Share

Bab 002 - Perebutan Kitab Ilmu Silat

“Ha-ha-ha, sudah kubilang Saka, lebih baik kau menyerah saja! Sebelum padepokanmu ini kuhancurkan!” ujar Bara Jagal mencoba terus menekan Saka Dirga.

“Lihat! Aku masih bisa berdiri, Bara Jagal! Tak perlu meremehkanku! Akan kupertahankan perguruanku sampai titik darah penghabisan! Dan Jangan harap kau bisa mendapatkan kitab ilmu silat itu!” sahut Saka Dirga tak goyah sedikit pun.

Meski keadaan mereka sudah sedemikian terdesak, Saka Dirga bersama muridnya tak menyerah begitu saja. Mereka masih mampu memberikan perlawanan-perlawan dengan sisa-sisa tenaga mereka yang nyaris habis. Situasinya makin terpojok dan mereka makin mundur mendekati area padepokan. Sementara separuh murid Saka Dirga sudah tewas terbunuh. Darah mengalir dari tubuh-tubuh yang terluka sehingga membentuk genangan yang mengerikan. Tidak lama lagi halaman padepokan itu akan menjadi kuburan masal.

“Bagaimana ini, Guru?” tanya Arya Wisesa mulai panik.

“Sebisa mungkin aku akan menghadang mereka agar tidak bisa masuk ke padepokan. Dan tugasmu Arya, segera masuk ke dalam dan amankan kitab ilmu silat itu!” perintah Saka Dirga.

“Ta– tapi… bagaimana dengan Guru? Aku tak mau meninggalkan Guru sendirian di sini. Jumlah mereka sangatlah banyak.” Arya tak segera menuruti, karena itu cukup masuk akal. Bagaimanapun ia sangat khawatir dengan keselamatan gurunya.

“Cepat! Arya, sebelum mereka menemukannya. Nasib perguruan ini ada di tanganmu! Pergilah!” perintah Saka Dirga sekali lagi.

“Ba– baik Guru,” sahut Arya. Dan dengan terpaksa akhirnya ia meninggalkan gurunya yang harus bertempur mati-matian seorang diri. Kini ialah satu-satunya orang terkuat di perguruan itu. Sementara para murid-muridnya tampak sudah sangat kewalahan.

“Murid-muridku, bertahanlah!” teriak Saka Dirga memberi perintah. “Jangan sampai mereka berhasil masuk ke padepokan!”

Melihat Saka Dirga dan murid-muridnya yang kian terpojok, Bara Jagal pun langsung berinisiatif menyusupkan beberapa muridnya untuk masuk ke padepokan dan merebut kitab ilmu silat itu. Dipanggilah tiga orang muridnya yang terkuat dan membawa pedang.

“Hei, kalian! Masuklah ke dalam padepokan itu. Geledah semua ruangan, lalu ambil kitab ilmu silat itu! Awas kalian, jangan sampai gagal!” perintah Bara Jagal sangat berambisi.

“Siap Guru,” jawab muridnya sambil menunduk sopan dan langsung pergi menuruti perintahnya.

Mereka diam-diam menyelinap dari samping saat Saka Dirga beserta murid-muridnya sedang sibuk bertarung menghalau serangan demi serangan yang dikomando oleh Ronggowelang dan Amukraga Kencana. Hanya Bara Jagal yang sedari tadi belum turun ke medan pertarungan. Ia masih mengamati situasi sebelum bertindak.

Serangan Ronggowelang dan Amukraga Kencana beserta para anak buahnya sudah cukup untuk menekan Saka Dirga, pikirnya. Hanya tinggal menunggu kemenangan. Ia baru akan turun ketika semua murid Saka Dirga sudah habis. Giliran ia yang akan maju bertarung melawan Saka Dirga.

Insting Saka Dirga benar! Bara Jagal pasti akan merebut kitab ilmu silat itu secara diam-diam saat ia sedang lengah. Ia memang licik dan penuh akal bulus. Beruntunglah Arya Wisesa tak terlambat. Dengan cepat ia bisa masuk terlebih dahulu ke dalam padepokan. Ia tahu betul dimana kitab ilmu silat itu di simpan. Di ruang meditasi gurunya. Ia masuk dan keadaan padepokan benar-benar kosong tanpa penjagaan. Karena semua murid dari perguruan itu memang sedang bertarung habis-habisan di luar padepokan. Tanpa berpikir panjang, Arya Wisesa langsung mengambilnya dan mengamankannya.

Namun ia mendadak bingung, apakah kembali ke luar padepokan dan ikut bertarung membantu gurunya hingga titik darah penghabisan, dengan resiko kitab ilmu silat itu akan jatuh ke tangan Bara Jagal, atau cepat-cepat melarikan diri dengan resiko perguruannya hancur lebur termasuk gurunya sendiri akan terbunuh dan dibantai oleh Bara Jagal dan sekutunya.

Dua pilihan sulit itu terus berkecamuk hebat dalam pikiran Arya Wisesa. Sejenak ia berpikir sebelum mengambil keputusan.

Baru saja ia akan keluar dari ruangan itu, tiba-tiba tiga orang murid suruhan Bara Jagal sudah berdiri di ambang pintu menghadangnya. Ia pun kaget bukan kepalang. Maka mau tidak mau ia harus bertarung apabila tidak ingin kitab ilmu silat itu jatuh ke tangan Bara Jagal.

