Zizi masih terus menghindari serangan Yu Yaqin. Yu Yaqin menggunakan pedang untuk menyerangnya bertubi-tubi, sedangkan Zizi tidak ada tenaga untuk sekadar menarik pedangnya. Zizi sudah sangat lelah, seluruh tenaganya seolah terkuras habis. Jing Yao sudah mengatakan kondisinya yang lemah akan bertahan tiga hari. Namun kalau begini caranya ia bisa mati di tangan Yu Yaqin. "Kenapa kamu terus menghindar, Yan Zai Ziliu?" tanya Yu Yaqin mengacungkan pedangnya ke leher Zizi, dengan cekatan Zizi menghindar. "Aku tidak mengenalmu," jawab Zizi. Yu Yaqin menarik pedangnya lagi, pria itu memasukkan pedang pada tempatnya. "Kamu tidak mengenalku?" tanya Yu Yaqin. "Buat apa aku mengenal perusuh seperti dirimu? Kita bertemu beberapa kali, tapi aku tidak tahu kenapa kamu terus menyerangku," ujar Zizi. Zizi terbatuk-batuk karena dadanya yang terasa sesak."Dimana kakakmu?" tanya Yu Yaqin. "Mana aku tahu? Kalau pun aku tahu, aku tidak akan memberitahukan padamu. Cuih, tidak berguna." Zizi berucap s
“Xi Lang, lepaskan Zai Ziliu!” titah Lan Feiyu dengan tajam.“Serahkan benda itu!” titah Xi Lang dengan senyum sinis yang tersungging di wajahnya.“Benda apa yang kamu maksud?”“Tidak perlu pura-pura bodoh, Lan Feiyu. Aku tahu benda itu ada di antara kalian. Kalau tidak, bagaimana aku mengejar kalian?”“Kamu yang mulai, Xing Lang,” kata Lan Feiyu mendesis tajam. Lan Feiyu menarik pedangnya lagi. Namun Xing Lang semakin mendekatkan pedangnya juga pada leher Yan Zai Ziliu. Yan Zai Ziliu terkesiap, gadis itu semakin mendongakkan lehernya. Darah segar keluar dari leher gadis cantik itu tatkala pedang Xing Lang menggoresnya.Aixing mengeluarkan sesuatu dari ujung jarinya, jarum emas ada di sana. Aixing mengarahkan pada Xing Lang tepat mengenai pinggang pria itu. Xing Lang tersentak, darah segar keluar dari pinggang Xing Lang. Di sisa tenaganya yang sudah menipis, Yan Zai Ziliu menendang kaki Xing Lang, gadis itu ingin lepas dari Xing Lang. Namun tangan Xing Lang kembali menarik tubuhnya.T
Bruggh!“Akhhh!”Suara tendangan dan pekikan keras terdengar sangat nyaring di istana darah sekte Yu. Tubuh Yu Yaqin dan Xing Lang terlempar dengan kencang tepat di hadapan Yu Yulong, ketua Sekte Yu.Istana Sekte Yu disebut istana darah karena saat pertama memasuki gerbang istana yang sangat megah itu, akan mencium bau anyir darah. Juga Sekte Yu selalu mengorbankan darah prajuritnya untuk bertarung. Pedang Yu Yulong dan Yu Yaqin akan bekerja kalau digoreskan dengan darah.Saat ini Yu Yulong tengah mengepalkan tangannya dengan kuat, pria itu terlihat sangat marah saat melihat kekalahan Yu Yaqin dan Xing Lang. Ia sudah mengirimkan dua puluh prajurit, tapi mereka kalah dengan tiga orang saja.“Xing Lang, kamu sudah mengecewakanku,” ucap Yu Yulong bangun dari kursi kebesarannya.“Maafkan aku, Tuan,” ucap Xing Lang.Yu Yulong mendekati Xing Lang, pria itu menendang tubuh Xing Lang dengan kencang. Kekuatan dari Yu Yulong membuat tubuh Xing Lang terpental jauh. Xing Lang menubruk rak kayu ya
Salju turun dengan sangat deras menutupi seluruh pepohonan dan atap-atap di padepokan. Lan Feiyu berdiri di teras kamarnya, pria itu mendongakkan kepalanya ke atas, menatap salju yang turun dengan sangat indah. Rambut Lan Feiyu tergerai indah, menari-nari saat angin berhembus sangat kencang. Baju putih yang digunakan Lam Feiyu membuat pria itu terlihat sangat tampan. Aixing berjalan di bawah hujan salju, di kakinya pria itu sedikit memainkan benda putih yang jatuh dari langit. Musim salju selalu menjadi hari yang Aixing nanti-nanti. Hari ini menjadi hari yang sedikit berat bagi Aixing, di mana sejak pagi pikirannya sangat berkecamuk dengan satu orang, yaitu Zai Ziliu. Keselamatan Zai Ziliu terancam karena Sekte Yu sudah menangkap keberadaan Zai Ziliu. "Yan Lixin, Yan Zai Ziliu," gumam Axing seorang diri. "Yan Ambira, Yan Anhes." Aixing terus berguam seorang diri. Pria itu tengah mengurutkan silsilah keluarga Yan Zai Ziliu. Aixing menolehkan kepalanya, ia menatap gurunya yang berad
