Semakin lama batu-batu itu mulai hancur sedikit demi sedikit. Teriakan warga yang ingin melumat batu itu membuat suasana yang hingar bingar. Tampak mereka dengan muka yang buas terus menghantam bertubi-tubi. Anehnya semakin mereka menghantam kepalan tangan mereka semakin bebal. Hingga akhirnya satu persatu mulai menghancurkan batu itu hingga pecah berantakan.
Sorak sorai warga yang telah berhasil melumat batu itu menggema di sekitar lapangan tersebut. Mereka benar-benar puas dengan yang mereka lakukan. Tapi ini hanyalah latihan. Perang yang sesungguhnya akan membuat mereka mendapatkan banyak pengalaman. begitu pikir Jaka yang terus memantau warga yang dilatihnya. "Hore...horeee. aku berhasil..hancur batok mu warok karta. Behahaha.." Teriak salah satu pemuda yang berhasil menghancurkan batu itu sambil tertawa Begitulah luapan sebagian warga yang telah menjadi korban keganasan warok karta dan yang lain nya. Batu itu bagai pelampiasan dari perasaan mereka yang terpendam. Inilah yang di inginkan Jaka Warangan. Ia ingin dendam di hati mereka membara. Hingga nanti ketika mereka menyerang, dendam itu dapat terlampiaskan. Jaka sengaja menyulut amarah mereka agar semua kekuatan dalam diri mereka keluar dan dapat menemnbus batasan pada diri mereka sendiri. Latihan hari itu pun selesai. 100 batu itu telah luluh lantak. Mereka puas dengan hasil yang mereka peroleh. Tapi tentu tidak bagi Jaka Warangan. Besok para warga akan kembali berhadapan dengan batu-batu baru. Dan mereka harus menghancurkan nya tanpa bantuan dari Jaka Warangan. Esok pun tiba. Ki Demang kembali menyediakan batu-batu baru untuk bahan pelatihan. Lalu jaka warangan tampil didepan memberikan wejangan. "Ahaa..selamat pagi warga semua. Kalian hari ini pasti datang dengan semangat yang tinggi. Nah seperti kemarin. Kalian harus menghancurkan batu ini hingga luluh lantak. Jangan kasih ampun. Bayangkan batu itu adalah para rampok yang telah membinasakan keluarga kalian. Yang telah memperkosa adik atau ibu kalian. Bayangkan senyuman para rampok yang telah kejam membunuh dan menguras habis harta kalian....HAJARRRRR....." Teriakan lantang Jaka pun membahana dan membuat warga semakin berkobar semangatnya. Sorak sorai warga pun kembali menggema menyambut wejangan yang di berikan jaka warangan. Sementara Ki Demang yang melihat dari pendapa rumahnya pun ikut semangat sambil menyeruput kopi dan menghisap rokok kawung pemberian Jaka. Lalu tanpa bantuan jaka warangan, mereka pun mulai mengahantam batu itu bertubi-tubi. Jaka warangan terus mengobarkan semangat mereka dengan berseru lantang. "HAJAR...HAJARR...HAJARR..JANGAN BERI AMPUN..HAJARR..HAJARRR" Tak lama kemudian peluh keringat mulai bercucuran. Darah dari kepalan tinju mereka mulai menetes. Tapi teriakan lantang jaka warangan membuat mereka terus menghantam dan menghantam dan menghantam tanpa henti. Hingga akhirnya batu-batu tersebut mulai hancur berantakan. Jaka warangan masih terus berteriak lantang. Hingga mereka benar-benar meluluh lantakkan batu itu. "Hajarrr..ingat kekejaman yang telah dilakukan para rampok itu. Ingat senyum puas mereka ketika memperkosa adik atau ibu kalian. HAJARRR...HAJARRR HAJARRRR.." Teriakan buas warga yang menghantam batu itu makin menggema. Hingga ki demang yang memantau dari pendapa rumah berdecak kagum dengan yang dilakukan jaka warangan. Dan ia mulai curiga bila jaka warangan bukan pendekar biasa. Ia pernah melihat pelatihan seperti ini di kota raja. Sebuah pelatihan yang hanya bisa di pimpin oleh seorang dengan pangkat senopati. Namun ki demang menyimpan dulu kecurigaan ini hingga nanti bila markas rampok alas roban telah di basmi. Setelah beberapa saat, jaka warangan mulai menyunggingkan senyumnya dikala melihat mereka yang berlatih telah berhasil meluluh lantakkan