Malam semakin larut, bulan dan bintang bersembunyi di awan yang gelap. Tadi sesaat setelah matahari terbenam, hujan deras mengguyur membasahi bumi. Harusnya malam ini ada pembelajaraan di ruang terbuka, tapi tidak bisa dilakukan karena hujan deras. Kini malam semakin larut dan hujan sudah mereda. Hujan deras tergantikan dengan hujan rintik-rintik yang suaranya membuat telinga terasa nyaman dan damai. Aroma tanah basah dan hawa dingin membuat tidur semakin nyenyak. Suara tetesan air, dan hewan kecil juga saling beradu membuat malam tidak terlalu sunyi. Penerangan di Mata Air sudah sebagian redup. Hanya beberapa saja untuk menerangi jalan. Seorang gadis mengendap-endap melewati jalanan gelap seraya menyisingkan bajunya. Gadis itu menutup sebagian wajahnya dengan rambut panjangnya. Pijakan kakinya sangat hati-hati karena takut menimbulkan suara. Kreek!Suara ranting yang terinjak membuat gadis itu tersentak seorang diri, padahal kakinya sendiri yang membuat ulah. "Hustt kaki, mohon ke
"Diam," desis Lan Feiyu masih membekap bibir Zizi dengan tangannya. Jam malam ada pengawas yang keliling untuk memastikan semua murid di Mata Air tidur. Kalau tidak mengikuti aturan tidur di jam yang sudah ditentukan, maka hukuman siap dijatuhkan. "Kamar guru Lan jendelanya masih terbuka," sebuah suara terdengar di telinga Lan Feiyu dan Zizi. kedua orang itu melihat dari celah rak buku ke arah dua pengawas yang tampak celingukan di jendela Lan Feiyu. "Kalau kamu ketahuan berada di kamarku, apa yang harus kita jelaskan? Maka jalan satu-satunya adalah sembunyi," ucap Lan Feiyu. Zizi menganggukkan kepalanya. "Guru Lan, apa guru sudah tidur?" tanya pengawas mencoba melihat ke dalam. Ada lentera yang menerangi kamar Lan Feiyu. Sadar lenteranya masih menyala, Lan Feiyu melepaskan bekapan tangannya pada bibir Zizi. Lan Feiyu keluar dari persembunyiannya, sedangkan Zizi masih berjongkok di balik rak buku. "Aku sedang mengerjakan sesuatu," ucap Lan Feiyu. "Apa guru mendengar suara berisi
Malam semakin larut, pun dengan hawa yang semakin dingin. Mata Lan Feiyu masih terbuka dengan lebar. Pria itu duduk dengan menyelonjorkan kakinya. Di tangannya memegang buku, tetapi Lan Feiyu tidak bisa fokus pada membacanya. Di sampingnya ada seorang gadis cantik yang juga masih membaca. Lan Feiyu tidak tahu apa maksud Zizi membaca buku di kamarnya, tetapi Lan Feiyu tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Di mata para murid-muridnya, Lan Feiyu bisa merasakan kalau mereka mengagumi Zizi, tetapi Zizi tidak menganggap mereka. Melainkan malah berusaha mendekatinyw meski ia menolaknya. "Mengantuk sekali," ucap Zizi mengusap matanya yang terasa perih. Bruk!Zizi merebahkan kepalanya tepat di paha Lan Feiyu, Lan Feiyu sedikit terkesiap, pria itu ingin menarik pahanya, tetapi saat melihat wajah Zizi yang terlihat kelelahan, pria itu mengurungkan niatnya. Lan Feiyu menatap wajah Zizi yang sudah tertidur pulas, bibir Zizi sedikit terbuka dan dengkuran halus keluar dari sana. Tangan Lan F
