“Xi Lang, lepaskan Zai Ziliu!” titah Lan Feiyu dengan tajam.“Serahkan benda itu!” titah Xi Lang dengan senyum sinis yang tersungging di wajahnya.“Benda apa yang kamu maksud?”“Tidak perlu pura-pura bodoh, Lan Feiyu. Aku tahu benda itu ada di antara kalian. Kalau tidak, bagaimana aku mengejar kalian?”“Kamu yang mulai, Xing Lang,” kata Lan Feiyu mendesis tajam. Lan Feiyu menarik pedangnya lagi. Namun Xing Lang semakin mendekatkan pedangnya juga pada leher Yan Zai Ziliu. Yan Zai Ziliu terkesiap, gadis itu semakin mendongakkan lehernya. Darah segar keluar dari leher gadis cantik itu tatkala pedang Xing Lang menggoresnya.Aixing mengeluarkan sesuatu dari ujung jarinya, jarum emas ada di sana. Aixing mengarahkan pada Xing Lang tepat mengenai pinggang pria itu. Xing Lang tersentak, darah segar keluar dari pinggang Xing Lang. Di sisa tenaganya yang sudah menipis, Yan Zai Ziliu menendang kaki Xing Lang, gadis itu ingin lepas dari Xing Lang. Namun tangan Xing Lang kembali menarik tubuhnya.T
Bruggh!“Akhhh!”Suara tendangan dan pekikan keras terdengar sangat nyaring di istana darah sekte Yu. Tubuh Yu Yaqin dan Xing Lang terlempar dengan kencang tepat di hadapan Yu Yulong, ketua Sekte Yu.Istana Sekte Yu disebut istana darah karena saat pertama memasuki gerbang istana yang sangat megah itu, akan mencium bau anyir darah. Juga Sekte Yu selalu mengorbankan darah prajuritnya untuk bertarung. Pedang Yu Yulong dan Yu Yaqin akan bekerja kalau digoreskan dengan darah.Saat ini Yu Yulong tengah mengepalkan tangannya dengan kuat, pria itu terlihat sangat marah saat melihat kekalahan Yu Yaqin dan Xing Lang. Ia sudah mengirimkan dua puluh prajurit, tapi mereka kalah dengan tiga orang saja.“Xing Lang, kamu sudah mengecewakanku,” ucap Yu Yulong bangun dari kursi kebesarannya.“Maafkan aku, Tuan,” ucap Xing Lang.Yu Yulong mendekati Xing Lang, pria itu menendang tubuh Xing Lang dengan kencang. Kekuatan dari Yu Yulong membuat tubuh Xing Lang terpental jauh. Xing Lang menubruk rak kayu ya
Salju turun dengan sangat deras menutupi seluruh pepohonan dan atap-atap di padepokan. Lan Feiyu berdiri di teras kamarnya, pria itu mendongakkan kepalanya ke atas, menatap salju yang turun dengan sangat indah. Rambut Lan Feiyu tergerai indah, menari-nari saat angin berhembus sangat kencang. Baju putih yang digunakan Lam Feiyu membuat pria itu terlihat sangat tampan. Aixing berjalan di bawah hujan salju, di kakinya pria itu sedikit memainkan benda putih yang jatuh dari langit. Musim salju selalu menjadi hari yang Aixing nanti-nanti. Hari ini menjadi hari yang sedikit berat bagi Aixing, di mana sejak pagi pikirannya sangat berkecamuk dengan satu orang, yaitu Zai Ziliu. Keselamatan Zai Ziliu terancam karena Sekte Yu sudah menangkap keberadaan Zai Ziliu. "Yan Lixin, Yan Zai Ziliu," gumam Axing seorang diri. "Yan Ambira, Yan Anhes." Aixing terus berguam seorang diri. Pria itu tengah mengurutkan silsilah keluarga Yan Zai Ziliu. Aixing menolehkan kepalanya, ia menatap gurunya yang berad
