Share

3. Bertahanlah Disana

Penulis: siriuskecil
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Angel menyisir pandangannya ke sekitar kamar hotel. Malam ini, dirinya harus terpaksa tidur di kamar ini bersama suami palsunya, Kana. Ini memang salah satu hal yang harus dirinya dan Kana lakukan. Karena jika sampai pihak media mengendus bahwa dirinya dan Kana pergi dari hotel, mereka bisa memberitakan yang tidak-tidak. 

Angel mendengus kesal. 

Angel tidak tahu apa yang harus dilakukannya setelah ini. Haruskah dirinya menunggu Saka saja di dalam keluarga Lazuardi? Kenapa atasannya menyuruh dirinya untuk masuk ke dalam keluarga Lazuardi alih-alih menyuruhnya untuk melacak posisi Saka? 

"Nggak mandi?" tanya Kana yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ya," ucap Angel singkat lalu masuk ke dalam kamar mandi tanpa banyak kata. 

“Hei, tunggu!”

Suara Kana di balik punggung Angel yang hampir menyentuh pintu kamar mandi membuat Angel berbalik. Memberikan tatapan tanya kepada Kana.

“Nggak mau aku bantu buka, Istri?” senyum miring tercetak di wajah Kana.

“Gila!” dengus Angel.

“Hei! Aku berbaik hati. Baju itu kelihatan begitu sempit di badan kamu,” Kana memandang Angel dari atas sampai ke bawah dan kembali lagi ke atas.

Angel merasa sangat direndahkan!

Baju pengantin milik Feli ini memang begitu ketat di badannya karena sang pengantin asli jelas memiliki tubuh yang lebih kecil. Akibat latihan rutin yang Angel lakukan untuk membangun ototnya, tentu bagian tubuh Angel sedikit lebih besar di area tertentu yang membuat Angel memiliki bentuk badan impian semua orang. Kurus tetapi berisi di bagian-bagian yang diinginkan.

“Bagaimana?” tawar Kana lagi.

“Nggak butuh!” Angel menutup pintu kamar mandi dengan keras. Tawa Kana di luar sana terdengar hingga dalam kamar mandi. Dan itu semakin membuat Angel kesal. 

Memang benar jika Angel sedikit kesulitan saat melepas gaun dengan model slim fit yang tengah dipakainya. Kesal, akhirnya Angel merobeknya dengan tangan kosong. 

Krieek! 

Dengan sekali hentakan, Angel membuat baju itu teronggok mengenaskan di lantai kamar mandi. 

Usai melakukan ritual mandinya dengan cepat, buru-buru Angel menarik bathrobe yang disediakan hotel. 

Astaga! Angel lupa bahwa dirinya saat ini tidak memiliki pakaian ganti. Haruskah dirinya tidur menggunakan bathrobe ini? 

Ah, sebenarnya Angel bukannya malu dengan Kana. Selama perjalanannya menjadi agen, sudah banyak peran yang Angel jalani untuk menyelesaikan misi. Tidak jarang, Angel juga harus menyamar menjadi perempuan penggoda untuk dapat mendekati target. 

Saat ini, Angel hanya takut masuk angin jika tidur menggunakan bathrobe seperti ini. 

Tangan Angel bergerak membuka kenop pintu kamar mandi. 

Melihat Angel yang muncul dari kamar mandi hanya menggunakan bathrobe, Kana baru mengingat bahwa gadis itu tidak memiliki pakaian ganti. 

"Kamu mau pake baju aku dulu untuk tidur?" tawar lelaki itu yang kini sudah mulai menggunakan aku kamu bukan saya kamu lagi ketika bersama Angel. 

"Boleh." 

Tanpa menunggu lagi, Kana bergerak ke arah tas ranselnya yang berisi peralatan pribadinya. Ya, dirinya memang menyiapkannya karena seluruh keluarganya akan menginap disini usai acara pernikahan. Takut akan terlalu lelah apabila harus langsung pulang. 

"Thanks, Kana," Angel kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian. 

"Udah?" Kana memastikan saat gadis itu keluar dari kamar mandi yang dijawab anggukan saja oleh gadis itu. 

"Jadi, kamu mau tidur di sebelah mana? Tidur di sofa ataupun di lantai juga tidak masalah jika kamu tidak ingin tidur satu ranjang bersamaku. Tapi satu yang harus kamu tahu, mau atau tidak kamu tidur di ranjang yang sama bersamaku, aku akan tetap tidur di ranjang. Jadi, kamu mengerti apa yang aku maksud kan, Nona?" 