Lan Feiyu membuka jendela kamarnya dengan lebar. Cahaya matahari masuk memalui jendela dan celah-celah lubang di kamar Lan Feiyu. Pria itu berdiri sembari menatap ke luar di mana udara sangat segar. Semalam turun hujan yang membuat bumi terasa lebih dingin dan segar. Matahari yang sudah keluar dari peraduannya membuat sorot wajah Lan Feiyu tampak lebih bercahaya. Pria dengan hidung mancung itu menarik napasnya dalam-dalam untuk menghirup aroma tanah basah. Setelah puas, pria itu membalikkan tubuhnya, menatap soerang gadis yang kini menggeliat dalam tidurnya karena wajahnya yang terkena sinar matahari. Gadis itu mengucek matanya, tiba-tiba matanya terbuka dengan lebar. Sadar akan sesuatu, Zizi segera bangun dari ranjang. "Akhh aku dimana?" pekik Zizi dengan kencang. Zizi menatap ke segala penjuru arah, sampai ia menatap tepat ke arah Lan Feiyu. Ingatan tentang semalam merasuki Zizi. "Eh guru, semalam aku ketiduran di sini?" tanya Zizi menatap Lan Feiyu. "Kamu pikir?" tanya Lan Feiy
Pembelajaran hari ini mulai pukul tujuh sampai matahari tepat berada di tengah langit. Selama belajar, Zizi menepati janjinya pada Lan Feiyu untuk serius. Zizi mencoba fokus pada pelajaran yang diberikan orang tua di depan sana. Zizi sudah susah payah masuk di padepokan Mata Air sampai dirinya pingsan tiga hari di gurun, kalau ia tidak serius, ia sendiri yang akan rugi. "Akhh ... akhirnya selesai," ucap Zizi merenggangkan otot tubuhnya saat guru Li Ren sudah pergi dari kelas. Zizi merebahkan kepalanya di meja, gadis itu mulai memejamkan matanya yang terasa kantuk. "Zizi," suara seseorang yang memanggil membuat Zizi mendongak. "Ah iya guru," jawab Zizi segera berdiri. Lan Feiyu yang masih duduk pun melirik ke arah Li Haoxi dan Zizi yang tengah berhadapan. "Mau berlatih pedang?" tanya Li Haoxi. "Mau," jawab Zizi ingin menarik pedangnya yang terselip di tubuh kanannya. Namun tangannya dicegah oleh Li Haoxi. "Nanti saat di tempat latihan. Sekarang keluar dulu dari kelas," ucap Li Ha
"Eh guru, Li. Kenapa aku tidak boleh menggunakan ilmu pedang yang aku miliki?" tanya Zizi menatap Li Haoxi dengan lekat. Saat ini Li Haoxi dan Zizi tengah duduk bersama di pinggir lapangan. Li Haoxi duduk dengan sopan, sedangkan Zizi, meski perempuan cara duduk gadis itu tidak ada lembut-lembutnya sama sekali. Zizi duduk sembari mengangkat kaki kanannya yang diletakkan di kaki kiri. Li Haoxi tidak menegur, pria itu hanya tersenyum kecil sembari menatap kaki Zizi. Merasa ditatap oleh gurunya, Zizi menggaruk kepalanya dengan kikuk. "Eh, ada apa, Guru?" tanya Zizi. "Apa kamu tidak mendengarkan pelajaran hari ini?" tanya Li Haoxi. "Pelajaran?" Zizi bertanya balik. Gadis itu seolah tengah berpikir keras. Sadar akan yang dia lakukan, gadis itu segera menurunkan kakinya. "Hehehe ... maaf, Guru. Sudah kebiasaan nangkring di atas pohon," jawab Zizi menepuk-nepuk kakinya. Li Haoxi mengernyitkan dahinya menengar ucapan Zizi. "Ah lupakan saja, aku sudah terbiasa duduk begitu," kata Zizi meng
"Ahhh ... rasanya senang sekali," ucap Zizi berjalan sembari merentangkan tangannya. Sesekali gadis itu akan memutar-mutar kepalanya untuk mengurangi rasa pegalnya. Latihan dengan guru Li sangat menyenangkan, meski Zizi harus sekuat tenaga melawan Guru Li, setidaknya Guru Li lawan yang imbang dan tidak benar-benar melukainya. "Eh ... di mana teman-temanku?" Zizi menatap ke sekelilingnya yang tampak sepi. Tidak ada tanda-tanda satu orang pun di sana. Zizi berlari untuk menuju ke aula mencari teman-temannya. Senyum masih mengembang di wajah gadis itu. Terlihat sekali kalau Zizi tengah bahagia. "Ekheem ...." Suara orang berdehem sedikit kencang terdengar di telinga Zizi saat Zizi melewati ruang hukuman. Ruangan yang pernah ia masuki dan membuat punggungnya sakit bukan main. Tetapi Zizi harus berlagak seperti seorang pendekar yang tidak merasakan sakit. Padahal aslinya Zizi juga ingin menangis. "Ekheem ... ekheemm ...." Suara orang berdehem-dehem saling bersahutan. Zizi menolehkan kep