batu yang ada dihadapan mereka. Walau keringat bercucuran. Walau kulit mereka melepuh. Walau darah mereka mengalir. Walau tulang mereka bergemeretak. Namun atas hasil yang mereka peroleh, makin kagum lah mereka dengan jaka warangan. Berkat tuntunannya..mereka bisa menghancurkan batu yang paling atos sekalipun. "Bagus..bagus...latihan hari ini telah selesai. Aku puas dengan semangat kalian hingga tanpa bantuanku pun kalian bisa meluluh lantakkan batu-batu itu. Nah sekarang kalian boleh beristirahat dan pulang ke rumah masing-masing. Besok kalian akan kulatih bagaimana memakai senjata.."Setelah mereka membubarkan diri. Jaka warangan langsung menghadap ki demang antasena di dalam rumahnya. "Bagaimana ki demang..apa kau telah mempersiapkan alat pertempuran yang ku minta..?" "Kau tenang saja jaka..kademangan ini mempunyai pandai besi yang handal. Semuanya sudah kusiapkan. Pedang. Perisai kayu. Panahan. Semuanya telah tersedia..." jaka pun menganggukkan kepalanya. "Bagus ki demang. Besok aku akan kembali lagi. Aku pergi dulu.." "Tunggu dulu jaka. Mengapa kau selalu terburu-buru dan tak pernah mau menerima tawaranku untuk sekedar makan dan minum disini..?" "Sudah ku bilang..aku tak mau merepotkanmu..sampai besok ki demang..." Lalu jaka pun bangkit dan melangkah keluar. Namun ketika dia sudah di ambang pintu..tiba-tiba saja ada seorang gadis muda yang berwajah kemayu menghalangi jaka warangan yang ingin keluar. "Maaf..kang jaka. Kumohon kali ini kakang bersudi untuk sekedar makan dan minum disini..." "Ohh..mungkin lain kali gayatri. Aku ada keperluan mendad
Malam itu menjadi malam yang mengenaskan bagi warga desa jantilan. banyak dari mereka yang kehilangan harta dan keluarga. rasa pilu dan duka meliputi seluruh warga kademangan. Ki Antasena yang baru saja datang untuk melihat peristiwa kejam itu pun bersedih. Ia tak menyangka bahwa komplotan Warok sudah bertindak sejauh ini kejamnya. Dalam hatinya ia berpikir untuk segera bergerak. kalau perlu mengumpulkan seluruh warga kademangan untuk membasmi sarang rampok itu. Namun Jaka Warangan yang berada disampingnya berpikiran lain. Ia tak mau lagi banyak korban berjatuhan. Ia tetap pada rencanya untuk melatih warga yang memang akan di latih untuk bertempur. "Tapi Jaka, bila kita diam saja dan membiarkan kejadian ini mereka akan makin beringas. Kita harus menyerang mereka secepatnya. kupikir Warga Kademangan sudah tak tahan lagi. Dan mereka pasti tersulut amarahnya." Ujar Ki Demang menegaskan Walau dalam hati Jaka Warangan pun merasakan hal yang sama. Tapi ia tetap harus berpikiran jerni
Seorang pemuda dengan pakaian pendekar berwarna hitam sedang menikmati sore hari sambil berjalan kaki dengan menghisap rokok kaung. Rambutnya yang panjang riap-riapan terhembus angin sore. Kulitnya coklat dengan wajah yang tampan tapi rada aneh karena gayanya yang mirip bocah. Persis di pinggir sungai yang jernih memang ada jalan setapak yang di samping nya pun terdapat taman dengan bunga berwarna-warni. Sementara di seberang sungai terdapat pepohonan yang menjulang tinggi. Dengan santai pemuda itu berjalan dan menghisap rokok sambil bernyanyi riang. Selagi ia asyik bernyanyi. Tiba-tiba di depan nya tampak ular bandotan sawah yang sangat beracun keluar dari semak belukar dan meliuk-liuk menuju sungai. "Ahaaa...halo teman. Kau mau kemana...?" Anehnya pemuda itu bukannya menjauh tapi malah menghampiri dan gila nya lagi menangkapnya "happp..." Tanpa ragu ia pun menangkap ekor ular itu. Jelas saja ular itu berontak dan langsung menggigit tangan pemuda. Tapi pemuda itu malah