Angel menatap lelaki di depannya. Kana sepertinya memiliki kepribadian ganda. Tadi lelaki itu dengan gentle menawarkan Angel bajunya. Kini, lelaki itu seolah tidak peduli Angel perempuan dan ingin menang sendiri. Sebenarnya, Kana yang mana? 

"Aku sama sekali nggak keberatan kalau kita tidur satu kasur. Tapi, bukankah sebagai keluarga Lazuardi yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat timur, ini bukanlah hal yang dibenarkan? Tidur satu ranjang dengan perempuan agaknya sedikit mencoreng nama baik keluarga bukan?" jawab Angel sinis. 

Kana terkekeh geli dengan jawaban Angel. 

Apa yang lucu? 

"Ya, keluarga Lazuardi memang kolot. Tapi, aku sudah lama tinggal jauh dari mereka. Lagi pula kita sepasang suami istri bukan?" 

"Sepasang suami istri yang menggantikan sepasang suami istri lainnya," peringat Angel. 

Lagi-lagi Kana terkekeh. Sepertinya memang lelaki itu hobi tertawa? 

"Ya! Kamu benar." 

Kemudian lelaki itu kembali melanjutkan, "Jadi kamu tetap ingin tidur di samping aku?" katanya menaik turunkan alis menggoda Angel. 

Gadis itu berdecih. Tingkah Kana begitu menggelikan. 

Tanpa berkata-kata lagi, Angel langsung membaringkan badannya di sisi kanan tempat tidur. Sama sekali tidak menunggu Kana yang masih berdiri menatapnya. 

*** 

Malam semakin larut. Angel merasa bahwa Kana di sampingnya sudah tidur dengan cukup pulas. Dapat Angel rasakan napas lelaki itu yang sangat teratur. 

Sebisa mungkin Angel turun dari tempat tidur tanpa menimbulkan suara dan gerakan yang dapat membangunkan Kana di sampingnya. 

Angel mencari kartu akses cadangan kamar yang ditempatinya. Setelah menemukannya, Angel keluar dengan langkah sepelan mungkin. Meski dirinya tahu bahwa Kana tidak akan terbangun dilihat dari tidurnya yang begitu lelap, Angel harus tetap waspada dan berjaga-jaga. 

Berhasil keluar dari kamar, Angel berjalan menyusuri lorong kamar hotel tersebut. Dirinya di lantai jejeran kamar VIP di hotel ini. Hanya ada beberapa kamar di lantai ini karena cukup ekslusif. Angel tidak bisa mengira-ngira berapa jumlah uang yang dibuang oleh keluarga Lazuardi dan Wijaya untuk pernikahan anak mereka. Pastinya sangat banyak. 

Angel berbelok ke sebuah belokan di ujung lorong. Sembari melihat keadaan sekitarnya, gadis itu berusaha mengaktifkan chip yang tersambung dengan dirinya. 

"Agen A disini," ucap Angel begitu telah tersambung. 

"Ya, Agen A? Bagaimana situasi disana?" tanya seseorang di seberang sana. 

"Cukup aman, Ketua." 

Angel memberi jeda sejenak. Sampai kemudian kembali melanjutkan, "Lalu, apa yang harus saya lakukan selanjutnya? Target menghilang. Apakah sudah ada informasi untuk mengakses lokasinya?" 

"Sejauh ini belum. Teruslah disana sembari menyelidiki sesuatu di keluarga Lazuardi." 

Angel mengerutkan kening. 

"Apa itu Ketua?" 

"Lebih detail lagi, nanti aku kirimkan datanya melalui email. Sementara, berusahalah bertahan disana dan ulur waktu sebanyak mungkin agar bisa menyelidiki keluarga Lazuardi sembari menunggu Saka ditemukan." 

"Baik, Ketua. Dimengerti." 

"Bagus. Sekarang kembalilah. Jangan sampai suami palsumu mencurigaimu. Sementara, ambil hatinya agar bisa bertahan disana. Aku dengar, Kana tidak secerdas kakaknya. Kamu harus bisa memanfaatkannya." 

Memanfaatkannya? Apa yang bisa dimanfaatkan dari seorang Kana? 