"Eh eh eh ... ikut!" pekik Zizi ikut masuk ke ruang baca. Gadis itu menatap Lan Feiyu yang tampak memilih-milih buku. Zizi menutup ruang baca dan menguncinya dari dalam agar tidak ada yang masuk mengikutinya. Gadis itu bersandar di pintu, Zizi masih mencerna apa yang dikatakan Lan Feiyu. Lan Feiyu mengatakan dirinya dan Li Haoxi berlatih tidak wajar. "Eh guru, aku dan guru Li berlatih tidak wajar bagaimana maksudnya?" tanya Zizi masih berpikir keras. Gadis itu masih bersandar di pintu, jari jemarinya mengetuk-ketuk dagunya dan matanya yang menatap ke bawah. "Perasaan aku berlatih biasa saja," tambah Zizi. "Eh guru, apa guru punya cara lain untuk mengajari murid yang berbeda dengan guru Li sampai guru mengatakan kami latihan tidak wajar?" Zizi terus mengoceh seorang diri. Lan Feiyu benar-benar tidak menanggapi Zizi, pria itu sibuk mencari buku yang ingin ia baca. "Guru, katakan sesuatu padaku!" pekik Zizi menatap frustasi ke arah Lan Feiyu yang masih bungkam. Lan Feiyu menatap Zi
"Hahaha ... rasain," pekik Zizi mendorong tubuh Ji Lian ke sungai di bawah air terjun. Zizi sudah sembuh sejak kemarin, gadis itu senang saat ia bangun ia mendapati teman-temannya yang datang. Dan saat ini teman-temannya malah tidak mau kembali ke Mata Air. Kata teman-temannya lebih enak di Lianhua dari pada Mata Air. "Zizi, kamu nakal sekali. rasain ini!" pekik Ji Lian menarik tangan Zizi hingga Zizi ikut jatuh ke sungai. Kedua orang itu tertawa dengan nyaring. Wei Yizi dan Xuan Yi demikian. Kedua orang itu sedang saling dorong untuk menjatuhkan lawannya agar jatuh ke air. "Rasain ini, rasain," pekik Wei Yizi mendorong Xuan Yi agar jatuh, tetapi dirinya sendiri lah yang terjatuh ke air. Xuan Yi tertawa dengan kencang, menertawakan Wei Yizi yang jatuh sendiri. Keempat orang itu saling melempar tawa. Zizi memainkan air untuk mengguyurnya ke Wei Yizi. Terlihat jelas di raut wajah mereka kalau mereka sedang bahagia. Kini segala permasalahan yang terjadi sudah teratasi. Lempeng Vi, dan
Setelah tiga hari, Lan Feiyu sudah sehat seperti sedia kala. Saat ini Lan Feiyu tengah menatap pemandangan yang indah di hadapannya. Pria itu berada di depan tangga yang penuh pohon kertas di kanan dan kirinya. "Lan Feiyu, kita harus mengambil lempeng Vi secepatnya," ucap Li Haoxi pada Lan Feiyu. Lan Feiyu menganggukkan kepalanya. Yan Liqin datang bersama Zizi menghampiri mereka. Yan Liqin menarik bajunya hingga memperlihatkan tubuh atasnya. Cahaya emas keluar dari tubuh Yan Liqin yang menyilaukan. "Aku sudah siap, ambil secepatnya," ucap Yan Liqin. "Kakak," panggil Zizi memegang tangan kakaknya. "Kakak tidak akan kenapa-napa," ucap Yan Liqin meyakinkan adiknya. "Kakak harus janji padaku kalau kakak akan baik-baik saja!" pinta Zizi. "Zizi, kultivasi di diri kakak tidak rendah, hanya mengeluarkan lempeng Vi tidak akan sulit buat kakak." "Apa nanti kekuatan kakak akan hilang?" "Tidak," jawab Yan Liqin. Yan Liqin mengajak Lan Feiyu, Li Haoxi dan Li Ren menuju ruang pengobatan.
