“Astaga! Serius kamu tidak tahu siapa aku, Nona?” tanya Kana masih dengan senyum dan juga tatapan tajamnya.
Angel menggeleng yakin.
Kana mengulurkan tangannya. Malas, Angel menyambutnya.
“Arkana Lazuardi. Adik Saka beda lima menit. Tiga puluh dua tahun dan seorang travel blogger,” Kana tersenyum sombong. Entah apa yang ingin disombongkan oleh lelaki itu.
Tentu saja Angel sudah tahu mengenai hal-hal yang disebutkan oleh Kana tadi. Bahkan yang tidak disebutkan pun Angel tahu.
Sejak usia dua puluh lima tahun Kana sudah tinggal di luar negeri dan berpindah-pindah tempat. Lelaki itu memiliki profesi sebagai seorang blogger bidang travel yang tidak cukup terkenal.
Dengan kata lain, Arkana Lazuardi hanyalah beban keluarga yang berjalan-jalan menghamburkan uang keluarganya. Mungkin itu juga alasan mengapa keluarga Lazuardi seolah menyembunyikan kehadirannya. Karena mereka tahu betapa tidak kompetennya Kana dan memandangnya sebagai parasit di keluarga Lazuardi.
“Dibanding Saka, harusnya kamu lebih tahu aku. Aku bahkan punya channel youtube berisi vlog solo traveling.”
Oh, ya! Sayangnya punya channel youtube tidak berarti banyak yang menonton dan terkenal bukan? Kana adalah salah satu yang tidak terkenal.
“Oke, Saka memang terkenal di Indonesia. Tapi aku terkenal hingga ke mancanegara.”
Angel meringis mendengar jawaban sombong Kana. Mana ada yang mengenali lelaki itu.
Tidak banyak orang yang tahu bahwa Saka, sang pewaris Lazuardi grup memiliki saudara kembar. Belum lagi keluarga Lazuardi memang hanya memperkenalkan Saka kepada publik. Sedang Kana? Bahkan sepertinya pekerja di rumah keluarga Lazuardi tidak tahu jika Saka memiliki kembaran.
“Jadi istri, siapa nama kamu? Atau haruskah aku memanggil kamu istri saja dan tidak perlu repot-repot tahu nama kamu?”
Suara Kana membuat Angel tersentak dari lamunannya.
“Angel. Kamu bisa memanggilku seperti itu.”
“Malaikat ya?” Kana tersenyum geli mengetahui arti nama Angel.
“Sangat cocok buat kamu,” lelaki itu masih memandangi Angel dengan sorot tajam tetapi bibirnya tersenyum geli.
Menurut Angel ekspresi Kana cukup janggal. Bagaimana bisa lelaki itu tersenyum geli dan berkata dengan nada ramah tetapi tatapan matanya tetap konsisten tajam seperti itu?
“Dari awal aku juga sudah merasa bahwa kamu malaikat. Lihat! Karena kamu, dua nama baik keluarga yang cukup terpandang bisa terselamatkan.”
Senyum sinis terpatri pada bibir Angel yang terbalut lipstik berwarna pink natural.
Orang kaya dan segala jenis nama baiknya.
“Jangan lupa ada harga yang harus anda bayar untuk ini, Tuan,” tenang Angel menjawabnya. Tidak lupa gadis itu menampilkan senyum manisnya.
Kana terkekeh geli.
“Tentu, Nona. Anda jangan khawatir. Keluargaku pasti akan membayar kamu, Nona. Tiga ratus juta. Lumayan bukan? Ya, meski begitu, aku tidak punya uang sebanyak itu. Jadi, bayarannya minta ke Papa aku saja,” ucap Kana enteng.
Angel jadi tidak heran mengapa keluarga Lazuardi menyembunyikan lelaki ini dengan sangat rapat. Memang sangat tidak bisa diandalkan!
“Baik. Lalu, sekarang mana bayarannya?” tagih Angel.
“Wow! Santai Nona. Kenapa kamu buru-buru? Kita bahkan belum melewatkan malam pertama kita. Tidak berniat mencobanya terlebih dahulu?”
