“Kamu tahu? Aku paling benci ditantang.” Kana memperingati Angel.
Mendengarnya, Angel sedikit tersentak. Takut apabila lelaki itu telah mengetahui siapa dirinya. Tidak. Tidak mungkin Kana yang hanya beban keluarga bodoh bisa tahu rahasia Angel.
Angel menolehkan kepalanya menatap Kana. Wajah mereka begitu dekat hingga gadis itu bisa melihat jelas fitur wajah sempurna milik Kana.
“Jadi, jangan mancing aku lagi atau kamu nggak selamat, Nona Angel.” Kana tersenyum manis. Seolah tidak pernah melakukan apapun kepada Angel. Lelaki itu lantas bangkit berdiri.
“Siapa juga yang lagi nantangin kamu,” Angel tersenyum sinis menatap Kana.
“Oke. Jadi masih mau lanjut ngerasain badan yang bikin mata kamu sawan ini?” Kana melipat tangannya di dada. Menatap Angel yang masih terbaring di atas ranjang. Membungkuk hendak kembali menindih badan gadis itu.
Sigap, Angel menahan.
“Hei!” pekik Angel.
“Kamu yang minta, Angel,” Kana tersenyum miring.
“Dengar! Aku tahu kalau kamu travel blogger yang gemar jalan-jalan ke luar negeri dan hidup dengan bebas. Tapi itu kamu, Kana. Bukan aku yang hanya pelayan rendahan dan miskin yang kalau pulang malam sedikit akan dikatai oleh tetangga. Lalu dicap tidak benar,” cerocos Angel yang mengundang tawa Kana.
“Kamu harus tahu bahwa kamu itu lucu, Angel,” ucap Kana disela tawanya.
“Dan profesi ini sama sekali tidak cocok untuk kamu,” lelaki itu kembali berujar dengan penuh maksud.
“Ma- maksud kamu apa Kana?” gagap Angel.
“Ya, sepertinya kamu lebih cocok menjadi pelawak daripada waitress,” Kana kembali berdiri sembari tersenyum.
Tidak mau kembali kecolongan, Angel memanfaatkannya untuk kembali duduk dan merapikan penampilannya yang kusut.
“Aku mau mandi. Mau ikut?” tawar Kana antara terlalu baik hati atau terlalu kurang ajar.
“Nggak!” gadis itu mendengus dan membuang mukanya.
Kana menahan senyumnya melihat Angel yang memasang wajah cemberut.
Tanpa berkata lagi, Kana pergi ke kamar mandi dan meninggalkan Angel yang masih terdiam.
“Cih! Dasar!” dengus Angel.
***
Saat keluar dari kamar mandi, hal pertama yang Kana dapati adalah pemandangan Angel yang tengah tertidur di atas ranjang dengan nyaman. Gadis itu bahkan belum mengganti pakaiannya. Kana menggeleng.
Lelaki itu melempar handuk lembab yang usai dipakainya untuk menggosok rambutnya.
Angel gelagapan ketika dirinya merasa pengap. Dirinya tidak bisa bernapas dengan bebas karena ada sesuatu yang menghambat oksigen di sekitarnya. Dengan panik Angel membuka matanya dan justru mendapati kegelapan. Tangan Angel meraba sekita dan merasa sesuatu yang dingin menyentuh permukaan tangannya.
Rasanya benda itu begitu familiar bagi Angel. Keningnya berkerut samar hingga sebuah suara mampir di telinganya.
“Puas merabanya, Nona?”
Kegelapan yang melingkupi Angel sebelumnya mendadak raib. Mata Angel bertemu dengan mata tajam milik Kana. Menunduk, Angel melihat sesuatu apa yang sejak tadi dirinya raba bahkan gadis itu juga meremasnya untuk memastikan sesuatu.
Angel membelalak dan langsung menurunkan tangannya dari dada telanjang Kana. Kini Angel tahu kenapa rasanya begitu familiar karena beberapa saat yang lalu gadis itu juga baru saja memegangnya.
“Kok?” kepala Angel meneleng heran.
“Mandi!” Kana melempar kembali handuk yang tadinya sudah dirinya ambil ke wajah Angel.
