terbaru

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   12. Ancaman atau Janji

    "Jadi, Kana ada dimana?" tanya Gaby tanpa mengulur waktu lagi begitu ketiganya duduk di salah satu meja untuk sarapan. "Saka yang paling tahu. Iya kan?" Angel tersenyum manis menatap Kana. Lelaki itu menyesap kopi paginya dengan santai lalu menatap Gaby. "Kenapa kamu masih keras kepala mencari Kana? Bukankah dia tidak mengabari kamu itu tandanya sudah sangat jelas?" Kana tersenyum penuh arti menatap Gaby. Sebagai sesama wanita, ingin sekali Angel membuka kedok Kana yang saat ini tengah berpura-pura menjadi Saka di depan Gaby. Hanya saja Angel tidak bisa melakukannya. Terlalu berisiko. Biar bagaimanapun, mereka sedang menyamar. Jika kedok Kana terbongkar, bisa saja yang berikutnya adalah dirinya. Angel tidak mau itu. "Jangan ditunggu lagi. Kamu pantas dapat yang lebih baik, Gaby," Angel tersenyum menatap Gaby. Lalu pandangannya beralih kepada Kana dan menatap tajam lelaki itu. Sedang yang ditatap justru asik menyesap kopi hitamnya. Gaby menyangga dagunya. Matanya menerawang. Seol

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   11. Pura-pura Lupa

    "Mungkin kamu salah orang," ucap Kana yang berhasil membuat Angel terkekeh sinis.Astaga! Dasar pemain. Kalau sudah kepepet begini pasti akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Lagipula, meski Kana memiliki saudara kembar, yaitu Saka. Jelas-jelas yang gadis itu sebut tadi adalah nama Kana dan bukannya Saka."Kana! Kamu jahat banget bilang kayak gitu sama aku!" Gadis berambut coklat itu mulai terisak akibat sang kekasih yang tidak berhasil mengenalinya. "Maaf, tapi saya memang bukan Kana. Saya Saka saudara kembar Kana."Angel kembali menggelengkan kepalanya. Oh, jadi sekarang lelaki itu sedang memanfaatkan situasi mereka yang tengah berpura-pura menjadi Saka dan Feli? Angel yakin sekali bahwa Kana mungkin hanya bosan saja dengan gadis ini dan sudah menemukan kekasih baru. Makanya memilih untuk berbohong begitu."Saudara kembar Kana?"Kana mengangguk mantap."Ya. Dan ini istri saya, Angel!" ujar Kana membuat Angel membelalakkan mata.Tunggu! Dasar si bodoh Kana. Harusnya kan lelaki

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   10. Tidak Ingin Berteman

    Angin kencang membuat rambut Angel berhambur terbang. Gadis itu tampak cuek dan tidak mempedulikan rambutnya yang bisa saja kusut jika lama-lama terkena angin seperti ini. Memang Angel memiliki pilihan?"Dingin?" tanya Kana ke arah gadis yang duduk di sampingnya sembari melipat tangan.Keduanya saat ini sudah duduk di depan bibir pantai menyaksikan matahari tenggelam. Sungguh, Angel tidak tahu bahwa Ratna sepertinya sangat hobi menonton film kisah romantis sehingga memiliki ide seperti ini.Kana memegang bahu Angel dan memutar gadis itu untuk menghadapnya. Melepas varsity jacket yang melekat pas di badan atletisnya. Memasangkannya di badan Angel yang ternyata tidak terlalu besar juga untuk Angel. Badan Angel kebetulan memiliki postur yang lebih tinggi dibanding kebanyakan wanita Indonesia pada umumnya. Mencapai tinggi seratus tujuh puluh sentimeter membuat Angel seringkali menjadi sosok paling tinggi diantara teman-temannya. Kana sendiri memiliki tinggi sepuluh sentimeter di atas Ange

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   9. Jadwal Honeymoon

    Saat kembali ke kamar, Angel masih melihat Kana yang tertidur di atas ranjang dengan posisi yang masih sama. Angel berdecak. Benar-benar definisi beban. Angel jadi paham kenapa Danu tampak selalu memasang wajah asam saat bertemu Kana.Jujur saja, jika memiliki anak seperti Kana, Angel pun juga akan melakukan hal yang sama.“Sabar, Angel… Sabar…” Angel mengelus dadanya sendiri.Menatap wajah Kana saja sudah berhasil memancing emosi Angel. Mulai sekarang, Angel bertekad akan bersikap lebih manis ke Kana dan mendekati lelaki itu perlahan. Angel menganggukkan kepalanya. Berusaha mengingatkan dirinya sendiri akan rencananya.“Semangat Angel!” gadis itu mengepalkan tangannya mencoba menyemangati diri sendiri.Bola mata Kana yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka kembali. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelahnya Kana mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dan menemukan Angel yang tengah berdiri di dekat pintu sembari memandangnya.D

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   8. Misi Angel

    Angel melihat ke sekitarnya. Maldives memang selalu seindah ini ya?Angel belum pernah datang ke tempat ini. Padahal, dirinya cukup sering dikirim ke berbagai tempat oleh ketua organisasinya."Bagaimana Honey?" Kana yang usai mengambil kunci kamar di resepsionis menyampirkan tangannya di bahu Angel.Angel melirik lelaki di samping dengan sinis. Gadis itu kemudian menyingkirkan tangan Kana di bahunya dan berjalan mendahului Kana."Honey! Emang kamu tahu kamar kita dimana?" Kana berteriak dari belakang punggung Angel.Angel menghentakkan kakinya. Mau tidak mau berhenti berjalan dan membalikkan badannya ke arah Kana."Dimana kamarnya?" ketus Angel sembari berjalan menghampiri Kana.Senyum tengil terpasang di wajah tampan Kana."Makanya, dengerin apa kata suami. Ayo!" Kana kembali merangkul Angel sembari sebelah tangannya menarik tangan Kana.Lagi, Angel menghempaskan tangan Kana di bahunya."Nggak usah sok akrab!" ketus Angel."Hei! Kita sekarang harus menjadi sepasang pengantin baru yan

