“Mati! Mati!” geram Yao Chen dengan suara bergema ke Dongfeng Yan.Yao Chen dalam wujud Asura yang masih menyala-nyala, menghantam Dongfeng Yan tanpa ampun. Setiap serangan membawa kekuatan yang luar biasa, membuat Dongfeng Yan terseret, terhempas, terluka, dan tak mampu melawan.Pada akhirnya, dengan napas tersengal-sengal dan tubuh yang nyaris remuk, Dongfeng Yan akhirnya mengangkat tangan kanannya dengan susah payah. “Aku... aku menyerah!” Suaranya serak dan penuh kepedihan.Sorakan kaget bergema dari para penonton yang memenuhi arena. Mereka tak percaya menyaksikan seseorang di tingkat 12 akhirnya menyerah kepada seorang kultivator tingkat 8.Namun, mode Asura yang baru saja dipertontonkan Yao Chen telah membuat banyak dari mereka memahami kekuatan dahsyat yang bisa dikeluarkan dalam kondisi tersebut.“Lepas!” Murong Xuan segera menonaktifkan array penghalang yang melingkupi arena.Dia bergegas menghampiri Dongfeng Yan yang kini terkapar tak sadarkan diri dan membawanya pergi deng
“Nona Besar Sima? Baiklah, akan saya sampaikan.” Murong Xuan menjawab.Maka, Murong Xuan pergi ke area Istana Obat untuk menyampaikan keinginan Raja Qing.“Hm? Ingin menemui Lian’er?” Sima Ye menghentikan kegiatannya saat Murong Xuan menginformasikan kedatangan Raja Qing.Dia mempertimbangkan beberapa hal. Selain karena dia menyukai Raja Qing, membayangkan jika memiliki menantu seorang raja, tapi dia juga memahami karakter keras putrinya.Selain itu, Sima Ye sudah diberi keuntungan dari Yao Chen yang memberikan ramuan langka yang pastinya sangat sulit ditemukan di masa ini.“Biarkan Lian’er mengetahui itu. Aku akan menemui Raja Qing.” Sima Ye membuat keputusan demikian.Meski dia menginginkan menantu seorang raja, tapi dia yakin putrinya akan menolak.Maka, agar tidak terkesan dia menolak Raja Qing, biarlah putrinya sendiri yang menyatakan penolakan, sehingga dia dan Paviliun Obat tidak akan terpengaruh.Murong Xuan pamit keluar untuk menyampaikan kedatangan Raja Qing ke Sima Honglian
“Ah, sudah datang.” Raja Qing berdiri untuk menyambut Sima Honglian.Di ambang pintu aula, melangkah masuklah Yao Chen bersama Sima Honglian, saling bergandengan tangan. Sima Ye hanya bisa merutuki putrinya dalam hati.Meski merasa tak rela dengan ikutnya Yao Chen menyertai Sima Honglian, Raja Qing berusaha menahan diri agar tidak menimbulkan keributan.Sudah menjadi ajaran sejak kecil bagi para pangeran untuk pandai menahan diri dan melihat situasi.“Hmph!” dengus Sima Honglian ketika berjalan melewati Raja Qing.Sedangkan Yao Chen yang masih terlihat pucat, berjalan tegap seolah-olah tidak pernah terluka.“Pak Tuan Sima.” Sima Honglian menyapa ayahnya sambil melakukan soja.“Tuan Sima.” Yao Chen turut memberikan soja dan sedikit merundukkan tubuh ke Sima Ye. Dia belum berani secara lancang menyebut Sima Ye sebagai ayah mertua karena belum ada restu resmi dari ayah Sima Honglian.Sima Ye mengangguk-angguk beberapa kali sebagai respon atas sapaan mereka.Kemudian, Sima Honglian memuta
“Putri Hong memasuki aula!” Penjaga pintu aula kembali menyerukan nama orang yang datang.Yao Chen dan Sima Honglian sama-sama terkejut dengan kehadiran Putri Ketujuh alias Hong Wen di aula Istana Obat.“Kenapa kamu ke sini?” tanya Sima Honglian dengan lugas.Ada roman tak suka ketika rival cintanya muncul lagi. Bukankah mereka sudah berpisah di istana negara Wu?“Memangnya aku tak boleh pergi ke mana aku suka? Terserah kakiku melangkah!” balas Hong Wen dengan wajah ejekan jenaka ke Sima Honglian.“Kau!” Sima Honglian ingin mengutuk bebas, tapi dia harus ingat situasi dan tempat.“Paman, kamu sungguh tidak sabaran sekali sampai tak mau menungguku.” Hong Wen menyindir Raja Qing.Ucapan keponakannya hanya direspon tawa santai Raja Qing.Kemudian, mata Hong Wen beralih ke Yao Chen. Dia bergegas menghampiri pemuda itu dengan wajah berseri-seri, “Yao Chen! Akhirnya bisa bertemu kamu lagi!”Tak lupa dua tangannya menggenggam tangan Yao Chen yang tak siap.“Eh? Ah, itu … ya.” Yao Chen belum
