Beranda / Pendekar / Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti / Bab 010 - Lidah Api Vs Bola Salju

Share

Bab 010 - Lidah Api Vs Bola Salju

Penulis: Reynal Prasetya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-19 08:20:45

Ketiga pendekar dari golongan hitam itu sudah bersiap dengan senjata andalannya masing-masing. Bara Jagal dengan pedang panjangnya dan bilahnya sangat lebar. Itu bukanlah pedang biasa, butuh tenaga yang luar biasa kuat untuk mengangkat pedang naganya yang besar itu. Hanya orang-orang yang punya ilmu silat yang tinggi saja yang bisa mengangkat pedangnya.

Andai pedang itu digunakan untuk menebas pohon besar, yang lingkar batangnya sebesar dua pelukan orang dewasa pun hanya cukup sekali tebas saja disertai tenaga dalam, maka pohon itu akan langsung tumbang ke tanah. Tak perlu diragukan lagi kekuatan dari pedang naga yang dimiliki Bara Jagal.

Sementara Ronggowelang yang berdiri di samping kiri Bara Jagal sudah siap dengan tombak panjangnya. Sebuah tombak yang terbuat dari besi hitam yang sangat keras, dan sewaktu-waktu bisa ia lesatkan bagai anak panah. Hebatnya, sejauh apa pun tombaknya itu melesat, tombak itu bisa kembali terbang ke arahnya dan mendarat dengan mulus dala

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 011 - Berubah Wujud

    Keringat deras tampak bercucuran dari wajah Saka Dirga. Itu menjadi bukti bahwa perlu tenaga dalam yang sangat besar untuk mengeluarkan jurus Pedang Angin Bola Salju miliknya itu. Alhasil sepertiga tenaga dalamnya harus terkuras habis akibat menahan serangan dari jurus Pedang Lidah Api Menyambar Bumi.Dari jarak beberapa ratus tombak dari atas pohon itu Arya Wisesa masih menyaksikan langsung betapa sengit dan mengerikannya pertarungan antara Bara Jagal dan Saka Dirga. Tak henti-hentinya ia memanjatkan doa pada sang Dewa pemilik alam semesta.“Jagat Dewa Bhatara…. Tolonglah Guruku, selamatkanlah dia dari kematian,” jerit Arya Wisesa dalam hati.Bagaimanapun serangan yang dilancarkan oleh Bara Jagal itu baru sebatas permulaan. Ia tak akan berhenti sebelum Saka Dirga benar-benar mati.Maka untuk yang kedua kalinya ia mengayunkan pedangnya itu. Bola api panas yang besar itu berkobar melesat kembali dari pedangnya hendak menghantam Saka Dirg

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 012 - Manusia Srigala

    Ketika ia membuka mata, warna matanya berubah menjadi merah terang menyala. Ia tidak lagi terlihat sebagai sosok manusia. Melainkan wujud lain, yakni wujud Srigala!Wajahnya yang sebelumnya memancarkan aura tenang dan berwibawa, kini berubah memancarkan aura kebuasan yang mencekam.Itulah ilmu pamungkas yang dikeluarkan oleh Saka Dirga. Sebuah ilmu tingkat tinggi dan hanya boleh dikeluarkan dalam keadaan genting dan sudah sedemikan terdesak.Belum ada satu pun pendekar sakti di seantero Nusantara yang bisa merubah dirinya sendiri menjadi wujud lain. Baru kali inilah, ada sosok pendekar yang mampu mengeluarkan ilmu tingkat tingginya untuk bisa mengakses kekuatan supranatural melebihi kemampuan manusia normal. Pastilah pendekar itu merupakan sosok manusia luar biasa yang kesaktiannya bukan olah-olah.“Dia berubah jadi manusia srigala!” kata Ronggowelang tampak terkejut.“Kita harus segera satukan kekuatan! Ayo, gunakan senjata kita masing-masing untuk menyerang!” sahut Bara Jagal memberi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 013 - Tewasnya Tokoh Pendekar Besar