Seorang gadis tengah terbaring lemah di sebuah ranjang kecil yang sangat sederhana. Gadis itu lambat laun membuka matanya, tampak penglihatannya sangat remang dan kepalanya terasa pusing. Suara kelambu di sibak pun terdengar di telinga Zizi, tidak berapa lama silau cahaya masuk di retina Zizi. Gadis itu segera beranjak bangun meski kepalanya terasa berat. "Jangan buru-buru bangun, Nona," uxap seorang perempuan asing bergegas mendekati Zizi. Perempuan itu terlihat sangat cantik dan terlihat seumuran Zizi."Si ... siapa?" tanya Zizi yang kini sangat waspada. Ingatan saat ia diserang oleh orang-orang jahat membuat Zizi menarik pedangnya. Zizi mengacungkan pedang ke seorang gadis yang mencoba mendekatinya. "Di mana aku?" tanya Zizi dengan tajam. Seingat Zizi, ia masih berada di gurun dan tengah diserang oleh orang-orang jahat. "Lan Feiyu," gumam Zizi. Zizi ingat betul kalau ia ditolong oleh Lan Feiyu. "Ada apa?" seorang pria membuka pintu kamar Zizi hingga terbuka dengan lebar. Zizi m
Zizi dan Zimai berlutut di hadapan Lan Feiyu. Sedangkan pedang mereka masih menancap di tanah. Zimai menunduk takut, tetapi Zizi, gadis itu malah melirik-lirik ke arah Zimai. Tangan gadis itu juga merayap menusuk-nusuk kaki Zimai. "Hsstt ... Zimai, apa yang akan terjadi?" tanya Zizi pelan. "Husst diamlah. Jangan membuat masalah jadi runyam," bisik Zimai yang sangat ketakutan. Seumur-umur ia berada di Mata Air, ia tidak pernah melanggar aturan, tetapi kali ini. Gara-gara Zizi ia harus terlibat dalam pelanggaran. "Tapi kenapa kita harus berlutut di sini?" "Ini semua gara-gara kamu yang menyerangku!" Tak!Zizi memukul kepala belakang Zimai dengan kencang membuat Zimai mengaduh kesakitan. Sedangkan Lan Feiyu, pria itu semakin mengepalkan tangannya dengan kuat. "Zizi!" desis Lan Feiyu dengan tajam. "Hadir!" jawab Zizi mengangkat tangannya. "Berlutut yang benar!" desis Lan Feiyu. "Aduh lutuku sangat sakit terus berlutut seperti ini," keluh Zizi. Beberapa murid berpakaian putih ber
"Maafkan aku guru, Li. Aku membawa Zai Ziliu ke sini dan sudah membuat keributan," ucap Lan Feiyu pada Li Haoxi. Saat ini mereka tengah berada di ruang tenang. Mereka berdiri mengelilingi meja yang saat ini tengah ada kain lusuh. "Tidak apa-apa, biarkan dia belajar di sini," jawab Li Haoxi. "Lagi pula, Zai Ziliu ini orang yang sangat ceria. Mata Air akan terlihat ramai dengan adanya dia," tambah Li Haoxi. "Aku tidak tahu asal usulnya, Tuan Li. Tapi aku sudah berani membawanya ke sini dan memaksamu menerimanya." "Aku tidak terpaksa menerimanya. Aku rasa, Zai Ziliu ini sangat cocok dengamnu," jawab Li Haoxi. Lan Feiyu terbatuk kecil, pria itu berdehem dan berusaha menetralkan ekspresinya. "Guru, ini kain yang aku temukan saat kita di gua batu," ucap Aixing menunjuk kain yang ia temukan dari balik tubuh ular. Lan Feiyu menatap kain itu dengan lekat, kain itu tampak seperti kain pada umumnya, tetapi saat Lan Feiyu membaliknya, kain putih itu ada motif bunga teratai dengan samar. "B
"Xuan Yi, lempar pedangmu ke apel yang itu. Itu paling besar," teriak Wei Yizi dengan heboh."Kita ke sini sudah melanggar aturan, ayo kembali saja," kata Zimai yang sangat ketakutan sejak keluar dari area Mata Air. "Kamu kenapa sih dari tadi ketakutan terus. Kalau kita kembali tepat waktu, kita gak akan ketahuan," ucap Yizi dengan kesal. Pasalnya tidak ada yang mengajak Zimai, tetapi Zimai sendiri yang ikut. Namun saat sampai hutan apel, Zimai bilang menyesal telah ikut-ikutan melanggar aturan. Zimai memanyunkan bibirnya, awalnya Zimai tidak ingin ikut Zizi karena Zizi adalah gadis yang sesat. Namun mendengar cerita Zizi yang mengatakan di hutan apel sangat menyenangkan membuat gadis itu tertarik untuk ikut, "Yizi, sejak kapan kamu mau melanggar aturan? Kalau kakekmu tahu kamu di sini melanggar aturan, kamu akan dipukul seratus kali," ujat Zimai. "Lalu apa kabar dengan dirimu? Kamu dari keluarga Li yang sangat dihormati dan mengetuai empat sekte besar, tapi kamu juga melanggar at