Suara sabetan pedang yang beradu dengan angin terdengar sangat kencang di heningnya suasana di balik danau. Zizi berlatih pedang seorang diri, gadis itu tampak cekatan menggerakkan pedangnya. Yang menjadi korban Zizi adalah pohon-pohon kering yang tidak ada daunnya. ZIzi membabat habis pohon kering dengan lemparan pedangnya. Gadis itu benar-benar belum memikirkan cara yang tepat bagaimana bisa masuk ke Padepokan Mata Air. Guru Li Ren tidak akan membiarkan orang sepertinya masuk.
Zizi melemparkan pedangnya ke pohon kering yang berada di ujung danau. Belum sempat pedangnya sampai, sebuah pedang lain menepis pedang Zizi hingga pedang Zizi jatuh ke tanah. Zizi menarik pedangnya dari kejauhan, pedang itu kembali sendiri ke tempatnya yang terselip di samping tubuh Zizi.
Zizi menolehkan kepalanya, seorang pria berdiri tidak jauh darinya pun juga tengah menatapnya. Melihat itu, Zizi kembali menarik pedangnya, gadis itu berlari mengacungkan pedangnya. Pria asing itu menarik pedangnya dan membalas serangan Zizi.
Suara kedua pedang yang saling beradu terdengar bersama angin yang berhembus sedikit kencang. Di balik danau kupu-kupu, dua orang yang belum pernah bertemu itu saling bertarung. Rambut Zizi tampak berkibar karena terpaan angin. Gadis itu berusaha menyerang pria asing yang tampak lebih hebat dari dirinya.
"Akhh!"Zizi memundurkan tubuhnya tatkala pipinya tergores ujung pedang. Darah segar keluar dari sana. Pria yang melukai Zizi pun menghentikan serangannya.
"Aku tidak sengaja," ucap pria itu mendekati Zizi. Zizi mengacungkan pedangnya tepat di bawah dagu pria asing.
"Datang menyerangku lalu bilang tidak sengaja. Siapa kamu?" tanya Zizi.
"Aku hanya berniat menghentikan kamu yang menebas pohon. Aku Aixing," jawab Aixing, murid Lan Feiyu.
Zizi menarik pedangnya dan menyarungkan lagi ke samping tubuhnya. Gadis itu mengusap pipinya yang mengeluarkan darah. "Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya," ujar Zizi menatap Aixing.
"Ini obat untukmu, aku benar-benar tidak sengaja melakukannya." Aixing mengambil obat dalam saku baju dalamnya. Pria itu memberikan pada Zizi yang langsung diterima gadis itu.
"Aku murid di Padepokan Mata Air. Katanya di danau kupu-kupu terkenal seorang gadis yang bisa memainkan seruling dengan bagus. Apakah itu kamu?"
"Haiyah, kenapa kamu mengira itu aku," keluh Zizi berjalan menjauhi Aixing, Zizi merebahkan tubuhnya ke batu besar seraya mengangkat satu kakinya. Meski perempuan, Zizi sama sekali tidak ada anggun-anggunnya. Gadis ceroboh itu selalu bertingkah sesuka hatinya. Bukannya mengobati pipinya, Zizi malah meletakkan obat di samping tubuhnya.
"Anak kecil di sana mengatakan kalau gadis pemain seruling itu hanya berada di dua tempat, kalau tidak di danau kupu-kupu pasti di baliknya dan juga di bukit Zhi untuk mencari apel. Dan di sini aku menemukanmu," jawab Aixing.
Zizi mengembuskan napasnya, ia ingin merubah persepsi orang-orang bahwa ia bukan hanya jago memainkan seruling, melainkan jago bela diri. Zizi ingin menjadi kultivator yang bisa kultivasi ilmu, mendirikan Sekte dengan aliran baik dan membela yang lemah.
Aixing mendekati Zizi, pria itu menatap Zizi yang tengah berbaring sembari menatap ke langit. "Namaku Aixing, namamu Yan Zai Ziliu?"