Jaka warangan melepas kuda-kuda nya. Lalu melangkah menghampiri mayat warok druga. Setelah mendekat ia pun menggelengkan kepalanya. "Warok..warok..seharusnya kau bertobat. Malah kau mencariku pula. Hadehhh..sekarang kau mati percuma. Coba kau bayangkan kelakuan anak buahmu itu warok. Sudahlah merampok. Membunuh. Memperkosa. Dosa kok diborong. Jelaslah ku bantai semua...ah sudahlah. Malah aku ngobrol sama mayat. Mending aku cari ular kobra.." Setelah memeriksa mayat sang warok sejenak. Pemuda itu pun kembali melangkahkan kakinya menuju entah kemana. Sementara itu dua orang yang menyaksikan pertarungan itu dari kejauhan tampak terkejut dan kecewa dengan kematian warok druga. Mereka adalah para perampok yang berasal dari hutan alas roban. Sengaja mereka bersembunyi agar bisa menyaksikan lalu melaporkan hasil pertarungan itu ke warok tertinggi di alas roban. Sepak terjang Jaka warangan memang menjadi buah bibir di kalangan perampok alas roban. Sudah banyak korban berjatuhan karena
"Aku pun bukan manusia konyol yang ingin menyerang sarang penyamun sendirian. Tentu aku hanya akan jadi bulan-bulanan penyamun itu.."Lalu seorang pemuda berpakaian hitam dan berambut gondrong masuk dengan santainya sambil menyalakan rokok lalu duduk di bangku."Pas..puss..pas..puss" tak lama ruangan itu pun penuh dengan asap rokok. Ki Jagabaya yang memang belum pernah terpapar asap rokok pun langsung terbatuk."Ohokk..ohokk..wuohokk..pemuda kurang ajar. Bagaimana kau bisa masuk kesini hah??" Bentak Ki Jagabaya"Ah..para pengawalmu memang kurang terlatih...tapi tenang saja. Mereka tak apa-apa. Aku tak melukai mereka.." Jawab pemuda itu santai sambil menyilangkan tangannyaKaruan saja ini membuat Ki Demang menjadi berang. Ada 20 pengawal yang menjaga rumahnya yang besar, namun pemuda ini dengan mudahnya bisa masuk. Namun disaat Ki Demang berdiri dan ingin membentaknya. Sang pengawal tiba-tiba menahan Ki Demang dan langsung membisikinya."Ki Demang..aku rasa ciri-ciri pemuda ini sama se
Ki demang pun senang mendengarnya. Namun ia masih ragu dengan kata-kata jaka warangan."Jaka..aku akui kemampuan mu yang mumpuni. Tapi bagaimana cara kau melakukannya..?"Jaka warangan menghela nafasnya sejenak lalu menjawab."Begini ki demang. Aku telah memantau markas mereka. Dan jumlah mereka memang sangat banyak. Di sebelah selatan alas roban..aku telah melumpuhkan anak buahnya dan dedengkotnya yaitu warok druga. Tinggal di bagian barat dan utara saja yang akan kita serang.."Jaka warangan berhenti sebentar untuk mengatur nafas lalu melanjutkan."Nah aku minta kau untuk mengumpulkan warga yang mau ikut dalam pasukanmu. Kita butuh 100 orang.."Terkejutlah ki demang mendengar jumlah yang diminta jaka warangan."Apa aku tak salah dengar jaka?. Memang berapa jumlah komplotan warok bandar jati..?" Tanya Ki Demang keheranan"Sudah ku bilang tadi Ki Demang. Aku telah memantau nya. Dan jumlah mereka memang tak main-main. Di sebelah barat yang dipimpin warok karta saja berjumlah lebih dari
Sementara itu di bagian barat hutan alas roban, terdapat sebuah area yang dikelilingi oleh pagar bambu. Didalamnya terdapat beberapa bangunan yang bila dilihat dari jauh mirip sebuah padepokan. Disitulah komplotan Warok Karta bercokol.Warok Karta yang mendapatkan laporan tentang kematian Warok Druga, Terkejut dan langsung menggelar rapat dengan anak buahnya."Pemuda laknat itu tak bisa dibiarkan. Kita harus mencari dan membasmi nya. Bila tidak..ia akan merongrong terus kegiatan kita..." Berkata warok karta dengan lantang. Lalu sura yang baru saja datang dari markas Warok Bandar jati menyahut."Aku sudah berbicara dengan warok bandar jati. Mereka pun berencana demikian kang..""Apa mereka sudah bergerak..?" Tanya Warok Karta"Belum Kang. Tampaknya malam ini mereka akan melakukan perampokan di luar kademangan ini.." Jawab Sura"Hmm..kakang bandar masih saja sempat merampok...padahal kita harus segera bergerak mencarinya. Sudah berapa kali perampokan kita di gagalkan oleh jaka warangan.
