Suara sabetan pedang yang beradu dengan angin terdengar sangat kencang di heningnya suasana di balik danau. Zizi berlatih pedang seorang diri, gadis itu tampak cekatan menggerakkan pedangnya. Yang menjadi korban Zizi adalah pohon-pohon kering yang tidak ada daunnya. ZIzi membabat habis pohon kering dengan lemparan pedangnya. Gadis itu benar-benar belum memikirkan cara yang tepat bagaimana bisa masuk ke Padepokan Mata Air. Guru Li Ren tidak akan membiarkan orang sepertinya masuk.
Zizi melemparkan pedangnya ke pohon kering yang berada di ujung danau. Belum sempat pedangnya sampai, sebuah pedang lain menepis pedang Zizi hingga pedang Zizi jatuh ke tanah. Zizi menarik pedangnya dari kejauhan, pedang itu kembali sendiri ke tempatnya yang terselip di samping tubuh Zizi.
Zizi menolehkan kepalanya, seorang pria berdiri tidak jauh darinya pun juga tengah menatapnya. Melihat itu, Zizi kembali menarik pedangnya, gadis itu berlari mengacungkan pedangnya. Pria asing itu menarik pedangnya dan membalas serangan Zizi.
Suara kedua pedang yang saling beradu terdengar bersama angin yang berhembus sedikit kencang. Di balik danau kupu-kupu, dua orang yang belum pernah bertemu itu saling bertarung. Rambut Zizi tampak berkibar karena terpaan angin. Gadis itu berusaha menyerang pria asing yang tampak lebih hebat dari dirinya.
"Akhh!"Zizi memundurkan tubuhnya tatkala pipinya tergores ujung pedang. Darah segar keluar dari sana. Pria yang melukai Zizi pun menghentikan serangannya.
"Aku tidak sengaja," ucap pria itu mendekati Zizi. Zizi mengacungkan pedangnya tepat di bawah dagu pria asing.
"Datang menyerangku lalu bilang tidak sengaja. Siapa kamu?" tanya Zizi.
"Aku hanya berniat menghentikan kamu yang menebas pohon. Aku Aixing," jawab Aixing, murid Lan Feiyu.
Zizi menarik pedangnya dan menyarungkan lagi ke samping tubuhnya. Gadis itu mengusap pipinya yang mengeluarkan darah. "Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya," ujar Zizi menatap Aixing.
"Ini obat untukmu, aku benar-benar tidak sengaja melakukannya." Aixing mengambil obat dalam saku baju dalamnya. Pria itu memberikan pada Zizi yang langsung diterima gadis itu.
"Aku murid di Padepokan Mata Air. Katanya di danau kupu-kupu terkenal seorang gadis yang bisa memainkan seruling dengan bagus. Apakah itu kamu?"
"Haiyah, kenapa kamu mengira itu aku," keluh Zizi berjalan menjauhi Aixing, Zizi merebahkan tubuhnya ke batu besar seraya mengangkat satu kakinya. Meski perempuan, Zizi sama sekali tidak ada anggun-anggunnya. Gadis ceroboh itu selalu bertingkah sesuka hatinya. Bukannya mengobati pipinya, Zizi malah meletakkan obat di samping tubuhnya.
"Anak kecil di sana mengatakan kalau gadis pemain seruling itu hanya berada di dua tempat, kalau tidak di danau kupu-kupu pasti di baliknya dan juga di bukit Zhi untuk mencari apel. Dan di sini aku menemukanmu," jawab Aixing.
Zizi mengembuskan napasnya, ia ingin merubah persepsi orang-orang bahwa ia bukan hanya jago memainkan seruling, melainkan jago bela diri. Zizi ingin menjadi kultivator yang bisa kultivasi ilmu, mendirikan Sekte dengan aliran baik dan membela yang lemah.
Aixing mendekati Zizi, pria itu menatap Zizi yang tengah berbaring sembari menatap ke langit. "Namaku Aixing, namamu Yan Zai Ziliu?"
