Share

Pendekar Semprul
Pendekar Semprul
Author: Bobby deck

Warok Druga

Author: Bobby deck
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Seorang pemuda dengan pakaian pendekar berwarna hitam sedang menikmati sore hari sambil berjalan kaki dengan menghisap rokok kaung.

Rambutnya yang panjang riap-riapan terhembus angin sore. Kulitnya coklat dengan wajah yang tampan tapi rada aneh karena gayanya yang mirip bocah.

Persis di pinggir sungai yang jernih memang ada jalan setapak yang di samping nya pun terdapat taman dengan bunga berwarna-warni. Sementara di seberang sungai terdapat pepohonan yang menjulang tinggi.

Dengan santai pemuda itu berjalan dan menghisap rokok sambil bernyanyi riang.

Selagi ia asyik bernyanyi. Tiba-tiba di depan nya tampak ular bandotan sawah yang sangat beracun keluar dari semak belukar dan meliuk-liuk menuju sungai.

"Ahaaa...halo teman. Kau mau kemana...?" Anehnya pemuda itu bukannya menjauh tapi malah menghampiri dan gila nya lagi menangkapnya

"happp..."

Tanpa ragu ia pun menangkap ekor ular itu. Jelas saja ular itu berontak dan langsung menggigit tangan pemuda. Tapi pemuda itu malah mengelus-elus kepala ular yang sedang mengigit.

"Oh sayanggg terus..teruss ohh mantap. haha Yah lumayan lah nemu bandotan. Mungkin nanti di depan nemu king cobra. Hehhee..."

Setelah beberapa lama ular itu pun melepaskan gigitan nya. Lalu pemuda itu melepaskan nya dan kembali berjalan riang gembira sambil menghisap rokok kawung.

Setelah melewati sebuah tikungan, kembali pemuda itu melihat semak belukar di pinggir jalan bergoyang. Ia pun tersenyum.

"Nah kali ini mungkin king cobra..hehe..."

Namun ia terkejut karena yang keluar ternyata seorang kakek yang berwajah sangar dan berbulu lebat di sekujur tubuhnya.

"Aihh...kaget aku. Aku pikir ular bandotan..ternyata bandot beneran.." Kelakar sang pemuda

"Heyyy apa katamu?? Coba kau ulangi lagi anak muda??" Si kakek pun tersinggung dan memelototi pemuda itu

"Ohh maaf kek..aku tak sengaja mengatakannya. Habis kakek juga sih yang ngagetin aku.."

"Lancang mulutmu anak muda. Apa kau tak tahu siapa aku hah..!!??" Kakek itu membentak yang membuat pemuda itu kembali terkejut.

"Eh iya eh ngga..eh iyaa eh aduh..kakek ngagetin aku lagi. Tak usah galak-galak lah kek. Aku tak tahu siapa kakek. Tapi kau memang mirip sama bandot..ehh keceplosan lagi dah.."

"Pemuda laknat. Mulut kau memang harus di bungkam. Tapi dengar ini. Aku memang sedang mencarimu anak muda. Bukankah kau yang bernama jaka warangan..?" Tanya sang kakek sambil bertolak pinggang dan mengacungkan telunjuknya ke arah si pemuda.

"Aha...ternyata kakek adalah salah satu penggemarku. Tapi maaf kek. Aku sedang terburu-buru. Maaf aku tak bisa kasih tanda tangan.."

"Bangsat kurang ajar. Kau tak tahu tinggi nya langit dan dalam nya lautan, hah?.."

"Ya mana ku tahu kek. Aku belum pernah ngukur itu semua. Kurang kerjaan amat begituan pake di ukur-ukur.."

mendengar itu kakek pun makin emosi.

"Baik...aku adalah Warok Druga dari hutan alas roban. Aku ingin menuntut balas atas kematian anak buahku. Bersiaplah...hiyaaaa..."

Warok druga langsung menerjang dengan tendangan lurus kedepan. Tapi dengan mudah jaka warangan menghindarinya.

"Eitss...wussss". Tendangan itu lewat persis di depan muka jaka.

Sementara si kakek yang kesal karena tendangan nya luput. Langsung menerjang kembali dengan telapak tangan nya yang membabat ke sekujur tubuh jaka warangan. Namun sekali lagi kakek itu dibuat kaget oleh gerakan jaka yang meliuk-liuk bagai ular menghindari serangan sang kakek.