    Sampai sepuluh kali serangan berturut-turut dan kini tanah lapang yang berada di lembah itu menjadi gundul karena rumput-rumputnya yang tercerabut, Saka Dirga masih mampu bertahan dengan sisa-sisa tenaga dalamnya yang kian melemah.Sekarang ia jadi lebih sering menggeru-geru dan sesekali melolong panjang dengan bahasa srigalanya. Matanya begitu merah menyala, mengindikasikan ada kemarahan yang kian memuncak di dadanya. Ia sangat murka dengan ketiga pendekar yang mengeroyoknya secara membabi buta itu. Ini pertarungan yang tidak adil, yang hanya akan membawanya pada kehancuran.Maka dengan sisa-sisa tenaganya itu, ia mengamuk sejadi-jadinya! Melampiaskan seluruh amarah dalam dirinya yang sudah tak bisa dibendung lagi. Memukul-mukulkan tangannya ke dada, mencakar-cakar tanah hingga terkeruk habis membentuk kubangan hingga berpuluh-puluh senti ke bawah. Melolong panjang sambil melompat-lompat gesit ke segala arah.Lalu ia mencabut pohon-pohon besar yang ada di sekeliling lembah dan sekony

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 014 - Menyusun Rencana Jahat

    Lama kelamaan, penampakan cahaya putih yang melayang ringan itu lenyap, seolah ditelan oleh langit. Lalu terdengarlah lolongan ratusan srigala dari arah balik bukit. Lolongan panjang sahut menyahut yang menjadi sebuah pertanda bahwa telah terjadi sebuah pristiwa besar.Sekaligus menjadi pertanda bahwa kematian tokoh besar pendekar sakti itu mulai memasuki era baru, dan akan segera muncul tokoh pendekar baru yang kelak akan menuntut balas dan menghentikan segala angkara murka yang kerap dilakukan oleh pendekar-pendekar dari golongan hitam. Mereka selalu menghalalkan segala cara demi memenuhi nafsu kekuasaan dan ambisi pribadi untuk menjadi yang terkuat dan menguasai dunia persilatan.“Gu– guruuuu….” Arya Wisesa langsung berteriak setinggi langit.Namun jeritan suaranya hanya tertahan pedih dalam hati. Ia begitu terpukul dengan kematian gurunya.Kedua matanya langsung berkaca-kaca. Dadanya terasa penuh sesak. Kemarahan dan kesedihan mendalam bercampur aduk menjadi satu. Badannya bergeta

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 015 - Apa Isi Kitab Itu?

    Apa yang sebenarnya membuat para pendekar dari golongan hitam begitu berambisi merebut kitab ilmu silat itu? Ada apa di dalamnya? Sehingga mereka dengan tega menumpahkan darah dan merampas nyawa orang lain demi tujuannya itu?Konon di dalam kitab itu tersimpan berbagai ajian dan teknik rahasia ilmu silat tingkat tinggi yang ditulis oleh para pendekar hebat zaman dulu.Kitab itu sudah berpindah-pindah dari satu generasi ke generasi yang lainnya selama lebih dari seratus tahun dan diwariskan secara turun-temurun.Dan dalam kurun waktu tersebut para pendekar golongan hitam tidak pernah berhenti berusaha merebut kitab itu dengan menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadi dan perguruan mereka.Bara Jagal yang merupakan keturunan dari pendekar golongan hitam dari masa lalu yang leluhurnya tewas terbunuh dalam sebuah pertempuran memperebutkan kitab itu merasa punya dendam kesumat yang harus ia bayar pada pendekar golongan putih. Dan ia sangat berambisi merebut kitab ilmu silat itu de

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 016 - Berpetualang di Rimba Raya

    Arya Wisesa disambut oleh cahaya matahari pagi yang cerah, udara sejuk, dan kicau burung yang saling bersahutan ketika ia sudah menginjakkan kakinya di lereng bukit. Ia sudah berjalan cukup jauh, melewati pepohonan yang lebat dan rapat serta semak belukar yang ada di kanan kirinya selama perjalanan. Maka kini posisinya sudah sangat aman dari kejaran musuh.Dilihatnya sebuah pohon besar yang menghadap ke bawah bukit, sejenak ia duduk di bawah pohon besar yang rindang itu untuk mengistirahatkan tubuhnya sebelum kembali melanjutkan perjalanan.Ia bahkan masih belum punya rencana, kemanakah setelah ini? Ia belum tahu, tempat mana yang mesti dituju. Yang menjadi tujuannya hanyalah ingin membalaskan dendam atas kematian guru dan kehancuran perguruannya.Alhasil, ia jadi terlihat melamun sendirian, sambil memandangi luas bentang alam yang indah di depannya.“Andai manusia tak punya sifat keserakahan dan bisa mengendalikan nafsunya, mungkin tak akan ada pertumpahan darah dan kekacauan di duni