"Ya. Untuk apa kamu mendatangiku?"
"Aku hanya ingin mendengarmu bermain seruling, tapi aku malah melihatmu bermain pedang. Kamu hebat juga."
Yang diucapkan Aixing benar adanya. Rumor gadis yang sangat cantik pemain seruling sudah dia dengar sejak lama. Namun ia baru bisa keluar mulai kemarin. Kini ia menemukannya, gadis berambut panjang dengan kulit seputih susu.
"Yan Zai Ziliu, apa kamu dari Klan Yan Kerajaan Api?" tanya Aixing.
"Kerajaan api? Di mana itu?"
Aixing menatap Yan Zai Ziliu dengan seksama. Ia sangat tidak asing dengan wajah Yan Zai Ziliu. Wajah Yan Zai Ziliu sangat mirip dengan Yan Lixin, putra mahkota kerajaan Api yang bertahun-tahun lalu datang menyerang kerajaan Lembah. Juga, nama keluarga mereka sama, yaitu Yan. Awalnya saat Aixing bertanya pada anak-anak, mereka hanya menjawab namanya Zai Ziliu, tetapi saat awal melihat Zai Zilui, entah kenapa Aixing yakin kalau Zai Zilui dari Klan Yan. Saat ia memanggil Zai Ziliu dengan marga Yan, Zai Ziliu mengiyakan.
"Kamu lahir dan tinggal di kota ini?"
"Ya, rumahku di daerah terpencil sedikit jauh dari sini," jawab Yan Zai Ziliu.
"Berapa umurmu?"
"Tujuh belas tahun."
Aixing mengangguk-anggukkan kepalanya, pria itu masih menatap Yan Zai Ziliu dengan seksama. Yan Zai Ziliu seolah benar-benar tidak tahu kerajaan Api. Namun, Aixing yakin kalau Yan Zai Ziliu bagian dari sana. Setelah pertempuran bertahun-tahun lalu, kerajaan Api diakusisi oleh kerajaan Lembah. Para penghuni istana yang selamat mengasingkan diri di berbagai tempat. Setelah sekian tahun, ia melihat salah satu dari keluarga Yan. Awalnya Aixing hanya iseng mencari seorang gadis yang pintar memainkan seruling, tapi yang ia temui malah musuh dari keluarga Lan.
"Yan Zai Ziliu, apa kamu punya keluarga? Kakak misalnya."
"Ada, tapi dia menghilang saat aku masih kecil. Dia bilang akan pulang setelah mendapatkan ilmu bela diri, tapi sampai sekarang tidak tahu kemana," jawab Yan Zai Ziliu menghembuskan napasnya lagi.
"Aixing!" panggil seseorang membuat Aixing menolehkan kepalanya. Begitu pun dengan Yan Zai Ziliu.
"Guru," panggil Aixing segera berdiri mendekati gurunya. Lan Feiyu menatap Aixing dan Zizi bergantian. Tatapan Lan Feiyu tampak tajam menusuk tepat di manik mata Aixing.
"Ada apa guru sampai datang kemari?" tanya Aixing. Lan Feiyu tidak menjawab pertanyaan Aixing. Pria itu datang bukan untuk mencari Aixing, melainkan mencari Zizi.
Lan Feiyu mendekati Zizi yang masih merebahkan diri di batu. Lan Feiyu menatap pipi Zizi yang mengeluarkan darah.
"Goresan pedang?" tanya Lan Feiyu.
"Oh ternyata kamu guru di Mata Air? Lihat, muridmu yang melukaiku," oceh Zizi menunjuk Aixing.
Aixing yang dikatai melukai tidak terima, pria itu mendekati Zizi lagi dan memukul kaki Zizi dengan kencang. "Aku sudah bilang aku tidak sengaja," ucap Aixing.
"Kalau pun kamu tidak sengaja, lalu kenapa kamu tiba-tiba datang menyerang?" sentak Zizi menendang tangan Aixing. Namun Aixing tetap tidak mau mengalah, pria itu memukul lagi kaki Zizi lebih kencang.