Dan dikala kakek itu lengah karena tertegun dengan gerakan jaka yang lincah. Maka jaka pun dengan sigap melepaskan tinjunya lurus ke depan dan tepat melesak di dada sang kakek.

"Bugg...akhhh.."

Sang kakek pun melotot kesakitan dan tersurut ke belakang sambil memegangi dada nya.

"Bangsat kau anak muda. Ternyata jurus belut putih mu boleh juga".

"Hehehe. Kau salah kek. Ini jurus ular lanang sapi melilit bumi menampar awan dan meninju langit.."

Kakek itu pun mengerutkan keningnya keheranan.

"Jurus macam apa itu hah..??"

"Ya pokoknya jurus lah. Emang kenapa? Suka-suka ku lah menamakan jurus ku.." Jawab Si pemuda sambil menyunggingkan bibirnya

"Pemuda sinting...baiklah kau boleh bangga dengan jurus mu itu. Tapi sebentar lagi kau akan mampus..happp".

Kakek itu pun tiba-tiba duduk bersila. lalu ia menyilangkan tangan nya dan membaca mantra. Tak lama kemudian telapak kaki jaka warangan secara tiba-tiba telah mendarat di mukanya.

"Buggg..huachhh..." Karuan aja Sang kakek kaget dan terguling di tanah. Lalu mengumpat-ngumpat.

"Pemuda kurang ajar. Kenapa kau tiba-tiba menyerangku...? Aku belum selesai membaca mantra.." Ujar sang kakek sambil.memegangi dadanya yang kesakitan

"Ohh ku pikir tadi kakek sudah kelar. Jadi aku harus menunggumu selesai membaca mantra gitu??..baiklah silakan kek. Maafkan seranganku tadi hehehehe.."

Maka warok druga pun kembali bersila dan membaca mantra. Tak lama tangan nya menghitam dan mengeluarkan asap.

"Widihh ada asep nya.. keren kek. Gimana caranya itu kek bisa berasep gitu..??"

"Dasar kau pemuda gila. Terimalah jurus bara geni ku ini. Hiyaaaa..."

Kakek itu pun berkelebat menyerang jaka dengan telapak tangannya yang menghitam dan berasap. Jaka yang paham bahwa serangan itu mengandung tenaga dalam yang tinggi bertindak cepat meningkatkan jurus ular lanang sapi nya menjadi jurus kobra hijau yang juga memiliki tak hanya kecepatan yang tinggi. Namun juga mengandung racun yang dahsyat.

Lengan jaka tiba-tiba menghijau dan langsung menangkis serangan kakek itu. Maka pertempuran pun semakin sengit. Asap putih berkelebat di sekeliling jaka warangan akibat dari terjangan jurus bara geni sang kakek.

Pukulan sang kakek menimbul kan bara api di tiap benturan. Sementara jaka yang terus menangkis serangan sang kakek mulai merasakan panas di lengan nya akibat benturan-benturan. Namun sang kakek pun juga mulai menyeringai kesakitan akibat racun yang mulai menjalar di urat-urat tangan nya.

Namun mereka terus begelut sengit. Melompat dan menerkam. Berguling lalu menendang. Lalu saling beradu pukulan.

'Bag bug bag bug"

Debu dan angin pun bertebaran karena pertarungan yang sengit itu. Dan tubuh mereka terlihat bagai bayang-bayang saja karena sangking cepatnya gerakan mereka.

Namun dalam satu benturan. Karena Mulai terdesak, terpaksa jaka warangan mengerahkan seluruh tenaganya untuk menangkis pukulan sang kakek.

"Bugggg..."

Sang kakek pun terpental jauh kebelakang lalu berguling-guling dan akhirnya terjengkang di tanah. Ia mencoba bangkit namun jatuh kembali.

Kini tubuh sang kakek telah diliputi oleh racun dan berwarna kehijauan. Tangkisan-tangkisan jaka warangan ternyata berakibat buruk bagi sang kakek. Ia pun mengerang kesakitan karena racun yang telah menjalar di sekujur tubuhnya. Sang kakek pun tiba-tiba menggelepar dan menggelinjang sesaat.