Angel merasa terlecehkan. Apa maksud lelaki itu? Memangnya Angel perempuan macam apa? Kana benar-benar ingin lehernya dipatahkan. Bagi seorang agen level satu seperti Angel, itu bukan hal yang sulit.
“Tidak tahu malu!” dengus Angel.
Kana tersenyum mendengarnya.
“Ngomong-ngomong, keluargaku ingin bicara. Kamu bisa meminta bayaranmu saat bertemu dengan mereka.”
Kemudian, Angel mengikuti langkah lelaki itu keluar dari ruangan. Sembari tetap berusaha mencari kesempatan untuk berbicara dengan seseorang yang masih tersambung dengan dirinya. Entah kenapa sejak tadi tidak ada perintah lagi untuknya. Ada apa ini?
Kana membawa Angel menuju restoran yang ada di hotel tersebut dan membawa Angel masuk ke dalam sebuah privat room. Ternyata disana semua orang sudah menunggu mereka. Ada empat orang disana. Siapa lagi jika bukan para orang tua dari pihak laki-laki dan perempuan.
Angel duduk di salah satu kursi yang ada di meja melingkar itu. Sedang Kana sendiri, memilih mengambil tempat di sebelah kanan Angel.
Danu berdehem. Kepala keluarga Lazuardi itu mencoba mengawali pembicaraan ini.
“Jadi begini, Nona. Dalam pernikahan tadi ternyata ada pihak media yang berhasil menerobos ke dalam. Wajah kamu sudah tertangkap dan tentunya kini seluruh negeri ini mengenal wajah kamu sebagai Felicia Wijaya. Putri tunggal keluarga Wijaya sekaligus menantu keluarga Lazuardi.”
Angel tetap diam menyimak. Dalam hati merutuki media yang berhasil menyorot gambarnya.
Kembali terdengar suara. Namun kali ini berasal dari chip yang terpasang di telinga Angel. Sayangnya itu hanya suara-suara kecil dan Angel sama sekali tidak bisa menangkapnya. Apa yang sedang terjadi di markas?
“Nona, kami punya penawaran lagi,” kali ini Bastian yang bersuara.
Sebelah alis Angel naik. Menandakan bahwa gadis itu bertanya.
“Berpura-puralah menjadi putri kami juga istri dari Kana. Kalian harus bersandiwara sampai Saka dan Feli ditemukan,” Kartika mengeluarkan suaranya.
“Benar. Hanya ini satu-satunya cara,” ucap Ratna.
“Kenapa begitu? Lalu bagaimana jika mereka kembali?” Angel jadi tidak paham dengan jalan pikir para orang kaya ini.
“Kami butuh kalian tetap seperti ini agar kondisi saham perusahaan stabil. Jika media tahu bahwa sebenarnya kedua pengantin pergi, apalagi Saka, maka pasti akan banyak yang memanfaatkan situasi ini,” jelas Danu.
“Apa untungnya buat saya?” Angel tersenyum miring.
Gadis itu sudah menduga bahwa semua ini demi perusahaan. Angel memang tidak begitu terkejut, tetapi tetap saja fakta bahwa orang-orang tua ini lebih asik memikirkan saham daripada nasib anaknya sendiri yang entah bagaimana agak membuat Angel miris.
Kana di sisi Angel sama sekali tidak bergabung dalam obrolan. Lelaki itu justru asik menyesap wine miliknya.
Cih, dasar beban satu ini!
Angel mendengus dalam hati. Kana memang benar-benar tidak bisa diandalkan. Setidaknya para orang tua disini masih memikirkan perusahaannya. Sedangkan lelaki itu? Tampak begitu santai dan tidak memikirkan apapun. Seolah apatis dengan segala keadaan di sekitarnya saat ini.
“Lima ratus juta. Bagaimana? Apakah anda tertarik?” Danu menatap Angel penuh percaya diri. Uang lima ratus juta pasti sudah cukup banyak untuk gadis di depannya.
Senyum tipis tercetak pada bibir Angel. Tahu bahwa orang-orang disini pasti meremehkannya. Lima ratus juta? Ah, itu masih terlalu kecil untuk misi yang tidak tahu kapan selesainya ini bagi Angel.