Lan Feiyu menatap keduanya, saat tangan Aixing ingin memukul untuk ke sekian kali, Lan Feiyu segera mencegahnya. Lan Feiyu mencekal tangan Aixing erat, sedangkan Aixing bergetar ketakutan.
"Guru," cicit Aixing.
"Setahuku kamu tidak ijin untuk keluar padepokan," ucap Lan Feiyu. Aixing menundukkan kepalanya. Ia memang tidak ijin Lan Feiyu, tapi sudah ijin guru Li Ren.
"Kembali!" titah Lan Feiyu melepas cekalan tangannya.
"Tapi-""Kembali!" titah Lan Feiyu lagi. Kalau gurunya sudah menyuruh, Aixing tidak ada pilihan lagi selain mengiyakan.
"Hahahahah ...." Suara tawa terdengar dari bibir Zizi. Zizi menertawakan Aixing yang sekarang menundukkan kepalanya seraya pergi menjauhinya. Aixing melirik sekilas ke arah Zizi sebelum melanjutkan jalannya.
Lan Feiyu mengambil obat yang terletak di samping tubuh Zizi, pria itu membuka bungkusan dan menaburkan ke pipi Zizi.
"Eh eh ... kenapa kamu kasar sekali," pekik Zizi menepis tangan Lan Feiyu yang mengobatinya. Ia belum siap, tapi Lan Feiyu menaburkan obat berbentuk serbuk yang membuat pipinya perih.
"Wajahmu terluka."
"Iya aku tahu, muridmu yang sudah melukaiku," ketus Zizi Lan Feiyu tidak menjawab, pria itu meratakan serbuk agar tepat berada di luka Zizi. Zizi terdiam, gadis itu menatap Lan Feiyu yang tampak serius mengobati lukanya.
Lan Feiyu mengacungkan dua jarinya dan meletakkan tepat di luka Zizi. Cahaya berwarna biru keluar dari tangan pria itu menuju pipi Zizi. Zizi menatap sedikit takut pada cahaya yang kini seolah masuk pada dirinya.
"Lan Feiyu, apa yang kamu lakukan?" tanya Zizi.
"Mengobatimu," jawab Lan Feiyu dengan singkat.
"Eh Lan Feiyu, ternyata kamu guru di padepokan Mata Air," ucap Zizi memukul pundak Lan Feiyu dengan pelan. Lan Feiyu sedikit menjauhkan tubuhnya."Kenapa kamu tidak masukin aku saja ke sana? Lan Feiyu, aku janji akan belajar dengan giat. Memberantas kejahatan dan melakukan kebaikan," ucap Zizi lagi meletakkan telapak tangannya di samping wajah seolah bersumpah."Lan Feiyu, bukan kah prinsip di Mata Air begitu? Angkat aku jadi muridmu, aku akan mengabdi padamu. Lan Feiyu, jadikan aku muridmu, ya." Zizi terus merengek meminta diangkat menjadi murid. Gadis itu memegang erat tangan Lan Feiyu dan menggoyang-goyangkan tangannya."Lan Feiyu!" panggil Zizi karena Lan Feiyu masih belum mengeluarkan sepatah kata pun."Tidak," jawab Lan Feiyu."Lan Feiyu, apa bedanya aku dengan murid yang lain?""Kamu tidak mempunyai-""Ya ya aku tahu aku tidak mempunyai Adamas Core. Hari ini juga, aku akan berangkat ke Gunung
Lan Feiyu kembali ke Padepokan Mata Air. Saat ini Lan Feiyu, Aixing dan Li Ren tengah berada di aula hening tempat mereka mengadakan perbincangan. Tidak hanya mereka bertiga, ada juga Li Haoxi, anak pertama dan satu-satunya dari guru Li Ren."Sejak satu bulan yang lalu, Yu Yulong mengirimkan mata-mata untuk mengawasi padepokan Mata Air," ucap Li Haoxi."Mereka mengirimkan burung kenari yang membuat gaduh di belakang padepokan," tambah pria itu."Kita bisa membunuhnya sekarang," ujar Aixing. Lan Feiyu menyenggol bahu Aixing kencang membuat Aixing mengatupkan bibirnya."Sebaiknya kita mengatur strategi untuk menangkap burung itu," ucap Li Haoxi."Tapi burung itu dikendalikan oleh Yu Yulong. Percuma kita menangkapnya kalau roh yang dikirim Yu Yulong diambil kembali," jelas Lan Feiyu.Li Ren menatap muridnya, pria paruh baya itu setuju dengan ucapan Lan Feiyu. Yu Yulong adalah pemimpin Sekte Yu, salah satu sek