Namun tak lama kemudian tubuh itu pun melemas dan diam tak bernyawa lagi

Related chapters

  • Pendekar Semprul   Prahara di kademangan

    Jaka warangan melepas kuda-kuda nya. Lalu melangkah menghampiri mayat warok druga. Setelah mendekat ia pun menggelengkan kepalanya. "Warok..warok..seharusnya kau bertobat. Malah kau mencariku pula. Hadehhh..sekarang kau mati percuma. Coba kau bayangkan kelakuan anak buahmu itu warok. Sudahlah merampok. Membunuh. Memperkosa. Dosa kok diborong. Jelaslah ku bantai semua...ah sudahlah. Malah aku ngobrol sama mayat. Mending aku cari ular kobra.." Setelah memeriksa mayat sang warok sejenak. Pemuda itu pun kembali melangkahkan kakinya menuju entah kemana. Sementara itu dua orang yang menyaksikan pertarungan itu dari kejauhan tampak terkejut dan kecewa dengan kematian warok druga. Mereka adalah para perampok yang berasal dari hutan alas roban. Sengaja mereka bersembunyi agar bisa menyaksikan lalu melaporkan hasil pertarungan itu ke warok tertinggi di alas roban. Sepak terjang Jaka warangan memang menjadi buah bibir di kalangan perampok alas roban. Sudah banyak korban berjatuhan karena

  • Pendekar Semprul   Penawaran

    "Aku pun bukan manusia konyol yang ingin menyerang sarang penyamun sendirian. Tentu aku hanya akan jadi bulan-bulanan penyamun itu.."Lalu seorang pemuda berpakaian hitam dan berambut gondrong masuk dengan santainya sambil menyalakan rokok lalu duduk di bangku."Pas..puss..pas..puss" tak lama ruangan itu pun penuh dengan asap rokok. Ki Jagabaya yang memang belum pernah terpapar asap rokok pun langsung terbatuk."Ohokk..ohokk..wuohokk..pemuda kurang ajar. Bagaimana kau bisa masuk kesini hah??" Bentak Ki Jagabaya"Ah..para pengawalmu memang kurang terlatih...tapi tenang saja. Mereka tak apa-apa. Aku tak melukai mereka.." Jawab pemuda itu santai sambil menyilangkan tangannyaKaruan saja ini membuat Ki Demang menjadi berang. Ada 20 pengawal yang menjaga rumahnya yang besar, namun pemuda ini dengan mudahnya bisa masuk. Namun disaat Ki Demang berdiri dan ingin membentaknya. Sang pengawal tiba-tiba menahan Ki Demang dan langsung membisikinya."Ki Demang..aku rasa ciri-ciri pemuda ini sama se

  • Pendekar Semprul   Perencanaan

    Ki demang pun senang mendengarnya. Namun ia masih ragu dengan kata-kata jaka warangan."Jaka..aku akui kemampuan mu yang mumpuni. Tapi bagaimana cara kau melakukannya..?"Jaka warangan menghela nafasnya sejenak lalu menjawab."Begini ki demang. Aku telah memantau markas mereka. Dan jumlah mereka memang sangat banyak. Di sebelah selatan alas roban..aku telah melumpuhkan anak buahnya dan dedengkotnya yaitu warok druga. Tinggal di bagian barat dan utara saja yang akan kita serang.."Jaka warangan berhenti sebentar untuk mengatur nafas lalu melanjutkan."Nah aku minta kau untuk mengumpulkan warga yang mau ikut dalam pasukanmu. Kita butuh 100 orang.."Terkejutlah ki demang mendengar jumlah yang diminta jaka warangan."Apa aku tak salah dengar jaka?. Memang berapa jumlah komplotan warok bandar jati..?" Tanya Ki Demang keheranan"Sudah ku bilang tadi Ki Demang. Aku telah memantau nya. Dan jumlah mereka memang tak main-main. Di sebelah barat yang dipimpin warok karta saja berjumlah lebih dari