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   7. Beban Brengsek

    “Awas saja kamu Arkana Lazuardi!” dengus Angel sembari mengintip keadaan kamar begitu hendak keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan ritual membersihkan dirinya. Gadis itu mencari keberadaan Kana. Tidak mungkin Angel keluar dengan hanya menggunakan handuk yang bahkan tidak mampu menutupi setengah pahanya. Ini semua gara-gara Kana! Jika saja lelaki itu tidak menyeretnya ke dalam kamar mandi dan langsung mengguyurnya, Angel pasti bisa mengambil baju dahulu dan berganti pakaian di kamar mandi.Suara siulan seseorang membuat Angel tersentak.“Pemandangan yang indah sekali!” suara kurang ajar milik Kana terdengar.Harapan Angel tidak terkabul. Karena kini, Arkana tengah duduk di sebuah kursi di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah dimana Angel saat ini berdiri. Naasnya, Angel tidak punya pilihan. Dirinya bisa mati beku jika tidak segera keluar untuk memakai baju. Berusaha mengumpulkan semua nyali dan kepercayaan dirinya, Angel berjalan dengan cuek ke arah walk in closet yang

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   6. Mandi atau Mandi Bersama

    “Kamu tahu? Aku paling benci ditantang.” Kana memperingati Angel.Mendengarnya, Angel sedikit tersentak. Takut apabila lelaki itu telah mengetahui siapa dirinya. Tidak. Tidak mungkin Kana yang hanya beban keluarga bodoh bisa tahu rahasia Angel.Angel menolehkan kepalanya menatap Kana. Wajah mereka begitu dekat hingga gadis itu bisa melihat jelas fitur wajah sempurna milik Kana.“Jadi, jangan mancing aku lagi atau kamu nggak selamat, Nona Angel.” Kana tersenyum manis. Seolah tidak pernah melakukan apapun kepada Angel. Lelaki itu lantas bangkit berdiri.“Siapa juga yang lagi nantangin kamu,” Angel tersenyum sinis menatap Kana.“Oke. Jadi masih mau lanjut ngerasain badan yang bikin mata kamu sawan ini?” Kana melipat tangannya di dada. Menatap Angel yang masih terbaring di atas ranjang. Membungkuk hendak kembali menindih badan gadis itu.Sigap, Angel menahan.“Hei!” pekik Angel.“Kamu yang minta, Angel,” Kana tersenyum miring.“Dengar! Aku tahu kalau kamu travel blogger yang gemar jalan-j

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   5. Fakta Tidak Sesuai

    Pagi ini Angel menghadiri sebuah sarapan ala keluarga konglomerat yang bahagia. Semua ini dilakukan karena menurut informasi yang entah Danu Lazuardi dapatkan dari mana bahwa ada media yang ikut menyusup ke hotel hanya demi mendapatkan satu berita mengenai kehidupan dua keluarga konglomerat yang bersatu. Tidak tahu saja jika keluarga ini palsu.Pandangan Angel kini tertarik kepada seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tengah mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Adik tiri Kana itu tampak bosan. Sama seperti Angel.Rania Lazuardi. Adik dari Kana dan Saka beda ibu itu masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sekilas wajahnya begitu mirip dengan Ratna yang begitu cantik.“Selama Saka nggak ada, kamu datang ke kantor untuk menggantikan dia, Kana,” Danu yang mulanya mengobrol mengenai bisnis dengan besannya mendadak menatap ke arah satu-satunya putranya yang tersisa.“Papa yakin? Nggak takut perusahaannya hancur dalam beberapa jam?” Kana tersenyum miring menatap ayahnya. Mel

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   4. Kita Kan Suami Istri

    Angel kembali membuka pintu kamarnya. Matanya dengan awas menyisiri sekitar lorong di depannya dari balik pintu kamarnya.“Kenapa?”Angel terlonjak begitu ada sebuah tangan mampir di pundaknya. Dengan cepat gadis itu membalikkan badannya.Bagaimana bisa?Bagaimana bisa lelaki di depannya bisa melangkah ke arahnya tanpa menimbulkan suara seperti seorang terlatih? Ini adalah hal langka. Biasanya, jangan suara langkah seseorang, bahkan suara napas seseorang juga Angel langsung dapat mengidentifikasinya.“Kana?”“Ya? Kenapa?” lelaki itu menatap Angel dengan sorot tajamnya namun wajahnya tetap menampilkan senyum. Lihat! Lagi-lagi ekspresi lelaki di depannya ini tampak janggal.Angel menggeleng pelan.“Tidak. Kamu habis dari mana?” tanya gadis itu.“Dari toilet. Kamu sendiri? Apa yang kamu lakukan? Kenapa saat aku terbangun tadi kamu tidak ada?”Angel terdiam beberapa saat untuk menemukan jawaban apa yang kira-kira pas untuk dia berikan kepada Kana.“Hanya ingin mencari udara segar,” ucap A

DMCA.com Protection Status