"Meski begitu, tetaplah hati-hati karena biar bagaimanapun, Kana adalah anggota keluarga Lazuardi. Sejak kecil dirinya selalu mendapat pendidikan yang baik sama halnya dengan kakaknya dan tentu saja dia mendapatkan pelatihan yang sama juga seperti kakaknya." 

"Baik ketua, saya mengerti." 

"Bagus." 

Kemudian sambungan itu dimatikan. 

Angel kembali berjalan pelan menuju kamarnya. Begitu pintu terbuka, Angel begitu terkejut ketika tidak mendapati Kana yang tadi tidur di kasur. 

Satu yang Angel takutkan, lelaki itu mengikutinya.

Bab terkait

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   4. Kita Kan Suami Istri

    Angel kembali membuka pintu kamarnya. Matanya dengan awas menyisiri sekitar lorong di depannya dari balik pintu kamarnya.“Kenapa?”Angel terlonjak begitu ada sebuah tangan mampir di pundaknya. Dengan cepat gadis itu membalikkan badannya.Bagaimana bisa?Bagaimana bisa lelaki di depannya bisa melangkah ke arahnya tanpa menimbulkan suara seperti seorang terlatih? Ini adalah hal langka. Biasanya, jangan suara langkah seseorang, bahkan suara napas seseorang juga Angel langsung dapat mengidentifikasinya.“Kana?”“Ya? Kenapa?” lelaki itu menatap Angel dengan sorot tajamnya namun wajahnya tetap menampilkan senyum. Lihat! Lagi-lagi ekspresi lelaki di depannya ini tampak janggal.Angel menggeleng pelan.“Tidak. Kamu habis dari mana?” tanya gadis itu.“Dari toilet. Kamu sendiri? Apa yang kamu lakukan? Kenapa saat aku terbangun tadi kamu tidak ada?”Angel terdiam beberapa saat untuk menemukan jawaban apa yang kira-kira pas untuk dia berikan kepada Kana.“Hanya ingin mencari udara segar,” ucap A

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   5. Fakta Tidak Sesuai

    Pagi ini Angel menghadiri sebuah sarapan ala keluarga konglomerat yang bahagia. Semua ini dilakukan karena menurut informasi yang entah Danu Lazuardi dapatkan dari mana bahwa ada media yang ikut menyusup ke hotel hanya demi mendapatkan satu berita mengenai kehidupan dua keluarga konglomerat yang bersatu. Tidak tahu saja jika keluarga ini palsu.Pandangan Angel kini tertarik kepada seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tengah mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Adik tiri Kana itu tampak bosan. Sama seperti Angel.Rania Lazuardi. Adik dari Kana dan Saka beda ibu itu masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sekilas wajahnya begitu mirip dengan Ratna yang begitu cantik.“Selama Saka nggak ada, kamu datang ke kantor untuk menggantikan dia, Kana,” Danu yang mulanya mengobrol mengenai bisnis dengan besannya mendadak menatap ke arah satu-satunya putranya yang tersisa.“Papa yakin? Nggak takut perusahaannya hancur dalam beberapa jam?” Kana tersenyum miring menatap ayahnya. Mel

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   6. Mandi atau Mandi Bersama

    “Kamu tahu? Aku paling benci ditantang.” Kana memperingati Angel.Mendengarnya, Angel sedikit tersentak. Takut apabila lelaki itu telah mengetahui siapa dirinya. Tidak. Tidak mungkin Kana yang hanya beban keluarga bodoh bisa tahu rahasia Angel.Angel menolehkan kepalanya menatap Kana. Wajah mereka begitu dekat hingga gadis itu bisa melihat jelas fitur wajah sempurna milik Kana.“Jadi, jangan mancing aku lagi atau kamu nggak selamat, Nona Angel.” Kana tersenyum manis. Seolah tidak pernah melakukan apapun kepada Angel. Lelaki itu lantas bangkit berdiri.“Siapa juga yang lagi nantangin kamu,” Angel tersenyum sinis menatap Kana.“Oke. Jadi masih mau lanjut ngerasain badan yang bikin mata kamu sawan ini?” Kana melipat tangannya di dada. Menatap Angel yang masih terbaring di atas ranjang. Membungkuk hendak kembali menindih badan gadis itu.Sigap, Angel menahan.“Hei!” pekik Angel.“Kamu yang minta, Angel,” Kana tersenyum miring.“Dengar! Aku tahu kalau kamu travel blogger yang gemar jalan-j