“Kau pikir aku takut?” teriak Sima Honglian. “Mimpi saja kalau ingin merebut Yao Chen dariku!”Di dalam aula besar, pertarungan antara Sima Honglian dan Hong Wen semakin memanas. Dua wanita itu tak ada yang ingin mengalah.Sima Honglian, dengan energi api yang bergelora, melancarkan serangan-serangan tajam untuk mengusir Hong Wen yang semakin mengganggu ketenangannya bersama Yao Chen.“Humph!” Hong Wen menggunakan kekuatan angin untuk bergerak cepat menghindari api Sima Honglian, lalu membalas dengan kekuatan air.Seketika ombak yang membawa air bah menerjang ke Sima Honglian.Namun, Sima Honglian justru mengerahkan Api Phoenix ke tahap yang lebih brutal untuk meniadakan air bah yang menyerbunya.“Tidak bisa begini terus.” Yao Chen yang melihat situasi ini, merasa tak tenang.Dia lekas terbang ke dua wanita itu, berharap bisa mencegah pertarungan yang tidak diinginkannya.Namun, sebelum dia sempat mendekati keduanya, Raja Qing tiba-tiba mengibaskan lengannya. Dalam sekejap, aura besar
‘Aku tak mungkin memberikan jawaban yang akan menyinggung Raja Qing! Tapi aku juga tak ingin putriku murka. Bagaimana ini?’ Sima Ye diam terkurung dalam dilemanya.Sima Ye terdiam. Tatapannya menyapu wajah pemuda yang penuh tekad di hadapannya, namun dia tetap tidak segera menjawab.Menyadari hal itu, Yao Chen pun menghela napas pelan, mengumpulkan kekuatan terakhirnya untuk tetap tegap meski tubuhnya terasa hampir runtuh. Dengan segala keberanian, dia menoleh kepada Raja Qing yang menatapnya tajam.Yao Chen bersoja kepada raja itu dengan hormat, meskipun ada api keteguhan dalam sorot matanya.“Yang Mulia Raja Qing,” ucapnya, suaranya tenang namun penuh makna. “Saya tau bahwa Anda menyimpan harapan untuk mendekatkan diri dengan Sima Honglian, tapi saya perlu menegaskan bahwa Sima Honglian adalah istri saya.” Mata Yao Chen menatap lurus, tak terpengaruh oleh aura kuat Raja Qing yang mendominasi sekitarnya. “Jadi, apapun yang Anda pikirkan atau harapkan, itu tak akan mengubah kenyataan
“Tuan Besar Sima ….” Yao Chen mendesis pelan sambil mengepalkan kuat-kuat tangannya karena emosi.Kata-kata Sima Ye menghantam Yao Chen seperti serangan tak terlihat, menusuk jauh ke dalam hatinya.Dia merasa Sima Ye sengaja menciptakan syarat ini untuk membuatnya gagal menikahi Sima Honglian, untuk menyingkirkannya secara terhormat di hadapan banyak orang penting.Keputusan itu seolah menyegel takdir Yao Chen dan menghancurkan harapannya. Namun, dia tetap berusaha mengontrol emosi, menyadari bahwa Sima Ye adalah seorang yang sulit untuk dilawan secara langsung.Dengan tatapan penuh kekecewaan, Yao Chen menoleh kepada Sima Honglian. “Jika ini kehendak Tuan Besar,” ucapnya perlahan, “maka kita tak memiliki pilihan lain, Lian Lian.”Sima Honglian mengangguk dengan penuh kesedihan, namun tetap menguatkan Yao Chen dengan genggaman tangannya.“Benar. Tidak perlu berlama-lama di sini. Tak ada gunanya!” Sima Honglian tegas mengucapkannya.Mereka kemudian berbalik, bersiap untuk pergi dari au