“Rupanya ada orang di sini,” sambut salahsatu murid Bara Jagal sambil tertawa angkuh.

“Mundur, atau kalian semua akan celaka!” bentak Arya Wisesa bermaksud mengancam.

“Sudahlah kau menyerah saja! Kami tiga orang. Cepat! Serahkan kitab ilmu silat itu! Apa mau kau kami tikam sampai mampus, hah?!” Yang berdiri paling depan malah balik mengancam sambil tertawa mengejek. Dan dua orang yang di belakangnya juga ikut tertawa.

“Dasar kalian pecundang! Hanya berani keroyokan!” sahut Arya Wisesa tak terlihat gentar sama sekali.

“Kurang ajar! Ayo, kita habisi saja keparat ini!” Yang paling depan langsung emosi dan memberi isyarat dengan lambaian tangan untuk menyerang Arya Wisesa.

‘Sring…! Sring…! Sring…!’

Ketiga murid Bara Jagal itu langsung menghunus pedang yang tersarung di pinggang mereka.

Arya Wisesa sedikit panik, karena sedari tadi ia tak membawa senjata. Keadaannya menjadi cukup berbahaya bagi dirinya. Maka ia melihat ke sekeliling, tak ada pedang di sana. Hanya ada sebuah tongkat kayu jati yang tergeletak di sudut ruangan. Apa boleh buat, hanya itulah satu-satunya senjata yang bisa ia gunakan untuk membela diri. Ia pun mengambilnya dan bersiap memasang sikap kuda-kuda untuk menghalau serangan yang dilancarkan oleh ketiga murid Bara Jagal itu.

Dengan mudah ketiganya mengurung posisi Arya Wisesa. Yang satu siap menyerang dari depan. Yang satu lagi siap menyerang dari samping. Dan satu lagi mengambil posisi di belakang. Arya Wisesa benar-benar terkurung. Ia hanya berusaha tetap tenang dan fokus pada setiap jengkal pergerakan musuh. Matanya benar-benar awas, sambil memegang tongkat itu dengan erat. Bersiap, bila sewaktu-waktu harus diayunkan. Dan ia tidak mau menyerang terlebih dahulu. Menunggu ketiga orang itu dengan waspada, lalu melakukan serangan balasan.

Beruntung Saka Dirga pernah mengajarinya jurus-jurus tongkat. Ia sudah menguasai lima belas jurus tongkat yang cukup mematikan. Ia hanya butuh kelincahan dan kecepatan saja dalam mengaplikasikan jurus itu. Ia juga tahu betul bagian-bagian tubuh mana saja yang harus diserang untuk bisa melumpuhkan lawan.

Tiba-tiba lawannya yang di depan meloncat, mengayunkan pedangnya dari samping menyasar bagian kepala Arya Wisesa. Namun dengan cepat Arya Wisesa merunduk, memiringkan badannya ke bawah menghindari serangan. Alhasil serangan itu hanya mengenai angin saja.

Sekarang giliran Arya Wisesa menyodokkan tongkatnya ke depan menyasar bagian perut lawan. Tentu saja disertai dengan tenaga dalam. Maka lawannya itu pun terseret lima langkah ke belakang sambil memegangi perutnya.

“Kurang ajar!” umpatnya kasar tak terima.

Yang di belakang tak mau kalah, ia langsung lari menerjang hendak menebas pinggang Arya Wisesa. Lagi-lagi Arya Wisesa mampu menghindar hanya dengan gerakan memutar sederhana, meliukkan badannya, lalu mengayunkan tongkatnya itu menyasar betis lawan. Tepat mengenai sasaran.

Alhasil, lawannya itu jatuh terjengkang dan mengerang kesakitan. Mengakibatkan sebuah luka memar yang cukup parah di betisnya tampak biru legam kehitaman.

“Arghhhhh…!” teriaknya kesakitan. “Awas kau keparat busuk!”

Sekarang lawan yang dari samping sekoyong-konyong menerjang hendak menusuk bagian perut Arya Wisesa membabi buta. Serangannya itu menjadi sia-sia belaka karena Arya Wisesa memang awas betul dan waspada pada setiap jengkal pergerakan kaki lawannya. Sehingga ia dengan cepat bisa berkelit ke samping hanya dengan memindahkan satu kakinya saja. Lantas ia balik pukulkan tongkatnya itu ke bagian punggung lawan hingga ia tersungkur jatuh hilang keseimbangan.

“Brengsek…!” umpatnya merasa dipecundangi. “Boleh juga kemampuanmu!”

Mereka belum menyerah. Belum benar-benar lumpuh. Mereka kembali berdiri, menegakkan tubuhnya, memasang sikap kuda-kuda dan berbaris sejajar menghadap Arya Wisesa. Siap kembali menyerang.

Waktunya begitu singkat. Arya Wisesa harus segera mengeluarkan jurus tongkat andalannya untuk bisa melumpuhkan ketiganya. Sebelum Bara Jagal dan sekutunya mengetahui, bahwa kitab ilmu silat itu ada di tangannya. Maka jelas mereka akan mengepung, lalu menangkapnya!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status