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   7. Beban Brengsek

    “Awas saja kamu Arkana Lazuardi!” dengus Angel sembari mengintip keadaan kamar begitu hendak keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan ritual membersihkan dirinya. Gadis itu mencari keberadaan Kana. Tidak mungkin Angel keluar dengan hanya menggunakan handuk yang bahkan tidak mampu menutupi setengah pahanya. Ini semua gara-gara Kana! Jika saja lelaki itu tidak menyeretnya ke dalam kamar mandi dan langsung mengguyurnya, Angel pasti bisa mengambil baju dahulu dan berganti pakaian di kamar mandi.Suara siulan seseorang membuat Angel tersentak.“Pemandangan yang indah sekali!” suara kurang ajar milik Kana terdengar.Harapan Angel tidak terkabul. Karena kini, Arkana tengah duduk di sebuah kursi di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah dimana Angel saat ini berdiri. Naasnya, Angel tidak punya pilihan. Dirinya bisa mati beku jika tidak segera keluar untuk memakai baju. Berusaha mengumpulkan semua nyali dan kepercayaan dirinya, Angel berjalan dengan cuek ke arah walk in closet yang

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   8. Misi Angel

    Angel melihat ke sekitarnya. Maldives memang selalu seindah ini ya?Angel belum pernah datang ke tempat ini. Padahal, dirinya cukup sering dikirim ke berbagai tempat oleh ketua organisasinya."Bagaimana Honey?" Kana yang usai mengambil kunci kamar di resepsionis menyampirkan tangannya di bahu Angel.Angel melirik lelaki di samping dengan sinis. Gadis itu kemudian menyingkirkan tangan Kana di bahunya dan berjalan mendahului Kana."Honey! Emang kamu tahu kamar kita dimana?" Kana berteriak dari belakang punggung Angel.Angel menghentakkan kakinya. Mau tidak mau berhenti berjalan dan membalikkan badannya ke arah Kana."Dimana kamarnya?" ketus Angel sembari berjalan menghampiri Kana.Senyum tengil terpasang di wajah tampan Kana."Makanya, dengerin apa kata suami. Ayo!" Kana kembali merangkul Angel sembari sebelah tangannya menarik tangan Kana.Lagi, Angel menghempaskan tangan Kana di bahunya."Nggak usah sok akrab!" ketus Angel."Hei! Kita sekarang harus menjadi sepasang pengantin baru yan

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   9. Jadwal Honeymoon

    Saat kembali ke kamar, Angel masih melihat Kana yang tertidur di atas ranjang dengan posisi yang masih sama. Angel berdecak. Benar-benar definisi beban. Angel jadi paham kenapa Danu tampak selalu memasang wajah asam saat bertemu Kana.Jujur saja, jika memiliki anak seperti Kana, Angel pun juga akan melakukan hal yang sama.“Sabar, Angel… Sabar…” Angel mengelus dadanya sendiri.Menatap wajah Kana saja sudah berhasil memancing emosi Angel. Mulai sekarang, Angel bertekad akan bersikap lebih manis ke Kana dan mendekati lelaki itu perlahan. Angel menganggukkan kepalanya. Berusaha mengingatkan dirinya sendiri akan rencananya.“Semangat Angel!” gadis itu mengepalkan tangannya mencoba menyemangati diri sendiri.Bola mata Kana yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka kembali. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelahnya Kana mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dan menemukan Angel yang tengah berdiri di dekat pintu sembari memandangnya.D

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   10. Tidak Ingin Berteman

    Angin kencang membuat rambut Angel berhambur terbang. Gadis itu tampak cuek dan tidak mempedulikan rambutnya yang bisa saja kusut jika lama-lama terkena angin seperti ini. Memang Angel memiliki pilihan?"Dingin?" tanya Kana ke arah gadis yang duduk di sampingnya sembari melipat tangan.Keduanya saat ini sudah duduk di depan bibir pantai menyaksikan matahari tenggelam. Sungguh, Angel tidak tahu bahwa Ratna sepertinya sangat hobi menonton film kisah romantis sehingga memiliki ide seperti ini.Kana memegang bahu Angel dan memutar gadis itu untuk menghadapnya. Melepas varsity jacket yang melekat pas di badan atletisnya. Memasangkannya di badan Angel yang ternyata tidak terlalu besar juga untuk Angel. Badan Angel kebetulan memiliki postur yang lebih tinggi dibanding kebanyakan wanita Indonesia pada umumnya. Mencapai tinggi seratus tujuh puluh sentimeter membuat Angel seringkali menjadi sosok paling tinggi diantara teman-temannya. Kana sendiri memiliki tinggi sepuluh sentimeter di atas Ange