“Terima tawaran mereka dan masuk ke rumah keluarga Lazuardi!”
Perintah dari seberang lagi-lagi membuyarkan rencana Angel yang ingin menolak tawaran dari orang kaya di depannya. Gadis itu mendengus kesal. Biar begitu, Angel memang tidak bisa berbuat apa-apa bukan?
“Satu milyar. Deal!”
Angel mengulurkan tangannya dengan percaya diri.
Satu milyar sepertinya lumayan juga bukan?
Angel menyisir pandangannya ke sekitar kamar hotel. Malam ini, dirinya harus terpaksa tidur di kamar ini bersama suami palsunya, Kana. Ini memang salah satu hal yang harus dirinya dan Kana lakukan. Karena jika sampai pihak media mengendus bahwa dirinya dan Kana pergi dari hotel, mereka bisa memberitakan yang tidak-tidak. Angel mendengus kesal. Angel tidak tahu apa yang harus dilakukannya setelah ini. Haruskah dirinya menunggu Saka saja di dalam keluarga Lazuardi? Kenapa atasannya menyuruh dirinya untuk masuk ke dalam keluarga Lazuardi alih-alih menyuruhnya untuk melacak posisi Saka? "Nggak mandi?" tanya Kana yang baru saja keluar dari kamar mandi."Ya," ucap Angel singkat lalu masuk ke dalam kamar mandi tanpa banyak kata. “Hei, tunggu!”Suara Kana di balik punggung Angel yang hampir menyentuh pintu kamar mandi membuat Angel berbalik. Memberikan tatapan tanya kepada Kana.“Nggak mau aku bantu buka, Istri?” senyum miring tercetak di wajah Kana.“Gila!” dengus Angel.“Hei! Aku berbai
Angel kembali membuka pintu kamarnya. Matanya dengan awas menyisiri sekitar lorong di depannya dari balik pintu kamarnya.“Kenapa?”Angel terlonjak begitu ada sebuah tangan mampir di pundaknya. Dengan cepat gadis itu membalikkan badannya.Bagaimana bisa?Bagaimana bisa lelaki di depannya bisa melangkah ke arahnya tanpa menimbulkan suara seperti seorang terlatih? Ini adalah hal langka. Biasanya, jangan suara langkah seseorang, bahkan suara napas seseorang juga Angel langsung dapat mengidentifikasinya.“Kana?”“Ya? Kenapa?” lelaki itu menatap Angel dengan sorot tajamnya namun wajahnya tetap menampilkan senyum. Lihat! Lagi-lagi ekspresi lelaki di depannya ini tampak janggal.Angel menggeleng pelan.“Tidak. Kamu habis dari mana?” tanya gadis itu.“Dari toilet. Kamu sendiri? Apa yang kamu lakukan? Kenapa saat aku terbangun tadi kamu tidak ada?”Angel terdiam beberapa saat untuk menemukan jawaban apa yang kira-kira pas untuk dia berikan kepada Kana.“Hanya ingin mencari udara segar,” ucap A
Pagi ini Angel menghadiri sebuah sarapan ala keluarga konglomerat yang bahagia. Semua ini dilakukan karena menurut informasi yang entah Danu Lazuardi dapatkan dari mana bahwa ada media yang ikut menyusup ke hotel hanya demi mendapatkan satu berita mengenai kehidupan dua keluarga konglomerat yang bersatu. Tidak tahu saja jika keluarga ini palsu.Pandangan Angel kini tertarik kepada seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tengah mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Adik tiri Kana itu tampak bosan. Sama seperti Angel.Rania Lazuardi. Adik dari Kana dan Saka beda ibu itu masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sekilas wajahnya begitu mirip dengan Ratna yang begitu cantik.“Selama Saka nggak ada, kamu datang ke kantor untuk menggantikan dia, Kana,” Danu yang mulanya mengobrol mengenai bisnis dengan besannya mendadak menatap ke arah satu-satunya putranya yang tersisa.“Papa yakin? Nggak takut perusahaannya hancur dalam beberapa jam?” Kana tersenyum miring menatap ayahnya. Mel