"Ya. Untuk apa kamu mendatangiku?"
"Aku hanya ingin mendengarmu bermain seruling, tapi aku malah melihatmu bermain pedang. Kamu hebat juga."
Yang diucapkan Aixing benar adanya. Rumor gadis yang sangat cantik pemain seruling sudah dia dengar sejak lama. Namun ia baru bisa keluar mulai kemarin. Kini ia menemukannya, gadis berambut panjang dengan kulit seputih susu.
"Yan Zai Ziliu, apa kamu dari Klan Yan Kerajaan Api?" tanya Aixing.
"Kerajaan api? Di mana itu?"
Aixing menatap Yan Zai Ziliu dengan seksama. Ia sangat tidak asing dengan wajah Yan Zai Ziliu. Wajah Yan Zai Ziliu sangat mirip dengan Yan Lixin, putra mahkota kerajaan Api yang bertahun-tahun lalu datang menyerang kerajaan Lembah. Juga, nama keluarga mereka sama, yaitu Yan. Awalnya saat Aixing bertanya pada anak-anak, mereka hanya menjawab namanya Zai Ziliu, tetapi saat awal melihat Zai Zilui, entah kenapa Aixing yakin kalau Zai Zilui dari Klan Yan. Saat ia memanggil Zai Ziliu dengan marga Yan, Zai Ziliu mengiyakan.
"Kamu lahir dan tinggal di kota ini?"
"Ya, rumahku di daerah terpencil sedikit jauh dari sini," jawab Yan Zai Ziliu.
"Berapa umurmu?"
"Tujuh belas tahun."
Aixing mengangguk-anggukkan kepalanya, pria itu masih menatap Yan Zai Ziliu dengan seksama. Yan Zai Ziliu seolah benar-benar tidak tahu kerajaan Api. Namun, Aixing yakin kalau Yan Zai Ziliu bagian dari sana. Setelah pertempuran bertahun-tahun lalu, kerajaan Api diakusisi oleh kerajaan Lembah. Para penghuni istana yang selamat mengasingkan diri di berbagai tempat. Setelah sekian tahun, ia melihat salah satu dari keluarga Yan. Awalnya Aixing hanya iseng mencari seorang gadis yang pintar memainkan seruling, tapi yang ia temui malah musuh dari keluarga Lan.
"Yan Zai Ziliu, apa kamu punya keluarga? Kakak misalnya."
"Ada, tapi dia menghilang saat aku masih kecil. Dia bilang akan pulang setelah mendapatkan ilmu bela diri, tapi sampai sekarang tidak tahu kemana," jawab Yan Zai Ziliu menghembuskan napasnya lagi.
"Aixing!" panggil seseorang membuat Aixing menolehkan kepalanya. Begitu pun dengan Yan Zai Ziliu.
"Guru," panggil Aixing segera berdiri mendekati gurunya. Lan Feiyu menatap Aixing dan Zizi bergantian. Tatapan Lan Feiyu tampak tajam menusuk tepat di manik mata Aixing.
"Ada apa guru sampai datang kemari?" tanya Aixing. Lan Feiyu tidak menjawab pertanyaan Aixing. Pria itu datang bukan untuk mencari Aixing, melainkan mencari Zizi.
Lan Feiyu mendekati Zizi yang masih merebahkan diri di batu. Lan Feiyu menatap pipi Zizi yang mengeluarkan darah.
"Goresan pedang?" tanya Lan Feiyu.
"Oh ternyata kamu guru di Mata Air? Lihat, muridmu yang melukaiku," oceh Zizi menunjuk Aixing.
Aixing yang dikatai melukai tidak terima, pria itu mendekati Zizi lagi dan memukul kaki Zizi dengan kencang. "Aku sudah bilang aku tidak sengaja," ucap Aixing.
"Kalau pun kamu tidak sengaja, lalu kenapa kamu tiba-tiba datang menyerang?" sentak Zizi menendang tangan Aixing. Namun Aixing tetap tidak mau mengalah, pria itu memukul lagi kaki Zizi lebih kencang.