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   11. Pura-pura Lupa

    "Mungkin kamu salah orang," ucap Kana yang berhasil membuat Angel terkekeh sinis.Astaga! Dasar pemain. Kalau sudah kepepet begini pasti akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Lagipula, meski Kana memiliki saudara kembar, yaitu Saka. Jelas-jelas yang gadis itu sebut tadi adalah nama Kana dan bukannya Saka."Kana! Kamu jahat banget bilang kayak gitu sama aku!" Gadis berambut coklat itu mulai terisak akibat sang kekasih yang tidak berhasil mengenalinya. "Maaf, tapi saya memang bukan Kana. Saya Saka saudara kembar Kana."Angel kembali menggelengkan kepalanya. Oh, jadi sekarang lelaki itu sedang memanfaatkan situasi mereka yang tengah berpura-pura menjadi Saka dan Feli? Angel yakin sekali bahwa Kana mungkin hanya bosan saja dengan gadis ini dan sudah menemukan kekasih baru. Makanya memilih untuk berbohong begitu."Saudara kembar Kana?"Kana mengangguk mantap."Ya. Dan ini istri saya, Angel!" ujar Kana membuat Angel membelalakkan mata.Tunggu! Dasar si bodoh Kana. Harusnya kan lelaki

Bab terbaru

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   12. Ancaman atau Janji

    "Jadi, Kana ada dimana?" tanya Gaby tanpa mengulur waktu lagi begitu ketiganya duduk di salah satu meja untuk sarapan. "Saka yang paling tahu. Iya kan?" Angel tersenyum manis menatap Kana. Lelaki itu menyesap kopi paginya dengan santai lalu menatap Gaby. "Kenapa kamu masih keras kepala mencari Kana? Bukankah dia tidak mengabari kamu itu tandanya sudah sangat jelas?" Kana tersenyum penuh arti menatap Gaby. Sebagai sesama wanita, ingin sekali Angel membuka kedok Kana yang saat ini tengah berpura-pura menjadi Saka di depan Gaby. Hanya saja Angel tidak bisa melakukannya. Terlalu berisiko. Biar bagaimanapun, mereka sedang menyamar. Jika kedok Kana terbongkar, bisa saja yang berikutnya adalah dirinya. Angel tidak mau itu. "Jangan ditunggu lagi. Kamu pantas dapat yang lebih baik, Gaby," Angel tersenyum menatap Gaby. Lalu pandangannya beralih kepada Kana dan menatap tajam lelaki itu. Sedang yang ditatap justru asik menyesap kopi hitamnya. Gaby menyangga dagunya. Matanya menerawang. Seol

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   11. Pura-pura Lupa

    "Mungkin kamu salah orang," ucap Kana yang berhasil membuat Angel terkekeh sinis.Astaga! Dasar pemain. Kalau sudah kepepet begini pasti akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Lagipula, meski Kana memiliki saudara kembar, yaitu Saka. Jelas-jelas yang gadis itu sebut tadi adalah nama Kana dan bukannya Saka."Kana! Kamu jahat banget bilang kayak gitu sama aku!" Gadis berambut coklat itu mulai terisak akibat sang kekasih yang tidak berhasil mengenalinya. "Maaf, tapi saya memang bukan Kana. Saya Saka saudara kembar Kana."Angel kembali menggelengkan kepalanya. Oh, jadi sekarang lelaki itu sedang memanfaatkan situasi mereka yang tengah berpura-pura menjadi Saka dan Feli? Angel yakin sekali bahwa Kana mungkin hanya bosan saja dengan gadis ini dan sudah menemukan kekasih baru. Makanya memilih untuk berbohong begitu."Saudara kembar Kana?"Kana mengangguk mantap."Ya. Dan ini istri saya, Angel!" ujar Kana membuat Angel membelalakkan mata.Tunggu! Dasar si bodoh Kana. Harusnya kan lelaki