  • Pendekar Semprul   Prahara di alas roban

    Sementara itu di bagian barat hutan alas roban, terdapat sebuah area yang dikelilingi oleh pagar bambu. Didalamnya terdapat beberapa bangunan yang bila dilihat dari jauh mirip sebuah padepokan. Disitulah komplotan Warok Karta bercokol.Warok Karta yang mendapatkan laporan tentang kematian Warok Druga, Terkejut dan langsung menggelar rapat dengan anak buahnya."Pemuda laknat itu tak bisa dibiarkan. Kita harus mencari dan membasmi nya. Bila tidak..ia akan merongrong terus kegiatan kita..." Berkata warok karta dengan lantang. Lalu sura yang baru saja datang dari markas Warok Bandar jati menyahut."Aku sudah berbicara dengan warok bandar jati. Mereka pun berencana demikian kang..""Apa mereka sudah bergerak..?" Tanya Warok Karta"Belum Kang. Tampaknya malam ini mereka akan melakukan perampokan di luar kademangan ini.." Jawab Sura"Hmm..kakang bandar masih saja sempat merampok...padahal kita harus segera bergerak mencarinya. Sudah berapa kali perampokan kita di gagalkan oleh jaka warangan.

  • Pendekar Semprul   Dua Bedebah

    Sementara itu tak jauh dari markas warok karta, seseorang tampak keheranan dengan apa yang di dengarnya. Ia mendengar suara orang tertawa tapi ada juga yang sepertinya tawa itu sudah melemas. hingga ia pun penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi "Ada pesta apa di markas warok karta rupanya...? Hmmm..aku harus memeriksanya.." Orang itu pun kembali melangkahkan kakinya menuju markas Warok Karta. Setelah sampai terkejutlah ia ketika melihat anak buah Warok Karta yang sudah terguling-guling di tanah sambil tertawa. Bahkan beberapa sudah ada yang pingsan. "Hmm..aku pikir mereka sedang pesta. Ternyata telah terjadi bencana disini.." Ia pun menghirup sesuatu yang mencurigakan. Tak lama ia pun ingin tertawa. Tapi karena ia punya ketahanan bathin yang kuat, Dia bisa menguasai dirinya "Kau telah lengah Karta. Seseorang telah menyerangmu dengan racun kecubung yang dicampur dengan ramuan lain..hmmmm.." gumamnya dalam hati. Ia pun segera mencari Warok Karta. Dan ia menemukan nya dal

  • Pendekar Semprul   Pertempuran

    Piring dan gelas melayang dari atas meja. Lalu orang yang kekar itu dengan cepat menendangnya satu persatu."prak prak prak" "Wuss..wuss..wuss" Alat makanan itu pun langsung meluncur deras ke arah Jaka Warangan. Namun dengan sigap ia melompat sambil menendang semua piring dan gelas yang meluncur tersebut. "Prang .prang...prang.." Pecahan piring dan gelas pun berhamburan terhantam kaki jaka warangan. "Hmm..lumayan juga gerakan mu anak muda. Siapa kau sebenarnya..?" Tanya orang itu sambil bertolak pinggang "Aha..ada yang mau menjadi penggemarku rupanya. Tapi maaf aku sudah menutup pendaftaran..." Kelakar Jaka yang mencoba berjenaka ria untuk menghadapi orang itu "Pemuda gila..!!" Bentak orang itu kesal dengan jawaban main-main Jaka Warangan. Orang yang kekar itu tiba-tiba menendang meja di depan nya dan kembali melayang ke arah jaka. Namun jaka dengan santai nya memutar tubuhnya lalu menendang meja itu. "Brakkk..." Meja tersebut pun hancur berantakan. Dan dengan amarah yang m

  • Pendekar Semprul   Pelatihan dimulai

    Pagi itu di lapangan depan rumah Ki Demang Antasena. tampak 100 orang telah berkumpul mendengarkan pengarahan dari Ki Demang. Mereka berdatangan dari beberapa desa. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang keluarganya telah menjadi korban keganasan warok-warok di hutan alas roban. Kebanyakan dari mereka adalah pria muda yang sengaja dikirim oleh orang tua mereka untuk melawan penindasan yang dilakukan oleh komplotan Warok Bandar Jati. Maka semangat mereka untuk membantu wilayah mereka agar bangkit dari penindasan tersebut jadi menggebu-gebu. Ki Demang sendiri tak menyangka dengan warganya yang mau bahu membahu untuk melawan kekejaman yang sudah berlangsung lama. "Para warga sekalian. Aku disini sebagai Demang sangkal jaya mengucapkan terima kasih kepada kalian yang telah berani mengambil keputusan untuk melawan kekejaman para warok. Aku hargai keberanian kalian. Dan untuk selanjut nya sebelum kita memulai perlawanan, kalian akan dilatih terlebih dahulu oleh orang yang mungkin