“Kana!” geram Angel ketika handuk lembab mendarat di wajahnya.
Kana yang sudah bangkit berdiri menuju walk in closet di kamar Saka menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.
“Kenapa?” tanya lelaki itu polos.
“Kenapa?” Angel membeo tidak percaya.
“Kamu itu jorok! Masa melempar handuk bekas pakai ke wajah aku?” Angel tidak terima.
Kana justru mengedikkan bahu acuh sembari lanjut berjalan.
“Suami istri kan sudah seharusnya terbiasa untuk berbagi.”
“What?” Angel menatap tidak percaya ke arah lelaki itu.
Buru-buru Angel bangkit berdiri dan menyusul. Di sana, dirinya melihat Kana mengambil satu kaus berwarna abu-abu di walk in closet.
“Itu kan baju Saka!” ujar Angel.
“Lalu? Aku harus kembali ke kamarku dan berakhir dicurigai orang gitu?”
Angel terdiam sejenak. Benar juga apa yang diucapkan oleh si beban keluarga itu.
“Cepat mandi!” perintah Kana lagi.
Angel masih tidak bergeming. Tidak mengiyakan ataupun menolak. Kana yang kesabarannya setipis tisu yang dibelah menjadi dua tanpa aba-aba mengangkat badan Angel. Menumpukan perut Angel di bahunya sehingga kepala Angel terbalik menatap ke bawah dalam gendongan ala karung beras lelaki itu.
“Kana! Turunin! Pusing tahu!”
Angel tidak berbohong saat mengatakannya karena kini kepalanya benar-benar terasa berkunang-kunang. Kana sialan!
Berkali-kali Angel berteriak bahkan memukul lelaki itu, Kana tidak bergeming dan tetap bisa menggendong Angel dengan mudahnya menuju kamar mandi.
“Kana! Dasar tidak waras! Turunin!”
“Kamu harus mandi, Angel! Aku nggak mau satu kasur sama orang yang belum mandi.”
Angel terus memekik minta diturunkan.
Angel tidak tahu, olahraga semacam apa yang dilakukan oleh Kana si blogger tidak terkenal hingga bisa mendapatkan keseimbangan sebagus ini meski Angel telah memberontak dengan memukul dan menendang lelaki itu dengan brutal.
Angel curiga, Kana sebenarnya seorang atlet alih-alih seorang blogger. Tenaga dan stamina lelaki itu sangat patut diacungi jempol.
Kana membuka pintu kaca bening di dalam kamar mandi yang di dalamnya adalah ruang untuk mandi dengan menggunakan shower. Sedang di luar kotak yang terbuat dari kaca itu terdapat jacuzzi mewah, wastafel, juga closet dengan penataan yang begitu indah dan terbuat dari marmer berkualitas.
Lelaki itu meletakkan badan Angel di bawah shower. Mundur beberapa langkah ke belakang dan menyalakan shower hingga badan Angel terguyur oleh shower. Buru-buru Kana keluar dan menutup pintu kaca itu.
“Kana! Brengsek! Buka pintunya!” teriak Angel sembari berusaha menarik pintu kaca geser tersebut.
Sialan sekali! Hanya perkara mandi saja sampai seperti ini.
Kana menahannya. Tenaga lelaki itu sangat kuat.
“Mandi Angel. Atau kamu mau aku masuk dan kita mandi bersama? Aku sama sekali nggak keberatan,” ujar Kana dengan asal.
Angel melotot sebal mendengarnya.
“Dasar gila!”
Kana tidak tersinggung saat mendengarnya.
“Maybe,” ucap lelaki itu enteng dan pandangannya terpaku pada satu titik.
Tersenyum aneh, Kana melihat ke arah bagian dada Angel. Baju berbahan kain shifon milik Angel membuat bagian atas tubuhnya tercetak jelas dan bahkan tampak dalaman apa yang dikenakannya saat ini. Meski warnanya tidak terlihat jelas karena bajunya berwarna peach, tetapi tetap saja bagian tubuhnya tercetak jelas.
Segera, Angel membalikkan badannya.