Sementara itu tak jauh dari markas warok karta, seseorang tampak keheranan dengan apa yang di dengarnya. Ia mendengar suara orang tertawa tapi ada juga yang sepertinya tawa itu sudah melemas. hingga ia pun penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi "Ada pesta apa di markas warok karta rupanya...? Hmmm..aku harus memeriksanya.." Orang itu pun kembali melangkahkan kakinya menuju markas Warok Karta. Setelah sampai terkejutlah ia ketika melihat anak buah Warok Karta yang sudah terguling-guling di tanah sambil tertawa. Bahkan beberapa sudah ada yang pingsan. "Hmm..aku pikir mereka sedang pesta. Ternyata telah terjadi bencana disini.." Ia pun menghirup sesuatu yang mencurigakan. Tak lama ia pun ingin tertawa. Tapi karena ia punya ketahanan bathin yang kuat, Dia bisa menguasai dirinya "Kau telah lengah Karta. Seseorang telah menyerangmu dengan racun kecubung yang dicampur dengan ramuan lain..hmmmm.." gumamnya dalam hati. Ia pun segera mencari Warok Karta. Dan ia menemukan nya dal
Malam itu menjadi malam yang mengenaskan bagi warga desa jantilan. banyak dari mereka yang kehilangan harta dan keluarga. rasa pilu dan duka meliputi seluruh warga kademangan. Ki Antasena yang baru saja datang untuk melihat peristiwa kejam itu pun bersedih. Ia tak menyangka bahwa komplotan Warok sudah bertindak sejauh ini kejamnya. Dalam hatinya ia berpikir untuk segera bergerak. kalau perlu mengumpulkan seluruh warga kademangan untuk membasmi sarang rampok itu. Namun Jaka Warangan yang berada disampingnya berpikiran lain. Ia tak mau lagi banyak korban berjatuhan. Ia tetap pada rencanya untuk melatih warga yang memang akan di latih untuk bertempur. "Tapi Jaka, bila kita diam saja dan membiarkan kejadian ini mereka akan makin beringas. Kita harus menyerang mereka secepatnya. kupikir Warga Kademangan sudah tak tahan lagi. Dan mereka pasti tersulut amarahnya." Ujar Ki Demang menegaskan Walau dalam hati Jaka Warangan pun merasakan hal yang sama. Tapi ia tetap harus berpikiran jerni
Setelah mereka membubarkan diri. Jaka warangan langsung menghadap ki demang antasena di dalam rumahnya. "Bagaimana ki demang..apa kau telah mempersiapkan alat pertempuran yang ku minta..?" "Kau tenang saja jaka..kademangan ini mempunyai pandai besi yang handal. Semuanya sudah kusiapkan. Pedang. Perisai kayu. Panahan. Semuanya telah tersedia..." jaka pun menganggukkan kepalanya. "Bagus ki demang. Besok aku akan kembali lagi. Aku pergi dulu.." "Tunggu dulu jaka. Mengapa kau selalu terburu-buru dan tak pernah mau menerima tawaranku untuk sekedar makan dan minum disini..?" "Sudah ku bilang..aku tak mau merepotkanmu..sampai besok ki demang..." Lalu jaka pun bangkit dan melangkah keluar. Namun ketika dia sudah di ambang pintu..tiba-tiba saja ada seorang gadis muda yang berwajah kemayu menghalangi jaka warangan yang ingin keluar. "Maaf..kang jaka. Kumohon kali ini kakang bersudi untuk sekedar makan dan minum disini..." "Ohh..mungkin lain kali gayatri. Aku ada keperluan mendad