Lan Feiyu menatap keduanya, saat tangan Aixing ingin memukul untuk ke sekian kali, Lan Feiyu segera mencegahnya. Lan Feiyu mencekal tangan Aixing erat, sedangkan Aixing bergetar ketakutan.
"Guru," cicit Aixing.
"Setahuku kamu tidak ijin untuk keluar padepokan," ucap Lan Feiyu. Aixing menundukkan kepalanya. Ia memang tidak ijin Lan Feiyu, tapi sudah ijin guru Li Ren.
"Kembali!" titah Lan Feiyu melepas cekalan tangannya.
"Tapi-""Kembali!" titah Lan Feiyu lagi. Kalau gurunya sudah menyuruh, Aixing tidak ada pilihan lagi selain mengiyakan.
"Hahahahah ...." Suara tawa terdengar dari bibir Zizi. Zizi menertawakan Aixing yang sekarang menundukkan kepalanya seraya pergi menjauhinya. Aixing melirik sekilas ke arah Zizi sebelum melanjutkan jalannya.
Lan Feiyu mengambil obat yang terletak di samping tubuh Zizi, pria itu membuka bungkusan dan menaburkan ke pipi Zizi.
"Eh eh ... kenapa kamu kasar sekali," pekik Zizi menepis tangan Lan Feiyu yang mengobatinya. Ia belum siap, tapi Lan Feiyu menaburkan obat berbentuk serbuk yang membuat pipinya perih.
"Wajahmu terluka."
"Iya aku tahu, muridmu yang sudah melukaiku," ketus Zizi Lan Feiyu tidak menjawab, pria itu meratakan serbuk agar tepat berada di luka Zizi. Zizi terdiam, gadis itu menatap Lan Feiyu yang tampak serius mengobati lukanya.
Lan Feiyu mengacungkan dua jarinya dan meletakkan tepat di luka Zizi. Cahaya berwarna biru keluar dari tangan pria itu menuju pipi Zizi. Zizi menatap sedikit takut pada cahaya yang kini seolah masuk pada dirinya.
"Lan Feiyu, apa yang kamu lakukan?" tanya Zizi.
"Mengobatimu," jawab Lan Feiyu dengan singkat.
"Eh Lan Feiyu, ternyata kamu guru di padepokan Mata Air," ucap Zizi memukul pundak Lan Feiyu dengan pelan. Lan Feiyu sedikit menjauhkan tubuhnya."Kenapa kamu tidak masukin aku saja ke sana? Lan Feiyu, aku janji akan belajar dengan giat. Memberantas kejahatan dan melakukan kebaikan," ucap Zizi lagi meletakkan telapak tangannya di samping wajah seolah bersumpah."Lan Feiyu, bukan kah prinsip di Mata Air begitu? Angkat aku jadi muridmu, aku akan mengabdi padamu. Lan Feiyu, jadikan aku muridmu, ya." Zizi terus merengek meminta diangkat menjadi murid. Gadis itu memegang erat tangan Lan Feiyu dan menggoyang-goyangkan tangannya."Lan Feiyu!" panggil Zizi karena Lan Feiyu masih belum mengeluarkan sepatah kata pun."Tidak," jawab Lan Feiyu."Lan Feiyu, apa bedanya aku dengan murid yang lain?""Kamu tidak mempunyai-""Ya ya aku tahu aku tidak mempunyai Adamas Core. Hari ini juga, aku akan berangkat ke Gunung