Hari ini Lan Feiyu mulai melakukan perjalanannya untuk mendapatkan Lempeng Vi. Dengan Aixing dan Li Haoxi, Lan Feiyu mulai meninggalkan padepokan Mata Air. Lempeng Vi harus segera ditemukan dan disegel menjadi satu agar tidak menimbulkan perpecahan. Menghancurkan lempeng Vi menjadi delapan bagian nyatanya bukanlah pilihan yang tepat, karena lempeng itu masih bisa disatukan meski sudah dihancurkan menjadi delapan. Andai saat itu lempeng dihancurkan sampai menjadi abu, mungkin tidak akan ada peperangan yang dasyat. Lan Feiyu tidak akan membiarkan hal itu kembali terjadi.Prinsip Sekte Li, menegakkan kebenaran, menjaga perdamaian, melindungi yang lemah, kemanusiaan di atas segalanya, memerangi kebathilan, melakukan kebaikan. Untuk itu mereka akan mencari Lempeng Vi. Saat keluar mencari lempeng Vi, mereka sadar akan bahaya apa saja yang akan menghadang mereka. Namun, mereka seorang ksatria, tidak ada rasa takut sedikit pun selama mereka menegakkan kebaikan."Lan Feiy
Li Haoxi, Lan Feiyu dan Aixing sampai di daerah Saxum yang artinya daerah Batu. Di daerah terpencil itu ada gua batu raksaksa di sudut daerahnya. Semakin berbaya tempat, semakin aman tempat itu. Lan Feiyu yakin kalau tempat-tempat yang berbahaya adalah tempat di mana Lempeng Vi berada."Ada bahaya ... ada bahaya ...." Suara teriakan warga dari arah utara terdengar sangat kencang. Beberapa warga berlari sembari membawa obor di tangannya. Hari sudah mulai gelap, dan banyak anak-anak kecil menangis karena ketakutan."Tunggu!" Lan Feiyu menghentikan satu pria yang tengah berlari. Pria itu menepis tangan Lan Feiyu."Cepat, kita tidak ada waktu lagi, kita harus lari," ujar orang itu dengan panik. Lan Feiyu kembali meraih tangan pria itu saat pria itu akan berlari."Ada apa? kenapa mereka kabur?" tanya Lan Feiyu."Batu raksaksa di gua batu hidup lagi," jawabnya menepis tangan Lan Feiyu dan kembali kabur.Suara ri
Li Haoxi masih menyerang Xi Lang yang semakin membabi buta. Xi Lang seorang Villain yang licin bak belut. Xi Lang bisa menyamar menjadi apa saja dengan mantra sihir yang dia punyai. Xi Lang terus menyabetkan pedangnya pada Li Haoxi, beberapa kali juga pria itu melepas sihirnya untuk Tuan Muda Li. Li Haoxi menghindari beberapa serangan dan membalas serangan Xi Lang. Sesekali Li Haoxi menatap ke belakang, melihat Lan Feiyu dan Aixing yang menuju ke gua batu. Bagaimana pun juga Lempeng Vi harus cepat ditemukan dan disegel."Menyerah saja, Li Haoxi!" ucap Xi Lang tersenyum sinis. Senyum sinis dan tawa menyebalkan menjadi ciri khas Xi Lang."Kenapa tidak kamu saja yang menyerah, Xi Lang," jawab Li Haoxi."Bedebah!""Aku sudah sering mendapatkan gangguan darimu. Untuk ke sekian kali aku akan meladenimu," ujar Li Haoxi melemparkan pedang ke perut Xi Lang. Xi Lang ingin menghindar, tapi kalah cepat dengan pedang Li Haoxi yang menggores per