Semakin lama batu-batu itu mulai hancur sedikit demi sedikit. Teriakan warga yang ingin melumat batu itu membuat suasana yang hingar bingar. Tampak mereka dengan muka yang buas terus menghantam bertubi-tubi. Anehnya semakin mereka menghantam kepalan tangan mereka semakin bebal. Hingga akhirnya satu persatu mulai menghancurkan batu itu hingga pecah berantakan. Sorak sorai warga yang telah berhasil melumat batu itu menggema di sekitar lapangan tersebut. Mereka benar-benar puas dengan yang mereka lakukan. Tapi ini hanyalah latihan. Perang yang sesungguhnya akan membuat mereka mendapatkan banyak pengalaman. begitu pikir Jaka yang terus memantau warga yang dilatihnya. "Hore...horeee. aku berhasil..hancur batok mu warok karta. Behahaha.." Teriak salah satu pemuda yang berhasil menghancurkan batu itu sambil tertawa Begitulah luapan sebagian warga yang telah menjadi korban keganasan warok karta dan yang lain nya. Batu itu bagai pelampiasan dari perasaan mereka yang terpendam. Inilah
Pagi itu di lapangan depan rumah Ki Demang Antasena. tampak 100 orang telah berkumpul mendengarkan pengarahan dari Ki Demang. Mereka berdatangan dari beberapa desa. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang keluarganya telah menjadi korban keganasan warok-warok di hutan alas roban. Kebanyakan dari mereka adalah pria muda yang sengaja dikirim oleh orang tua mereka untuk melawan penindasan yang dilakukan oleh komplotan Warok Bandar Jati. Maka semangat mereka untuk membantu wilayah mereka agar bangkit dari penindasan tersebut jadi menggebu-gebu. Ki Demang sendiri tak menyangka dengan warganya yang mau bahu membahu untuk melawan kekejaman yang sudah berlangsung lama. "Para warga sekalian. Aku disini sebagai Demang sangkal jaya mengucapkan terima kasih kepada kalian yang telah berani mengambil keputusan untuk melawan kekejaman para warok. Aku hargai keberanian kalian. Dan untuk selanjut nya sebelum kita memulai perlawanan, kalian akan dilatih terlebih dahulu oleh orang yang mungkin
Piring dan gelas melayang dari atas meja. Lalu orang yang kekar itu dengan cepat menendangnya satu persatu."prak prak prak" "Wuss..wuss..wuss" Alat makanan itu pun langsung meluncur deras ke arah Jaka Warangan. Namun dengan sigap ia melompat sambil menendang semua piring dan gelas yang meluncur tersebut. "Prang .prang...prang.." Pecahan piring dan gelas pun berhamburan terhantam kaki jaka warangan. "Hmm..lumayan juga gerakan mu anak muda. Siapa kau sebenarnya..?" Tanya orang itu sambil bertolak pinggang "Aha..ada yang mau menjadi penggemarku rupanya. Tapi maaf aku sudah menutup pendaftaran..." Kelakar Jaka yang mencoba berjenaka ria untuk menghadapi orang itu "Pemuda gila..!!" Bentak orang itu kesal dengan jawaban main-main Jaka Warangan. Orang yang kekar itu tiba-tiba menendang meja di depan nya dan kembali melayang ke arah jaka. Namun jaka dengan santai nya memutar tubuhnya lalu menendang meja itu. "Brakkk..." Meja tersebut pun hancur berantakan. Dan dengan amarah yang m
Sementara itu tak jauh dari markas warok karta, seseorang tampak keheranan dengan apa yang di dengarnya. Ia mendengar suara orang tertawa tapi ada juga yang sepertinya tawa itu sudah melemas. hingga ia pun penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi "Ada pesta apa di markas warok karta rupanya...? Hmmm..aku harus memeriksanya.." Orang itu pun kembali melangkahkan kakinya menuju markas Warok Karta. Setelah sampai terkejutlah ia ketika melihat anak buah Warok Karta yang sudah terguling-guling di tanah sambil tertawa. Bahkan beberapa sudah ada yang pingsan. "Hmm..aku pikir mereka sedang pesta. Ternyata telah terjadi bencana disini.." Ia pun menghirup sesuatu yang mencurigakan. Tak lama ia pun ingin tertawa. Tapi karena ia punya ketahanan bathin yang kuat, Dia bisa menguasai dirinya "Kau telah lengah Karta. Seseorang telah menyerangmu dengan racun kecubung yang dicampur dengan ramuan lain..hmmmm.." gumamnya dalam hati. Ia pun segera mencari Warok Karta. Dan ia menemukan nya dal