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   10. Tidak Ingin Berteman

    Angin kencang membuat rambut Angel berhambur terbang. Gadis itu tampak cuek dan tidak mempedulikan rambutnya yang bisa saja kusut jika lama-lama terkena angin seperti ini. Memang Angel memiliki pilihan?"Dingin?" tanya Kana ke arah gadis yang duduk di sampingnya sembari melipat tangan.Keduanya saat ini sudah duduk di depan bibir pantai menyaksikan matahari tenggelam. Sungguh, Angel tidak tahu bahwa Ratna sepertinya sangat hobi menonton film kisah romantis sehingga memiliki ide seperti ini.Kana memegang bahu Angel dan memutar gadis itu untuk menghadapnya. Melepas varsity jacket yang melekat pas di badan atletisnya. Memasangkannya di badan Angel yang ternyata tidak terlalu besar juga untuk Angel. Badan Angel kebetulan memiliki postur yang lebih tinggi dibanding kebanyakan wanita Indonesia pada umumnya. Mencapai tinggi seratus tujuh puluh sentimeter membuat Angel seringkali menjadi sosok paling tinggi diantara teman-temannya. Kana sendiri memiliki tinggi sepuluh sentimeter di atas Ange

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   9. Jadwal Honeymoon

    Saat kembali ke kamar, Angel masih melihat Kana yang tertidur di atas ranjang dengan posisi yang masih sama. Angel berdecak. Benar-benar definisi beban. Angel jadi paham kenapa Danu tampak selalu memasang wajah asam saat bertemu Kana.Jujur saja, jika memiliki anak seperti Kana, Angel pun juga akan melakukan hal yang sama.“Sabar, Angel… Sabar…” Angel mengelus dadanya sendiri.Menatap wajah Kana saja sudah berhasil memancing emosi Angel. Mulai sekarang, Angel bertekad akan bersikap lebih manis ke Kana dan mendekati lelaki itu perlahan. Angel menganggukkan kepalanya. Berusaha mengingatkan dirinya sendiri akan rencananya.“Semangat Angel!” gadis itu mengepalkan tangannya mencoba menyemangati diri sendiri.Bola mata Kana yang awalnya terpejam perlahan mulai terbuka kembali. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelahnya Kana mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan dan menemukan Angel yang tengah berdiri di dekat pintu sembari memandangnya.D

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   8. Misi Angel

    Angel melihat ke sekitarnya. Maldives memang selalu seindah ini ya?Angel belum pernah datang ke tempat ini. Padahal, dirinya cukup sering dikirim ke berbagai tempat oleh ketua organisasinya."Bagaimana Honey?" Kana yang usai mengambil kunci kamar di resepsionis menyampirkan tangannya di bahu Angel.Angel melirik lelaki di samping dengan sinis. Gadis itu kemudian menyingkirkan tangan Kana di bahunya dan berjalan mendahului Kana."Honey! Emang kamu tahu kamar kita dimana?" Kana berteriak dari belakang punggung Angel.Angel menghentakkan kakinya. Mau tidak mau berhenti berjalan dan membalikkan badannya ke arah Kana."Dimana kamarnya?" ketus Angel sembari berjalan menghampiri Kana.Senyum tengil terpasang di wajah tampan Kana."Makanya, dengerin apa kata suami. Ayo!" Kana kembali merangkul Angel sembari sebelah tangannya menarik tangan Kana.Lagi, Angel menghempaskan tangan Kana di bahunya."Nggak usah sok akrab!" ketus Angel."Hei! Kita sekarang harus menjadi sepasang pengantin baru yan

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   7. Beban Brengsek

    “Awas saja kamu Arkana Lazuardi!” dengus Angel sembari mengintip keadaan kamar begitu hendak keluar dari kamar mandi usai menyelesaikan ritual membersihkan dirinya. Gadis itu mencari keberadaan Kana. Tidak mungkin Angel keluar dengan hanya menggunakan handuk yang bahkan tidak mampu menutupi setengah pahanya. Ini semua gara-gara Kana! Jika saja lelaki itu tidak menyeretnya ke dalam kamar mandi dan langsung mengguyurnya, Angel pasti bisa mengambil baju dahulu dan berganti pakaian di kamar mandi.Suara siulan seseorang membuat Angel tersentak.“Pemandangan yang indah sekali!” suara kurang ajar milik Kana terdengar.Harapan Angel tidak terkabul. Karena kini, Arkana tengah duduk di sebuah kursi di sudut kamar yang menghadap langsung ke arah dimana Angel saat ini berdiri. Naasnya, Angel tidak punya pilihan. Dirinya bisa mati beku jika tidak segera keluar untuk memakai baju. Berusaha mengumpulkan semua nyali dan kepercayaan dirinya, Angel berjalan dengan cuek ke arah walk in closet yang