Xi Lang menatap Kai An Yu yang mengobati perutnya dengan telaten. Setelah menaburkan obat, Kai An Yu mengambil selembar kain untuk menutupi tubuh Xi Lang. "Lukamu akan sembuh dalam waktu satu minggu. Untuk sementara berbaringlah di sini, aku akan membereskan mayat keluargaku," ucap Kai An Yu.Xi Lang tidak bersuara, pria itu masih menatap Kai An Yu yang wajahnya tampak sayu. Meski perempuan itu mengusung senyum, terlihat sekali mata Kai An Yu berkaca-kaca. Kai An Yu keluar dar rumahnya, ada beberapa warga yang sudah membantu menyingkirkan mayat-mayat yang sudah tidak bernyawa. Kai An Yu menatap ayahnya, ayahnya lah dalang di balik orang-orang tidak bersalah yang saat ini mati. Dulu ibunya juga menjadi korban keserakahan ayahnya hingga ibunya meninggal saat ia masih berusia lima tahun. Kai An Yu dibesarkan oleh ayahnya, saat remaja Kai An Yu memutuskan untuk menjadi Kultivator wanita. Kai An Yu ikut pemburuan malam bersama ayah dan para klan Kai. Dan sebelum kejadian ini
Lan Feiyu dan Aixing menatap gua batu yang sangat gelap. Saat memasuki gua tersebut, hawa dingin langsung menyerangsampai ke tulang. "Aixing, tetap waspada dan hati-hati!" ujar Lan Feiyu yang kini mulai mendekat ke batu besar berbentuk ular dengan mulut yang menganga lebar."Iya, Guru," jawab Aixing menarik pedangnya. Mitos yang beredar di masyarakat batu itu bisa hidup setiap bulan purnama dan gerhana bulan. Malam ini bulan purnama, dan warga sudah pergi berlarian meninggalkan daerah gua batu.Kilau cahaya merah menyerang Aixing, Aixing menyabetkan pedangnya menangkis serangan kilat itu. Lan Feiyu menolehkan kepalanya pada Aixing. Awalnya serangan itu hanya satu kali berbentuk cahaya merah, tapi kini berkali-kali cahaya itu melemparkan serangannya. Lan Feiyu menarik pedangnya dan menangkis semua serangan cahaya merah yang semakin membabi buta.Suara gemuruh terdengar degan kencang disertai gua yang mereka pijak bergerak. "Guru, apa ada g
Yan ZaiZiliusampai di gurun Vinum tempat yang dikatakan oleh Lan Feiyu. Pria itu masih berada di kaki gurun, Yan Zai Ziliu istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa lelahnya. Perjalannya menuju ke Gurun Vinum tidak lah mudah, beberapa kali ia bertemu dengan Klan lain yang wajahnya tidak asing di matanya karena beberapa kali orang itu mencarinya. Yan Zai Ziliu hanya bisa menghindar karenajelas kalau mereka melawannya, Yan Zai Ziliu yang akan kalah. Yan ZaiZiliutidak tahu mengapa ia terus diburu oleh Klan dan Sekte lain. Yan ZaiZiliumerasa dari kecil ia tidak pernah membuat salah pada kelompok lain sekali pun. Yan ZaiZiliumenatap gurun yang sangat tandus, tidak ada buah satu pun yang bisa dimakan. Jangankan satu buah, satu pohon pun tidak ada. Dengan lemas Zizimengambil kendi air yang ia bawa dan dia ikat di pinggangnya. Namun sudah tidak ada air di sana."Akhhh ...."Gadis itu menendang kerikil dengan kesa