“Apa kau bilang?! Yao Chen anakmu?”Raja Qing yang tengah tertekan dengan energi luar biasa itu akhirnya berhasil menoleh dengan susah payah, dan terkejut saat melihat sosok yang mengaku sebagai ayah Yao Chen.Sima Ye juga merasakan tekanan itu dan menatap sosok di angkasa dengan ekspresi penuh kewaspadaan.Tidak ada yang tahu siapa sosok misterius ini, tetapi kekuatan dan aura yang dia pancarkan sudah cukup untuk menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang tidak bisa diremehkan.Sosok gagah itu, dengan mata tajam yang penuh dominasi sekaligus kehangatan, menatap Yao Chen dengan senyum kecil. “Namamu di sini menjadi Yao Chen, ya? Tak mengapa,” ujarnya lembut namun jelas terdengar, “Aku datang untuk membawamu pergi. Cukup sudah kamu bertarung dan terluka karena orang-orang ini.”Sosok kuat itu mulai turun dan menjejakkan kakinya ke lantai aula. Dia melangkah mendekat ke Yao Chen dan menepuk bahu pemuda itu.Yao Chen, yang awalnya kebingungan, merasa seolah ada kehangatan muncul dalam h
Asap darah belum sepenuhnya hilang ketika Mo Gu — Raja Iblis berkepala botak — akhirnya menyadari bahwa kakaknya, Raja Iblis Mo Yang, benar-benar telah dibakar habis oleh api mengerikan milik Yao Chen.“K-Kau ... KAU MEMBUNUH KAKAKKU!!!” raungnya, suara parau, gemetar antara amarah dan ketakutan.Wajahnya pucat, matanya liar menatap jasad hangus yang tak lagi menyerupai makhluk hidup.“Tidak! Ini belum waktunya! Aku harus pergi dari sini! Aku harus membalasnya suatu hari nanti!”Tanpa ragu, Mo Gu menghantam tanah dengan teknik iblis pelarian, membelah udara dan membuka celah dimensi.Namun suara dari belakang membuat darahnya membeku."Kamu pikir bisa seenaknya muncul dan kabur di hadapanku?"Langkah kaki bergema, disusul aura iblis menyelimuti tanah seperti malam menelan siang."Dasar anjing busuk!" bentak Yao Chen.Tubuhnya masih dalam Mode Asura Neraka, namun kini tampak goyah. Asap hitam mengepul dari punggungnya, darah mengalir deras dari hidung dan telinganya.Tubuh Tingkat 8-ny
“Bocah cari mati!” teriak salah salah satu Raja Iblis bernama Mo Yang. sambil dia membuat segel tangan dan memunculkan anak buahnya dari ruang hampa yang dia robek.Segera anak buah itu beterbangan ke arah Yao Chen dan Putri Suci.“Biarkan saya yang meladeni mereka, Putra Suci.” teguh Putri Suci sambil memunculkan pedang esnya. “Anda fokus saja pada raja iblisnya.”Maka, Putri Suci mulai membantai belasan demi belasan anak buah Raja Iblis yang menyerbu ke arahnya.Langit mendadak bergetar ketika dua Raja Iblis melesat turun seperti meteor gelap, menghantam tanah dan menciptakan kawah selebar dua puluh zhang. Angin menghantam deras ke segala arah, menyapu pepohonan, meretakkan bebatuan, dan menghentikan napas sejenak.“Humph!” Raja Iblis Mo Yang berjubah ungu kelam, membawa trisula hitam yang tampak seperti ditempa dari tulang naga iblis.Dia turun seperti dewa kematian, menyisakan jejak badai hitam dan awan berdarah.“Lihat bagaimana kami berurusan denganmu, bocah keras kepala!” Satun
“Mu Hailan keparat!” geram Yao Chen.“Ha ha ha! Kenapa, bocah? Aku akan menangkapmu dan akan kuserahkan ke Kaisar Iblis Langit.” Kini terang sudah apa tujuan Mu Hailan menggiring Yao Chen ke tempat itu. “Aku yakin Kaisar Iblis Langit akan memberiku banyak kebaikan. Sedangkan Putri Suci, kita bisa menikmati waktu sebaik mungkin nantinya.”Wajah mesum menjijikkan Mu Hailan tidak ditahan-tahan ketika menatap Putri Suci.Yao Chen melangkah maju, suaranya pelan tapi tajam seperti pedang. “Berani kau menyentuh dia dan aku akan memastikan kau kehilangan semua keinginanmu — termasuk lidah dan nyawa.”Mu Hailan tertawa gila sebelum dia mengangkat tangannya, berseru ke delapan kawannya. “HANCURKAN MEREKA!”Para pembunuh darah langsung menyerang. Serangan udara dan teknik darah meluncur seperti badai merah. Formasi pengepungan mematikan pun menyala di bawah kaki mereka.Tapi Yao Chen tiba-tiba menghilang.SRAK!Dua dari delapan penyerang langsung terpental, tubuh mereka hangus terbakar.BRRZZT!!