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 017 - Membaca Isi Kitab

    Matahari mulai redup, pertanda sore akan segera datang. Lekas-lekas ia mencari tempat yang lebih datar di lereng itu. Lantas ia kumpulkan kayu-kayu dan ranting kering. Setelah dirasa cukup, diarahkanlah telapak tangannya ke tumpukan kayu itu. Maka tak berapa lama api pun menyala dan berkobar dengan cepat, siap digunakan untuk memanggang ayam buruannya.Dengan menggunakan tenaga dalamnya pula ia merontokkan bulu lebat yang menempel pada tubuh ayam itu, lalu mengambil kayu kecil yang ujungnya rucing dan ia tusukan kayu itu ke tubuh si ayam untuk dibuatnya menjadi bekakak.Ia taruh ayam yang ditusuk itu di atas bara api sambil terus membolak-balikkan badannya. Hingga beberapa puluh menit kemudian, ayam yang dipanggang itu pun matang dan siap disantap. Aroma lezat yang menguar dari ayam panggang itu sungguh menggoda seleranya. Ia pun memakan ayam itu dengan lahapnya.“Ah, nikmat sekali,” ujarnya sambil bersendawa beberapa kali.Perutnya kini sudah kenyang dan dahaganya sudah terobati, seh

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 018 - Siapa Gadis Itu?

    Sejak hari masih gelap Arya Wisesa sudah mulai mendaki. Dan ketika waktu pagi datang bersama matahari yang sangat cerah dari arah timur, ia telah sampai di puncak bukit.Dari kejauhan terlihat sebuah pedesaan di arah utara dari tempatnya berdiri. Ia akan pergi ke desa itu untuk mencari siapa pun yang bisa mengajarinya bahasa kuno. Ia tak akan berlama-lama di puncak itu dan akan kembali menempuh perjalanan puluhan kilo meter untuk bisa sampai ke desa yang ada di seberang bukit itu.Meski masih sangat jauh, namun perjalanannya kini tak akan terasa melelahkan dan menguras tenaganya dibanding pada saat ia terus menanjak hingga sampai ke puncak bukit.Dalam perjalanannya kali ini ia akan terus menurun dan melewati jalan datar menerobos hutan yang ditumbuhi pepohonan dan semak belukar yang sangat lebat. Persediaan air pun masih cukup aman untuknya dan tidak akan lagi kehausan di perjalanan.Sejauh ini belum ada satu pun manusia yang ia temui di hutan itu. Ia hanya perlu waspada pada babi hu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28

Bab terbaru

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 060 - Teguran dari Resi Muda

    Dipanggillah Garang Bonggol yang ikut menumpang di kuda rombongan pasukannya itu untuk mendekat ke arahnya dan ia pun langsung menggerendeng, “Sudah berhari-hari kita naik turun menerobos hutan demi hutan, tapi aku belum juga menemukan bocah itu, apakah kau membohongiku?!” Tatapannya begitu tajam dan mengintimidasi.“Ampun Kisanak, aku tidak berbohong, anak buahku sendiri yang bersaksi bahwa mereka sempat bertarung dengan bocah yang dilindungi oleh pendekar bertudung caping itu. Mereka benar-benar bergerak ke arah timur,” sahut Garang Bonggol sedikit gugup.“Kalau benar dia bergerak ke arah timur, kita sudah pasti menemukannya dan berhasil menyusulnya. Tapi kau bisa saksikan sendiri sudah berhari-hari kita menjelajah hingga sampai di kaki gunung ini, tapi kita belum juga menemukannya!” Bara Jagal kembali menggerutu.Tiba-tiba Muladra yang juga ikut menumpang di kuda rombongan pasukan itu ikut mendekat ke arah Bara Jagal dan berkata dengan sopan, “Ampun Kisanak, menurut pengamatanku, m

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 059 - Melakukan Penyamaran

    “Jangan bergerak! Rumah ini sudah kami kepung, kalau kalian bertiga macam-macam, maka kami semua akan menghabisi kalian!” kata pemuda yang paling depan yang memimpin penyergapan itu sambil mengacungkan goloknya ke arah Arya Wisesa, Dewi Raraswati, dan juga Wisangpati.Ketiganya dibuat bingung oleh tingkah si pemuda ini. Pemuda ini pula yang tadi berteriak-teriak histeris sambil berlari singgah dari rumah ke rumah memberi tahu warga desa, bahwa ada orang asing yang datang ke desanya. Tingkahnya begitu aneh dan tampak panik, padahal ketiganya terlihat tidak mengancam sama sekali.Namun sebelum mereka benar-benar berbuat anarkis, si pemilik rumah langsung menenangkan situasi.“Tenanglah, jangan berbuat kasar! Mereka bukan orang jahat, mereka dari Desa Gandareksa dan hanya menumpang sebentar di desa ini. Kami baik-baik saja, jangan khawatir. Kalian kembalilah ke rumah masing-masing,” kata si pemilik rumah.“Bagaimana kalau ketiga orang ini hanya pura-pura baik dan punya maksud tersembunyi