Seorang gadis tengah terbaring lemah di sebuah ranjang kecil yang sangat sederhana. Gadis itu lambat laun membuka matanya, tampak penglihatannya sangat remang dan kepalanya terasa pusing. Suara kelambu di sibak pun terdengar di telinga Zizi, tidak berapa lama silau cahaya masuk di retina Zizi. Gadis itu segera beranjak bangun meski kepalanya terasa berat. "Jangan buru-buru bangun, Nona," uxap seorang perempuan asing bergegas mendekati Zizi. Perempuan itu terlihat sangat cantik dan terlihat seumuran Zizi."Si ... siapa?" tanya Zizi yang kini sangat waspada. Ingatan saat ia diserang oleh orang-orang jahat membuat Zizi menarik pedangnya. Zizi mengacungkan pedang ke seorang gadis yang mencoba mendekatinya. "Di mana aku?" tanya Zizi dengan tajam. Seingat Zizi, ia masih berada di gurun dan tengah diserang oleh orang-orang jahat. "Lan Feiyu," gumam Zizi. Zizi ingat betul kalau ia ditolong oleh Lan Feiyu. "Ada apa?" seorang pria membuka pintu kamar Zizi hingga terbuka dengan lebar. Zizi m
Zizi dan Zimai berlutut di hadapan Lan Feiyu. Sedangkan pedang mereka masih menancap di tanah. Zimai menunduk takut, tetapi Zizi, gadis itu malah melirik-lirik ke arah Zimai. Tangan gadis itu juga merayap menusuk-nusuk kaki Zimai. "Hsstt ... Zimai, apa yang akan terjadi?" tanya Zizi pelan. "Husst diamlah. Jangan membuat masalah jadi runyam," bisik Zimai yang sangat ketakutan. Seumur-umur ia berada di Mata Air, ia tidak pernah melanggar aturan, tetapi kali ini. Gara-gara Zizi ia harus terlibat dalam pelanggaran. "Tapi kenapa kita harus berlutut di sini?" "Ini semua gara-gara kamu yang menyerangku!" Tak!Zizi memukul kepala belakang Zimai dengan kencang membuat Zimai mengaduh kesakitan. Sedangkan Lan Feiyu, pria itu semakin mengepalkan tangannya dengan kuat. "Zizi!" desis Lan Feiyu dengan tajam. "Hadir!" jawab Zizi mengangkat tangannya. "Berlutut yang benar!" desis Lan Feiyu. "Aduh lutuku sangat sakit terus berlutut seperti ini," keluh Zizi. Beberapa murid berpakaian putih ber
"Maafkan aku guru, Li. Aku membawa Zai Ziliu ke sini dan sudah membuat keributan," ucap Lan Feiyu pada Li Haoxi. Saat ini mereka tengah berada di ruang tenang. Mereka berdiri mengelilingi meja yang saat ini tengah ada kain lusuh. "Tidak apa-apa, biarkan dia belajar di sini," jawab Li Haoxi. "Lagi pula, Zai Ziliu ini orang yang sangat ceria. Mata Air akan terlihat ramai dengan adanya dia," tambah Li Haoxi. "Aku tidak tahu asal usulnya, Tuan Li. Tapi aku sudah berani membawanya ke sini dan memaksamu menerimanya." "Aku tidak terpaksa menerimanya. Aku rasa, Zai Ziliu ini sangat cocok dengamnu," jawab Li Haoxi. Lan Feiyu terbatuk kecil, pria itu berdehem dan berusaha menetralkan ekspresinya. "Guru, ini kain yang aku temukan saat kita di gua batu," ucap Aixing menunjuk kain yang ia temukan dari balik tubuh ular. Lan Feiyu menatap kain itu dengan lekat, kain itu tampak seperti kain pada umumnya, tetapi saat Lan Feiyu membaliknya, kain putih itu ada motif bunga teratai dengan samar. "B
"Xuan Yi, lempar pedangmu ke apel yang itu. Itu paling besar," teriak Wei Yizi dengan heboh."Kita ke sini sudah melanggar aturan, ayo kembali saja," kata Zimai yang sangat ketakutan sejak keluar dari area Mata Air. "Kamu kenapa sih dari tadi ketakutan terus. Kalau kita kembali tepat waktu, kita gak akan ketahuan," ucap Yizi dengan kesal. Pasalnya tidak ada yang mengajak Zimai, tetapi Zimai sendiri yang ikut. Namun saat sampai hutan apel, Zimai bilang menyesal telah ikut-ikutan melanggar aturan. Zimai memanyunkan bibirnya, awalnya Zimai tidak ingin ikut Zizi karena Zizi adalah gadis yang sesat. Namun mendengar cerita Zizi yang mengatakan di hutan apel sangat menyenangkan membuat gadis itu tertarik untuk ikut, "Yizi, sejak kapan kamu mau melanggar aturan? Kalau kakekmu tahu kamu di sini melanggar aturan, kamu akan dipukul seratus kali," ujat Zimai. "Lalu apa kabar dengan dirimu? Kamu dari keluarga Li yang sangat dihormati dan mengetuai empat sekte besar, tapi kamu juga melanggar at