“Aku akan bicara! Aku akan bicara!” Mu Hailan menggigil.Dia sama sekali tidak menyangka seseorang yang masih berada di Tingkat 8 bisa menindasnya, bahkan mengaktifkan tubuh Asura yang mendominasi.Mu Hailan merupakan murid Sekt Istana Dewa yang kurang berkemampuan. Karena kerap mendapatkan penindasan dari teman dan seniornya, maka dia gelap mata dan mempelajari Teknik Kultivasi Sihir Darah yang cukup terlarang dan berbahaya.Itulah kenapa dia diusir dari Tanah Suci setelah ketahuan. Ini yang mengakibatkan kebenciannya terhadap Tanah Suci semakin berkali lipat.Saat dia mengetahui keruntuhan Tanah Suci, dia adalah orang yang tertawa paling awal.“Yang menyerang Tanah Suci ... memang Kaisar Iblis Langit! Tapi dia tidak sendirian!” serunya ketakutan. “Ada ... ada Tiga Raja Iblis lain bersamanya! Mereka mencari sesuatu — sesuatu yang hanya bisa dibuka oleh garis keturunan keluarga Gongsun.”Kini dia tidak bisa meremehkan Yao Chen. Meski kekuatannya telah ditingkatkan sampai di tahap yang
“Di mana dia sekarang?”Yao Chen berdiri, api perlahan menyala di matanya.Bo Qian ragu-ragu. “Desas-desus terakhir ... dia terlihat di reruntuhan Kota Hitam — perbatasan gurun dan rawa kematian.”Yao Chen mengangguk. Langkahnya terasa lebih berat, tapi niatnya lebih kuat dari sebelumnya.“Aku akan ke sana,” ucapnya. “Aku akan menemukan kebenaran. Dan aku akan membuat Kaisar Iblis Langit berlutut ... di bawah pedangku!”Langit kota Oasis Besar mulai berubah jingga. Angin gurun kembali berdesir ... menyambut perjalanan baru yang jauh lebih berbahaya.“Anda yakin hendak ke sana?” tanya Putri Suci.Ada pijar cemas dalam matanya.Yao Chen mengangguk yakin. “Aku harus mendapatkan informasi sebanyak mungkin.”Malam mulai turun ketika Yao Chen dan Putri Suci tiba di tepi Kota Hitam — sebuah kota mati, penuh reruntuhan dan aura kematian yang begitu kental.Dinding runtuh, menara patah, dan batu-batu hitam berserakan seperti kuburan raksasa.“Berhati-hatilah, Putra Suci,” bisik Putri Suci, mer
“Aku yakin mereka baik-baik saja, Putra Suci.” Suara lembut Putri Suci mengalun. “Mereka wanita kuat dan cerdas, takkan terjadi hal buruk pada mereka. Anda bisa tenang.”Yao Chen tau Putri Suci hanya sedang menghiburnya agar dia tenang. Dia mengangguk dan berharap dua istri lainnya benar-benar dalam situasi yang baik.Mentari gurun menyinari hamparan emas yang tiada berujung. Kafilah bergerak perlahan di tengah suhu yang menyengat, roda-roda kayu berderit, dan langkah unta roh membentuk irama lelah yang konsisten.Di atas sebuah kereta utama, Yao Chen duduk bersila dengan mata terpejam, namun aura yang keluar dari tubuhnya masih belum stabil.Di sampingnya, Putri Suci duduk dalam diam, sesekali melirik Yao Chen dengan rasa prihatin.‘Semenjak mendengar tentang kehancuran Tanah Suci Istana Dewa, Putra Suci berubah. Tatapannya semakin dalam, ucapannya lebih hemat, dan energi spiritual dalam tubuhnya... semakin ganas. Seolah setiap helaan nafasnya menyimpan ledakan kemarahan yang terbung
