“Pangeran…!” barulah Sembara kaget dari lamunannya, dia langsung tergagap sambil menoleh ke Ki Jaja.“Iya…maaf Ki Jaja..!” pikiran Sembara kini normal kembali, ia lalu menatap semuanya satu persatu.“Sekali lagi mohon maaf pangeran, kalau kisah saya tadi bikin pangeran jadi kepikiran, sebetulnya sejak pangeran mampir di Penginapan Bunga Tulip, kami sudah memantau pangeran…dan kami tak akan membahas itu…kami hanya ingin harus ada orang dalam Istana untuk mengantisipasi persoalan gawat ini, yakni rencana makar tersebut…kami juga rada ragu dengan kepala Kadipaten Pangsa ini, kami curiga dia main dua kaki dan jadi mata-mata para pembuat makar ini!” Ki Jaja menyambung kalimatnya.Wajah Sembara sedikit bersemu merah, agak malu juga dia kenapa sampai ‘terdampar’ ke tempat itu.Padahal dia bukan orang sembarangan dan seorang bangsawan tinggi, tapi karena sudah terlanjur dan Sembara sama sekali tak menyadari kalau kini sedang di pantau, kini hanya bisa menghela nafas panjang, sambil minum arak
Kini Sembara memeluk tubuh denok dan harum Nyi Padmasari, tak ia sangka begitu tragisnya nasib mantan selir cantik ini, matanya memerah sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang pendekar sakti ini.“Apakah kamu ingin kembali ke kampung halaman kamu Nyi…aku akan menebus kamu dari Nyai Tulip? Dan akan aku carikan kapal yang bisa membawa kembali ke kampung halaman!” Sembara menatap wajah Nyi Padmasari.Nyi Padmasari langsung menggeleng. “Bulan lalu aku bertemu dengan seorang pelancong yang memboking aku nyanyi, dia bilang kini kerajaan lama sudah musnah. Seluruh keluarga Istana terdahulu di basmi habis, kalau aku pulang siapa yang akan aku temui di sana…!” Nyi Padmasari hanya tersenyum pahit, dia tidak lagi menangis, sudah terlalu sering menangis dan kini sudah kebal.“Apa rencana kamu selanjutnya…tak mungkin kamu di sini selamanya bukan?” pancing Sembara.“Aku ingin tinggal di sebuah kampung yang damai dan bercocok tanam di sana, aku sudah bosan tinggal di kota seperti ini…!” dalam h
Amanda menarik Sembara dan dengan berbisik bertanya kenapa Sembara sampai tersesat di kapal mereka dan apa yang dia cari.Tak ingin berbohong pada gadis bule cantik ini, Sembara lalu mengisahkan secara singkat soal peta itu.Amanda langsung kaget. “Gila…ternyata benar gosip itu, ayah dan beberapa orang berniat mau kuasai kerajaan ini…!” Amanda terlihat gelisah.Sembara sampai terdiam, dan tak menduga gadis bule ini ternyata tak tahu menahu soal rencana makar kelompok yang dianggap Ki Sapuan sangat berbahaya ini.Keduanya kemudian berbicara mengatur siasat, saat itulah tiba-tiba ada ketukan di pintu kamar yang agak keras, Amanda dan Sembara saling pandang, Sembara lalu memberi kode agar Amanda segera buka pintu kamarnya.Dengan agak ragu Amanda pun membuka. “Amanda kamu tak apa-apa, kamu sama siapa di kamar?” tanya seorang pria bule tinggi besar sambil menatap gadis bule ini.“Emmhh…!” Amanda gugup menjawab.“Maaf tuan…saya teman Amanda?” si bule tinggi besar dan Amanda sama-sama kaget
Besoknya, Sembara duduk santai di sebuah warung makan yang tak terlalu rame, hampir dua jam menunggu seseorang. Tak lama terlihat sebuah kereta kuda, dan keluarlah seorang wanita bule yang sangat cantik dengan rambut jagungnya.Kali ini si bule yang ternyata Amanda datang sendiri, di tangannya dia membawa semacam bakul belanjaan.Amanda terus saja masuk dan kini duduk berhadapan dengan Sembara, dia kemudian menyodorkan bakul berisi sayur pada Sembara.Pendekar ini tersenyum dan mengambil sesuatu dari bakul itu, yakni senjatanya berupa pedang bengkok serta sebuah gulungan peta. “Terima kasih Amanda, jasa kamu tak akan aku lupakan, kamu telah turut membantu aku mencegah perbuatan makar para kelompok jahat tersebut,” Sembara sampai berdiri dan membungkuk hormat, hingga wanita bule ini tertawa kecil.Itulah siasat keduanya tadi malam, Sembara sengaja menitip atau menyembunyikan pedang bengkoknya juga peta yang ia curi di sebuah ruangan kapal itu, lalu Sembara pura-pura ‘nginap’ di kamar
