Home / Romansa / Pengantin Buruk Rupa yang Kembali / Bab 45 - Menghapus Jejak

Share

Bab 45 - Menghapus Jejak

Author: Intan SR
last update Last Updated: 2025-04-04 23:33:31

Lorong rumah sakit yang sepi mendadak dipenuhi ketegangan yang mengendap di udara. Lampu-lampu neon di langit-langit memancarkan cahaya pucat, memantulkan bayangan panjang di lantai marmer.

Damian, yang baru saja keluar dari ruang tunggu, merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Langkahnya terhenti saat melihat sesosok pria berpakaian hitam keluar dari ruang ICU tempat Dianora dirawat.

Pria itu mengenakan jaket tebal dengan topi yang ditarik rendah, sebagian besar wajahnya tertutup bayangan. Namun, gerak-geriknya terlalu mencurigakan—terlalu tenang, terlalu licin, seakan dia sudah terbiasa menyelinap di tempat-tempat seperti ini.

Jantung Damian berdegup kencang.

“Hei!” serunya tajam.

Pria itu menoleh sekilas, lalu buru-buru berbalik, mempercepat langkahnya menuju koridor darurat. Damian tak tinggal diam. Dengan sigap, ia mengejar pria itu, hampir saja berhasil menarik lengannya.

Namun, pria itu lebih gesit. Dia mendorong Damian ke samping, lalu berlari ke arah tangga darurat. Jejak lan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 46 - Memelihara Anak Musuh Bukan Hal yang Bagus

    Ruangan itu terasa sunyi setelah suara mangkuk yang jatuh menghantam lantai, bubur yang tadinya mengepul hangat kini berceceran di atas ubin. Pengasuh Dante tersentak kaget, matanya langsung beralih ke Laurent yang berdiri di ambang pintu, menatap mereka tanpa ekspresi.Dante pun ikut terdiam. Tangannya masih mengepal di pangkuan, matanya membulat penuh rasa bersalah, tapi juga memberontak.Laurent melangkah mendekat, suaranya dingin dan tajam saat berbicara, “Kau mau jadi anak nakal, Dante? Kau mau membangkang?”Dante menggigit bibirnya, lalu menggeleng cepat. "Nggak enak, Ma... Dante mau pizza," rengeknya, suaranya penuh harap, seolah permintaannya bisa mengubah situasi.Pengasuh yang masih terguncang bergegas hendak membersihkan kekacauan di lantai, tapi Laurent mengangkat tangannya, menghentikannya. Tatapannya tetap tertuju pada Dante.“Sebagai hukuman karena kau telah nakal, turun dan bersihkan makanan itu,” perintahnya, suaranya tegas tanpa ruang untuk bantahan.Dante menatap L

    Last Updated : 2025-04-04
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 47 - Rencana Lain

    Laurent berdiri gelisah di luar ruang operasi, kedua tangannya saling menggenggam erat di depan dada. Wajahnya pucat, bibirnya terkatup rapat, dan matanya menatap kosong ke arah pintu dengan tatapan yang penuh cemas. Detik demi detik terasa seperti jarum yang menusuk jantungnya.Dari balik lorong rumah sakit yang sunyi, langkah cepat terdengar mendekat. Adrian muncul dengan napas tersengal dan wajah tegang. Saat melihat istrinya berdiri di sana, ia langsung menghampiri.“Bagaimana keadaan Dante?” tanyanya dengan suara serak.“Masih di dalam,” jawab Laurent pelan, tanpa menoleh. Suaranya hampir tak terdengar, seperti bisikan angin yang nyaris lenyap ditelan sunyi.Adrian memandang wajah istrinya yang dipenuhi rasa bersalah. Ia meletakkan tangannya di bahu Laurent, mencoba memberi sedikit kekuatan.“Kau menyayanginya, Elara,” ujarnya lembut, “Tapi karena kebencianmu pada ibunya, kau jadi dingin seperti ini. Jauh sebelum kau tahu semua kebusukan Alicia... kau merawat Dante seperti darah

    Last Updated : 2025-04-05
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 48 - Menyerang Dari Segala Arah