Lan Feiyu kembali ke Padepokan Mata Air. Saat ini Lan Feiyu, Aixing dan Li Ren tengah berada di aula hening tempat mereka mengadakan perbincangan. Tidak hanya mereka bertiga, ada juga Li Haoxi, anak pertama dan satu-satunya dari guru Li Ren."Sejak satu bulan yang lalu, Yu Yulong mengirimkan mata-mata untuk mengawasi padepokan Mata Air," ucap Li Haoxi."Mereka mengirimkan burung kenari yang membuat gaduh di belakang padepokan," tambah pria itu."Kita bisa membunuhnya sekarang," ujar Aixing. Lan Feiyu menyenggol bahu Aixing kencang membuat Aixing mengatupkan bibirnya."Sebaiknya kita mengatur strategi untuk menangkap burung itu," ucap Li Haoxi."Tapi burung itu dikendalikan oleh Yu Yulong. Percuma kita menangkapnya kalau roh yang dikirim Yu Yulong diambil kembali," jelas Lan Feiyu.Li Ren menatap muridnya, pria paruh baya itu setuju dengan ucapan Lan Feiyu. Yu Yulong adalah pemimpin Sekte Yu, salah satu sek
Hari ini Lan Feiyu mulai melakukan perjalanannya untuk mendapatkan Lempeng Vi. Dengan Aixing dan Li Haoxi, Lan Feiyu mulai meninggalkan padepokan Mata Air. Lempeng Vi harus segera ditemukan dan disegel menjadi satu agar tidak menimbulkan perpecahan. Menghancurkan lempeng Vi menjadi delapan bagian nyatanya bukanlah pilihan yang tepat, karena lempeng itu masih bisa disatukan meski sudah dihancurkan menjadi delapan. Andai saat itu lempeng dihancurkan sampai menjadi abu, mungkin tidak akan ada peperangan yang dasyat. Lan Feiyu tidak akan membiarkan hal itu kembali terjadi.Prinsip Sekte Li, menegakkan kebenaran, menjaga perdamaian, melindungi yang lemah, kemanusiaan di atas segalanya, memerangi kebathilan, melakukan kebaikan. Untuk itu mereka akan mencari Lempeng Vi. Saat keluar mencari lempeng Vi, mereka sadar akan bahaya apa saja yang akan menghadang mereka. Namun, mereka seorang ksatria, tidak ada rasa takut sedikit pun selama mereka menegakkan kebaikan."Lan Feiy
Li Haoxi, Lan Feiyu dan Aixing sampai di daerah Saxum yang artinya daerah Batu. Di daerah terpencil itu ada gua batu raksaksa di sudut daerahnya. Semakin berbaya tempat, semakin aman tempat itu. Lan Feiyu yakin kalau tempat-tempat yang berbahaya adalah tempat di mana Lempeng Vi berada."Ada bahaya ... ada bahaya ...." Suara teriakan warga dari arah utara terdengar sangat kencang. Beberapa warga berlari sembari membawa obor di tangannya. Hari sudah mulai gelap, dan banyak anak-anak kecil menangis karena ketakutan."Tunggu!" Lan Feiyu menghentikan satu pria yang tengah berlari. Pria itu menepis tangan Lan Feiyu."Cepat, kita tidak ada waktu lagi, kita harus lari," ujar orang itu dengan panik. Lan Feiyu kembali meraih tangan pria itu saat pria itu akan berlari."Ada apa? kenapa mereka kabur?" tanya Lan Feiyu."Batu raksaksa di gua batu hidup lagi," jawabnya menepis tangan Lan Feiyu dan kembali kabur.Suara ri
