Beranda / Pendekar / Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti / Bab 004 - Kehancuran Padepokan

Share

Bab 004 - Kehancuran Padepokan

Penulis: Reynal Prasetya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-11 23:02:56

Ikatan batin yang sudah terjalin sedemikian erat membuat Arya Wisesa bisa merasa dan mendengar suara batin yang diucapkan Saka Dirga. Bagaimanapun Arya Wisesa sudah berlatih silat dengan gurunya itu sejak ia masih berusia lima belas tahun, bahkan sebelum padepokan Srigala Putih dibangun di lembah pegunungan tak bertuan itu.

Kini ia sudah berusia dua puluh tahun. Artinya sudah lima tahun ia tinggal di sana dan menghabiskan waktu bersama Saka Dirga. Alhasil keduanya menjadi akrab dan dekat, sampai-sampai kedekatan itu serupa ayah dan anak yang menyayangi satu sama lain.

Mereka bahkan punya hobi yang sama. Di tengah-tengah kejenuhan belajar ilmu silat, Saka Dirga sering mengajak Arya Wisesa berburu burung elang dan berkemah di tengah-tengah hutan. Dengan ilmu kanuragannya yang begitu tinggi, Saka Dirga mampu menjinakkan hewan liar itu dengan mudah. Ia hanya perlu mengarahkan telapak tangannya ke arah burung elang yang sedang bertengger di puncak pohon, maka tak berapa lama, elang itu pun langsung terbang melesat menghampirinya dan bertengger di bahunya.

“Kau juga bisa mencobanya Arya,” kata Saka Dirga setelah ia menunjukkan kemampuannya menjinakkan hewan itu.

Ia pun mulai komat-kamit merapalkan mantra yang sudah diajarkan oleh gurunya itu dengan serius. Maka diarahkanlah telapak tangan kanannya ke atas, mengarah ke burung elang yang sedang bertengger di pohon yang lain. Sekonyong-konyong burung itu juga terbang melesat menghampirnya sangat bersahabat, tanpa ada niatan untuk mencelakai sama sekali. Seolah mereka sedang menghadap tuannya sendiri.

“Berhasil! Aku bisa melakukannya Guru,” sahut Arya Wisesa semringah.

“Bagus! Kau memang muridku yang pintar, Arya. Kau bisa menguasai ilmu yang aku ajarkan dengan cepat,” puji Saka Dirga sambil tersenyum.

Kedua burung elang itu tampak manja sekali bertengger di bahu mereka, seolah itu tempat yang paling nyaman bagi dua burung itu. Malahan kedua burung itu menempelkan kepalanya ke leher mereka, mendekatkan tubuhnya dan membiarkan kedua sayapnya tertutup rapat, sehingga terasa leher mereka seperti sedang dielus-elus lembut. Maka mereka membalas dengan mengusap-ngusap bagian atas kepala burung elang itu.

“Arya, sebagai seorang ksatria sejati, kau pun harus hidup sebagaimana burung elang ini,” kata Saka Dirga tiba-tiba memberi nasihat.  

“Mengapa demikian, Guru?” tanya Arya Wisesa.

“Kau harus punya pandangan yang tajam dan luas laksana burung elang ini, Arya. Kau harus peka dengan segala situasi dan melihat masalah dengan bijak. Burung elang tidak pernah takut terbang sendiri. Mereka tidak pernah takut terjatuh, meski goncangan angin menerpa mereka sangat kencang di atas langit sana. Itu memberi pelajaran bagi kita bahwa semakin tinggi ilmu dan kedudukan kita, maka semakin berat rintangan yang akan kita hadapi.

Kuharap kau tidak mudah menyerah dengan apapun ujian hidup yang menerpamu dengan keras. Kelak, akan ada suatu masa dimana kau akan terbang sendirian seperti burung elang ini. Menghadapi masalahmu seorang diri, tak bergantung pada siapa pun dan kau hanya mengandalkan kekuatan dan potensimu sendiri.” Begitulah jawaban sang guru, mengandung pesan bijak yang sangat dalam.