    Saat keluar dari rumah sakit, Damian menghela napas berat. Malam terasa dingin, angin berembus lembut namun membawa kecemasan yang tak ia mengerti. Ia menyelipkan tangan ke dalam saku jasnya, mencoba menenangkan diri, ketika tiba-tiba ponselnya berdering.Nomor asing.Ia mengerutkan dahi, ragu sejenak sebelum akhirnya mengangkatnya. Tidak ada suara di seberang sana, hanya sunyi yang menggantung.Lalu, terdengar suara seorang wanita—dingin, datar, namun penuh ancaman.“Sebaiknya kau hati-hati dengan istrimu,” katanya.Damian langsung berhenti melangkah. Tubuhnya menegang. “Elara?” tebaknya tajam, mencoba mengenali suara itu.“Semua yang terjadi dalam keluargamu... adalah ulah Alicia,” jawab suara itu dengan ketenangan yang justru membuat bulu kuduk Damian meremang.Tangan Damian mengepal. Rahangnya mengeras. “Dianora… Apakah kau yang melakukannya?” suaranya meninggi. “Apa kau mencoba membunuh adikku? Dia bahkan tidak punya urusan apa-apa denganmu!”Terdengar tawa pelan di ujung sana.

    Last Updated : 2025-04-05
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 49 - Menikmati Ketakutan Alicia

    Dua hari kemudian…Asisten Damian berlari kecil menyusuri lorong panjang kantor pusat. Napasnya tersengal-sengal saat tiba di depan ruang kerja majikannya. Dengan tangan gemetar, ia mengetuk pintu dan langsung masuk ketika mendengar izin.“Tuan… hasil yang Anda minta,” katanya dengan suara tercekat, menyerahkan sebuah amplop cokelat besar.Damian yang duduk di balik meja kerjanya, tampak tegang. Wajahnya pucat, matanya merah karena kurang tidur. Tangannya bergerak pelan saat mengambil amplop itu, seolah tubuhnya memberontak untuk mengetahui kebenaran yang mungkin tak ingin ia dengar.Dengan gerakan ragu, Damian membuka amplop itu. Matanya menyapu lembaran hasil tes DNA dari atas ke bawah—dan seketika dunia seolah berhenti berputar.Hasil tes DNA menunjukkan bahwa Damian dan Darley tidak memiliki hubungan biologis.Tangannya refleks meremas lembaran itu hingga kusut. Matanya menatap tajam ke arah asistennya, dipenuhi gejolak emosi yang tak terbendung.“Kau yakin dengan hasil ini?” su

    Last Updated : 2025-04-05
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 50 - Hubungan yang Dingin

    “Tak usah. Sepertinya tak penting,” ucap Damian, suaranya rendah dan datar, menyimpan banyak hal yang tak terucap. Senyum tipisnya terukir di wajah, tetapi matanya kosong—seperti pria yang tahu terlalu banyak, namun memilih untuk menunggu.Alicia tertawa kecil, tawanya ringan, tapi gugup itu memancar jelas. “Benar… ini tidak penting,” katanya sambil mencoba terdengar tenang. Namun jari-jarinya yang mencengkeram erat amplop cokelat itu justru mengkhianati isi hatinya—ia tampak seperti seseorang yang tahu waktunya hampir habis.Begitu Damian menaiki tangga, Alicia segera melangkah menuju dapur. Detaknya cepat, tapi langkahnya masih dijaga agar tak terlalu mencolok. Di sana, pembantu sudah berdiri dengan apron yang sedikit kusut dan sebilah pisau di tangannya, memotong bawang dalam diam seolah hidupnya bukan bagian dari drama keluarga yang meretakkan fondasi rumah ini.“Siapa yang mengantar surat ini tadi? Apakah setiap hari orangnya berbeda?” tanya Alicia lirih, namun tajam. Matanya m

    Last Updated : 2025-04-05
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 51 - Terlalu Licik

    Sebuah jeritan mengguncang pagi di kediaman Everstone.Damian yang baru saja merapikan jasnya dan hendak berangkat kerja, langsung berlari menuruni anak tangga saat mendengar teriakan nyaring itu menggema dari ruang keluarga.“Ibu?” serunya cemas. “Ada apa?”Nyonya Everstone berdiri terpaku di depan televisi, tubuhnya bergetar, matanya membelalak seperti baru saja melihat hantu.“Damian! Damian! Lihat itu!” teriaknya sambil menunjuk layar. “Itu… itu Anna, kan? Pembantu kita yang belum kembali sejak malam itu?”Jantung Damian berdegup kencang. Ia meraih remote dan membesarkan volume televisi. Suara reporter mengisi ruangan dengan nada serius dan berat, seolah membawa kabar dari dunia lain.“…ditemukan oleh pekerja bangunan di area pemukiman terbengkalai. Kondisi mayat sudah membusuk parah, namun identitas korban dipastikan melalui dokumen yang ditemukan di sekitar lokasi. Korban bernama Anna…"Wajah perempuan muda yang terpampang di layar—meski pudar, rusak, dan tak bernyawa—jelas adal