  • Pendekar Semprul   Menembus Batas

    Semakin lama batu-batu itu mulai hancur sedikit demi sedikit. Teriakan warga yang ingin melumat batu itu membuat suasana yang hingar bingar. Tampak mereka dengan muka yang buas terus menghantam bertubi-tubi. Anehnya semakin mereka menghantam kepalan tangan mereka semakin bebal. Hingga akhirnya satu persatu mulai menghancurkan batu itu hingga pecah berantakan. Sorak sorai warga yang telah berhasil melumat batu itu menggema di sekitar lapangan tersebut. Mereka benar-benar puas dengan yang mereka lakukan. Tapi ini hanyalah latihan. Perang yang sesungguhnya akan membuat mereka mendapatkan banyak pengalaman. begitu pikir Jaka yang terus memantau warga yang dilatihnya. "Hore...horeee. aku berhasil..hancur batok mu warok karta. Behahaha.." Teriak salah satu pemuda yang berhasil menghancurkan batu itu sambil tertawa Begitulah luapan sebagian warga yang telah menjadi korban keganasan warok karta dan yang lain nya. Batu itu bagai pelampiasan dari perasaan mereka yang terpendam. Inilah

Latest chapter

  • Pendekar Semprul   Kesedihan

    Malam itu menjadi malam yang mengenaskan bagi warga desa jantilan. banyak dari mereka yang kehilangan harta dan keluarga. rasa pilu dan duka meliputi seluruh warga kademangan. Ki Antasena yang baru saja datang untuk melihat peristiwa kejam itu pun bersedih. Ia tak menyangka bahwa komplotan Warok sudah bertindak sejauh ini kejamnya. Dalam hatinya ia berpikir untuk segera bergerak. kalau perlu mengumpulkan seluruh warga kademangan untuk membasmi sarang rampok itu. Namun Jaka Warangan yang berada disampingnya berpikiran lain. Ia tak mau lagi banyak korban berjatuhan. Ia tetap pada rencanya untuk melatih warga yang memang akan di latih untuk bertempur. "Tapi Jaka, bila kita diam saja dan membiarkan kejadian ini mereka akan makin beringas. Kita harus menyerang mereka secepatnya. kupikir Warga Kademangan sudah tak tahan lagi. Dan mereka pasti tersulut amarahnya." Ujar Ki Demang menegaskan Walau dalam hati Jaka Warangan pun merasakan hal yang sama. Tapi ia tetap harus berpikiran jerni

  • Pendekar Semprul   Gayatri

    Setelah mereka membubarkan diri. Jaka warangan langsung menghadap ki demang antasena di dalam rumahnya. "Bagaimana ki demang..apa kau telah mempersiapkan alat pertempuran yang ku minta..?" "Kau tenang saja jaka..kademangan ini mempunyai pandai besi yang handal. Semuanya sudah kusiapkan. Pedang. Perisai kayu. Panahan. Semuanya telah tersedia..." jaka pun menganggukkan kepalanya. "Bagus ki demang. Besok aku akan kembali lagi. Aku pergi dulu.." "Tunggu dulu jaka. Mengapa kau selalu terburu-buru dan tak pernah mau menerima tawaranku untuk sekedar makan dan minum disini..?" "Sudah ku bilang..aku tak mau merepotkanmu..sampai besok ki demang..." Lalu jaka pun bangkit dan melangkah keluar. Namun ketika dia sudah di ambang pintu..tiba-tiba saja ada seorang gadis muda yang berwajah kemayu menghalangi jaka warangan yang ingin keluar. "Maaf..kang jaka. Kumohon kali ini kakang bersudi untuk sekedar makan dan minum disini..." "Ohh..mungkin lain kali gayatri. Aku ada keperluan mendad

