Lan Feiyu dan Aixing menatap gua batu yang sangat gelap. Saat memasuki gua tersebut, hawa dingin langsung menyerang sampai ke tulang. "Aixing, tetap waspada dan hati-hati!" ujar Lan Feiyu yang kini mulai mendekat ke batu besar berbentuk ular dengan mulut yang menganga lebar.
"Iya, Guru," jawab Aixing menarik pedangnya. Mitos yang beredar di masyarakat batu itu bisa hidup setiap bulan purnama dan gerhana bulan. Malam ini bulan purnama, dan warga sudah pergi berlarian meninggalkan daerah gua batu.
Kilau cahaya merah menyerang Aixing, Aixing menyabetkan pedangnya menangkis serangan kilat itu. Lan Feiyu menolehkan kepalanya pada Aixing. Awalnya serangan itu hanya satu kali berbentuk cahaya merah, tapi kini berkali-kali cahaya itu melemparkan serangannya. Lan Feiyu menarik pedangnya dan menangkis semua serangan cahaya merah yang semakin membabi buta.
Suara gemuruh terdengar degan kencang disertai gua yang mereka pijak bergerak. "Guru, apa ada g
Yan ZaiZiliusampai di gurun Vinum tempat yang dikatakan oleh Lan Feiyu. Pria itu masih berada di kaki gurun, Yan Zai Ziliu istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa lelahnya. Perjalannya menuju ke Gurun Vinum tidak lah mudah, beberapa kali ia bertemu dengan Klan lain yang wajahnya tidak asing di matanya karena beberapa kali orang itu mencarinya. Yan Zai Ziliu hanya bisa menghindar karenajelas kalau mereka melawannya, Yan Zai Ziliu yang akan kalah. Yan ZaiZiliutidak tahu mengapa ia terus diburu oleh Klan dan Sekte lain. Yan ZaiZiliumerasa dari kecil ia tidak pernah membuat salah pada kelompok lain sekali pun. Yan ZaiZiliumenatap gurun yang sangat tandus, tidak ada buah satu pun yang bisa dimakan. Jangankan satu buah, satu pohon pun tidak ada. Dengan lemas Zizimengambil kendi air yang ia bawa dan dia ikat di pinggangnya. Namun sudah tidak ada air di sana."Akhhh ...."Gadis itu menendang kerikil dengan kesa
Jing Yao, Xi Lilang, Li Yuan, dan Yan Ahhes, empat orang yang bersahabat di jaman dahulu. Keempat orang itu mempunyai hubungan yang sangat baik. Dari ketiganya itu Yan Ahhes adalah tetua dari Klan Yan yang mengajarkan kultivasi suci. Tetua keluarga Li lah yang menciptakan Lempeng Vi. Lempeng itu bisa dipakai oleh empat keturunan meski itu hanya satu kepingan. Li, Jing, Xi dan Yan. Tapi, tidak banyak yang tahu soal itu, begitu pun dengan Li, yang keluarga Li tahu, lempeng itu hanya milik tetua Li. Satu kepingan dapat digunakan oleh empat Klan, kecuali kalau orang lain yang menggunakannya, maka dibutuhkan delapan kepingan lempeng lalu disatukan dan dileburkan bersama. Maka itu Lempeng Vi terus diburu oleh berbagai sekte. Mereka berlomba untuk mendapatkan delapan bagian lempeng itu. Yan Zai Ziliu jatuh tidak sadarkan diri setelah Jing Yao memasukkan adamas core di nadinya hingga menyebar ke seluruh darah Yan Za Ziliu. Sudah lebih dari tiga jam gadis itu tidak membuka matanya di dalam gu
Zizi masih terus menghindari serangan Yu Yaqin. Yu Yaqin menggunakan pedang untuk menyerangnya bertubi-tubi, sedangkan Zizi tidak ada tenaga untuk sekadar menarik pedangnya. Zizi sudah sangat lelah, seluruh tenaganya seolah terkuras habis. Jing Yao sudah mengatakan kondisinya yang lemah akan bertahan tiga hari. Namun kalau begini caranya ia bisa mati di tangan Yu Yaqin. "Kenapa kamu terus menghindar, Yan Zai Ziliu?" tanya Yu Yaqin mengacungkan pedangnya ke leher Zizi, dengan cekatan Zizi menghindar. "Aku tidak mengenalmu," jawab Zizi. Yu Yaqin menarik pedangnya lagi, pria itu memasukkan pedang pada tempatnya. "Kamu tidak mengenalku?" tanya Yu Yaqin. "Buat apa aku mengenal perusuh seperti dirimu? Kita bertemu beberapa kali, tapi aku tidak tahu kenapa kamu terus menyerangku," ujar Zizi. Zizi terbatuk-batuk karena dadanya yang terasa sesak."Dimana kakakmu?" tanya Yu Yaqin. "Mana aku tahu? Kalau pun aku tahu, aku tidak akan memberitahukan padamu. Cuih, tidak berguna." Zizi berucap s
“Xi Lang, lepaskan Zai Ziliu!” titah Lan Feiyu dengan tajam.“Serahkan benda itu!” titah Xi Lang dengan senyum sinis yang tersungging di wajahnya.“Benda apa yang kamu maksud?”“Tidak perlu pura-pura bodoh, Lan Feiyu. Aku tahu benda itu ada di antara kalian. Kalau tidak, bagaimana aku mengejar kalian?”“Kamu yang mulai, Xing Lang,” kata Lan Feiyu mendesis tajam. Lan Feiyu menarik pedangnya lagi. Namun Xing Lang semakin mendekatkan pedangnya juga pada leher Yan Zai Ziliu. Yan Zai Ziliu terkesiap, gadis itu semakin mendongakkan lehernya. Darah segar keluar dari leher gadis cantik itu tatkala pedang Xing Lang menggoresnya.Aixing mengeluarkan sesuatu dari ujung jarinya, jarum emas ada di sana. Aixing mengarahkan pada Xing Lang tepat mengenai pinggang pria itu. Xing Lang tersentak, darah segar keluar dari pinggang Xing Lang. Di sisa tenaganya yang sudah menipis, Yan Zai Ziliu menendang kaki Xing Lang, gadis itu ingin lepas dari Xing Lang. Namun tangan Xing Lang kembali menarik tubuhnya.T