Mendengar nasihat seperti itu, hatinya langsung bergetar. Seolah ada energi tak kasat mata yang langsung merasuki dirinya. Arya Wisesa mendengarkan nasihat itu dengan serius dan memandang gurunya dengan penuh kekaguman.

Dan tak berapa lama setelah Saka Dirga memberi nasihat seperti itu, kedua burung elang yang tadi bertengger di bahu mereka terbang kembali ke atas langit, begitu cepat melesat berpencar satu sama lain. Mengepakkan sayapnya yang gagah. Sampai lama-lama menghilang serupa titik hitam dan tak bisa lagi dijangkau oleh sepasang mata mereka.

Itulah momen yang paling Arya Wisesa ingat selama ia belajar ilmu silat bersama Saka Dirga. Nasihat yang ia terima beberapa tahun silam itu tampaknya akan menjadi kenyataan dan takdir yang sebentar lagi akan ia hadapi. Ialah burung elang yang dimaksud gurunya itu. Ia akan berjuang sendiri manakala Bara Jagal bersama dua sekutunya itu telah menghancurkan Srigala Putih dan melenyapkan Saka Dirga, gurunya yang paling ia sayangi dan kagumi.

Maka saat ia berhasil kabur melalui pintu rahasia yang terletak di belakang padepokan, dengan ilmu meringankan tubuhnya Arya Wisesa segera meloncat ke atas pohon yang paling tinggi dan paling rindang serupa burung elang yang terbang dengan gagahnya. Bertengger di bagian paling atas, bermaksud bersembunyi dari kejaran musuh.

Mustahil murid-murid suruhan Bara Jagal itu bisa menemukannya dengan mudah, karena pohon itu begitu tinggi dengan dahan-dahan yang begitu rapat dan daun-daun yang begitu subur membuat puncak pohon tampak tertutup sempurna. Membuat sepasang mata manapun tak akan bisa menyadari bahwa ada orang yang sedang bersembunyi di situ.

Di atas pohon tinggi besar menjulang itulah Arya Wisesa bisa melihat semuanya dengan jelas dan leluasa. Tampak mayat-mayat dari kedua belah pihak yang mati itu bergelimpangan di mana-mana. Arya Wisesa tak bisa menyembunyikan kesedihan sekaligus amarahnya. Apalagi ketika melihat teman-teman seperguruannya itu tewas dibantai tak bersisa. Itu membuat dadanya sedikit sesak dan merasa bersalah karena tidak bisa berbuat banyak.

Ia bisa melihat sendiri, kini tinggalah Saka Dirga seorang diri. Meski begitu nyalinya tak berkurang sedikit pun. Ia masih berdiri gagah dengan kedua pedang trisula di tangannya. Sekujur tubuhnya banjir keringat. Hampir sepertiga dari tenaga dalamnya sudah ia gunakan untuk memukul mundur lawan.

Bagaimanapun muridnya yang hanya berjumlah lima puluh itu harus bertempur melawan seratus lima puluh prajurit pendekar yang beraliansi itu. Sebuah pertempuran yang licik dan amat tidak seimbang.

Dari kejauhan Arya Wisesa bisa mendengar seruan gurunya pada ketiga lawannya itu. Baginya, kewibawaan Saka Dirga tak pernah luntur meski ia sudah terpojok sendirian.

“Hei, kalian! Sebaiknya mundur dan tinggalkan tempat ini, sebelum aku menggunakan kekerasan!” gertak Saka Dirga sambil menunjuk ke arah Bara Jagal dan sekutunya. “Sampai kapan pun kalian tak akan bisa mendapatkan kitab ilmu silat itu!”

“Jangan banyak bacot kau Saka Dirga!” Bara Jagal balik membentak. “Kalaupun aku tak bisa mendapatkan kitab ilmu silat itu, paling tidak serahkan nyawamu sebagai gantinya!” lanjutnya sambil tertawa angkuh.