Lianhua yang berarti teratai, seperti namanya, tempat ini dipenuhi dengan bunga teratai yang sangat indah. Lan Feiyu, Zizi, Aixing, Li Ren, Li Haoxi, Xiaowen, Yan Liqin, dan Wei Yizi memijakkan kakinya di gerbang utama Lianhua yang sangat megah. Zizi menatap takjup ke arah air terjun di samping istana yang penuh dengan bunga kertas. Di samping kanan ada lapangan yang sepertinya digunakan oleh Yan Liqin untuk berlatih, sedangkan di sampingnya ada danau dengan banyak bunga teratai. Di sisi kiri, ada istana megah dengan banyak bunga kertas di sana. Zizi tidak bisa menghentikan kekagumannya menatap ke sana. Lan Feiyu yang masih setengah sadar ikut takjup melihat tempat yang ditinggali Yan Liqin. Yan Liqin menolehkan kepalanya, pria itu melihat Lan Feiyu yang lemas dibantu Xiaowen. Yan Liqin menghampiri Xiaowen, pria itu menarik tangan Lan Feiyu dan mengalungkan ke lehernya. Yan Liqin menggendong tubuh Lan Feiyu. "Aku masih bisa jalan sendiri," ucap Lan Feiyu. "Xiowen, panggilkan tabib
"Li Zimai, ini sangat tidak masuk akal. Kamu sudah lama berlatih di Mata Air, kamu juga menguasai ilmu sabre yang baik. Aku pernah melawanmu, dan aku tahu betul bagaimana kemampuanmu. Tetapi hanya karena alasan sepele, kamu membelot mengikuti kultivasi hitam. Sangat konyol," ujar Zizi menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang konyol bagiku. Ini bukan salahku, tetapi salah kalian. Siapa kamu Zizi, kamu adalah gadis yang tidak tahu diri. Karena kamu, aku tidak lagi punya tempat di Mata Air." "Kalau sejak awal kamu menginginkan tempat di Mata Air, kamu bisa mengatakannya padaku. Dengan senang hati aku akan keluar. Tetapi yang saat ini kamu lakukan, kamu sudah menghianati kepercayaan Klanmu sendiri. Kamu dibesarkan oleh Guru Li, tetapi saat besar kamu menjadi musuh dalam selimut. Kamu menikam kami semua dengan menghadang perjalanan kami saat mencari lempeng Vi. Yang lebih tidak tahu malu itu kamu!" tunjuk Zizi dengan marah. "Guru Li, Lan Feiyu dan Aixing bekerja keras untuk mendapatkan
Suasana semakin ricuh saat mereka terus beradu kekuatan. Zizi tidak tinggal diam, perempuan itu ikut menyerang menggunakan pedangnya. Tidak sengaja Zizi menebas tangan Yu Yulong saat pria itu akan pergi. Yu Yulong mati di tempat karena Zizi. Ji Nian, Wei Mingho yang menjadi provokasi dalam pengepungan itu pun kini kuwalahan dengan keberaniannya sendiri. Kini pertarungan menjadi dua kubu, kubu yang dipimpin Wei Minghao dan kubu yang dipimpin oleh Yan Liqin. Kekuatan Yan Liqin saat ini menjadi kekuatan paling kuat, penguasa gunung setan sudah ia taklukkan. menaklukkan barisan orang serakah yang saat ini ada di depannya tidak membuat Yan Liqin gentar. Aixing mengeluarkan busurnya, pria itu melesakkan tujuh anak panah yang mengeluarkan api. Seketika bisa membunuh orang-orang yang akan menyerangnya. Selalu ada yang dikorbankan untuk sesuatu yang lebih besar. Bukan Lan Feiyu ingin membuat keributan hingga banyak nyawa yang tumbang, tetapi demi perdamaian di kemudian hari. Orang-orang yang
"Aku akan membawa Zizi," ucap Lan Feiyu. Namun, Yan Liqin segera membopong tubuh Zizi, pria itu membawa Zizi dalam gendongannya. "Aku bilang aku yang bawa Zizi," ucap Lan Feiyu menghadang Yan Liqin yang akan berjalan. "Aku kakakknya, aku yang berhak membawanya," jawab Yan Liqin. "Aku kekasihnya," kata Lan Feiyu. "Lan Feiyu, kita bahas di luar. Di gua ini menyerap energi," ucap Li Haoxi menarik tangan Lan Feiyu agar menyingkir dari Yan Liqin. Yan Liqin meninggalkan Lan Feiyu, pria itu berjalan keluar dari gua. Lan Feiyu, Li Haoxi, dan Aixing mengikuti Yan Liqin. Saat mereka sampai di luar, langit yang tadi saat mereka datang berwarna gelap, kini menjadi cerah seketika. Gunung setan itu kini tidak lagi tandus dan kering, hewan-hewan yang tadi ada di sana juga hilang seketika. "Eh, keadaan tanah sudah tidak tandus lagi," ucap Aixing menatap tanah yang sudah terlihat subur. "Anyao sudah mati, sihir jahat yang dia kelola ikut musnah," kata Yan Liqin. "Kamu mau membawa Zizi kemana?