"Hah ...." Zizi menghembuskan napasnya dengan pelan. Gadis itu kembali ke atas pohon seraya memutar-mutar serulingnya. Tidak pernah Zizi merasa sebahagia ini, bisa tertawa lepas tanpa beban apapun. Setiap hari yang dirasakan Zizi adalah kepanikan, kegelisahan dan rasa ketakutan karena terus diburu oleh para kelompok yang terus mengintainya. Zizi harus sembunyi terus-terusan. Sembunyi dari mereka yang memburunya sama lelahnya dengan bertarung dengan mereka. Waktu kecil Zizi mendapatkan pengajaran pedang dari kakaknya, Yan Liqin, tetapi ia tidak bisa menggunakan ilmu pedang terlalu lama karena tidak mempunyai Adamas Core. Sekarang ia mendapatkannya dan ia bisa menggunakan ilmu pedangnya. Zizi memegang dadanya seraya tersenyum. Tiga hari dia tidak sadarkan diri dan merasa kesakitan pun kini ada hasilnya. "Enak ya di sini, rasanya aku pengen tidur seharian di sini," ucap Xuan Yi merebahkan tubuhnya di tanah yang penuh dengan rumput hijau. Ji Lian ikut merebahkan tubuhnya di samping Xuan
"Hahaha ... rasain," pekik Zizi mendorong tubuh Ji Lian ke sungai di bawah air terjun. Zizi sudah sembuh sejak kemarin, gadis itu senang saat ia bangun ia mendapati teman-temannya yang datang. Dan saat ini teman-temannya malah tidak mau kembali ke Mata Air. Kata teman-temannya lebih enak di Lianhua dari pada Mata Air. "Zizi, kamu nakal sekali. rasain ini!" pekik Ji Lian menarik tangan Zizi hingga Zizi ikut jatuh ke sungai. Kedua orang itu tertawa dengan nyaring. Wei Yizi dan Xuan Yi demikian. Kedua orang itu sedang saling dorong untuk menjatuhkan lawannya agar jatuh ke air. "Rasain ini, rasain," pekik Wei Yizi mendorong Xuan Yi agar jatuh, tetapi dirinya sendiri lah yang terjatuh ke air. Xuan Yi tertawa dengan kencang, menertawakan Wei Yizi yang jatuh sendiri. Keempat orang itu saling melempar tawa. Zizi memainkan air untuk mengguyurnya ke Wei Yizi. Terlihat jelas di raut wajah mereka kalau mereka sedang bahagia. Kini segala permasalahan yang terjadi sudah teratasi. Lempeng Vi, dan
Setelah tiga hari, Lan Feiyu sudah sehat seperti sedia kala. Saat ini Lan Feiyu tengah menatap pemandangan yang indah di hadapannya. Pria itu berada di depan tangga yang penuh pohon kertas di kanan dan kirinya. "Lan Feiyu, kita harus mengambil lempeng Vi secepatnya," ucap Li Haoxi pada Lan Feiyu. Lan Feiyu menganggukkan kepalanya. Yan Liqin datang bersama Zizi menghampiri mereka. Yan Liqin menarik bajunya hingga memperlihatkan tubuh atasnya. Cahaya emas keluar dari tubuh Yan Liqin yang menyilaukan. "Aku sudah siap, ambil secepatnya," ucap Yan Liqin. "Kakak," panggil Zizi memegang tangan kakaknya. "Kakak tidak akan kenapa-napa," ucap Yan Liqin meyakinkan adiknya. "Kakak harus janji padaku kalau kakak akan baik-baik saja!" pinta Zizi. "Zizi, kultivasi di diri kakak tidak rendah, hanya mengeluarkan lempeng Vi tidak akan sulit buat kakak." "Apa nanti kekuatan kakak akan hilang?" "Tidak," jawab Yan Liqin. Yan Liqin mengajak Lan Feiyu, Li Haoxi dan Li Ren menuju ruang pengobatan.