  • Pendekar Semprul   Menembus Batas

    Semakin lama batu-batu itu mulai hancur sedikit demi sedikit. Teriakan warga yang ingin melumat batu itu membuat suasana yang hingar bingar. Tampak mereka dengan muka yang buas terus menghantam bertubi-tubi. Anehnya semakin mereka menghantam kepalan tangan mereka semakin bebal. Hingga akhirnya satu persatu mulai menghancurkan batu itu hingga pecah berantakan. Sorak sorai warga yang telah berhasil melumat batu itu menggema di sekitar lapangan tersebut. Mereka benar-benar puas dengan yang mereka lakukan. Tapi ini hanyalah latihan. Perang yang sesungguhnya akan membuat mereka mendapatkan banyak pengalaman. begitu pikir Jaka yang terus memantau warga yang dilatihnya. "Hore...horeee. aku berhasil..hancur batok mu warok karta. Behahaha.." Teriak salah satu pemuda yang berhasil menghancurkan batu itu sambil tertawa Begitulah luapan sebagian warga yang telah menjadi korban keganasan warok karta dan yang lain nya. Batu itu bagai pelampiasan dari perasaan mereka yang terpendam. Inilah

  • Pendekar Semprul   Pelatihan dimulai

    Pagi itu di lapangan depan rumah Ki Demang Antasena. tampak 100 orang telah berkumpul mendengarkan pengarahan dari Ki Demang. Mereka berdatangan dari beberapa desa. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang keluarganya telah menjadi korban keganasan warok-warok di hutan alas roban. Kebanyakan dari mereka adalah pria muda yang sengaja dikirim oleh orang tua mereka untuk melawan penindasan yang dilakukan oleh komplotan Warok Bandar Jati. Maka semangat mereka untuk membantu wilayah mereka agar bangkit dari penindasan tersebut jadi menggebu-gebu. Ki Demang sendiri tak menyangka dengan warganya yang mau bahu membahu untuk melawan kekejaman yang sudah berlangsung lama. "Para warga sekalian. Aku disini sebagai Demang sangkal jaya mengucapkan terima kasih kepada kalian yang telah berani mengambil keputusan untuk melawan kekejaman para warok. Aku hargai keberanian kalian. Dan untuk selanjut nya sebelum kita memulai perlawanan, kalian akan dilatih terlebih dahulu oleh orang yang mungkin

  • Pendekar Semprul   Pertempuran

    Piring dan gelas melayang dari atas meja. Lalu orang yang kekar itu dengan cepat menendangnya satu persatu."prak prak prak" "Wuss..wuss..wuss" Alat makanan itu pun langsung meluncur deras ke arah Jaka Warangan. Namun dengan sigap ia melompat sambil menendang semua piring dan gelas yang meluncur tersebut. "Prang .prang...prang.." Pecahan piring dan gelas pun berhamburan terhantam kaki jaka warangan. "Hmm..lumayan juga gerakan mu anak muda. Siapa kau sebenarnya..?" Tanya orang itu sambil bertolak pinggang "Aha..ada yang mau menjadi penggemarku rupanya. Tapi maaf aku sudah menutup pendaftaran..." Kelakar Jaka yang mencoba berjenaka ria untuk menghadapi orang itu "Pemuda gila..!!" Bentak orang itu kesal dengan jawaban main-main Jaka Warangan. Orang yang kekar itu tiba-tiba menendang meja di depan nya dan kembali melayang ke arah jaka. Namun jaka dengan santai nya memutar tubuhnya lalu menendang meja itu. "Brakkk..." Meja tersebut pun hancur berantakan. Dan dengan amarah yang m

  • Pendekar Semprul   Dua Bedebah

    Sementara itu tak jauh dari markas warok karta, seseorang tampak keheranan dengan apa yang di dengarnya. Ia mendengar suara orang tertawa tapi ada juga yang sepertinya tawa itu sudah melemas. hingga ia pun penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi "Ada pesta apa di markas warok karta rupanya...? Hmmm..aku harus memeriksanya.." Orang itu pun kembali melangkahkan kakinya menuju markas Warok Karta. Setelah sampai terkejutlah ia ketika melihat anak buah Warok Karta yang sudah terguling-guling di tanah sambil tertawa. Bahkan beberapa sudah ada yang pingsan. "Hmm..aku pikir mereka sedang pesta. Ternyata telah terjadi bencana disini.." Ia pun menghirup sesuatu yang mencurigakan. Tak lama ia pun ingin tertawa. Tapi karena ia punya ketahanan bathin yang kuat, Dia bisa menguasai dirinya "Kau telah lengah Karta. Seseorang telah menyerangmu dengan racun kecubung yang dicampur dengan ramuan lain..hmmmm.." gumamnya dalam hati. Ia pun segera mencari Warok Karta. Dan ia menemukan nya dal