Li Haoxi masih menyerang Xi Lang yang semakin membabi buta. Xi Lang seorang Villain yang licin bak belut. Xi Lang bisa menyamar menjadi apa saja dengan mantra sihir yang dia punyai. Xi Lang terus menyabetkan pedangnya pada Li Haoxi, beberapa kali juga pria itu melepas sihirnya untuk Tuan Muda Li. Li Haoxi menghindari beberapa serangan dan membalas serangan Xi Lang. Sesekali Li Haoxi menatap ke belakang, melihat Lan Feiyu dan Aixing yang menuju ke gua batu. Bagaimana pun juga Lempeng Vi harus cepat ditemukan dan disegel."Menyerah saja, Li Haoxi!" ucap Xi Lang tersenyum sinis. Senyum sinis dan tawa menyebalkan menjadi ciri khas Xi Lang."Kenapa tidak kamu saja yang menyerah, Xi Lang," jawab Li Haoxi."Bedebah!""Aku sudah sering mendapatkan gangguan darimu. Untuk ke sekian kali aku akan meladenimu," ujar Li Haoxi melemparkan pedang ke perut Xi Lang. Xi Lang ingin menghindar, tapi kalah cepat dengan pedang Li Haoxi yang menggores per
Xi Lang menatap Kai An Yu yang mengobati perutnya dengan telaten. Setelah menaburkan obat, Kai An Yu mengambil selembar kain untuk menutupi tubuh Xi Lang. "Lukamu akan sembuh dalam waktu satu minggu. Untuk sementara berbaringlah di sini, aku akan membereskan mayat keluargaku," ucap Kai An Yu.Xi Lang tidak bersuara, pria itu masih menatap Kai An Yu yang wajahnya tampak sayu. Meski perempuan itu mengusung senyum, terlihat sekali mata Kai An Yu berkaca-kaca. Kai An Yu keluar dar rumahnya, ada beberapa warga yang sudah membantu menyingkirkan mayat-mayat yang sudah tidak bernyawa. Kai An Yu menatap ayahnya, ayahnya lah dalang di balik orang-orang tidak bersalah yang saat ini mati. Dulu ibunya juga menjadi korban keserakahan ayahnya hingga ibunya meninggal saat ia masih berusia lima tahun. Kai An Yu dibesarkan oleh ayahnya, saat remaja Kai An Yu memutuskan untuk menjadi Kultivator wanita. Kai An Yu ikut pemburuan malam bersama ayah dan para klan Kai. Dan sebelum kejadian ini
Lan Feiyu dan Aixing menatap gua batu yang sangat gelap. Saat memasuki gua tersebut, hawa dingin langsung menyerangsampai ke tulang. "Aixing, tetap waspada dan hati-hati!" ujar Lan Feiyu yang kini mulai mendekat ke batu besar berbentuk ular dengan mulut yang menganga lebar."Iya, Guru," jawab Aixing menarik pedangnya. Mitos yang beredar di masyarakat batu itu bisa hidup setiap bulan purnama dan gerhana bulan. Malam ini bulan purnama, dan warga sudah pergi berlarian meninggalkan daerah gua batu.Kilau cahaya merah menyerang Aixing, Aixing menyabetkan pedangnya menangkis serangan kilat itu. Lan Feiyu menolehkan kepalanya pada Aixing. Awalnya serangan itu hanya satu kali berbentuk cahaya merah, tapi kini berkali-kali cahaya itu melemparkan serangannya. Lan Feiyu menarik pedangnya dan menangkis semua serangan cahaya merah yang semakin membabi buta.Suara gemuruh terdengar degan kencang disertai gua yang mereka pijak bergerak. "Guru, apa ada g