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 058 - Trauma Warga Desa

    “Tenanglah, aku bukan orang jahat, aku hanya ingin berbicara denganmu. Kau sangat cantik sekali,” kata Dewi Raraswati, memuji sekaligus menenangkan anak itu sambil mengusap kepalanya dengan lembut.Namun tiba-tiba saja pintu rumah itu terbuka dan dua orang dewasa sudah berdiri di ambang pintu dengan memegang senjata di masing-masing tangannya.Seorang pria telah menarik busur panah, dan mengarahkan panah itu ke arah Dewi Raraswati. Sementara seorang wanita telah siap dengan golok panjang di tangannya. Tatapan mereka begitu tajam sekali. Dan pria itu menggertak pada Dewi Raraswati, “Siapa kau orang asing?! Jangan macam-macam! Jika kau berani menyentuh anak kami, maka anak panah ini akan melesat menembus kepalamu!”“Cepat kau pergi dari desa ini, atau kami berdua akan berteriak memanggil warga yang lain untuk mengeroyokmu sampai tewas!” Si wanita yang juga pemilik rumah itu ikut menggertak sambil mengacungkan goloknya ke arah Dewi Raraswati.Mendengar ada keributan di depan rumah itu, A

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 057 - Desa Terpencil

    Setelah berjuang begitu hebat mengerahkan seluruh tenaga dan ilmu kanuragannya, akhirnya Arya Wisesa berhasil mencabut pedang itu. Dan senjata pusaka itu kini telah menjadi miliknya. Tampak keringat membanjiri tubuhnya setelah ia berjuang dengan keras untuk mendapatkan pedang itu dan wajahnya menjadi tampak semringah sekali ketika pedang itu masih saja mengeluarkan cahaya hijau menyelimuti seluruh bilahnya.Namun mereka harus cepat-cepat keluar dari gua itu sebelum atap gua itu benar-benar ambruk, karena tanahnya terus berjatuhan ke bawah dan bebatuan atap gua itu mulai retak pertanda akan juga segera tumpah ke bawah. Mereka harus segera lari melewati lorong demi lorong gua itu kalau tidak ingin mati terkubur hidup-hidup.Karena pedang itu tidak memiliki warangka, bergegas Arya Wisesa membungkus bilahnya dengan kain putih, lalu ia ikatkan tali di kedua ujung pedang itu untuk kemudian ia sarungkan di balik punggungnya. Karena bagaimanapun pedang itu cukup panjang dan memiliki bilah yan

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 056 - Pedang Bumi

    “Aku memang sosok siluman yang telah berpuluh-puluh tahun tinggal di gua ini. Dan aku bukan pemilik pedang pusaka itu, tapi aku punya kewajiban untuk menjaga pedang pusaka itu agar tidak jatuh ke tangan orang yang jahat. Aku juga tidak bermaksud hendak membuat kalian celaka, atau berbuat jahat pada kalian, karena itu bukanlah watakku sebagai siluman golongan putih. Aku menyerang kalian karena aku ingin memastikan kalian bukan hendak berbuat onar. Dan sepertinya kalian adalah orang-orang baik dan jujur yang tampak sesuai dengan tingkah laku kalian,” tutur Wirageni.“Terimakasih atas pengertian Saudara Wirageni, sebuah kehormatan bagiku bisa bertemu denganmu. Saudara telah menjalankan tugas dengan baik. Soal kejadian tadi, menurutku tak perlu dipersoalkan, karena yang terpenting adalah kita sudah mengenal satu sama lain. Dan Saudara menjadi saksi bahwa muridku Arya Wisesa telah bertekad dan bersumpah untuk menjaga pedang pusaka itu sebaik-baiknya,” sahut Wisangpati berbicara dengan sopa