Lianhua yang berarti teratai, seperti namanya, tempat ini dipenuhi dengan bunga teratai yang sangat indah. Lan Feiyu, Zizi, Aixing, Li Ren, Li Haoxi, Xiaowen, Yan Liqin, dan Wei Yizi memijakkan kakinya di gerbang utama Lianhua yang sangat megah. Zizi menatap takjup ke arah air terjun di samping istana yang penuh dengan bunga kertas. Di samping kanan ada lapangan yang sepertinya digunakan oleh Yan Liqin untuk berlatih, sedangkan di sampingnya ada danau dengan banyak bunga teratai. Di sisi kiri, ada istana megah dengan banyak bunga kertas di sana. Zizi tidak bisa menghentikan kekagumannya menatap ke sana. Lan Feiyu yang masih setengah sadar ikut takjup melihat tempat yang ditinggali Yan Liqin. Yan Liqin menolehkan kepalanya, pria itu melihat Lan Feiyu yang lemas dibantu Xiaowen. Yan Liqin menghampiri Xiaowen, pria itu menarik tangan Lan Feiyu dan mengalungkan ke lehernya. Yan Liqin menggendong tubuh Lan Feiyu. "Aku masih bisa jalan sendiri," ucap Lan Feiyu. "Xiowen, panggilkan tabib
"Li Zimai, ini sangat tidak masuk akal. Kamu sudah lama berlatih di Mata Air, kamu juga menguasai ilmu sabre yang baik. Aku pernah melawanmu, dan aku tahu betul bagaimana kemampuanmu. Tetapi hanya karena alasan sepele, kamu membelot mengikuti kultivasi hitam. Sangat konyol," ujar Zizi menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang konyol bagiku. Ini bukan salahku, tetapi salah kalian. Siapa kamu Zizi, kamu adalah gadis yang tidak tahu diri. Karena kamu, aku tidak lagi punya tempat di Mata Air." "Kalau sejak awal kamu menginginkan tempat di Mata Air, kamu bisa mengatakannya padaku. Dengan senang hati aku akan keluar. Tetapi yang saat ini kamu lakukan, kamu sudah menghianati kepercayaan Klanmu sendiri. Kamu dibesarkan oleh Guru Li, tetapi saat besar kamu menjadi musuh dalam selimut. Kamu menikam kami semua dengan menghadang perjalanan kami saat mencari lempeng Vi. Yang lebih tidak tahu malu itu kamu!" tunjuk Zizi dengan marah. "Guru Li, Lan Feiyu dan Aixing bekerja keras untuk mendapatkan
Suasana semakin ricuh saat mereka terus beradu kekuatan. Zizi tidak tinggal diam, perempuan itu ikut menyerang menggunakan pedangnya. Tidak sengaja Zizi menebas tangan Yu Yulong saat pria itu akan pergi. Yu Yulong mati di tempat karena Zizi. Ji Nian, Wei Mingho yang menjadi provokasi dalam pengepungan itu pun kini kuwalahan dengan keberaniannya sendiri. Kini pertarungan menjadi dua kubu, kubu yang dipimpin Wei Minghao dan kubu yang dipimpin oleh Yan Liqin. Kekuatan Yan Liqin saat ini menjadi kekuatan paling kuat, penguasa gunung setan sudah ia taklukkan. menaklukkan barisan orang serakah yang saat ini ada di depannya tidak membuat Yan Liqin gentar. Aixing mengeluarkan busurnya, pria itu melesakkan tujuh anak panah yang mengeluarkan api. Seketika bisa membunuh orang-orang yang akan menyerangnya. Selalu ada yang dikorbankan untuk sesuatu yang lebih besar. Bukan Lan Feiyu ingin membuat keributan hingga banyak nyawa yang tumbang, tetapi demi perdamaian di kemudian hari. Orang-orang yang
"Aku akan membawa Zizi," ucap Lan Feiyu. Namun, Yan Liqin segera membopong tubuh Zizi, pria itu membawa Zizi dalam gendongannya. "Aku bilang aku yang bawa Zizi," ucap Lan Feiyu menghadang Yan Liqin yang akan berjalan. "Aku kakakknya, aku yang berhak membawanya," jawab Yan Liqin. "Aku kekasihnya," kata Lan Feiyu. "Lan Feiyu, kita bahas di luar. Di gua ini menyerap energi," ucap Li Haoxi menarik tangan Lan Feiyu agar menyingkir dari Yan Liqin. Yan Liqin meninggalkan Lan Feiyu, pria itu berjalan keluar dari gua. Lan Feiyu, Li Haoxi, dan Aixing mengikuti Yan Liqin. Saat mereka sampai di luar, langit yang tadi saat mereka datang berwarna gelap, kini menjadi cerah seketika. Gunung setan itu kini tidak lagi tandus dan kering, hewan-hewan yang tadi ada di sana juga hilang seketika. "Eh, keadaan tanah sudah tidak tandus lagi," ucap Aixing menatap tanah yang sudah terlihat subur. "Anyao sudah mati, sihir jahat yang dia kelola ikut musnah," kata Yan Liqin. "Kamu mau membawa Zizi kemana?