“Hanya pendekar pecundang yang masih saja menyerang lawan yang tidak seimbang!” balas Saka Dirga.

“Ha-ha-ha, Bilang saja kau takut padaku, Saka Dirga!” ejek Bara Jagal. “Lihat! di belakangku ada dua puluh muridku yang pandai menggunakan panah. Sebentar lagi kau akan menyaksikan sendiri kehancuran padepokanmu, Saka Dirga!”

Dua puluh pemanah itu tidak akan digunakan oleh Bara Jagal untuk membunuh Saka Dirga, melainkan digunakan untuk membakar padepokannya. Mereka melilitkan kain-kain yang sudah dilumuri minyak tanah di ujung anak panahnya. Hanya dengan satu sambaran api saja, senjata itu siap ditembakkan laksana meriam yang akan membumihanguskan bangunan padepokan itu.

Maka hanya dengan satu gerakan tangan saja, Bara Jagal melambai ke atas sebagai isyarat agar murid-muridnya itu segera menembakkan panah-panah mereka.

Melesatlah puluhan anak panah itu ke udara mengarah ke bangunan padepokan. Membuat warna langit di sekitar padepokan dengan sekejap menjadi merah menyala.

Atap-atap mulai terbakar, dua patung srigala yang berdiri kokoh di depan padepokan juga hangus terbakar, beberapa tiang yang menyangga bangunan itu mulai ambruk, hingga api itu sedemikian cepat melalap bangunan yang didominasi oleh kayu itu. Hingga sekarang yang tampak hanyalah gumpalan api besar yang membumbung tinggi ke udara.

“Lihat, Saka Dirga! Sebentar lagi padepokanmu akan rata dan hangus menyisakan abu!” kata Bara Jagal sambil tertawa puas.

“Kau akan celaka, Bara Jagal! Kelak kau akan mendapat balasan setimpal atas perbuatanmu itu!” respon Saka Dirga seraya mengutuknya.

Bab terkait

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 005 - Menunggu Cahaya Bulan Redup

    “Guru…, haruskah aku turun dari sini dan ikut bertarung bersamamu?” gumamnya lirih. Dari atas pohon tinggi itu Arya Wisesa masih memantau situasi. Kedua matanya mulai berkaca-kaca tatkala melihat padepokannya hancur lebur dilalap api. Kedua tangannya mengepal bergetar hebat. Hampir saja ia melesahkan pukulan tenaga dalamnya ke arah Bara Jagal. Namun ia berusaha menahannya sekuat tenaga. Itu membuat goncangan dahsyat dalam dirinya. Sebuah amarah yang dengan cepat berubah menjadi api kebencian.Lenyap! Padepokan itu rata dengan tanah. Bangunan itu kini tiada. Hanya menyisakan arang dari kayu-kayu yang telah hangus dan abunya beterbangan disapu angin malam.Bara Jagal masih belum puas. Ia sudah benar-benar kalap. Seolah setan sedang merasuki tubuhnya. Maka yang menjadi sasaran terakhir dari ambisinya malam ini setelah gagal merebut kitab ilmu silat incarannya itu adalah membunuh Saka Dirga.Mudah saja untuk mengetahui siapa yang akan menjadi pemenang bila Saka Dirga bertarung satu lawan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 006 - Cakaran Amuk Srigala