“KANA MESUM! KELUAR SEKARANG!” Angel berteriak keras yang disambut gelak tawa dari arah belakangnya.
“Makanya, mandi sebelum tidur di kasur. Badan kamu itu kotor.”
Selesai mengatakan hal tersebut, Kana keluar dari dalam kamar mandi. Begitu mendengar suara pintu tertutup, Angel baru membalikkan badannya.
Mau tidak mau, gadis itu mandi meski sambil menyumpah serapahi Arkana Lazuardi.
“Awas saja kamu Arkana Lazuardi!” dengus Angel sembari mengintip keadaan kamar begitu hendak keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan ritual membersihkan dirinya. Gadis itu mencari keberadaan Kana. Tidak mungkin Angel keluar dengan hanya menggunakan handuk yang bahkan tidak mampu menutupi setengah pahanya. Ini semua gara-gara Kana! Jika saja lelaki itu tidak menyeretnya ke dalam kamar mandi dan langsung mengguyurnya, Angel pasti bisa mengambil baju dahulu dan berganti pakaian di kamar mandi.Suara siulan seseorang membuat Angel tersentak.“Pemandangan yang indah sekali!” suara kurang ajar milik Kana terdengar.Harapan Angel tidak terkabul. Karena kini, Arkana tengah duduk di sebuah kursi di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah dimana Angel saat ini berdiri. Naasnya, Angel tidak punya pilihan. Dirinya bisa mati beku jika tidak segera keluar untuk memakai baju. Berusaha mengumpulkan semua nyali dan kepercayaan dirinya, Angel berjalan dengan cuek ke arah walk in closet yang
Angel melihat ke sekitarnya. Maldives memang selalu seindah ini ya?Angel belum pernah datang ke tempat ini. Padahal, dirinya cukup sering dikirim ke berbagai tempat oleh ketua organisasinya."Bagaimana Honey?" Kana yang usai mengambil kunci kamar di resepsionis menyampirkan tangannya di bahu Angel.Angel melirik lelaki di samping dengan sinis. Gadis itu kemudian menyingkirkan tangan Kana di bahunya dan berjalan mendahului Kana."Honey! Emang kamu tahu kamar kita dimana?" Kana berteriak dari belakang punggung Angel.Angel menghentakkan kakinya. Mau tidak mau berhenti berjalan dan membalikkan badannya ke arah Kana."Dimana kamarnya?" ketus Angel sembari berjalan menghampiri Kana.Senyum tengil terpasang di wajah tampan Kana."Makanya, dengerin apa kata suami. Ayo!" Kana kembali merangkul Angel sembari sebelah tangannya menarik tangan Kana.Lagi, Angel menghempaskan tangan Kana di bahunya."Nggak usah sok akrab!" ketus Angel."Hei! Kita sekarang harus menjadi sepasang pengantin baru yan
Saat kembali ke kamar, Angel masih melihat Kana yang tertidur di atas ranjang dengan posisi yang masih sama. Angel berdecak. Benar-benar definisi beban. Angel jadi paham kenapa Danu tampak selalu memasang wajah asam saat bertemu Kana.Jujur saja, jika memiliki anak seperti Kana, Angel pun juga akan melakukan hal yang sama.“Sabar, Angel… Sabar…” Angel mengelus dadanya sendiri.Menatap wajah Kana saja sudah berhasil memancing emosi Angel. Mulai sekarang, Angel bertekad akan bersikap lebih manis ke Kana dan mendekati lelaki itu perlahan. Angel menganggukkan kepalanya. Berusaha mengingatkan dirinya sendiri akan rencananya.“Semangat Angel!” gadis itu mengepalkan tangannya mencoba menyemangati diri sendiri.Bola mata Kana yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka kembali. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelahnya Kana mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dan menemukan Angel yang tengah berdiri di dekat pintu sembari memandangnya.D