“Pu-Putra Suci?” Salah satu dari rombongan caravan itu terkesiap. Matanya membelalak, seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. “Apakah kalian ... berasal dari sekte besar?”Suasana sekitar mendadak sunyi. Hanya desiran angin gurun yang terdengar, membawa debu dan serpihan pertempuran.Sementara itu, sisa-sisa gerombolan perampok gurun yang menyaksikan jatuhnya Jin Ying Shi Yao langsung ketakutan.Tanpa komando, mereka melarikan diri, seperti anjing liar yang baru kehilangan induknya.Yao Chen menarik napas berat. Dia tau, menyembunyikan identitas lebih lama hanya akan menimbulkan lebih banyak kecurigaan.Dengan suara parau namun tegas, dia berkata, “Aku Gongsun YiChen ... Putra Suci dari Tanah Suci Istana Dewa.” Tak lupa dia menangkupkan salam sojanya.“Wuaaahhh!”Seakan badai kecil meledak di antara kerumunan caravan.“Apa?!”“Tidak mungkin! Bukankah Tanah Suci Istana Dewa sudah—”“Tunggu, bukankah seluruh Tanah Suci itu dihancurkan beberapa bulan lalu?!”Bisik-bisik panik ber
“Manusia sombong!” teriak Jin Ying Shi Yao.DUARRR!!Benturan kembali terjadi. Jin Ying Shi Yao menerjang seperti meteor, cakarnya membelah ruang, memancarkan gelombang energi hitam keunguan yang brutal.Yao Chen melompat menghindar, mengerahkan Teknik Langkah Hantu dan hukum ruang seoptimal mungkin, menciptakan jejak ilusi di belakangnya untuk mengecoh lawan.CRASSSHH!!Tanah tempat Yao Chen berdiri sebelumnya meledak, membentuk kawah besar. Batu-batu beterbangan, badai pasir kembali mengamuk liar.Jin Ying Shi Yao tak memberi jeda. Dia mengaum keras, lalu menghantamkan kedua cakarnya bersamaan, menciptakan dua gelombang energi berbentuk singa hitam raksasa yang melesat mengejar Yao Chen dari dua arah."Mengerikan!" gumam Yao Chen. Namun dia tak gentar.Dengan pedang merah di tangan, Yao Chen meluncur maju, tubuhnya dikelilingi api, petir, tanah, angin, dan air sekaligus.Dia berputar di udara, menciptakan pusaran lima elemen untuk menahan serangan itu.BRAKKK!Gelombang energi berta
“Ayo!” seru Yao Chen sambil mempersiapkan serangannya.Suasana berubah mencekam. Jin Ying Shi Yao, si Panglima Gurun, mengepakan sayap elang raksasanya, membuat badai pasir mengamuk di sekitar mereka.Tubuhnya yang kekar, kepala singanya yang ganas, dan mata kuning menyala itu benar-benar memancarkan aura buas.Yao Chen mengencangkan cengkeraman pada pedang merahnya, napasnya berat."Dia ... tingkat 14 awal!" desis Yao Chen dalam hati. "Bahkan lebih kuat dari banyak tetua sekte!"BUUUMM!Jin Ying Shi Yao menerjang, cakarnya mengoyak udara, mengarah ke dada Yao Chen. Kecepatan dan kekuatannya membuat tanah bergetar.CLANG!Yao Chen menangkis, namun terpental mundur sejauh belasan langkah. Tanah di sekitarnya retak, debu berhamburan."Anak kecil! Berani menghalangi Panglima Gurun?!" Jin Ying Shi Yao meraung. Suaranya bergemuruh seperti guruh di tengah badai.Yao Chen mengertakkan gigi. Darah dalam tubuhnya bergolak. Tanpa ragu, dia mengerahkan lima elemen sekaligus — Api, Air, Tanah, An