    Last Updated : 2025-04-06
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 52 - Kejutan untuk Damian

    Ballroom Hotel St. Claire, pusat kota. Lampu gantung kristal menggantung anggun di langit-langit tinggi, memantulkan cahaya keemasan ke seluruh ruangan. Deretan kursi kulit ditata rapi menghadap panggung utama yang dihiasi layar LED raksasa bertuliskan: Final Tender Presentation – Future Skyline Project.Para undangan duduk dengan tenang, berpakaian formal. Investor internasional, perwakilan pemerintah daerah, hingga media dengan kamera yang sudah siap di tangan. Bisik-bisik pelan terdengar dari berbagai sudut.Damian Everstone melangkah masuk dengan jas abu gelap dan senyum tenang. Seolah ia sudah tahu hasil akhir dari acara ini. Di belakangnya, asistennya berjalan sambil menenteng tablet. Damian menyapa satu dua orang penting di ruangan, memberi anggukan hormat. Ia terlihat menguasai ruangan.“Lima puluh miliar nilai proyek ini. Kita tidak akan gagal,” bisik asistennya pelan.Damian hanya tersenyum kecil. “Sudah kubilang, yang lain hanya formalitas.”Dari sisi lain ruangan, masukl

    Last Updated : 2025-04-06
  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 53 - Wanita Pembawa Sial

    "Kenapa kau terkejut, Damian?" tanya Laurent dengan tenang. Suaranya datar, nyaris tanpa emosi, namun justru itulah yang membuatnya terasa begitu dingin.Damian menegang. Napasnya tercekat di tenggorokan. “Kau... kau Elara?” suaranya nyaris berbisik.Laurent tersenyum tipis. “Ya... Aku Elara. Dan kini aku kembali sebagai Laurent,” katanya pelan, hampir seperti bisikan angin yang mengiris dingin. “Apa kau suka dengan wajah baruku?”Damian tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Mulutnya sedikit terbuka, matanya tak berkedip menatap perempuan itu. Ia mengenal Laurent selama lebih dari empat tahun—terlalu lama untuk tidak mengenali… namun sekarang, wajah itu nyaris tak menyisakan jejak masa lalu.Bahkan setelah Alicia sempat berkata bahwa Laurent adalah Elara, Damian menepisnya begitu saja. Ia pikir itu hanya ketakutan atau kecemburuan Alicia semata.Tapi kini, kebenaran berdiri di hadapannya—nyata dan tak terbantahkan.Wanita yang dulu polos, lugu, dan mudah ditindas… kini berubah t

    Last Updated : 2025-04-06

Latest chapter

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 69 - Bunuh Diri di Penjara

    Tiga Hari KemudianLangit di kota itu diselimuti awan kelabu ketika mobil hitam itu berhenti di depan markas kepolisian pusat. Sorotan kamera wartawan dari berbagai media sudah menunggu sejak pagi, mengabadikan satu per satu momen yang mereka sebut sebagai “skandal berdarah keluarga Everstone.”Damian Everstone, dalam balutan kemeja putih kusut dan wajah tak bercukur, digiring masuk oleh dua petugas berseragam. Mata tajamnya masih menyimpan kebencian yang membara, namun tubuhnya tak lagi gagah. Di ruang interogasi, ia duduk sendirian. Tangan diborgol. Wajahnya menoleh ke kaca satu arah, tahu betul bahwa ia sedang diamati.Di balik kaca itu, dua polisi berdiskusi pelan. Bukti sudah cukup kuat. Saksi sudah ada. Rekaman kamera vila dan pengakuan Laurent membuat semuanya menjadi terang.Nama Damian Everstone kini tercantum sebagai tersangka utama dalam kasus penculikan dengan kekerasan. Warisan nama keluarga besar itu, yang selama puluhan tahun tak pernah tercoreng, kini tercabik dala

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 68 - Akhirnya...

    Kabut pagi belum sepenuhnya terangkat dari desa nelayan kecil di pesisir selatan. Laut bergulung pelan, sementara aroma garam dan rumput laut masih menggantung di udara. Di kejauhan, derap langkah sepatu kulit membelah keheningan.Damian berjalan cepat di antara rumah-rumah kayu tua, diapit oleh dua anak buahnya. Wajahnya dingin, rahangnya mengeras saat ia menyisir setiap sudut desa dengan pandangan tajam. Penduduk lokal menghindar, menunduk dalam diam.Dan saat itulah matanya menangkap bayangan seorang wanita—berlari dari balik pohon zaitun tua.“Kejar dia,” perintah Damian, suaranya datar, namun menusuk. Dua pria langsung bergerak.Laurent nyaris berhasil menyelinap ke jalan kecil menuju bukit, namun satu langkah terlambat. Tangan kekar menarik lengannya kasar, membuat tubuhnya terhentak.“Lepaskan!” jeritnya, namun sia-sia.Damian berjalan mendekat, menatap wanita itu dengan sorot mata gelap. “Kukira kau lebih pintar dari ini, Laurent.”Ia menarik Laurent menuju pelabuhan pribadi