    “Kenapa Bara Jagal berhenti menyerangku? Apa ia tahu yang menjadi kelemahanku?” desis Saka Dirga dalam hati.Ia masih terus berharap cahaya bulan yang masih tampak terang itu tidak cepat redup, sehingga ia bisa memulihkan tenaga dalamnya dan menambah kekuatannya untuk bisa mengimbangi ketiga lawannya itu. Paling tidak, ia bisa sedikit lama dalam bertarung dan mampu memukul mundur mereka. Karena mustahil bagi Saka Dirga untuk bisa melenyapkan ketiganya sekaligus.Melihat lawannya yang tidak seberingas di awal pertarungan, maka Saka Dirga langsung mengambil inisiatif. Ia mulai memancing Bara Jagal untuk terus mengeluarkan amarahnya dengan tujuan menguras tenaga dalamnya, supaya ia menjadi lemah dan pertarungan pun bisa ia dominasi. Sebelum akhirnya ia lanjut bertarung dengan dua sekutunya, yakni Ronggowelang dan Amukraga Kencana.Serangan-serangan kecil pun mulai dilancarkan oleh Saka Dirga. Ia mengeluarkan jurus-jurus sederhana saja, karena tak perlu mengeluarkan tenaga dalam yang besar

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 007 - Jurus Harimau Vs Jurus Srigala

    Lihatlah bagaimana kuku-kuku tangannya itu mulai memanjang dengan sendirinya, begitu runcing dan tajam. Tak kalah tajam dari bilah pedang katana. Satu cakaran saja bisa merobek kulit dan mengoyak daging lawannya jika tak punya ilmu silat yang tinggi untuk menahan kekuatannya. Belum lagi racunnya yang berbahaya yang bisa menghambat jalannya peredaran darah, dan bisa membuat lawannya mati secara pelan-pelan!Saka Dirga tak mengendorkan serangannya. Ia kembali menggempur bagian-bagian bawah tubuh Bara Jagal, dan kali ini ia melancarkan serangan kombinasi yang lebih cepat dan mematikan.Pantas saja jurus itu disebut Cakaran Amuk Srigala, karena gerakannya memang sangat gesit sekali seperti srigala.Ia langsung melompat lagi menyasar perut Bara Jagal bagian bawah, namun sebelum satu detik lagi cakaran itu mendarat di perutnya, Bara Jagal berhasil menghindar meloncat dua langkah ke belakang. Maka ia melompat lagi menyerang bagian paha, Bara Jagal pun meloncat lagi dua langkah belakang. Ia t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 008 - Serangan Ular Merah

    Ronggowelang tampak kelelahan, dadanya kembang kempis, itu menunjukkan bahwa jurus Harimau Hitam Menerkam Mangsa yang ia keluarkan cukup menguras tenaga dalamnya. Ditambah lagi pingganggnya yang terluka membuat ia untuk sementara waktu berhenti sejenak dari pertarungan, karena harus mengatur nafas dan jalan darahnya sebagai pertolongan pertama.Maka ia mengambil segenggam tanah yang dialiri tenaga dalam untuk menutup luka dan menghambat racun agar tak masuk tubuhnya dan menempelkan tanah itu di pinggangnya. Ia masih tetap dalam mode jurus harimau untuk mempertahankan daya tahan tubuhnya. Namun sepertiga tenaga dalamnya harus ia keluarkan sebagai gantinya.Meski Saka Dirga tampak dominan dan menguasai jalannya pertarungan, kemenangannya masihlah jauh ia dapat. Karena ketiga pendekar jahat itu belumlah menyerah. Dan rupanya dominasinya itu tak berlangsung lama, karena saat ia hendak menyerang kembali Ronggowelang dan membuatnya makin terdesak dan merasakan jera, secara t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 009 - Diburu Sepuluh Prajurit

    Sepuluh murid suruhan Bara Jagal itu terus bergerak memburu Arya Wisesa. Mereka berkeliling di sekitar lembah dan menyisir hingga ke dalam hutan. Mereka berpencar dan masing-masing dua orang bergerak ke setiap arah mata angin. Namun hingga bulan purnama di lembah itu redup, pencarian mereka belum kunjung mendapat hasil. Tak ada satu batang hidung pun yang mereka temui dan curigai sebagai Arya Wisesa.Sebaliknya yang sedang diburu masih anteng-anteng saja bersembunyi di balik pohon yang paling tinggi dan besar dan paling rimbun. Dari atas pohon itulah ia bisa melihat keadaan sekitar lembah dengan leluasa. Bahkan Arya Wisesa bisa melihat bukit yang ada di seberang dengan sangat jelas.Kesepuluh murid itu tidak bisa kembali kalau mereka tidak berhasil menemukan Arya Wisesa. Maka mereka akan kena damprat dan hukuman dari Bara Jagal, jika lagi-lagi mereka gagal dalam melakukan tugas.Hanya mengandalkan obor di tangan-tangan yang mereka bawa, mereka terus menelusuri s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 010 - Lidah Api Vs Bola Salju