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 055 - Siluman Penjaga Gua

    Sementara di saat bersamaan, Wisangpati tidak kalah berjuang hebat demi bisa lolos dari jerat akar yang tiba-tiba membelit kakinya dengan misterius itu. Ia justru membiarkan tubuhnya terus ditarik oleh akar itu dan mengikuti kemana akar itu bergerak dengan terus melemaskan tubuhnya.Ia hanya memindahkan dan sedikit menggerakkan tubuhnya apabila ia terseret di area yang cukup membahayakan dirinya. Dan saat ia tau bahwa akar itu menariknya mendekati sebuah pohon dan pastilah ia akan menabrak pohon besar tersebut, maka cepat-cepat ia menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, sehingga ia terangkat dan mengapung ke atas.Lalu ia meraih salahsatu dahan pohon itu dan di saat bersamaan mengayunkan kakinya ke atas kuat-kuat disertai tenaga dalamnya. Hingga akhirnya akar pohon yang membelit kedua kakinya itu pun putus. Dan ia tampak bergelantungan di pohon, setelah berhasil meloloskan diri dari jerat akar yang misterius itu.Mereka berkumpul kembali setelah terpisah puluhan tombak, akibat terkena

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 054 - Akar Misterius

    Tak disangka pada saat mereka baru saja melewati setengah panjang danau itu, hujan yang begitu deras tiba-tiba turun merepotkan mereka bertiga. Angin bertiup kencang menggoyang keseimbangan mereka. Raut panik mulai terpancar di wajah mereka. Kondisi cuaca nampaknya sedang kurang bersahabat, namun dengan sekuat tenaga mereka berpegangan erat pada rakit itu dan terus mendayung lebih cepat.Petir terus menggelegar di seantero langit, kondisi air yang sebelumnya tampak tenang menjadi sedikit bergejolak beriak-riak, membuat laju rakit yang mereka dayung itu menjadi tersendat-sendat, sehingga mereka tampak terombang-ambing di tengah danau.Seluruh tubuh mereka kontan basah kuyup, dan untung saja kitab itu mempunyai sampul pelindung yang berbahan perak, sehingga tahan dari serangan air yang berusaha menembus kitab itu. Itulah barang yang paling berharga yang harus dijaga oleh Arya Wisesa dalam keadaan seperti itu.Karena riak-riak air disertai angin yang semakin kencang menggoyang rakit mere

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 053 - Jalur Selatan

    “Aku tidak peduli dengan laki-laki paruh baya itu, dan seberapa sakti ilmu yang dia miliki. Yang sedang aku cari saat ini hanyalah pemuda itu, pemuda bernama Arya Wisesa yang telah lama kucari sejak berbulan-bulan yang lalu. Tapi apabila laki-laki paruh baya itu yang menjadi penghalang untuk menangkap pemuda itu, maka pedangku sendiri yang akan memenggal kepalanya!” tegas Bara Jagal.“Ya, kisanak. Sejauh ini hanya itu yang aku ketahui. Karena sejak beredarnya selebaran itu, kami juga jadi ikut mencari-cari di mana pemuda itu. Tapi sebaiknya kisanak merubah tujuan ke arah timur, karena pemuda itu memang sudah meninggalkan Desa Gandareksa beberapa hari yang lalu.” Garang Bonggol memberanikan diri memberi saran pada Bara Jagal.“Hmmm, kau benar juga. Apakah kau masih tertarik mengikuti sayembara itu dan mendapatkan hadiahnya?” tanya Bara Jagal.“Oh, tentu saja kisanak, bagiku itu adalah hadiah yang sangat besar, karena bagi perampok pinggiran desa seperti kami butuh waktu berbulan-bulan

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 052 - Petunjuk Penting

    Di kuil yang ada di puncak gunung itu Arya Wisesa menjadi semakin rajin melakukan meditasi.Di tempat itulah, dari hasil meditasinya ia mulai mendapat petunjuk tentang di mana keberadaan dua pedang sakti yang saat ini sedang ia cari. Ia menyimpan petunjuk yang telah ia baca di dalam kitab ilmu silat itu dalam kepalanya. Setelah ini, ia akan memulai perjalanan baru untuk menemukan kedua pedang tersebut.Pada pagi hari, setelah lima hari berturut-turut bermeditasi di kuil tersebut, Arya Wisesa memberi tahu Wisangpati tentang rencananya yang akan segera pergi mencari kedua pedang sakti sesuai dengan petunjuk yang telah didapatkannya.Sambil duduk bersila berhadap-hadapan, mereka pun terlihat mengobrol dengan serius.“Paman, dari petunjuk yang telah aku dapat dari kitab ilmu silat, dua pedang sakti itu berada di arah barat. Tersimpan di sebuah gua yang berbeda. Aku meminta izin untuk pergi mencari kedua pedang tersebut,” kata Arya Wisesa.“Apa kau sudah benar-benar yakin, Arya? Kedua peda

DMCA.com Protection Status