Di negeri Peony, berdiri megah sebuah kerajaan Lembah yang sangat ditakuti oleh kerajaan lain. Kekuatan prajurit Lembah terkenal tidak bisa dikalahkan oleh siapapun. Bahkan Dewa pelindung pun ada di pihak Kerajaan Lembah yang dipimpin oleh Raja Lan Angkara. Lan Angkara merasa tidak sanggup lagi menjadi raja, karena pria itu ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan mengembala. Ia mempunyai putra bernama Lan Feiyu, putra satu-satunya yang akan menggantikannya menjadi raja.Namun, Lan Feiyu, Putra Mahkota Kerajaan Lembah selalu membangkang dengan ayahnya. Saat ayahnya menyuruhnya mengambil alih kerajaan, Lan Feiyu tetap memilih untuk bertapa dan melatih kekuatan bela dirinya. Seperti saat ini, Lan Feiyu tengah bertelanjang dada sembari duduk di atas air. Tubuh Lan Feiyu mengambang seolah air itu ada penyangganya. Matanya terpejam dan tangan yang berada di atas pahanya. Pria itu tengah duduk bersila denga
"Kutukan yang kamu katakan bisa membuat Lan Feiyu menderita suatu saat nanti," ucap Poetry, Permaisuri Sang raja.Angkara hanya diam, pemegang tahta tertinggi kerajaan itu hanya menatap lurus ke depan seraya menikmati hawa hangat perapian. Saat ini Raja dan istrinya tengah berada di perapian, Angkara mengambil minuman dan meneguknya dengan cepat."Tarik kembali kutukanmu. Cepat!" desak Peotry lagi."Apa yang sudah keluar dari mulutku tidak bisa keluar lagi," jawab Angkara."Kamu sudah melakukan kesalahan besar. Apa kamu tidak ingat, kamu sudah mendapatkan kalung dari Dewa. Apapun yang kamu ucapkan akan benar terjadi. Kalau itu terjadi pada Lan Feiyu, siapa yang akan bertanggung jawab?""Lan Feiyu pantas mendapatkannya. Dia Putra satu-satunya keturunanku, tapi tidak pernah mau menuruti perintahku. Sekarang dia sudah pergi dari istana.""Dia tidak akan pergi. Aku yakin dia masih di sekitar sini, cari dia, aj
"Raja, Pangeran Lan Feiyu mengirim pesan bahwa kerajaan Api akan datang menyerang," ucap Wangga pada Angkara."Sejak bertahun-tahun, Raja Ambira ingin mengakusisi tanah kekuasaan Lembah. Sekarang mereka berulah lagi," jelas Wangga lagi."Siapkan pasukan!" titah Angkara."Pangeran bilang besok malam Ambira akan sampai."Angkara menganggukkan kepalanya. Lan Feiyu selalu tahu siapa saja yang akan menyerang kerajaan mereka. Dengan ilmu yang dimilikinya membuat Lan Feiyu cukup peka bila ada serangan. Musuh pun tidak akan bertahan lama bila Lan Feiyu ikut dalam peperangan. Dulu sebelum ada Lan Feiyu, Angkara membutuhkan waktu berhari-hari untuk menyatakan keberhasilannya. Namun saat Lan Feiyu tumbuh dewasa, tidak butuh waktu lama, musuh sudah berjatuhan bersimbah darah."Pangeran akan datang membantu, tapi dengan syarat," ujar Wangga menundukkan kepalanya."Syarat apa yang diajukan?""Setelah memena
Pertempuran masih berlanjut dengan sengit. Raja Angkara kembali bangkit, orang yang menjabat sebagai tahta tertinggi di kerajaan itu mengambil pedangnya. Raja Angkara berlari menghampiri Raja Ambira. Raja Angkara menyabet Ambira dengan pedangnya hingga Ambira kembali jatuh. Ambira tergeletak di tanah, darah segar keluar dari bibirnya.Angkara menginjak dada Ambira kencang membuat darah di mulut Ambira kembali keluar. Ambira sudah berada di ujung batas saat Angkara meletakkan pedang tepat ke arah jantungnya."Kamu yang menguji kesabaranku, Ambira. Sejak dulu kamu mengusik kerajaan Lembah yang bahkan tidak pernah sejengkal pun menginjak tanah kekuasaan Api," ucap Angkara."Bersiaplah Ambira," ujar Angkara menusukkan pedang tepat ke jantung Ambira.Suara teriakan menggelegar terdengar kencang. Yan Lixin menolehkan kepalanya, pria itu berteriak nyaring melihat ayahnya tergeletak dengan darah yang mengalir dari berbagai arah. Yan Lixin me