    Ketiga pendekar dari golongan hitam itu sudah bersiap dengan senjata andalannya masing-masing. Bara Jagal dengan pedang panjangnya dan bilahnya sangat lebar. Itu bukanlah pedang biasa, butuh tenaga yang luar biasa kuat untuk mengangkat pedang naganya yang besar itu. Hanya orang-orang yang punya ilmu silat yang tinggi saja yang bisa mengangkat pedangnya.Andai pedang itu digunakan untuk menebas pohon besar, yang lingkar batangnya sebesar dua pelukan orang dewasa pun hanya cukup sekali tebas saja disertai tenaga dalam, maka pohon itu akan langsung tumbang ke tanah. Tak perlu diragukan lagi kekuatan dari pedang naga yang dimiliki Bara Jagal.Sementara Ronggowelang yang berdiri di samping kiri Bara Jagal sudah siap dengan tombak panjangnya. Sebuah tombak yang terbuat dari besi hitam yang sangat keras, dan sewaktu-waktu bisa ia lesatkan bagai anak panah. Hebatnya, sejauh apa pun tombaknya itu melesat, tombak itu bisa kembali terbang ke arahnya dan mendarat dengan mulus dala

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 011 - Berubah Wujud

    Keringat deras tampak bercucuran dari wajah Saka Dirga. Itu menjadi bukti bahwa perlu tenaga dalam yang sangat besar untuk mengeluarkan jurus Pedang Angin Bola Salju miliknya itu. Alhasil sepertiga tenaga dalamnya harus terkuras habis akibat menahan serangan dari jurus Pedang Lidah Api Menyambar Bumi.Dari jarak beberapa ratus tombak dari atas pohon itu Arya Wisesa masih menyaksikan langsung betapa sengit dan mengerikannya pertarungan antara Bara Jagal dan Saka Dirga. Tak henti-hentinya ia memanjatkan doa pada sang Dewa pemilik alam semesta.“Jagat Dewa Bhatara…. Tolonglah Guruku, selamatkanlah dia dari kematian,” jerit Arya Wisesa dalam hati.Bagaimanapun serangan yang dilancarkan oleh Bara Jagal itu baru sebatas permulaan. Ia tak akan berhenti sebelum Saka Dirga benar-benar mati.Maka untuk yang kedua kalinya ia mengayunkan pedangnya itu. Bola api panas yang besar itu berkobar melesat kembali dari pedangnya hendak menghantam Saka Dirg

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 012 - Manusia Srigala

    Ketika ia membuka mata, warna matanya berubah menjadi merah terang menyala. Ia tidak lagi terlihat sebagai sosok manusia. Melainkan wujud lain, yakni wujud Srigala!Wajahnya yang sebelumnya memancarkan aura tenang dan berwibawa, kini berubah memancarkan aura kebuasan yang mencekam.Itulah ilmu pamungkas yang dikeluarkan oleh Saka Dirga. Sebuah ilmu tingkat tinggi dan hanya boleh dikeluarkan dalam keadaan genting dan sudah sedemikan terdesak.Belum ada satu pun pendekar sakti di seantero Nusantara yang bisa merubah dirinya sendiri menjadi wujud lain. Baru kali inilah, ada sosok pendekar yang mampu mengeluarkan ilmu tingkat tingginya untuk bisa mengakses kekuatan supranatural melebihi kemampuan manusia normal. Pastilah pendekar itu merupakan sosok manusia luar biasa yang kesaktiannya bukan olah-olah.“Dia berubah jadi manusia srigala!” kata Ronggowelang tampak terkejut.“Kita harus segera satukan kekuatan! Ayo, gunakan senjata kita masing-masing untuk menyerang!” sahut Bara Jagal memberi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21