Belum sempat Sembara bicara, tiba-tiba Ki Sapuan datang, dia pun langsung menengahi pertikaian warga dengan Sembara.“Tenang para warga, kalian sedang berhadapan dengan Pendekar Romantis, beliau sama kayak kita, sama-sama cinta tanah air. Ada apa sebenarnya?” cetus Ki Sapuan, sambil mengedarkan pandangannya pada para warga yang masih marah ini.Semua orang kini memandang Sembara, hampir saja Sembara ketar-ketir, kalau Ki Sapuan membuka jati dirinya sebagai Pangeran.Sembara tak ingin gerakannya malah akan menjadi kacau kalau jatidirnya di buka, ia pikir belum saatnya, dan untungnya Ki Sapuan ternyata bukan pendekar kemarin sore.Orang tua ini sangat lama malang melintang di dunia persilatan, termasuk membantu ayah Sembara menggulingkan Prabu Durja dahulu, sehingga dia paham, pangeran ini tak ingin gelar ke bangsawanannya diketahui orang.Akhirnya silih berganti warga menjelaskan tentang penculikan warganya oleh orang-orang bule alias berkulit putih, termasuk beberapa orang pribumi yan
Setelah tak ada lagi yang menggunakan senjata api, Sembara kini menampakan diri, semuanya menatap Sembara yang muncul samar-samar di balik hutan yang gelap.Penampilan pendekar ini dengan baju khasnya abu-abu gelap, dengan senyum yang selalu menghias di bibir, membuat semua yang menatapnya makin keder.Walaupun tampan, tapi bagi 13 orang ini, wajah Sembara bak malaikat maut yang akan mencabut nyawa mereka.“Serang dia..!” teriak Alfred yang langsung menembakan pistolnya ke arah Sembara, tapi kali ini dengan gerakan sangat cepat Sembara berhasil menghindar, lalu serentak 12 orang menyerbu pendekar ini.Saat itulah dengan licik sambil sesekali melepaskan tembakan Alfred berlari ke arah kudanya dan kabur secepat-cepatnya dari sana, dia tak peduli 5 anak buahnya tewas, termasuk yang lain-lain.Sembara sangat jengkel dedengkotnya kabur, namun dia tak mungkin meninggalkan gelanggang pertarungan, apalagi ia ingat banyaknya wanita-wanita yang di sekap dalam pondok di tengah hutan ini.Dengan
Tiga orang yang menyerang itu langsung terlempar bak daun kering, sejauh 20 meteran dan seketika itu meregang nyawa.Saking kerasnya serangan itu, sepatu Sembara sampai melesak ke dalam tanah hampir 10 centimeteran.Dada Sembara sedikit terasa sesak juga, tapi setelah dia menghembuskan nafas pelan-pelan, dadanya kembali plong.Ke 12 orang termasuk Ki Jarwo dan si Kembar Setan yang memang berilmu sangat tinggi sampai kaget bukan main, melihat dalam satu gebrakan rekan mereka tewas seketika, padahal ketiga orang itu ilmunya juga sangat tinggi.“Hebat…tak ku sangka julukan pendekar hantu atau pendekar romantis bukan isapan jempol…!” puji Ki Jarwo, sambil memperbaiki blangkonnya, karena tergeser sedikit akibat efek pukulan tadi.Srattt…dia pun mencabut kerisnya, warnanya langsung kemerah-merahan, tanda Ki Jarwo sudah mengerahkan tenaga dalamnya, termasuk Si Kembar Setan dan yang lainnya, kini dalam posisi siap tempur.Agaknya kali ini Sembara harus berhadapan dengan lawan yang sangat bera
Namun semua wanita itu berteriak ketakutan, saat melihat ada mayat-mayat yang hampir saja bikin jantung mereka copot, yakni ada beberapa yang tergantung di atas pohon, ada juga yang tersangkut di atas teras bangunan ini. Inilah efek dari pertarungan dahsyat antara Sembara dengan musuh-musuhnya. Mereka makin menjerit ketakutan saat melihat si kembar setan, yang mati penasaran dengan mata melotot, seakan sedang menatap para wanita-wanita yang di culik ini. Melihat ini, Sembara pun bergerak sangat cepat, dia mengambil dua pedang bekas musuh-musuhnya, lalu secara ajaib menggali super cepat sebuah lubang besar dan lumayan dalam di halaman pondok itu. Setelah itu, dengan kecepatan yang tak bisa diikuti mata para wanita-wanita ini, semua mayat-mayat itu di masukan ke dalam lubang galian tadi. Dan dalam waktu singkat semua mayat baik yang tersangkut di pohon ataupun terlempar lumayan jauh, sudah dikuburkan Sembara, tak lebih dari 20 menitan. Sembara menarik nafas lega, lebih lega lagi saa
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma