"Xuan Yi, lempar pedangmu ke apel yang itu. Itu paling besar," teriak Wei Yizi dengan heboh."Kita ke sini sudah melanggar aturan, ayo kembali saja," kata Zimai yang sangat ketakutan sejak keluar dari area Mata Air. "Kamu kenapa sih dari tadi ketakutan terus. Kalau kita kembali tepat waktu, kita gak akan ketahuan," ucap Yizi dengan kesal. Pasalnya tidak ada yang mengajak Zimai, tetapi Zimai sendiri yang ikut. Namun saat sampai hutan apel, Zimai bilang menyesal telah ikut-ikutan melanggar aturan. Zimai memanyunkan bibirnya, awalnya Zimai tidak ingin ikut Zizi karena Zizi adalah gadis yang sesat. Namun mendengar cerita Zizi yang mengatakan di hutan apel sangat menyenangkan membuat gadis itu tertarik untuk ikut, "Yizi, sejak kapan kamu mau melanggar aturan? Kalau kakekmu tahu kamu di sini melanggar aturan, kamu akan dipukul seratus kali," ujat Zimai. "Lalu apa kabar dengan dirimu? Kamu dari keluarga Li yang sangat dihormati dan mengetuai empat sekte besar, tapi kamu juga melanggar at
"Hah ...." Zizi menghembuskan napasnya dengan pelan. Gadis itu kembali ke atas pohon seraya memutar-mutar serulingnya. Tidak pernah Zizi merasa sebahagia ini, bisa tertawa lepas tanpa beban apapun. Setiap hari yang dirasakan Zizi adalah kepanikan, kegelisahan dan rasa ketakutan karena terus diburu oleh para kelompok yang terus mengintainya. Zizi harus sembunyi terus-terusan. Sembunyi dari mereka yang memburunya sama lelahnya dengan bertarung dengan mereka. Waktu kecil Zizi mendapatkan pengajaran pedang dari kakaknya, Yan Liqin, tetapi ia tidak bisa menggunakan ilmu pedang terlalu lama karena tidak mempunyai Adamas Core. Sekarang ia mendapatkannya dan ia bisa menggunakan ilmu pedangnya. Zizi memegang dadanya seraya tersenyum. Tiga hari dia tidak sadarkan diri dan merasa kesakitan pun kini ada hasilnya. "Enak ya di sini, rasanya aku pengen tidur seharian di sini," ucap Xuan Yi merebahkan tubuhnya di tanah yang penuh dengan rumput hijau. Ji Lian ikut merebahkan tubuhnya di samping Xuan
Ctas!Ctas!Ctas!Zizi berlutut di ruang hukuman dengan pengawas yang mencambuknya dengan kencang. Zizi berlutut seorang diri, teman-temannya tidak ikut masuk ke ruang hukuman karena Zizi mengambil alih hukuman mereka. Satu orang pengawas yang mencambuk Zizi tidak tega melihat gadis itu, tetapi ia tidak bisa melakukan apapun kecuali melaksanakan perintah untuk menghukum Zizi. "Akhhh!" pekik Zizi saat cambukan di punggungnya semakin lama semakin kencang. Gadis itu mengepalkan tangannya dengan kuat, keringat dingin bercucuran di kenin gadis cantik itu. Lan Feiyu menatap Zizi dari celah pintu ruang hukuman. Pria itu sedikit memalingkan wajahnya karena tidak tega melihat ZIzi. Namun Zizi yang keukeuh meminta hukuman teman-temannya diberikan padanya. "Empat ratus lima puluh," ucap Zizi menghitung berapa cambukan yang dilakukan pengawas. Lima puluh cambukan lagi dan dia akan baik-baik saja. Hingga tepat lima ratus cambukan pengawas itu mencambuk Zizi. Zizi sudah lemas, gadis itu nyaris
"Aww awww ... jangan ditekan kencang-kencang!" pekik Zizi nyaring saat Yizi mengoleskan obat ke punggungnya. "Zizi, jangan berteriak nyaring!" tegur Xuan Yi sembari memijat lutut Zizi. "Kalian tahu, rasanya kakiku sangat lemas sekali," ucap Zizi mengeluh. Padahal dia beberapa kali mengatakan kalau lima ratus cambukan itu sangat biasa ia dapatkan karena ia pernah mendapatkan seribu cambukan. Padahal kenyataannya, perkataannya itu hanya untuk menguatkan dirinya sendiri. Zizi sudah pernah mendapatkan yang lebih banyak dari hari ini, ia tidak ingin teman-temannya merasakan rasa sakit, apalagi luka cambukan yang sulit hilang. Zizi tidak ingin punggung teman-temannya harus tergores dengan luka itu. Terlebih Yizi dan Zimai, Zizi tidak ingin punggung mulus mereka mendapatkan luka yang nanti akan sulit hilang. Karena nantinya mereka juga akan menikah. Sedangkan Zizi, tidak pernah terbesit pun pernikahan di benaknya. Karena Zizi yakin selamanya hidupnya hanya untuk bersembunyi dan bertarung