Bab terbaru

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 075 - Elang Putih

    “Ya, betul. Mulai saat ini aku dan seluruh pendekar Gagak Hitam menyatakan akan selalu setia pada Saudara Arya Wisesa. Untuk itu kami mempersilahkan Saudara Arya yang memilih sendiri nama perguruan yang cocok untuk kami.” Jaya Wiguna ikut menambahkan.“Terimakasih atas penawaran dari Saudara semuanya. Untuk menjadi pemimpin, sepertinya aku masihlah belum layak. Aku sungguh sangat menghargai niat Saudara berdua yang ingin menyatukan perguruan, aku mendukung niat baik Saudara berdua. Tapi maaf aku belum bersedia untuk menerima tawaran ini.” Arya Wisesa menjawab.Namun penolakan itu sepertinya membuat Purwasena dan Jaya Wiguna makin berusaha keras membujuknya untuk bersedia menjadi pemimpin mereka dan mendirikan perguruan baru yang lebih kuat.Karena tentu harus ada pemimpin baru ketika dua perguruan ini ingin bersatu. Tak mungkin Purwasena atau Jaya Wiguna sendiri yang menjadi pemimpin dari dua perguruan ini, yang pasti akan menimbulkan banyak ketidaksetujuan. Mereka hanya ingin Arya Wis

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 074 - Ritual Berdarah

    Para pendekar itu menjadi saling pandang dan bertanya-tanya, pedang apa yang sedang dipegang oleh Arya Wisesa? Dan dari mana pula ia bisa mendapatkan pedang sebagus itu? Mereka tampak takjub dan perhatian mereka kini justru menjadi terfokus pada Arya Wisesa. Dan untuk sementara menghentikan pertarungan yang sempat berlangsung sengit.“Sekali lagi kuperingatkan! Hentikan pertarungan kalian, atau akan kubuat rata tempat ini!” ancam Arya Wisesa tak main-main sambil ia mengacungkan pedang itu ke atas langit.Sebuah sinar hijau terus memancar dan kini bumi menjadi sedikit bergoncang. Membuat mereka tak percaya dan tubuh mereka sedikit terhuyung terombang-ambing ke kanan dan ke kiri.Mereka mulai takut dan dibikin ngeri oleh Arya Wisesa. Kepanikan itu tak bisa disembunyikan dari wajah mereka. Membuat salahsatu pendekar Bangau Merah akhirnya mau menuruti perintah Arya Wisesa.“Cukup Saudara, kami mengakui kau pendekar hebat. Dan pedang yang kau punya itu sepertinya punya kekuatan yang tak ter

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 073 - Melanggar Kesepakatan

    Mereka berlari ke arah gerobak yang ditarik oleh kuda itu. Dan ketika kain hitam itu tersingkap, barulah ketahuan bahwa yang mereka bawa digerobak itu ternyata adalah senjata! Bukan perbekalan atau pun logistik seperti yang dikatakan oleh Jaya Wiguna.Apakah Gagak Hitam sengaja melakukan itu? Kalau itu sengaja dan sudah direncanakan, maka jelas Jaya Wiguna telah berdusta dan melanggar kesepakatan. Ia telah berkhianat dan ia bukan saja telah menyakiti hati para pendekar Bangau Merah, tapi juga sudah memicu api dendam dalam diri mereka.Kini bukan saja jumlah mereka yang jauh lebih unggul, tapi mereka juga menggunakan senjata untuk bertarung. Situasi seperti ini tentu saja tidak menguntungkan bagi Bangau Merah. Sehingga itu membuat Purwasena makin naik darah.“Jahanam, kau Jaya Wiguna! Rupanya kau telah berdusta dan melanggar kesepakatan di antara kita. Kau memang bedebah dan licik!” gerutu Purwasena, wajahnya makin membesi dibalut amarah.“Hua-ha-ha, ini konsekuensi yang pantas diterim