Sementara itu di bagian barat hutan alas roban, terdapat sebuah area yang dikelilingi oleh pagar bambu. Didalamnya terdapat beberapa bangunan yang bila dilihat dari jauh mirip sebuah padepokan. Disitulah komplotan Warok Karta bercokol.Warok Karta yang mendapatkan laporan tentang kematian Warok Druga, Terkejut dan langsung menggelar rapat dengan anak buahnya."Pemuda laknat itu tak bisa dibiarkan. Kita harus mencari dan membasmi nya. Bila tidak..ia akan merongrong terus kegiatan kita..." Berkata warok karta dengan lantang. Lalu sura yang baru saja datang dari markas Warok Bandar jati menyahut."Aku sudah berbicara dengan warok bandar jati. Mereka pun berencana demikian kang..""Apa mereka sudah bergerak..?" Tanya Warok Karta"Belum Kang. Tampaknya malam ini mereka akan melakukan perampokan di luar kademangan ini.." Jawab Sura"Hmm..kakang bandar masih saja sempat merampok...padahal kita harus segera bergerak mencarinya. Sudah berapa kali perampokan kita di gagalkan oleh jaka warangan.
Ki demang pun senang mendengarnya. Namun ia masih ragu dengan kata-kata jaka warangan."Jaka..aku akui kemampuan mu yang mumpuni. Tapi bagaimana cara kau melakukannya..?"Jaka warangan menghela nafasnya sejenak lalu menjawab."Begini ki demang. Aku telah memantau markas mereka. Dan jumlah mereka memang sangat banyak. Di sebelah selatan alas roban..aku telah melumpuhkan anak buahnya dan dedengkotnya yaitu warok druga. Tinggal di bagian barat dan utara saja yang akan kita serang.."Jaka warangan berhenti sebentar untuk mengatur nafas lalu melanjutkan."Nah aku minta kau untuk mengumpulkan warga yang mau ikut dalam pasukanmu. Kita butuh 100 orang.."Terkejutlah ki demang mendengar jumlah yang diminta jaka warangan."Apa aku tak salah dengar jaka?. Memang berapa jumlah komplotan warok bandar jati..?" Tanya Ki Demang keheranan"Sudah ku bilang tadi Ki Demang. Aku telah memantau nya. Dan jumlah mereka memang tak main-main. Di sebelah barat yang dipimpin warok karta saja berjumlah lebih dari
"Aku pun bukan manusia konyol yang ingin menyerang sarang penyamun sendirian. Tentu aku hanya akan jadi bulan-bulanan penyamun itu.."Lalu seorang pemuda berpakaian hitam dan berambut gondrong masuk dengan santainya sambil menyalakan rokok lalu duduk di bangku."Pas..puss..pas..puss" tak lama ruangan itu pun penuh dengan asap rokok. Ki Jagabaya yang memang belum pernah terpapar asap rokok pun langsung terbatuk."Ohokk..ohokk..wuohokk..pemuda kurang ajar. Bagaimana kau bisa masuk kesini hah??" Bentak Ki Jagabaya"Ah..para pengawalmu memang kurang terlatih...tapi tenang saja. Mereka tak apa-apa. Aku tak melukai mereka.." Jawab pemuda itu santai sambil menyilangkan tangannyaKaruan saja ini membuat Ki Demang menjadi berang. Ada 20 pengawal yang menjaga rumahnya yang besar, namun pemuda ini dengan mudahnya bisa masuk. Namun disaat Ki Demang berdiri dan ingin membentaknya. Sang pengawal tiba-tiba menahan Ki Demang dan langsung membisikinya."Ki Demang..aku rasa ciri-ciri pemuda ini sama se