Angin kencang membuat rambut Angel berhambur terbang. Gadis itu tampak cuek dan tidak mempedulikan rambutnya yang bisa saja kusut jika lama-lama terkena angin seperti ini. Memang Angel memiliki pilihan?"Dingin?" tanya Kana ke arah gadis yang duduk di sampingnya sembari melipat tangan.Keduanya saat ini sudah duduk di depan bibir pantai menyaksikan matahari tenggelam. Sungguh, Angel tidak tahu bahwa Ratna sepertinya sangat hobi menonton film kisah romantis sehingga memiliki ide seperti ini.Kana memegang bahu Angel dan memutar gadis itu untuk menghadapnya. Melepas varsity jacket yang melekat pas di badan atletisnya. Memasangkannya di badan Angel yang ternyata tidak terlalu besar juga untuk Angel. Badan Angel kebetulan memiliki postur yang lebih tinggi dibanding kebanyakan wanita Indonesia pada umumnya. Mencapai tinggi seratus tujuh puluh sentimeter membuat Angel seringkali menjadi sosok paling tinggi diantara teman-temannya. Kana sendiri memiliki tinggi sepuluh sentimeter di atas Ange
"Mungkin kamu salah orang," ucap Kana yang berhasil membuat Angel terkekeh sinis.Astaga! Dasar pemain. Kalau sudah kepepet begini pasti akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Lagipula, meski Kana memiliki saudara kembar, yaitu Saka. Jelas-jelas yang gadis itu sebut tadi adalah nama Kana dan bukannya Saka."Kana! Kamu jahat banget bilang kayak gitu sama aku!" Gadis berambut coklat itu mulai terisak akibat sang kekasih yang tidak berhasil mengenalinya. "Maaf, tapi saya memang bukan Kana. Saya Saka saudara kembar Kana."Angel kembali menggelengkan kepalanya. Oh, jadi sekarang lelaki itu sedang memanfaatkan situasi mereka yang tengah berpura-pura menjadi Saka dan Feli? Angel yakin sekali bahwa Kana mungkin hanya bosan saja dengan gadis ini dan sudah menemukan kekasih baru. Makanya memilih untuk berbohong begitu."Saudara kembar Kana?"Kana mengangguk mantap."Ya. Dan ini istri saya, Angel!" ujar Kana membuat Angel membelalakkan mata.Tunggu! Dasar si bodoh Kana. Harusnya kan lelaki
"Jadi, Kana ada dimana?" tanya Gaby tanpa mengulur waktu lagi begitu ketiganya duduk di salah satu meja untuk sarapan. "Saka yang paling tahu. Iya kan?" Angel tersenyum manis menatap Kana. Lelaki itu menyesap kopi paginya dengan santai lalu menatap Gaby. "Kenapa kamu masih keras kepala mencari Kana? Bukankah dia tidak mengabari kamu itu tandanya sudah sangat jelas?" Kana tersenyum penuh arti menatap Gaby. Sebagai sesama wanita, ingin sekali Angel membuka kedok Kana yang saat ini tengah berpura-pura menjadi Saka di depan Gaby. Hanya saja Angel tidak bisa melakukannya. Terlalu berisiko. Biar bagaimanapun, mereka sedang menyamar. Jika kedok Kana terbongkar, bisa saja yang berikutnya adalah dirinya. Angel tidak mau itu. "Jangan ditunggu lagi. Kamu pantas dapat yang lebih baik, Gaby," Angel tersenyum menatap Gaby. Lalu pandangannya beralih kepada Kana dan menatap tajam lelaki itu. Sedang yang ditatap justru asik menyesap kopi hitamnya. Gaby menyangga dagunya. Matanya menerawang. Seol
“Titik lokasi sudah terlihat. Dua menit lagi saya akan masuk.”Angel, gadis dengan pakaian pelayan dengan baki di sebelah tangannya itu melangkah dengan mantap di sepanjang koridor hotel.“Bagus agen A. Denah hotel sudah terkirim. Kamu bisa keluar melalui lorong bawah tanah.”“Dimengerti,” Angel berkata tegas sembari tetap berjalan cepat.Bagi Angel, pekerjaan ini bukanlah hal yang besar. Hanya membunuh mempelai pria dengan racun yang sudah dicampur ke dalam minuman. Apa sulitnya bagi seorang Angel yang merupakan pembunuh wanita termuda di organisasinya dengan prestasi yang menakjubkan?Sesampainya di depan pintu kamar sang mempelai pria, Angel dibuat bingung. Beberapa orang berkumpul di sana. Dua orang perempuan paruh baya tampak sedang menangis tersedu-sedu di depan kamar.“Bagaimana bisa mereka berdua sama-sama kabur di hari pernikahannya?” Isak seorang perempuan yang Angel kenali bernama Kartika, ibu mempelai perempuan.“Tamu sudah terlanjur berkumpul. Sekarang apa yang harus kita