Bruggh!“Akhhh!”Suara tendangan dan pekikan keras terdengar sangat nyaring di istana darah sekte Yu. Tubuh Yu Yaqin dan Xing Lang terlempar dengan kencang tepat di hadapan Yu Yulong, ketua Sekte Yu.Istana Sekte Yu disebut istana darah karena saat pertama memasuki gerbang istana yang sangat megah itu, akan mencium bau anyir darah. Juga Sekte Yu selalu mengorbankan darah prajuritnya untuk bertarung. Pedang Yu Yulong dan Yu Yaqin akan bekerja kalau digoreskan dengan darah.Saat ini Yu Yulong tengah mengepalkan tangannya dengan kuat, pria itu terlihat sangat marah saat melihat kekalahan Yu Yaqin dan Xing Lang. Ia sudah mengirimkan dua puluh prajurit, tapi mereka kalah dengan tiga orang saja.“Xing Lang, kamu sudah mengecewakanku,” ucap Yu Yulong bangun dari kursi kebesarannya.“Maafkan aku, Tuan,” ucap Xing Lang.Yu Yulong mendekati Xing Lang, pria itu menendang tubuh Xing Lang dengan kencang. Kekuatan dari Yu Yulong membuat tubuh Xing Lang terpental jauh. Xing Lang menubruk rak kayu ya
Salju turun dengan sangat deras menutupi seluruh pepohonan dan atap-atap di padepokan. Lan Feiyu berdiri di teras kamarnya, pria itu mendongakkan kepalanya ke atas, menatap salju yang turun dengan sangat indah. Rambut Lan Feiyu tergerai indah, menari-nari saat angin berhembus sangat kencang. Baju putih yang digunakan Lam Feiyu membuat pria itu terlihat sangat tampan. Aixing berjalan di bawah hujan salju, di kakinya pria itu sedikit memainkan benda putih yang jatuh dari langit. Musim salju selalu menjadi hari yang Aixing nanti-nanti. Hari ini menjadi hari yang sedikit berat bagi Aixing, di mana sejak pagi pikirannya sangat berkecamuk dengan satu orang, yaitu Zai Ziliu. Keselamatan Zai Ziliu terancam karena Sekte Yu sudah menangkap keberadaan Zai Ziliu. "Yan Lixin, Yan Zai Ziliu," gumam Axing seorang diri. "Yan Ambira, Yan Anhes." Aixing terus berguam seorang diri. Pria itu tengah mengurutkan silsilah keluarga Yan Zai Ziliu. Aixing menolehkan kepalanya, ia menatap gurunya yang berad
Seorang gadis tengah terbaring lemah di sebuah ranjang kecil yang sangat sederhana. Gadis itu lambat laun membuka matanya, tampak penglihatannya sangat remang dan kepalanya terasa pusing. Suara kelambu di sibak pun terdengar di telinga Zizi, tidak berapa lama silau cahaya masuk di retina Zizi. Gadis itu segera beranjak bangun meski kepalanya terasa berat. "Jangan buru-buru bangun, Nona," uxap seorang perempuan asing bergegas mendekati Zizi. Perempuan itu terlihat sangat cantik dan terlihat seumuran Zizi."Si ... siapa?" tanya Zizi yang kini sangat waspada. Ingatan saat ia diserang oleh orang-orang jahat membuat Zizi menarik pedangnya. Zizi mengacungkan pedang ke seorang gadis yang mencoba mendekatinya. "Di mana aku?" tanya Zizi dengan tajam. Seingat Zizi, ia masih berada di gurun dan tengah diserang oleh orang-orang jahat. "Lan Feiyu," gumam Zizi. Zizi ingat betul kalau ia ditolong oleh Lan Feiyu. "Ada apa?" seorang pria membuka pintu kamar Zizi hingga terbuka dengan lebar. Zizi m
Zizi dan Zimai berlutut di hadapan Lan Feiyu. Sedangkan pedang mereka masih menancap di tanah. Zimai menunduk takut, tetapi Zizi, gadis itu malah melirik-lirik ke arah Zimai. Tangan gadis itu juga merayap menusuk-nusuk kaki Zimai. "Hsstt ... Zimai, apa yang akan terjadi?" tanya Zizi pelan. "Husst diamlah. Jangan membuat masalah jadi runyam," bisik Zimai yang sangat ketakutan. Seumur-umur ia berada di Mata Air, ia tidak pernah melanggar aturan, tetapi kali ini. Gara-gara Zizi ia harus terlibat dalam pelanggaran. "Tapi kenapa kita harus berlutut di sini?" "Ini semua gara-gara kamu yang menyerangku!" Tak!Zizi memukul kepala belakang Zimai dengan kencang membuat Zimai mengaduh kesakitan. Sedangkan Lan Feiyu, pria itu semakin mengepalkan tangannya dengan kuat. "Zizi!" desis Lan Feiyu dengan tajam. "Hadir!" jawab Zizi mengangkat tangannya. "Berlutut yang benar!" desis Lan Feiyu. "Aduh lutuku sangat sakit terus berlutut seperti ini," keluh Zizi. Beberapa murid berpakaian putih ber