  • Pendekar Semprul   Prahara di alas roban

    Sementara itu di bagian barat hutan alas roban, terdapat sebuah area yang dikelilingi oleh pagar bambu. Didalamnya terdapat beberapa bangunan yang bila dilihat dari jauh mirip sebuah padepokan. Disitulah komplotan Warok Karta bercokol.Warok Karta yang mendapatkan laporan tentang kematian Warok Druga, Terkejut dan langsung menggelar rapat dengan anak buahnya."Pemuda laknat itu tak bisa dibiarkan. Kita harus mencari dan membasmi nya. Bila tidak..ia akan merongrong terus kegiatan kita..." Berkata warok karta dengan lantang. Lalu sura yang baru saja datang dari markas Warok Bandar jati menyahut."Aku sudah berbicara dengan warok bandar jati. Mereka pun berencana demikian kang..""Apa mereka sudah bergerak..?" Tanya Warok Karta"Belum Kang. Tampaknya malam ini mereka akan melakukan perampokan di luar kademangan ini.." Jawab Sura"Hmm..kakang bandar masih saja sempat merampok...padahal kita harus segera bergerak mencarinya. Sudah berapa kali perampokan kita di gagalkan oleh jaka warangan.

  • Pendekar Semprul   Perencanaan

    Ki demang pun senang mendengarnya. Namun ia masih ragu dengan kata-kata jaka warangan."Jaka..aku akui kemampuan mu yang mumpuni. Tapi bagaimana cara kau melakukannya..?"Jaka warangan menghela nafasnya sejenak lalu menjawab."Begini ki demang. Aku telah memantau markas mereka. Dan jumlah mereka memang sangat banyak. Di sebelah selatan alas roban..aku telah melumpuhkan anak buahnya dan dedengkotnya yaitu warok druga. Tinggal di bagian barat dan utara saja yang akan kita serang.."Jaka warangan berhenti sebentar untuk mengatur nafas lalu melanjutkan."Nah aku minta kau untuk mengumpulkan warga yang mau ikut dalam pasukanmu. Kita butuh 100 orang.."Terkejutlah ki demang mendengar jumlah yang diminta jaka warangan."Apa aku tak salah dengar jaka?. Memang berapa jumlah komplotan warok bandar jati..?" Tanya Ki Demang keheranan"Sudah ku bilang tadi Ki Demang. Aku telah memantau nya. Dan jumlah mereka memang tak main-main. Di sebelah barat yang dipimpin warok karta saja berjumlah lebih dari

  • Pendekar Semprul   Penawaran

    "Aku pun bukan manusia konyol yang ingin menyerang sarang penyamun sendirian. Tentu aku hanya akan jadi bulan-bulanan penyamun itu.."Lalu seorang pemuda berpakaian hitam dan berambut gondrong masuk dengan santainya sambil menyalakan rokok lalu duduk di bangku."Pas..puss..pas..puss" tak lama ruangan itu pun penuh dengan asap rokok. Ki Jagabaya yang memang belum pernah terpapar asap rokok pun langsung terbatuk."Ohokk..ohokk..wuohokk..pemuda kurang ajar. Bagaimana kau bisa masuk kesini hah??" Bentak Ki Jagabaya"Ah..para pengawalmu memang kurang terlatih...tapi tenang saja. Mereka tak apa-apa. Aku tak melukai mereka.." Jawab pemuda itu santai sambil menyilangkan tangannyaKaruan saja ini membuat Ki Demang menjadi berang. Ada 20 pengawal yang menjaga rumahnya yang besar, namun pemuda ini dengan mudahnya bisa masuk. Namun disaat Ki Demang berdiri dan ingin membentaknya. Sang pengawal tiba-tiba menahan Ki Demang dan langsung membisikinya."Ki Demang..aku rasa ciri-ciri pemuda ini sama se

DMCA.com Protection Status