“Astaga! Serius kamu tidak tahu siapa aku, Nona?” tanya Kana masih dengan senyum dan juga tatapan tajamnya.Angel menggeleng yakin.Kana mengulurkan tangannya. Malas, Angel menyambutnya.“Arkana Lazuardi. Adik Saka beda lima menit. Tiga puluh dua tahun dan seorang travel blogger,” Kana tersenyum sombong. Entah apa yang ingin disombongkan oleh lelaki itu.Tentu saja Angel sudah tahu mengenai hal-hal yang disebutkan oleh Kana tadi. Bahkan yang tidak disebutkan pun Angel tahu.Sejak usia dua puluh lima tahun Kana sudah tinggal di luar negeri dan berpindah-pindah tempat. Lelaki itu memiliki profesi sebagai seorang blogger bidang travel yang tidak cukup terkenal.Dengan kata lain, Arkana Lazuardi hanyalah beban keluarga yang berjalan-jalan menghamburkan uang keluarganya. Mungkin itu juga alasan mengapa keluarga Lazuardi seolah menyembunyikan kehadirannya. Karena mereka tahu betapa tidak kompetennya Kana dan memandangnya sebagai parasit di keluarga Lazuardi.“Dibanding Saka, harusnya kamu l
"Jadi, Kana ada dimana?" tanya Gaby tanpa mengulur waktu lagi begitu ketiganya duduk di salah satu meja untuk sarapan. "Saka yang paling tahu. Iya kan?" Angel tersenyum manis menatap Kana. Lelaki itu menyesap kopi paginya dengan santai lalu menatap Gaby. "Kenapa kamu masih keras kepala mencari Kana? Bukankah dia tidak mengabari kamu itu tandanya sudah sangat jelas?" Kana tersenyum penuh arti menatap Gaby. Sebagai sesama wanita, ingin sekali Angel membuka kedok Kana yang saat ini tengah berpura-pura menjadi Saka di depan Gaby. Hanya saja Angel tidak bisa melakukannya. Terlalu berisiko. Biar bagaimanapun, mereka sedang menyamar. Jika kedok Kana terbongkar, bisa saja yang berikutnya adalah dirinya. Angel tidak mau itu. "Jangan ditunggu lagi. Kamu pantas dapat yang lebih baik, Gaby," Angel tersenyum menatap Gaby. Lalu pandangannya beralih kepada Kana dan menatap tajam lelaki itu. Sedang yang ditatap justru asik menyesap kopi hitamnya. Gaby menyangga dagunya. Matanya menerawang. Seol
"Mungkin kamu salah orang," ucap Kana yang berhasil membuat Angel terkekeh sinis.Astaga! Dasar pemain. Kalau sudah kepepet begini pasti akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Lagipula, meski Kana memiliki saudara kembar, yaitu Saka. Jelas-jelas yang gadis itu sebut tadi adalah nama Kana dan bukannya Saka."Kana! Kamu jahat banget bilang kayak gitu sama aku!" Gadis berambut coklat itu mulai terisak akibat sang kekasih yang tidak berhasil mengenalinya. "Maaf, tapi saya memang bukan Kana. Saya Saka saudara kembar Kana."Angel kembali menggelengkan kepalanya. Oh, jadi sekarang lelaki itu sedang memanfaatkan situasi mereka yang tengah berpura-pura menjadi Saka dan Feli? Angel yakin sekali bahwa Kana mungkin hanya bosan saja dengan gadis ini dan sudah menemukan kekasih baru. Makanya memilih untuk berbohong begitu."Saudara kembar Kana?"Kana mengangguk mantap."Ya. Dan ini istri saya, Angel!" ujar Kana membuat Angel membelalakkan mata.Tunggu! Dasar si bodoh Kana. Harusnya kan lelaki