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 072 - Menolak Berdamai

    “Saudara Jaya Wiguna seharusnya menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas kejadian ini. Saudara seharusnya bisa mencegah hal itu tidak terjadi. Saudara tidak bisa lepas tangan begitu saja!” kata Purwasena mulai menekan.“Saudara tidak perlu menasehatiku terlalu jauh! Muridku juga tidak akan bertindak sejauh itu, kalau Saudara bisa mendidik murid Saudara sendiri dengan benar! Dan tidak menjadi pendekar yang gemar mengeroyok pendekar perguruan lain sampai meninggal!” Jaya Wiguna tak mau kalah dan malah balik menekan.“Aku tidak bermaksud menasehati, Saudara. Tapi aku sangat menyayangkan tindakan dari pendekar Gagak Hitam yang merespon kejadian itu terlalu berlebihan dan sangat tidak manusiawi! Itu sangat biadab, Saudara!” Purwasena tidak berhenti dan terus menekan.“Huh! Lalu apakah tindakan pengeroyokan sampai menghilangkan nyawa itu adalah tindakan yang tidak biadab? Saudara harusnya berkaca dulu sebelum berbicara!” timpal Jaya Wiguna tak kalah keras.Kedua pemimpin Perguruan

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 071 - Pertemuan di Perbatasan

    “Baik, kami akan menyampaikan ini pada Perguruan Bangau Merah. Semoga pada waktunya kita bisa bertemu kembali dan menyepakati apa yang telah kita bicarakan.” Wisangpati menyahut.“Oh ya, sebelumnya aku meminta izin untuk memperkenalkan diri. Aku Jaya Wiguna, ketua Perguruan Gagak Hitam.” Akhirnya orang itu memberi tahu namanya.“Sebuah kehormatan bagiku bisa bertemu dengan saudara Jaya Wiguna,” sahut Wisangpati.“Baiklah saudara Wisangpati, kami perkenankan kalian berdua untuk kembali ke Perguruan Bangau Merah dan menyampaikan apa yang menjadi keinginan kami,” kata Jaya Wiguna.Wisangpati dan Arya Wisesa kompak menjura dan mereka pun segera bergegas kembali ke Perguruan Bangau Merah.Dengan menunggangi kuda perjalanan mereka menjadi lebih cepat. Terlihat para pendekar Bangau Merah sudah menunggu kepulangan mereka sore itu. Mereka penasaran apa hasil yang didapat oleh Wisangpati dan Arya Wisesa yang mereka utus melaksanakan misi diplomasi mewakili perguruan mereka.Namun karena hari ma

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 070 - Misi Diplomasi

    Mereka segera berangkat ke Perguruan Gagak Hitam yang ada di desa sebelah utara. Memang batas desa ini hanya dipisah oleh sebuah sungai lebar yang membentang dari timur ke barat.Untuk masuk ke desa itu harus melalui sebuah jembatan yang lebarnya hanya bisa dimasuki dua kuda. Itu sudah cukup bagi mereka. Dan Perguruan Bangau Merah tak keberatan untuk meminjamkan kuda sebagai tumpangan mereka.Cukup dalam setengah hari dengan menunggangi kuda waktu yang mereka tempuh untuk sampai di Padepokan Perguruan Gagak Hitam. Saat mereka tiba di sana, situasi tak kalah ramai dan nampaknya orang-orang di perguruan itu juga sedang mengadakan rapat darurat. Rapat itu lebih sunyi dan rahasia, karena mereka terlihat hanya berbisik satu sama lain.Namun mereka terlihat panik tatkala melihat kedatangan dua orang asing yang menunggangi kuda menuju padepokan mereka. Beberapa orang langsung cabut senjata dari balik pinggang mereka, hanya pemimpinnya saja yang terlihat tenang sambil memperhatikan waspada.D