Yan ZaiZiliusampai di gurun Vinum tempat yang dikatakan oleh Lan Feiyu. Pria itu masih berada di kaki gurun, Yan Zai Ziliu istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa lelahnya. Perjalannya menuju ke Gurun Vinum tidak lah mudah, beberapa kali ia bertemu dengan Klan lain yang wajahnya tidak asing di matanya karena beberapa kali orang itu mencarinya. Yan Zai Ziliu hanya bisa menghindar karenajelas kalau mereka melawannya, Yan Zai Ziliu yang akan kalah. Yan ZaiZiliutidak tahu mengapa ia terus diburu oleh Klan dan Sekte lain. Yan ZaiZiliumerasa dari kecil ia tidak pernah membuat salah pada kelompok lain sekali pun. Yan ZaiZiliumenatap gurun yang sangat tandus, tidak ada buah satu pun yang bisa dimakan. Jangankan satu buah, satu pohon pun tidak ada. Dengan lemas Zizimengambil kendi air yang ia bawa dan dia ikat di pinggangnya. Namun sudah tidak ada air di sana."Akhhh ...."Gadis itu menendang kerikil dengan kesa
"Hahaha ... rasain," pekik Zizi mendorong tubuh Ji Lian ke sungai di bawah air terjun. Zizi sudah sembuh sejak kemarin, gadis itu senang saat ia bangun ia mendapati teman-temannya yang datang. Dan saat ini teman-temannya malah tidak mau kembali ke Mata Air. Kata teman-temannya lebih enak di Lianhua dari pada Mata Air. "Zizi, kamu nakal sekali. rasain ini!" pekik Ji Lian menarik tangan Zizi hingga Zizi ikut jatuh ke sungai. Kedua orang itu tertawa dengan nyaring. Wei Yizi dan Xuan Yi demikian. Kedua orang itu sedang saling dorong untuk menjatuhkan lawannya agar jatuh ke air. "Rasain ini, rasain," pekik Wei Yizi mendorong Xuan Yi agar jatuh, tetapi dirinya sendiri lah yang terjatuh ke air. Xuan Yi tertawa dengan kencang, menertawakan Wei Yizi yang jatuh sendiri. Keempat orang itu saling melempar tawa. Zizi memainkan air untuk mengguyurnya ke Wei Yizi. Terlihat jelas di raut wajah mereka kalau mereka sedang bahagia. Kini segala permasalahan yang terjadi sudah teratasi. Lempeng Vi, dan
Setelah tiga hari, Lan Feiyu sudah sehat seperti sedia kala. Saat ini Lan Feiyu tengah menatap pemandangan yang indah di hadapannya. Pria itu berada di depan tangga yang penuh pohon kertas di kanan dan kirinya. "Lan Feiyu, kita harus mengambil lempeng Vi secepatnya," ucap Li Haoxi pada Lan Feiyu. Lan Feiyu menganggukkan kepalanya. Yan Liqin datang bersama Zizi menghampiri mereka. Yan Liqin menarik bajunya hingga memperlihatkan tubuh atasnya. Cahaya emas keluar dari tubuh Yan Liqin yang menyilaukan. "Aku sudah siap, ambil secepatnya," ucap Yan Liqin. "Kakak," panggil Zizi memegang tangan kakaknya. "Kakak tidak akan kenapa-napa," ucap Yan Liqin meyakinkan adiknya. "Kakak harus janji padaku kalau kakak akan baik-baik saja!" pinta Zizi. "Zizi, kultivasi di diri kakak tidak rendah, hanya mengeluarkan lempeng Vi tidak akan sulit buat kakak." "Apa nanti kekuatan kakak akan hilang?" "Tidak," jawab Yan Liqin. Yan Liqin mengajak Lan Feiyu, Li Haoxi dan Li Ren menuju ruang pengobatan.