“Kamu tahu? Aku paling benci ditantang.” Kana memperingati Angel.Mendengarnya, Angel sedikit tersentak. Takut apabila lelaki itu telah mengetahui siapa dirinya. Tidak. Tidak mungkin Kana yang hanya beban keluarga bodoh bisa tahu rahasia Angel.Angel menolehkan kepalanya menatap Kana. Wajah mereka begitu dekat hingga gadis itu bisa melihat jelas fitur wajah sempurna milik Kana.“Jadi, jangan mancing aku lagi atau kamu nggak selamat, Nona Angel.” Kana tersenyum manis. Seolah tidak pernah melakukan apapun kepada Angel. Lelaki itu lantas bangkit berdiri.“Siapa juga yang lagi nantangin kamu,” Angel tersenyum sinis menatap Kana.“Oke. Jadi masih mau lanjut ngerasain badan yang bikin mata kamu sawan ini?” Kana melipat tangannya di dada. Menatap Angel yang masih terbaring di atas ranjang. Membungkuk hendak kembali menindih badan gadis itu.Sigap, Angel menahan.“Hei!” pekik Angel.“Kamu yang minta, Angel,” Kana tersenyum miring.“Dengar! Aku tahu kalau kamu travel blogger yang gemar jalan-j
“Awas saja kamu Arkana Lazuardi!” dengus Angel sembari mengintip keadaan kamar begitu hendak keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan ritual membersihkan dirinya. Gadis itu mencari keberadaan Kana. Tidak mungkin Angel keluar dengan hanya menggunakan handuk yang bahkan tidak mampu menutupi setengah pahanya. Ini semua gara-gara Kana! Jika saja lelaki itu tidak menyeretnya ke dalam kamar mandi dan langsung mengguyurnya, Angel pasti bisa mengambil baju dahulu dan berganti pakaian di kamar mandi.Suara siulan seseorang membuat Angel tersentak.“Pemandangan yang indah sekali!” suara kurang ajar milik Kana terdengar.Harapan Angel tidak terkabul. Karena kini, Arkana tengah duduk di sebuah kursi di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah dimana Angel saat ini berdiri. Naasnya, Angel tidak punya pilihan. Dirinya bisa mati beku jika tidak segera keluar untuk memakai baju. Berusaha mengumpulkan semua nyali dan kepercayaan dirinya, Angel berjalan dengan cuek ke arah walk in closet yang
Angel melihat ke sekitarnya. Maldives memang selalu seindah ini ya?Angel belum pernah datang ke tempat ini. Padahal, dirinya cukup sering dikirim ke berbagai tempat oleh ketua organisasinya."Bagaimana Honey?" Kana yang usai mengambil kunci kamar di resepsionis menyampirkan tangannya di bahu Angel.Angel melirik lelaki di samping dengan sinis. Gadis itu kemudian menyingkirkan tangan Kana di bahunya dan berjalan mendahului Kana."Honey! Emang kamu tahu kamar kita dimana?" Kana berteriak dari belakang punggung Angel.Angel menghentakkan kakinya. Mau tidak mau berhenti berjalan dan membalikkan badannya ke arah Kana."Dimana kamarnya?" ketus Angel sembari berjalan menghampiri Kana.Senyum tengil terpasang di wajah tampan Kana."Makanya, dengerin apa kata suami. Ayo!" Kana kembali merangkul Angel sembari sebelah tangannya menarik tangan Kana.Lagi, Angel menghempaskan tangan Kana di bahunya."Nggak usah sok akrab!" ketus Angel."Hei! Kita sekarang harus menjadi sepasang pengantin baru yan
Saat kembali ke kamar, Angel masih melihat Kana yang tertidur di atas ranjang dengan posisi yang masih sama. Angel berdecak. Benar-benar definisi beban. Angel jadi paham kenapa Danu tampak selalu memasang wajah asam saat bertemu Kana.Jujur saja, jika memiliki anak seperti Kana, Angel pun juga akan melakukan hal yang sama.“Sabar, Angel… Sabar…” Angel mengelus dadanya sendiri.Menatap wajah Kana saja sudah berhasil memancing emosi Angel. Mulai sekarang, Angel bertekad akan bersikap lebih manis ke Kana dan mendekati lelaki itu perlahan. Angel menganggukkan kepalanya. Berusaha mengingatkan dirinya sendiri akan rencananya.“Semangat Angel!” gadis itu mengepalkan tangannya mencoba menyemangati diri sendiri.Bola mata Kana yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka kembali. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelahnya Kana mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dan menemukan Angel yang tengah berdiri di dekat pintu sembari memandangnya.D