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 67 - Kabur

    Ponsel Adrian bergetar di atas meja kayu kerjanya. Sekilas, ia menoleh dengan dahi berkerut, lalu segera meraih perangkat itu dan menekannya ke telinga."Adrian... Ini aku," suara seorang wanita terdengar lemah, namun penuh urgensi di ujung telepon."Elara?!" suara Adrian membuncah dalam keterkejutan, tubuhnya langsung tegak."Aku... aku diculik. Sekarang aku berada di dekat desa nelayan. Cepat ke sini... sebelum anak buah Damian menangkapku," suara Laurent terdengar lirih, napasnya pendek dan terputus-putus."Tunggu aku. Aku akan ke sana sekarang. Kau sembunyi—sebisa mungkin. Jangan keluar sampai aku datang!" ucap Adrian mantap, lalu menutup sambungan dengan tangan bergetar.---Di balik sebuah pohon besar yang tumbuh rimbun di pinggiran desa nelayan, Laurent meringkuk dalam diam. Hawa dingin pagi masih menyengat kulitnya yang lembap, namun ia tak bergerak. Suara jantungnya berdentum keras di telinganya.Adrian akan datang menjemputnya. Ia harus percaya itu.Dari arah jalan setapak,

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 66 - Melarikan Diri

    Laurent membuka matanya perlahan. Pandangannya masih buram, dan napasnya terasa berat seperti ada beban menekan dadanya. Rasa sesak itu membuatnya menggeliat lemah, tubuhnya kaku dan dingin. Namun yang pertama kali ia sadari—ia tidak lagi berada di kamar vila terkutuk itu. Bukan tempat itu."Dia sudah sadar!" seru salah satu nelayan, suaranya penuh kelegaan dan harapan. Lelaki itu berdiri di tepi ranjang, mengenakan jaket lusuh dan topi anyaman, mengisyaratkan kepada perawat di ruangan kecil dan sederhana itu.Laurent memutar kepalanya pelan, melihat sekeliling. Lampu neon berkelip pelan di langit-langit, aroma antiseptik bercampur dengan bau garam laut yang masih tertinggal di kulitnya. Dia berada di sebuah klinik kecil, entah di mana, tapi jelas bukan di pulau Damian."Selamatkan... saya..." gumamnya nyaris tak terdengar. Bibirnya kering dan pecah-pecah, suaranya patah.Namun tubuhnya terlalu lemah untuk bertahan. Napasnya terputus, matanya kembali terpejam, dan kesadarannya meng

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 65 - Menuju Kapal

    Setelah satu jam berlalu, Damian menaiki tangga menuju lantai atas, langkahnya mantap menuju kamar Laurent. Begitu membuka pintu, tubuhnya menegang. Jendela besar terbuka lebar, membiarkan angin malam masuk dan menerbangkan tirai tipis yang berkibar liar. Aroma laut menyusup masuk, dingin dan tajam.Matanya langsung menatap ke bawah jendela. Kosong. Tak ada siapa pun. Tapi jejak tali yang terjuntai dari atas hingga menyentuh tanah cukup memberi tahu segalanya."Dia benar-benar tak takut mati," gumam Damian, suara serak di antara helaan napas tertahan.Ia mengeluarkan ponselnya dengan cepat, wajahnya gelap."Segera cari wanita itu di sekitar pulau. Sisir seluruh area, sekarang!" perintahnya tajam pada sang asisten sebelum menutup telepon dengan geram.**Sementara itu, di bawah cahaya bulan yang pucat, Laurent berlari tanpa alas kaki di antara semak dan pasir. Napasnya terengah, rambutnya kusut tertiup angin laut, dan tubuhnya bergetar oleh udara malam yang menusuk kulit.Langit malam