Lianhua yang berarti teratai, seperti namanya, tempat ini dipenuhi dengan bunga teratai yang sangat indah. Lan Feiyu, Zizi, Aixing, Li Ren, Li Haoxi, Xiaowen, Yan Liqin, dan Wei Yizi memijakkan kakinya di gerbang utama Lianhua yang sangat megah. Zizi menatap takjup ke arah air terjun di samping istana yang penuh dengan bunga kertas. Di samping kanan ada lapangan yang sepertinya digunakan oleh Yan Liqin untuk berlatih, sedangkan di sampingnya ada danau dengan banyak bunga teratai. Di sisi kiri, ada istana megah dengan banyak bunga kertas di sana. Zizi tidak bisa menghentikan kekagumannya menatap ke sana. Lan Feiyu yang masih setengah sadar ikut takjup melihat tempat yang ditinggali Yan Liqin. Yan Liqin menolehkan kepalanya, pria itu melihat Lan Feiyu yang lemas dibantu Xiaowen. Yan Liqin menghampiri Xiaowen, pria itu menarik tangan Lan Feiyu dan mengalungkan ke lehernya. Yan Liqin menggendong tubuh Lan Feiyu. "Aku masih bisa jalan sendiri," ucap Lan Feiyu. "Xiowen, panggilkan tabib
"Li Zimai, ini sangat tidak masuk akal. Kamu sudah lama berlatih di Mata Air, kamu juga menguasai ilmu sabre yang baik. Aku pernah melawanmu, dan aku tahu betul bagaimana kemampuanmu. Tetapi hanya karena alasan sepele, kamu membelot mengikuti kultivasi hitam. Sangat konyol," ujar Zizi menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang konyol bagiku. Ini bukan salahku, tetapi salah kalian. Siapa kamu Zizi, kamu adalah gadis yang tidak tahu diri. Karena kamu, aku tidak lagi punya tempat di Mata Air." "Kalau sejak awal kamu menginginkan tempat di Mata Air, kamu bisa mengatakannya padaku. Dengan senang hati aku akan keluar. Tetapi yang saat ini kamu lakukan, kamu sudah menghianati kepercayaan Klanmu sendiri. Kamu dibesarkan oleh Guru Li, tetapi saat besar kamu menjadi musuh dalam selimut. Kamu menikam kami semua dengan menghadang perjalanan kami saat mencari lempeng Vi. Yang lebih tidak tahu malu itu kamu!" tunjuk Zizi dengan marah. "Guru Li, Lan Feiyu dan Aixing bekerja keras untuk mendapatkan
Suasana semakin ricuh saat mereka terus beradu kekuatan. Zizi tidak tinggal diam, perempuan itu ikut menyerang menggunakan pedangnya. Tidak sengaja Zizi menebas tangan Yu Yulong saat pria itu akan pergi. Yu Yulong mati di tempat karena Zizi. Ji Nian, Wei Mingho yang menjadi provokasi dalam pengepungan itu pun kini kuwalahan dengan keberaniannya sendiri. Kini pertarungan menjadi dua kubu, kubu yang dipimpin Wei Minghao dan kubu yang dipimpin oleh Yan Liqin. Kekuatan Yan Liqin saat ini menjadi kekuatan paling kuat, penguasa gunung setan sudah ia taklukkan. menaklukkan barisan orang serakah yang saat ini ada di depannya tidak membuat Yan Liqin gentar. Aixing mengeluarkan busurnya, pria itu melesakkan tujuh anak panah yang mengeluarkan api. Seketika bisa membunuh orang-orang yang akan menyerangnya. Selalu ada yang dikorbankan untuk sesuatu yang lebih besar. Bukan Lan Feiyu ingin membuat keributan hingga banyak nyawa yang tumbang, tetapi demi perdamaian di kemudian hari. Orang-orang yang
"Aku akan membawa Zizi," ucap Lan Feiyu. Namun, Yan Liqin segera membopong tubuh Zizi, pria itu membawa Zizi dalam gendongannya. "Aku bilang aku yang bawa Zizi," ucap Lan Feiyu menghadang Yan Liqin yang akan berjalan. "Aku kakakknya, aku yang berhak membawanya," jawab Yan Liqin. "Aku kekasihnya," kata Lan Feiyu. "Lan Feiyu, kita bahas di luar. Di gua ini menyerap energi," ucap Li Haoxi menarik tangan Lan Feiyu agar menyingkir dari Yan Liqin. Yan Liqin meninggalkan Lan Feiyu, pria itu berjalan keluar dari gua. Lan Feiyu, Li Haoxi, dan Aixing mengikuti Yan Liqin. Saat mereka sampai di luar, langit yang tadi saat mereka datang berwarna gelap, kini menjadi cerah seketika. Gunung setan itu kini tidak lagi tandus dan kering, hewan-hewan yang tadi ada di sana juga hilang seketika. "Eh, keadaan tanah sudah tidak tandus lagi," ucap Aixing menatap tanah yang sudah terlihat subur. "Anyao sudah mati, sihir jahat yang dia kelola ikut musnah," kata Yan Liqin. "Kamu mau membawa Zizi kemana?