Angin kencang membuat rambut Angel berhambur terbang. Gadis itu tampak cuek dan tidak mempedulikan rambutnya yang bisa saja kusut jika lama-lama terkena angin seperti ini. Memang Angel memiliki pilihan?"Dingin?" tanya Kana ke arah gadis yang duduk di sampingnya sembari melipat tangan.Keduanya saat ini sudah duduk di depan bibir pantai menyaksikan matahari tenggelam. Sungguh, Angel tidak tahu bahwa Ratna sepertinya sangat hobi menonton film kisah romantis sehingga memiliki ide seperti ini.Kana memegang bahu Angel dan memutar gadis itu untuk menghadapnya. Melepas varsity jacket yang melekat pas di badan atletisnya. Memasangkannya di badan Angel yang ternyata tidak terlalu besar juga untuk Angel. Badan Angel kebetulan memiliki postur yang lebih tinggi dibanding kebanyakan wanita Indonesia pada umumnya. Mencapai tinggi seratus tujuh puluh sentimeter membuat Angel seringkali menjadi sosok paling tinggi diantara teman-temannya. Kana sendiri memiliki tinggi sepuluh sentimeter di atas Ange
Saat kembali ke kamar, Angel masih melihat Kana yang tertidur di atas ranjang dengan posisi yang masih sama. Angel berdecak. Benar-benar definisi beban. Angel jadi paham kenapa Danu tampak selalu memasang wajah asam saat bertemu Kana.Jujur saja, jika memiliki anak seperti Kana, Angel pun juga akan melakukan hal yang sama.“Sabar, Angel… Sabar…” Angel mengelus dadanya sendiri.Menatap wajah Kana saja sudah berhasil memancing emosi Angel. Mulai sekarang, Angel bertekad akan bersikap lebih manis ke Kana dan mendekati lelaki itu perlahan. Angel menganggukkan kepalanya. Berusaha mengingatkan dirinya sendiri akan rencananya.“Semangat Angel!” gadis itu mengepalkan tangannya mencoba menyemangati diri sendiri.Bola mata Kana yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka kembali. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelahnya Kana mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dan menemukan Angel yang tengah berdiri di dekat pintu sembari memandangnya.D
Angel melihat ke sekitarnya. Maldives memang selalu seindah ini ya?Angel belum pernah datang ke tempat ini. Padahal, dirinya cukup sering dikirim ke berbagai tempat oleh ketua organisasinya."Bagaimana Honey?" Kana yang usai mengambil kunci kamar di resepsionis menyampirkan tangannya di bahu Angel.Angel melirik lelaki di samping dengan sinis. Gadis itu kemudian menyingkirkan tangan Kana di bahunya dan berjalan mendahului Kana."Honey! Emang kamu tahu kamar kita dimana?" Kana berteriak dari belakang punggung Angel.Angel menghentakkan kakinya. Mau tidak mau berhenti berjalan dan membalikkan badannya ke arah Kana."Dimana kamarnya?" ketus Angel sembari berjalan menghampiri Kana.Senyum tengil terpasang di wajah tampan Kana."Makanya, dengerin apa kata suami. Ayo!" Kana kembali merangkul Angel sembari sebelah tangannya menarik tangan Kana.Lagi, Angel menghempaskan tangan Kana di bahunya."Nggak usah sok akrab!" ketus Angel."Hei! Kita sekarang harus menjadi sepasang pengantin baru yan
“Awas saja kamu Arkana Lazuardi!” dengus Angel sembari mengintip keadaan kamar begitu hendak keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan ritual membersihkan dirinya. Gadis itu mencari keberadaan Kana. Tidak mungkin Angel keluar dengan hanya menggunakan handuk yang bahkan tidak mampu menutupi setengah pahanya. Ini semua gara-gara Kana! Jika saja lelaki itu tidak menyeretnya ke dalam kamar mandi dan langsung mengguyurnya, Angel pasti bisa mengambil baju dahulu dan berganti pakaian di kamar mandi.Suara siulan seseorang membuat Angel tersentak.“Pemandangan yang indah sekali!” suara kurang ajar milik Kana terdengar.Harapan Angel tidak terkabul. Karena kini, Arkana tengah duduk di sebuah kursi di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah dimana Angel saat ini berdiri. Naasnya, Angel tidak punya pilihan. Dirinya bisa mati beku jika tidak segera keluar untuk memakai baju. Berusaha mengumpulkan semua nyali dan kepercayaan dirinya, Angel berjalan dengan cuek ke arah walk in closet yang