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 069 - Konflik Dua Perguruan

    “Mereka semua sangat biadab! Kenapa harus menyerang warga desa yang tidak bersalah? Mereka telah melanggar sumpah mereka sendiri sebagai seorang pendekar!” Arya Wisesa ikut marah ketika mendengar penjelasan dari nenek tua itu. Ia tampak terkejut dan tidak percaya dengan kebiadaban yang telah dilakukan oleh Perguruan Gagak Hitam.“Aku pun tak tahu, Den. Sepertinya tidak lama lagi akan terjadi peperangan besar antara dua perguruan ini. Aku hanya bisa berharap pertolongan Dewa segera datang. Dan ada orang yang bisa menengahi konflik ini, agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan,“ sahut si nenek terlihat lemas dan pasrah terhadap keadaan.“Kalau kami boleh tahu, di mana letak Perguruan Bangau Merah itu, Nek?” tanya Wisangpati.“Kisanak berdua terus saja menyusuri jalan desa ini. Setelah melewati rumah terakhir, Kisanak berdua belok saja ke kanan, ada jalan yang agak menanjak menuju sebuah bukit. Nah, dari kejauhan pasti terlihat ada bangunan padepokan di bukit itu,” jawab si nenek.Mere

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 068 - Kejadian Mengerikan

    “Idemu tidak terlalu buruk,” kata Garang Bonggol.“Tapi sedari awal aku ingin pemuda itu yang berhasil kautangkap, sehingga aku bisa langsung membawa pemuda itu ke hadapan Tuan Bara Jagal. Dengan begitu, dia akan memberiku imbalan besar dan kenaikan pangkat. Sayangnya kau tak bisa memenuhi keinginanku, jadi aku terpaksa tak akan memberimu imbalan tambahan,” lanjutnya.“Sekarang, begini saja Tuan, cepat atau lambat pemuda itu pasti akan datang ke Padepokan Perguruan Naga Api. Kita sebar seluruh pasukan kita untuk berpatroli di setiap sudut sebelum masuk ke area padepokan. Saat dia datang dan sebelum benar-benar sampai di padepokan, kita akan sergap dan lumpuhkan dia bersama-sama!” Kebo Ijo memberi ide lagi.Garang Bonggol tampak berpikir dan tak langsung setuju dengan ide Kebo Ijo. Setelah berpikir sejenak ia pun menyahut, “Hmmm, aku kurang setuju dengan idemu. Karena tentu kita perlu mengerahkan pasukan yang lumayan banyak, sedangkan kita tidak tahu pemuda itu akan masuk ke padepokan

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 067 - Ramuan Herbal dan Siasat Licik

    “Kalian semua mundur! Dan kembalilah ke kuda kalian masing-masing!” seru Kebo Ijo kepada sepuluh orang prajurit itu.Mereka senang bukan kepalang, karena beberapa orang di antaranya terlihat sudah mulai kehabisan tenaga. Ada yang terpincang-pincang, ada yang lebam-lebam di bagian wajah, ada yang memegangi perutnya, dan ada yang terluka di bagian bibirnya akibat bertarung dengan Wisangpati.“Dengar, orangtua payah dan pemuda bodoh! Jika kalian ingin gadis ini selamat, temui aku di Padepokan Perguruan Naga Api!” kata Kebo Ijo memberi pesan ancaman kepada Arya Wisesa dan Wisangpati.“Keparat kau, manusia hina! Aku akan menghajar dan memenggal kepalamu sekarang juga!” bentak Arya Wisesa seraya berdiri dan satu tangannya sudah mulai memegang hulu pedang yang tergantung di punggungnya.Ia sadar kekuatan fisiknya mulai melemah akibat racun yang terus masuk menjalari seluruh tubuhnya itu.“Terus saja kau mengoceh sesukamu! Dan serang aku jika tenagamu masih cukup. Ketahuilah, kalau kau tak pa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status