Angin kencang membuat rambut Angel berhambur terbang. Gadis itu tampak cuek dan tidak mempedulikan rambutnya yang bisa saja kusut jika lama-lama terkena angin seperti ini. Memang Angel memiliki pilihan?"Dingin?" tanya Kana ke arah gadis yang duduk di sampingnya sembari melipat tangan.Keduanya saat ini sudah duduk di depan bibir pantai menyaksikan matahari tenggelam. Sungguh, Angel tidak tahu bahwa Ratna sepertinya sangat hobi menonton film kisah romantis sehingga memiliki ide seperti ini.Kana memegang bahu Angel dan memutar gadis itu untuk menghadapnya. Melepas varsity jacket yang melekat pas di badan atletisnya. Memasangkannya di badan Angel yang ternyata tidak terlalu besar juga untuk Angel. Badan Angel kebetulan memiliki postur yang lebih tinggi dibanding kebanyakan wanita Indonesia pada umumnya. Mencapai tinggi seratus tujuh puluh sentimeter membuat Angel seringkali menjadi sosok paling tinggi diantara teman-temannya. Kana sendiri memiliki tinggi sepuluh sentimeter di atas Ange
"Jadi, Kana ada dimana?" tanya Gaby tanpa mengulur waktu lagi begitu ketiganya duduk di salah satu meja untuk sarapan. "Saka yang paling tahu. Iya kan?" Angel tersenyum manis menatap Kana. Lelaki itu menyesap kopi paginya dengan santai lalu menatap Gaby. "Kenapa kamu masih keras kepala mencari Kana? Bukankah dia tidak mengabari kamu itu tandanya sudah sangat jelas?" Kana tersenyum penuh arti menatap Gaby. Sebagai sesama wanita, ingin sekali Angel membuka kedok Kana yang saat ini tengah berpura-pura menjadi Saka di depan Gaby. Hanya saja Angel tidak bisa melakukannya. Terlalu berisiko. Biar bagaimanapun, mereka sedang menyamar. Jika kedok Kana terbongkar, bisa saja yang berikutnya adalah dirinya. Angel tidak mau itu. "Jangan ditunggu lagi. Kamu pantas dapat yang lebih baik, Gaby," Angel tersenyum menatap Gaby. Lalu pandangannya beralih kepada Kana dan menatap tajam lelaki itu. Sedang yang ditatap justru asik menyesap kopi hitamnya. Gaby menyangga dagunya. Matanya menerawang. Seol
"Mungkin kamu salah orang," ucap Kana yang berhasil membuat Angel terkekeh sinis.Astaga! Dasar pemain. Kalau sudah kepepet begini pasti akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Lagipula, meski Kana memiliki saudara kembar, yaitu Saka. Jelas-jelas yang gadis itu sebut tadi adalah nama Kana dan bukannya Saka."Kana! Kamu jahat banget bilang kayak gitu sama aku!" Gadis berambut coklat itu mulai terisak akibat sang kekasih yang tidak berhasil mengenalinya. "Maaf, tapi saya memang bukan Kana. Saya Saka saudara kembar Kana."Angel kembali menggelengkan kepalanya. Oh, jadi sekarang lelaki itu sedang memanfaatkan situasi mereka yang tengah berpura-pura menjadi Saka dan Feli? Angel yakin sekali bahwa Kana mungkin hanya bosan saja dengan gadis ini dan sudah menemukan kekasih baru. Makanya memilih untuk berbohong begitu."Saudara kembar Kana?"Kana mengangguk mantap."Ya. Dan ini istri saya, Angel!" ujar Kana membuat Angel membelalakkan mata.Tunggu! Dasar si bodoh Kana. Harusnya kan lelaki