“Kamu tahu? Aku paling benci ditantang.” Kana memperingati Angel.Mendengarnya, Angel sedikit tersentak. Takut apabila lelaki itu telah mengetahui siapa dirinya. Tidak. Tidak mungkin Kana yang hanya beban keluarga bodoh bisa tahu rahasia Angel.Angel menolehkan kepalanya menatap Kana. Wajah mereka begitu dekat hingga gadis itu bisa melihat jelas fitur wajah sempurna milik Kana.“Jadi, jangan mancing aku lagi atau kamu nggak selamat, Nona Angel.” Kana tersenyum manis. Seolah tidak pernah melakukan apapun kepada Angel. Lelaki itu lantas bangkit berdiri.“Siapa juga yang lagi nantangin kamu,” Angel tersenyum sinis menatap Kana.“Oke. Jadi masih mau lanjut ngerasain badan yang bikin mata kamu sawan ini?” Kana melipat tangannya di dada. Menatap Angel yang masih terbaring di atas ranjang. Membungkuk hendak kembali menindih badan gadis itu.Sigap, Angel menahan.“Hei!” pekik Angel.“Kamu yang minta, Angel,” Kana tersenyum miring.“Dengar! Aku tahu kalau kamu travel blogger yang gemar jalan-j
Pagi ini Angel menghadiri sebuah sarapan ala keluarga konglomerat yang bahagia. Semua ini dilakukan karena menurut informasi yang entah Danu Lazuardi dapatkan dari mana bahwa ada media yang ikut menyusup ke hotel hanya demi mendapatkan satu berita mengenai kehidupan dua keluarga konglomerat yang bersatu. Tidak tahu saja jika keluarga ini palsu.Pandangan Angel kini tertarik kepada seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tengah mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Adik tiri Kana itu tampak bosan. Sama seperti Angel.Rania Lazuardi. Adik dari Kana dan Saka beda ibu itu masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sekilas wajahnya begitu mirip dengan Ratna yang begitu cantik.“Selama Saka nggak ada, kamu datang ke kantor untuk menggantikan dia, Kana,” Danu yang mulanya mengobrol mengenai bisnis dengan besannya mendadak menatap ke arah satu-satunya putranya yang tersisa.“Papa yakin? Nggak takut perusahaannya hancur dalam beberapa jam?” Kana tersenyum miring menatap ayahnya. Mel
Angel kembali membuka pintu kamarnya. Matanya dengan awas menyisiri sekitar lorong di depannya dari balik pintu kamarnya.“Kenapa?”Angel terlonjak begitu ada sebuah tangan mampir di pundaknya. Dengan cepat gadis itu membalikkan badannya.Bagaimana bisa?Bagaimana bisa lelaki di depannya bisa melangkah ke arahnya tanpa menimbulkan suara seperti seorang terlatih? Ini adalah hal langka. Biasanya, jangan suara langkah seseorang, bahkan suara napas seseorang juga Angel langsung dapat mengidentifikasinya.“Kana?”“Ya? Kenapa?” lelaki itu menatap Angel dengan sorot tajamnya namun wajahnya tetap menampilkan senyum. Lihat! Lagi-lagi ekspresi lelaki di depannya ini tampak janggal.Angel menggeleng pelan.“Tidak. Kamu habis dari mana?” tanya gadis itu.“Dari toilet. Kamu sendiri? Apa yang kamu lakukan? Kenapa saat aku terbangun tadi kamu tidak ada?”Angel terdiam beberapa saat untuk menemukan jawaban apa yang kira-kira pas untuk dia berikan kepada Kana.“Hanya ingin mencari udara segar,” ucap A