Zizi memeluk tubuh Yan Liqin dengan erat, pun dengan Yan Liqin yang membalas pelukan adiknya tidak kalah erat. Bertahun-tahun mereka berpisah, dan kali ini mereka dipertemukan. Yan Liqin merasakan dadanya yang basah karena tangisan adiknya, pun dengan dirinya yang tidak bisa membendung air matanya. Setiap detiknya ia sangat merindukan Zizi, baru kali ini ia bisa menemui adiknya. Setelah Yan Liqin meminta Xiaowen untuk mencari jejak Lan Feiyu, akhirnya Yan Liqin bisa menemukan Lan Feiyu beserta adiknya di gunung Setan. Aixing, Lan Feiyu dan Li Haoxi terdiam melihat Yan Liqin dan Zai Ziliu saling berpelukan. Yan Liqin mengelus kepala adiknya dengan lembut. "Kakak, selama ini kakak kemana saja? Kakak sudah janji padaku untuk kembali dengan cepat, tetapi ini sudah sepuluh tahun kakak baru datang," ucap Zizi menangis sesenggukan. "Maafkan kakak," jawab Yan Liqin. Yan Liqin mengurai pelukannya dengan adiknya, tetapi Zizi menahannya. Zizi terus memeluk tubuh Yan Liqin dengan erat. "Jang
Di gua hutan tembakau, Wei Yizi menatap penyendera dirinya yang masih asik tertidur di atasnya. Suara langkah kaki membuat Wei Yizi dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Yan Liqin, tidak hanya itu, Wei Yizi juga menendang Yan Liqin dengan kencang. "Ada apa?" tanya Xiaowen yang membuat Wei Yizi terkesiap. Tanpa menjawab pertanyaan Xiaowen, Wei Yizi segera pergi dari sana. Gadis itu berlari keluar dan kembali ke tempat temna-temannya berada. Napas wei Yizi naik turun, dadanya berdetak cepat dan jantungnya sangat bertalu-talu. "Wei Yizi, kamu dari mana? Yan Liqin tidak berbuat jahat padamu, Kan?" tanya Xuan Yi yang khawatir. Wei Yizi menggeleng, "Yan Liqin tidak berbuat apa-apa padaku," jawabnya. "Semalaman kamu hilang, aku pikir Yan Liqin sudah berbuat jahat padamu."Wei Yizi membulatkan matanya mendengar ucapan Ji Lian. Ia tidak menyangka kalau sudah semalam penuh ia tidur seraya menyangga tubuh Yan Liqin. Yizi pikir itu hanya sesaat, tetapi ternyata sudah semalaman. Wei Yizi menepu
"Aku adalah putri bunga yang dikutuk oleh tetua karena aku mencintai orang dari klan iblis. Aku berada di sini sudah ratusan tahun. Tidak aku sangka, sekarang aku bisa bebas dari kutukan ini," ucap putri bunga yang sangat cantik. Putri bunga itu memetik bunga peony di sampingnya dan memberikannya pada Lan Feiyu. "Kutukan itu sudah hilang sekarang, sama seperti kutukanmu yang hilang. Dengan menyelamatkanku, lima ratus kutukanmu yang tersisa sudah hilang," ucap putri bunga itu. Senyum tipis tersungging di bibir Lan Feiyu. Benar apa kata gurunya, kalau semua akan terjawab saat ia keluar dari Mata Air. Kini kutukan yang ia pikir akan memberatkannya, sudah hilang dan ia terbebas dari beban itu. "Terimakasih," ucap Lan Feiyu. "Aku yang seharusnya berterimakasih," jawab putri itu. "Aku harus melanjutkan perjalanan. Sekarang aku masih punya tiga lempeng Vi, satu dibawa gadis bertopeng, kurang empat lempeng lagi yang harus aku dapatkan," ucap Lan Feiyu. "Dua lempeng ada di gunung setan, s