Zizi memeluk tubuh Yan Liqin dengan erat, pun dengan Yan Liqin yang membalas pelukan adiknya tidak kalah erat. Bertahun-tahun mereka berpisah, dan kali ini mereka dipertemukan. Yan Liqin merasakan dadanya yang basah karena tangisan adiknya, pun dengan dirinya yang tidak bisa membendung air matanya. Setiap detiknya ia sangat merindukan Zizi, baru kali ini ia bisa menemui adiknya. Setelah Yan Liqin meminta Xiaowen untuk mencari jejak Lan Feiyu, akhirnya Yan Liqin bisa menemukan Lan Feiyu beserta adiknya di gunung Setan. Aixing, Lan Feiyu dan Li Haoxi terdiam melihat Yan Liqin dan Zai Ziliu saling berpelukan. Yan Liqin mengelus kepala adiknya dengan lembut. "Kakak, selama ini kakak kemana saja? Kakak sudah janji padaku untuk kembali dengan cepat, tetapi ini sudah sepuluh tahun kakak baru datang," ucap Zizi menangis sesenggukan. "Maafkan kakak," jawab Yan Liqin. Yan Liqin mengurai pelukannya dengan adiknya, tetapi Zizi menahannya. Zizi terus memeluk tubuh Yan Liqin dengan erat. "Jang
Di gua hutan tembakau, Wei Yizi menatap penyendera dirinya yang masih asik tertidur di atasnya. Suara langkah kaki membuat Wei Yizi dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Yan Liqin, tidak hanya itu, Wei Yizi juga menendang Yan Liqin dengan kencang. "Ada apa?" tanya Xiaowen yang membuat Wei Yizi terkesiap. Tanpa menjawab pertanyaan Xiaowen, Wei Yizi segera pergi dari sana. Gadis itu berlari keluar dan kembali ke tempat temna-temannya berada. Napas wei Yizi naik turun, dadanya berdetak cepat dan jantungnya sangat bertalu-talu. "Wei Yizi, kamu dari mana? Yan Liqin tidak berbuat jahat padamu, Kan?" tanya Xuan Yi yang khawatir. Wei Yizi menggeleng, "Yan Liqin tidak berbuat apa-apa padaku," jawabnya. "Semalaman kamu hilang, aku pikir Yan Liqin sudah berbuat jahat padamu."Wei Yizi membulatkan matanya mendengar ucapan Ji Lian. Ia tidak menyangka kalau sudah semalam penuh ia tidur seraya menyangga tubuh Yan Liqin. Yizi pikir itu hanya sesaat, tetapi ternyata sudah semalaman. Wei Yizi menepu
"Aku adalah putri bunga yang dikutuk oleh tetua karena aku mencintai orang dari klan iblis. Aku berada di sini sudah ratusan tahun. Tidak aku sangka, sekarang aku bisa bebas dari kutukan ini," ucap putri bunga yang sangat cantik. Putri bunga itu memetik bunga peony di sampingnya dan memberikannya pada Lan Feiyu. "Kutukan itu sudah hilang sekarang, sama seperti kutukanmu yang hilang. Dengan menyelamatkanku, lima ratus kutukanmu yang tersisa sudah hilang," ucap putri bunga itu. Senyum tipis tersungging di bibir Lan Feiyu. Benar apa kata gurunya, kalau semua akan terjawab saat ia keluar dari Mata Air. Kini kutukan yang ia pikir akan memberatkannya, sudah hilang dan ia terbebas dari beban itu. "Terimakasih," ucap Lan Feiyu. "Aku yang seharusnya berterimakasih," jawab putri itu. "Aku harus melanjutkan perjalanan. Sekarang aku masih punya tiga lempeng Vi, satu dibawa gadis bertopeng, kurang empat lempeng lagi yang harus aku dapatkan," ucap Lan Feiyu. "Dua lempeng ada di gunung setan, s