Angin kencang membuat rambut Angel berhambur terbang. Gadis itu tampak cuek dan tidak mempedulikan rambutnya yang bisa saja kusut jika lama-lama terkena angin seperti ini. Memang Angel memiliki pilihan?"Dingin?" tanya Kana ke arah gadis yang duduk di sampingnya sembari melipat tangan.Keduanya saat ini sudah duduk di depan bibir pantai menyaksikan matahari tenggelam. Sungguh, Angel tidak tahu bahwa Ratna sepertinya sangat hobi menonton film kisah romantis sehingga memiliki ide seperti ini.Kana memegang bahu Angel dan memutar gadis itu untuk menghadapnya. Melepas varsity jacket yang melekat pas di badan atletisnya. Memasangkannya di badan Angel yang ternyata tidak terlalu besar juga untuk Angel. Badan Angel kebetulan memiliki postur yang lebih tinggi dibanding kebanyakan wanita Indonesia pada umumnya. Mencapai tinggi seratus tujuh puluh sentimeter membuat Angel seringkali menjadi sosok paling tinggi diantara teman-temannya. Kana sendiri memiliki tinggi sepuluh sentimeter di atas Ange
Saat kembali ke kamar, Angel masih melihat Kana yang tertidur di atas ranjang dengan posisi yang masih sama. Angel berdecak. Benar-benar definisi beban. Angel jadi paham kenapa Danu tampak selalu memasang wajah asam saat bertemu Kana.Jujur saja, jika memiliki anak seperti Kana, Angel pun juga akan melakukan hal yang sama.“Sabar, Angel… Sabar…” Angel mengelus dadanya sendiri.Menatap wajah Kana saja sudah berhasil memancing emosi Angel. Mulai sekarang, Angel bertekad akan bersikap lebih manis ke Kana dan mendekati lelaki itu perlahan. Angel menganggukkan kepalanya. Berusaha mengingatkan dirinya sendiri akan rencananya.“Semangat Angel!” gadis itu mengepalkan tangannya mencoba menyemangati diri sendiri.Bola mata Kana yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka kembali. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelahnya Kana mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dan menemukan Angel yang tengah berdiri di dekat pintu sembari memandangnya.D
Angel melihat ke sekitarnya. Maldives memang selalu seindah ini ya?Angel belum pernah datang ke tempat ini. Padahal, dirinya cukup sering dikirim ke berbagai tempat oleh ketua organisasinya."Bagaimana Honey?" Kana yang usai mengambil kunci kamar di resepsionis menyampirkan tangannya di bahu Angel.Angel melirik lelaki di samping dengan sinis. Gadis itu kemudian menyingkirkan tangan Kana di bahunya dan berjalan mendahului Kana."Honey! Emang kamu tahu kamar kita dimana?" Kana berteriak dari belakang punggung Angel.Angel menghentakkan kakinya. Mau tidak mau berhenti berjalan dan membalikkan badannya ke arah Kana."Dimana kamarnya?" ketus Angel sembari berjalan menghampiri Kana.Senyum tengil terpasang di wajah tampan Kana."Makanya, dengerin apa kata suami. Ayo!" Kana kembali merangkul Angel sembari sebelah tangannya menarik tangan Kana.Lagi, Angel menghempaskan tangan Kana di bahunya."Nggak usah sok akrab!" ketus Angel."Hei! Kita sekarang harus menjadi sepasang pengantin baru yan
“Awas saja kamu Arkana Lazuardi!” dengus Angel sembari mengintip keadaan kamar begitu hendak keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan ritual membersihkan dirinya. Gadis itu mencari keberadaan Kana. Tidak mungkin Angel keluar dengan hanya menggunakan handuk yang bahkan tidak mampu menutupi setengah pahanya. Ini semua gara-gara Kana! Jika saja lelaki itu tidak menyeretnya ke dalam kamar mandi dan langsung mengguyurnya, Angel pasti bisa mengambil baju dahulu dan berganti pakaian di kamar mandi.Suara siulan seseorang membuat Angel tersentak.“Pemandangan yang indah sekali!” suara kurang ajar milik Kana terdengar.Harapan Angel tidak terkabul. Karena kini, Arkana tengah duduk di sebuah kursi di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah dimana Angel saat ini berdiri. Naasnya, Angel tidak punya pilihan. Dirinya bisa mati beku jika tidak segera keluar untuk memakai baju. Berusaha mengumpulkan semua nyali dan kepercayaan dirinya, Angel berjalan dengan cuek ke arah walk in closet yang