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   6. Mandi atau Mandi Bersama

    “Kamu tahu? Aku paling benci ditantang.” Kana memperingati Angel.Mendengarnya, Angel sedikit tersentak. Takut apabila lelaki itu telah mengetahui siapa dirinya. Tidak. Tidak mungkin Kana yang hanya beban keluarga bodoh bisa tahu rahasia Angel.Angel menolehkan kepalanya menatap Kana. Wajah mereka begitu dekat hingga gadis itu bisa melihat jelas fitur wajah sempurna milik Kana.“Jadi, jangan mancing aku lagi atau kamu nggak selamat, Nona Angel.” Kana tersenyum manis. Seolah tidak pernah melakukan apapun kepada Angel. Lelaki itu lantas bangkit berdiri.“Siapa juga yang lagi nantangin kamu,” Angel tersenyum sinis menatap Kana.“Oke. Jadi masih mau lanjut ngerasain badan yang bikin mata kamu sawan ini?” Kana melipat tangannya di dada. Menatap Angel yang masih terbaring di atas ranjang. Membungkuk hendak kembali menindih badan gadis itu.Sigap, Angel menahan.“Hei!” pekik Angel.“Kamu yang minta, Angel,” Kana tersenyum miring.“Dengar! Aku tahu kalau kamu travel blogger yang gemar jalan-j

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   5. Fakta Tidak Sesuai

    Pagi ini Angel menghadiri sebuah sarapan ala keluarga konglomerat yang bahagia. Semua ini dilakukan karena menurut informasi yang entah Danu Lazuardi dapatkan dari mana bahwa ada media yang ikut menyusup ke hotel hanya demi mendapatkan satu berita mengenai kehidupan dua keluarga konglomerat yang bersatu. Tidak tahu saja jika keluarga ini palsu.Pandangan Angel kini tertarik kepada seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tengah mengaduk-aduk makanannya dengan malas. Adik tiri Kana itu tampak bosan. Sama seperti Angel.Rania Lazuardi. Adik dari Kana dan Saka beda ibu itu masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Sekilas wajahnya begitu mirip dengan Ratna yang begitu cantik.“Selama Saka nggak ada, kamu datang ke kantor untuk menggantikan dia, Kana,” Danu yang mulanya mengobrol mengenai bisnis dengan besannya mendadak menatap ke arah satu-satunya putranya yang tersisa.“Papa yakin? Nggak takut perusahaannya hancur dalam beberapa jam?” Kana tersenyum miring menatap ayahnya. Mel

  • Pengantin Pembunuh Bayaran   4. Kita Kan Suami Istri

    Angel kembali membuka pintu kamarnya. Matanya dengan awas menyisiri sekitar lorong di depannya dari balik pintu kamarnya.“Kenapa?”Angel terlonjak begitu ada sebuah tangan mampir di pundaknya. Dengan cepat gadis itu membalikkan badannya.Bagaimana bisa?Bagaimana bisa lelaki di depannya bisa melangkah ke arahnya tanpa menimbulkan suara seperti seorang terlatih? Ini adalah hal langka. Biasanya, jangan suara langkah seseorang, bahkan suara napas seseorang juga Angel langsung dapat mengidentifikasinya.“Kana?”“Ya? Kenapa?” lelaki itu menatap Angel dengan sorot tajamnya namun wajahnya tetap menampilkan senyum. Lihat! Lagi-lagi ekspresi lelaki di depannya ini tampak janggal.Angel menggeleng pelan.“Tidak. Kamu habis dari mana?” tanya gadis itu.“Dari toilet. Kamu sendiri? Apa yang kamu lakukan? Kenapa saat aku terbangun tadi kamu tidak ada?”Angel terdiam beberapa saat untuk menemukan jawaban apa yang kira-kira pas untuk dia berikan kepada Kana.“Hanya ingin mencari udara segar,” ucap A

DMCA.com Protection Status