Lan Feiyu berjalan-jalan ke danau kupu-kupu. Sejak satu tahun yang lalu, ia ingin mendatangi dan singgah di danau yang terkenal dengan danau paling bening di kota Papilio itu. Namun ia tidak kunjung ada waktu untuk datang karena kesibukannya di padepokan. Guru Li Ren mengajarinya ilmu khusus dan mengharuskannya bermeditasi. Juga, banyaknya peraturan di Padepokan Mata Air yang harus ia patuhi.Hari ini Lan Feiyu mempunyai kesempatan untuk keluar. Dengan membawa pedang putihnya, Lan Feiyu berjalan pelan menuju ke danau Kupu-kupu. Baju putihnya dan ikat putih di tangannya membuat orang segan dengannya karena ikat putih di tangan itu melambangkan kehormatan seorang guru.Angin segar berhembus menerpa tubuh Lan Feiyu, rambut panjangnya tampak berkibar dengan indah. Saat kakinya menuju di pinggiran danau, matanya menangkap jembatan yang penuh dengan bunga kertas di kanan kirinya. Juga anak-anak kecil berkerumun di sana sembari tertawa riang. Lan Feiyu mambalikkan
Suara sabetan pedang yang beradu dengan angin terdengar sangat kencang di heningnya suasana di balik danau. Zizi berlatih pedang seorang diri, gadis itu tampak cekatan menggerakkan pedangnya. Yang menjadi korban Zizi adalah pohon-pohon kering yang tidak ada daunnya. ZIzi membabat habis pohon kering dengan lemparan pedangnya. Gadis itu benar-benar belum memikirkan cara yang tepat bagaimana bisa masuk ke Padepokan Mata Air. Guru Li Ren tidak akan membiarkan orang sepertinya masuk.Zizi melemparkan pedangnya ke pohon kering yang berada di ujung danau. Belum sempat pedangnya sampai, sebuah pedang lain menepis pedang Zizi hingga pedang Zizi jatuh ke tanah. Zizi menarik pedangnya dari kejauhan, pedang itu kembali sendiri ke tempatnya yang terselip di samping tubuh Zizi.Zizi menolehkan kepalanya, seorang pria berdiri tidak jauh darinya pun juga tengah menatapnya. Melihat itu, Zizi kembali menarik pedangnya, gadis itu berlari mengacungkan pedangnya. Pria asing itu
"Eh Lan Feiyu, ternyata kamu guru di padepokan Mata Air," ucap Zizi memukul pundak Lan Feiyu dengan pelan. Lan Feiyu sedikit menjauhkan tubuhnya."Kenapa kamu tidak masukin aku saja ke sana? Lan Feiyu, aku janji akan belajar dengan giat. Memberantas kejahatan dan melakukan kebaikan," ucap Zizi lagi meletakkan telapak tangannya di samping wajah seolah bersumpah."Lan Feiyu, bukan kah prinsip di Mata Air begitu? Angkat aku jadi muridmu, aku akan mengabdi padamu. Lan Feiyu, jadikan aku muridmu, ya." Zizi terus merengek meminta diangkat menjadi murid. Gadis itu memegang erat tangan Lan Feiyu dan menggoyang-goyangkan tangannya."Lan Feiyu!" panggil Zizi karena Lan Feiyu masih belum mengeluarkan sepatah kata pun."Tidak," jawab Lan Feiyu."Lan Feiyu, apa bedanya aku dengan murid yang lain?""Kamu tidak mempunyai-""Ya ya aku tahu aku tidak mempunyai Adamas Core. Hari ini juga, aku akan berangkat ke Gunung
Lan Feiyu kembali ke Padepokan Mata Air. Saat ini Lan Feiyu, Aixing dan Li Ren tengah berada di aula hening tempat mereka mengadakan perbincangan. Tidak hanya mereka bertiga, ada juga Li Haoxi, anak pertama dan satu-satunya dari guru Li Ren."Sejak satu bulan yang lalu, Yu Yulong mengirimkan mata-mata untuk mengawasi padepokan Mata Air," ucap Li Haoxi."Mereka mengirimkan burung kenari yang membuat gaduh di belakang padepokan," tambah pria itu."Kita bisa membunuhnya sekarang," ujar Aixing. Lan Feiyu menyenggol bahu Aixing kencang membuat Aixing mengatupkan bibirnya."Sebaiknya kita mengatur strategi untuk menangkap burung itu," ucap Li Haoxi."Tapi burung itu dikendalikan oleh Yu Yulong. Percuma kita menangkapnya kalau roh yang dikirim Yu Yulong diambil kembali," jelas Lan Feiyu.Li Ren menatap muridnya, pria paruh baya itu setuju dengan ucapan Lan Feiyu. Yu Yulong adalah pemimpin Sekte Yu, salah satu sek