“Kamu tahu? Aku paling benci ditantang.” Kana memperingati Angel.Mendengarnya, Angel sedikit tersentak. Takut apabila lelaki itu telah mengetahui siapa dirinya. Tidak. Tidak mungkin Kana yang hanya beban keluarga bodoh bisa tahu rahasia Angel.Angel menolehkan kepalanya menatap Kana. Wajah mereka begitu dekat hingga gadis itu bisa melihat jelas fitur wajah sempurna milik Kana.“Jadi, jangan mancing aku lagi atau kamu nggak selamat, Nona Angel.” Kana tersenyum manis. Seolah tidak pernah melakukan apapun kepada Angel. Lelaki itu lantas bangkit berdiri.“Siapa juga yang lagi nantangin kamu,” Angel tersenyum sinis menatap Kana.“Oke. Jadi masih mau lanjut ngerasain badan yang bikin mata kamu sawan ini?” Kana melipat tangannya di dada. Menatap Angel yang masih terbaring di atas ranjang. Membungkuk hendak kembali menindih badan gadis itu.Sigap, Angel menahan.“Hei!” pekik Angel.“Kamu yang minta, Angel,” Kana tersenyum miring.“Dengar! Aku tahu kalau kamu travel blogger yang gemar jalan-j
Pagi ini Angel menghadiri sebuah sarapan ala keluarga konglomerat yang bahagia. Semua ini dilakukan karena menurut informasi yang entah Danu Lazuardi dapatkan dari mana bahwa ada media yang ikut menyusup ke hotel hanya demi mendapatkan satu berita mengenai kehidupan dua keluarga konglomerat yang bersatu. Tidak tahu saja jika keluarga ini palsu.Pandangan Angel kini tertarik kepada seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tengah mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Adik tiri Kana itu tampak bosan. Sama seperti Angel.Rania Lazuardi. Adik dari Kana dan Saka beda ibu itu masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sekilas wajahnya begitu mirip dengan Ratna yang begitu cantik.“Selama Saka nggak ada, kamu datang ke kantor untuk menggantikan dia, Kana,” Danu yang mulanya mengobrol mengenai bisnis dengan besannya mendadak menatap ke arah satu-satunya putranya yang tersisa.“Papa yakin? Nggak takut perusahaannya hancur dalam beberapa jam?” Kana tersenyum miring menatap ayahnya. Mel
Angel kembali membuka pintu kamarnya. Matanya dengan awas menyisiri sekitar lorong di depannya dari balik pintu kamarnya.“Kenapa?”Angel terlonjak begitu ada sebuah tangan mampir di pundaknya. Dengan cepat gadis itu membalikkan badannya.Bagaimana bisa?Bagaimana bisa lelaki di depannya bisa melangkah ke arahnya tanpa menimbulkan suara seperti seorang terlatih? Ini adalah hal langka. Biasanya, jangan suara langkah seseorang, bahkan suara napas seseorang juga Angel langsung dapat mengidentifikasinya.“Kana?”“Ya? Kenapa?” lelaki itu menatap Angel dengan sorot tajamnya namun wajahnya tetap menampilkan senyum. Lihat! Lagi-lagi ekspresi lelaki di depannya ini tampak janggal.Angel menggeleng pelan.“Tidak. Kamu habis dari mana?” tanya gadis itu.“Dari toilet. Kamu sendiri? Apa yang kamu lakukan? Kenapa saat aku terbangun tadi kamu tidak ada?”Angel terdiam beberapa saat untuk menemukan jawaban apa yang kira-kira pas untuk dia berikan kepada Kana.“Hanya ingin mencari udara segar,” ucap A