Zizi memeluk tubuh Yan Liqin dengan erat, pun dengan Yan Liqin yang membalas pelukan adiknya tidak kalah erat. Bertahun-tahun mereka berpisah, dan kali ini mereka dipertemukan. Yan Liqin merasakan dadanya yang basah karena tangisan adiknya, pun dengan dirinya yang tidak bisa membendung air matanya. Setiap detiknya ia sangat merindukan Zizi, baru kali ini ia bisa menemui adiknya. Setelah Yan Liqin meminta Xiaowen untuk mencari jejak Lan Feiyu, akhirnya Yan Liqin bisa menemukan Lan Feiyu beserta adiknya di gunung Setan. Aixing, Lan Feiyu dan Li Haoxi terdiam melihat Yan Liqin dan Zai Ziliu saling berpelukan. Yan Liqin mengelus kepala adiknya dengan lembut. "Kakak, selama ini kakak kemana saja? Kakak sudah janji padaku untuk kembali dengan cepat, tetapi ini sudah sepuluh tahun kakak baru datang," ucap Zizi menangis sesenggukan. "Maafkan kakak," jawab Yan Liqin. Yan Liqin mengurai pelukannya dengan adiknya, tetapi Zizi menahannya. Zizi terus memeluk tubuh Yan Liqin dengan erat. "Jang
Di gua hutan tembakau, Wei Yizi menatap penyendera dirinya yang masih asik tertidur di atasnya. Suara langkah kaki membuat Wei Yizi dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Yan Liqin, tidak hanya itu, Wei Yizi juga menendang Yan Liqin dengan kencang. "Ada apa?" tanya Xiaowen yang membuat Wei Yizi terkesiap. Tanpa menjawab pertanyaan Xiaowen, Wei Yizi segera pergi dari sana. Gadis itu berlari keluar dan kembali ke tempat temna-temannya berada. Napas wei Yizi naik turun, dadanya berdetak cepat dan jantungnya sangat bertalu-talu. "Wei Yizi, kamu dari mana? Yan Liqin tidak berbuat jahat padamu, Kan?" tanya Xuan Yi yang khawatir. Wei Yizi menggeleng, "Yan Liqin tidak berbuat apa-apa padaku," jawabnya. "Semalaman kamu hilang, aku pikir Yan Liqin sudah berbuat jahat padamu."Wei Yizi membulatkan matanya mendengar ucapan Ji Lian. Ia tidak menyangka kalau sudah semalam penuh ia tidur seraya menyangga tubuh Yan Liqin. Yizi pikir itu hanya sesaat, tetapi ternyata sudah semalaman. Wei Yizi menepu
"Aku adalah putri bunga yang dikutuk oleh tetua karena aku mencintai orang dari klan iblis. Aku berada di sini sudah ratusan tahun. Tidak aku sangka, sekarang aku bisa bebas dari kutukan ini," ucap putri bunga yang sangat cantik. Putri bunga itu memetik bunga peony di sampingnya dan memberikannya pada Lan Feiyu. "Kutukan itu sudah hilang sekarang, sama seperti kutukanmu yang hilang. Dengan menyelamatkanku, lima ratus kutukanmu yang tersisa sudah hilang," ucap putri bunga itu. Senyum tipis tersungging di bibir Lan Feiyu. Benar apa kata gurunya, kalau semua akan terjawab saat ia keluar dari Mata Air. Kini kutukan yang ia pikir akan memberatkannya, sudah hilang dan ia terbebas dari beban itu. "Terimakasih," ucap Lan Feiyu. "Aku yang seharusnya berterimakasih," jawab putri itu. "Aku harus melanjutkan perjalanan. Sekarang aku masih punya tiga lempeng Vi, satu dibawa gadis bertopeng, kurang empat lempeng lagi yang harus aku dapatkan," ucap Lan Feiyu. "Dua lempeng ada di gunung setan, s