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 64 - Berusaha Kabur

    Laurent menatap Damian dengan sorot mata tajam penuh bara. Pergelangan tangannya masih merah, bekas ikatan yang baru saja dilepas oleh lelaki itu. Nafasnya memburu, bukan karena takut—tapi karena marah."Aku tahu kenapa kau melakukan semua ini," desisnya lirih, tapi tajam bak belati.Damian berdiri membisu, rahangnya mengeras. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya."Dulu, kau bahkan tak sudi menatapku. Kau jijik padaku, Damian. Kau tak pernah memberiku kesempatan menjadi istrimu… dan sekarang?" suara Laurent meninggi, getarannya menyimpan luka lama yang kembali menganga. "Sekarang kau ingin bersamaku?"Matanya berkilat. Luka masa lalu menari-nari dalam tatapannya. "Karena aku sudah seperti ini, ya? Karena aku sudah punya nama, karena aku sudah berdiri di atas kakiku sendiri, makanya kau datang mencariku!" tuduh Laurent, nadanya penuh amarah dan kekecewaan yang mendidih.Damian masih tak bergeming, tapi matanya tak lepas dari wajah Laurent."Jangan lupa, Damian," ucap Laurent l

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 63 - Ingin Menyentuhmu

    Setelah lukanya dibersihkan dan dibalut oleh sang asisten, Damian duduk bersandar di kursi ruang tamu vila. Lampu temaram memantulkan cahaya redup ke wajahnya yang dingin dan penuh perhitungan.Rencananya sangat sederhana. Terlalu sederhana, hingga terasa kejam.Ia hanya perlu membuat Laurent terlihat buruk di mata Adrian. Lalu, pria itu akan menceraikannya. Setelah itu… apa pun yang terjadi pada wanita itu, tak akan ada yang peduli.Dengan cara itu, Laurent—entah ia suka atau tidak—akan menjadi miliknya.**Jam satu dini hari.Keheningan vila yang pekat hanya diselingi suara lembut ombak di kejauhan. Damian berdiri di ambang pintu kamar Laurent, diam-diam mengamati siluet tubuh perempuan itu yang terbaring di ranjang, membelakanginya. Blusnya masih setengah terbuka, seperti sebelumnya. Rambutnya terurai berantakan di atas bantal, membuatnya tampak rapuh… dan indah dalam kesunyian.Lampu tidak dinyalakan. Cahaya bulan menyusup melalui tirai yang tersingkap sebagian, menciptakan bay

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 62 - Rencana Gila Damian

    Kapal itu melaju tenang di atas laut biru keperakan, membelah permukaan air yang berkilau di bawah cahaya sore. Angin laut bertiup lembut, menggoyangkan tirai-tirai kecil di dalam kabin. Namun di balik ketenangan itu, tersembunyi niat gelap yang tengah dijalankan dengan dingin.Di dalam salah satu kamar mewah kapal, Laurent terbaring lemah. Tubuhnya belum sadar sepenuhnya, napasnya halus dan perlahan. Wajahnya tampak pucat, kontras dengan gaun lembut yang melekat di tubuhnya.Damian duduk di sisi ranjang, menatapnya dalam diam. Matanya mengamati setiap lekuk wajah mantan istrinya. Ada sesuatu yang liar dan tak terkendali dalam sorot matanya. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis yang nyaris menyeramkan."Dia benar-benar sudah berubah," gumamnya pelan. Tangannya menyentuh ujung rambut Laurent. "Kenapa kau tidak secantik ini sejak dulu, hah?"Kapal perlahan menjauh dari daratan, meninggalkan dermaga yang kian menghilang di balik kabut senja. Tak ada sinyal. Tak ada suara selain gemur

  • Pengantin Buruk Rupa yang Kembali   Bab 61 - Ada yang Salah

    Lauren dan Adrian memutuskan untuk berlibur ke luar negeri selama lima hari. Sebuah bulan madu singkat sekaligus perayaan kecil untuk menandai ulang tahun pernikahan mereka yang ke empat.Pagi itu, matahari belum terlalu tinggi saat mereka bersiap meninggalkan rumah. Di ruang keluarga, Elea yang masih balita duduk bersila di lantai, memeluk boneka kesayangannya. Matanya berbinar meski sedikit bingung melihat koper besar yang dibawa kedua orang tuanya."Elea, jangan nakal ya. Main sama Kakak Dante, jangan buat Pengasuh repot," ucap Lauren sambil membungkuk mencium pipi putrinya.Elea mengangguk kecil, lalu melambaikan tangan kecilnya dengan polos. Sementara itu, Dante—kakaknya yang berusia empat tahun—berdiri kaku di sisi sofa. Wajahnya cemberut."Dante nggak mama pergi," katanya pelan, suaranya nyaris tak terdengar. Ia hampir menangis. Adrian tersenyum, meraih bahu putranya dan menatap matanya dengan tenang. "Hanya lima hari, Dante. Kamu anak yang pintar. Jaga adikmu. Jangan nakal.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status