Seorang gadis membuka pintu yang menjulang tinggi dengan kekuatan penuh. Pintu berwarna coklat dengan ukiran yang sangat indah itu seperti pintu yang menyembunyikan sebuah emas dan rahasia besar. Pasalnya pintu itu terlihat sangat aneh dan tidak seperti pintu-pintu di ruangan lain yang ada di Mata Air. Kilauan cahaya memancar memasuki retina Zai Ziliu, gadis itu sedikit menutup matanya tatkala cahaya itu semakin lama semakin cerah seiring ia yang membuka lebar-lebar pintu kayu itu. "Waah ... apa ini yang dinamakan Surga dunia?" tanya Zizi terkagum-kagum saat melihat sesuatu di dalam sana. Zizi pikir isi dari ruangan itu adalah benda-benda yang sangat penting atau tempat obat yang bisa menyembuhkan lukanya. Namun yang ia lihat seperti alam lain. Mata Air adalah tempat paling sejuk bagi Zizi, pasalnya banyak tumbuhan hijau dan sumber air yang sangat melimpah. Namun yang ia lihat dan rasakan belum seberapa, karena ia melihat yang lebih indah dari sebelumnya. Buru-buru Zizi memasuki r
Lan Feiyu melepas tubuh Zizi saat ia menyadari apa yang ia lakukan. Zizi berusaha berpijak dengan benar agar tidak terpeleset batu di bawah. Tubuh Zizi terasa sangat lemas berada di samping Lan Feiyu. Apalagi dirinya yang dapat merasakan hangat napas gurunya itu. "Eum ... aku ... aku ke sini karena kata guru Li, saat berendam di mata air ini, luka di tubuhku akan cepat sembuh," ucap Zizi. Lan Feiyu yang tadi sempat meletakkan kendinya pun kini meraih kendi itu yang berada di pinggir danau. Lan Feiyu membuka kendi berisi air yang sudah bercambur dengan tanaman obat. "Berbalik!" titah Lan Feiyu. "A ... apa? Kenapa aku harus menurutimu?" tanya Zizi sedikit takut. Takut kalau Lan Feiyu berbuat aneh-aneh. Bayangan akan beberapa waktu lalu saat orang-orang memburunya pun merasuki otak Zizi. Mereka bertingkah baik, lalu ujung-ujungnya akan menangkapnya juga. Zizi berusaha menjauh dari Lan Feiyu, tetapi tangan Lan Feiyu menariknya dan membalikkan tubuh Zizi dengan paksa. Zizi terkesiap,
Lan Feiyu berada di depan ruang tenang seraya menengadahkan kepalanya ke langit. Ucapan Zizi yang mengatakan mendengar semuanya sangat mengganggu Lan Feiyu. Ia sudah menutup akses agar suaranya dan Li Haoxi tidak terdengar, tapi si licik Zizi masih saja mendengarnya. "Ya ke sana, ke sana, sedikit lagi!" suara teriakan nyaring membuyarkan pemikiran Lan Feiyu. Lan Feiyu mengepalkan tangannya saat ia melihat gadis yang ada dalam pikirannya kini tengah berada di depan sana tengah bermain dengan muridnya yang lain. Baru beberapa hari kedatangan Zizi dan satu hari Zizi sadar dari sakitnya, Zizi sudah membuat Mata Air ramai. Sekarang bukan hanya Xuan Yi, Ji Lian dan Yizi yang bermain dengan Zizi, tetapi murid yang lain ikut bermain dengan gadis itu. Pujian-pujian tentang Zizi yang pintar da cantik terus terdengar di telinga Lan Feiyu. Lan Feiyu rasa murid-muridnya sangat senang bermain dengan Zizi. "Guru Lan, sekarang Mata Air lebih berwarna, ya," ucap Li Haoxi mendekati Lan Feiyu. Lan F
Malam semakin larut, bulan dan bintang bersembunyi di awan yang gelap. Tadi sesaat setelah matahari terbenam, hujan deras mengguyur membasahi bumi. Harusnya malam ini ada pembelajaraan di ruang terbuka, tapi tidak bisa dilakukan karena hujan deras. Kini malam semakin larut dan hujan sudah mereda. Hujan deras tergantikan dengan hujan rintik-rintik yang suaranya membuat telinga terasa nyaman dan damai. Aroma tanah basah dan hawa dingin membuat tidur semakin nyenyak. Suara tetesan air, dan hewan kecil juga saling beradu membuat malam tidak terlalu sunyi. Penerangan di Mata Air sudah sebagian redup. Hanya beberapa saja untuk menerangi jalan. Seorang gadis mengendap-endap melewati jalanan gelap seraya menyisingkan bajunya. Gadis itu menutup sebagian wajahnya dengan rambut panjangnya. Pijakan kakinya sangat hati-hati karena takut menimbulkan suara. Kreek!Suara ranting yang terinjak membuat gadis itu tersentak seorang diri, padahal kakinya sendiri yang membuat ulah. "Hustt kaki, mohon ke