Beranda / Pendekar / Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti / Bab 005 - Menunggu Cahaya Bulan Redup

Share

Bab 005 - Menunggu Cahaya Bulan Redup

Penulis: Reynal Prasetya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-12 01:51:05

“Guru…, haruskah aku turun dari sini dan ikut bertarung bersamamu?” gumamnya lirih. 

Dari atas pohon tinggi itu Arya Wisesa masih memantau situasi. Kedua matanya mulai berkaca-kaca tatkala melihat padepokannya hancur lebur dilalap api. Kedua tangannya mengepal bergetar hebat. Hampir saja ia melesahkan pukulan tenaga dalamnya ke arah Bara Jagal. Namun ia berusaha menahannya sekuat tenaga. Itu membuat goncangan dahsyat dalam dirinya. Sebuah amarah yang dengan cepat berubah menjadi api kebencian.

Lenyap! Padepokan itu rata dengan tanah. Bangunan itu kini tiada. Hanya menyisakan arang dari kayu-kayu yang telah hangus dan abunya beterbangan disapu angin malam.

Bara Jagal masih belum puas. Ia sudah benar-benar kalap. Seolah setan sedang merasuki tubuhnya. Maka yang menjadi sasaran terakhir dari ambisinya malam ini setelah gagal merebut kitab ilmu silat incarannya itu adalah membunuh Saka Dirga.

Mudah saja untuk mengetahui siapa yang akan menjadi pemenang bila Saka Dirga bertarung satu lawan satu dengan Bara Jagal. Dari segi ilmu silat dan olah kanuragan bisa dibilang Saka Dirga masih berada di atas Bara Jagal. Maka kemenangan sudah pasti menjadi milik Saka Dirga. Akan tetapi kali ini situasinya lain, karena Saka Dirga juga harus berhadapan dengan dua sekutunya, yakni Ronggowelang dan Amukraga Kencana. Tentu saja kemampuan silat dan olah kanuragan mereka juga tak bisa diremehkan.

Inilah kali ketiga Bara Jagal menyerbu Perguruan Srigala Putih hendak merebut kitab ilmu silat yang sangat berharga itu.

Di penyerbuan pertama dengan berkekuatan seratus prajuritnya, ia gagal dan kalah telak dari Saka Dirga yang hanya bertahan dengan lima puluh muridnya. Meski empat puluh murid dari Saka Dirga harus tewas sebagai gantinya.

Tak menyerah, ia datang lagi menyerbu untuk yang kedua kalinya membawa sebanyak dua ratus prajurit. Namun lagi-lagi Saka Dirga berhasil memukul mundur semua prajuritnya dan ia kembali mendapat kekalahan yang memalukan.

Maka ia mulai membangun kekuatan dengan cara bersekutu dengan dua perguruan besar yaitu Harimau Hitam dan Ular Merah yang dipimpin oleh Ronggowelang dan Amukraga Kencana, dengan harapan bisa lebih mudah mengalahkan Saka Dirga dan merebut kitab ilmu silatnya.

Bara Jagal mengiming-imingi kedua sekutunya itu dengan imbalan masing-masing seribu keping emas. Ia juga menghasut dan memanas-manasi mereka agar timbul kebencian kepada Perguruan Srigala Putih yang dipimpin Saka Dirga. Keduanya yang iri dengan perguruan Srigala Putih yang berkembang sangat pesat di dunia persilatan akhirnya membuat mereka setuju untuk menjadi sekutu.

“Persekutuan ini akan sangat menguntungkan bagi kita bertiga,” kata Bara Jagal pada waktu itu meyakinkan Ronggowelang dan Amukraga Kencana.

Meski begitu, beruntunglah alam masih berpihak pada Srigala Putih. Kitab ilmu silat itu tak jatuh ke tangan Bara Jagal dan sekutunya. Sehingga angkara murka yang bisa merusak dunia persilatan untuk sementara waktu bisa dicegah.

Maka wajarlah kini Bara Jagal diliputi rasa frustasi yang sangat luar biasa. Karena untuk yang ketiga kalinya ia gagal mendapatkan kitab ilmu silat yang ia inginkan itu. Ia sudah kadung buta oleh nafsu dalam dirinya sendiri sehingga sangat berniat menghabisi Saka Dirga dan menghancurkan Srigala Putih.

Pertarungan sengit antar empat pendekar sakti itu akan segera terjadi. Bara Jagal sudah berdiri mantap di hadapan Saka Dirga sambil melipat kedua tangannya di dada, tampak angkuh sekali. Begitu pun dengan dua sekutunya yakni Ronggo Welang dan Amukraga Kencana yang sudah siap menjepitnya dari kedua sisi. Sikap waspada pun sangat nampak terpancar dari wajah Saka Dirga.

“Saka Dirga! Terlalu dini apabila bertarung langsung menggunakan senjata. Kalau kau mengaku bukan sebagai pengecut, mari kita bertarung menggunakan tangan kosong!” gertak Bara Jagal.

“Sepertinya kau yang lebih pantas disebut pengecut, Bara Jagal!” balas Saka Dirga. “Seorang pemberani tak mungkin bertarung dengan membawa kawan!”

Ucapan itu sontak membuat emosi Bara Jagal meluap sampai ke ubun-ubun. Rahangnya langsung mengeras.

Maka sekonyong-konyong ia meloncat melayang di udara. Mustahil orang biasa yang tidak mempunyai ilmu silat yang tinggi bisa melakukan itu. Karena hanya dalam beberapa detik saja dari jarak kurang lebih sepuluh tombak, ia langsung terbang melesat mengarahkan tendangan maut mengarah ke bagian dada Saka Dirga.

Tentulah Saka Dirga bukan pendekar kemarin sore, dengan mudah ia langsung berkelit ke samping sebelum dua detik lagi kaki kanan Bara Jagal mendarat di dadanya. Kalau saja ia tidak waspada sejak dari awal, maka sudah bisa dipastikan tulang dadanya akan remuk dihantam tendangan yang disertai tenaga dalam itu.

Tak puas dengan serangan pertamanya yang tidak mengenai sasaran, Bara Jagal kembali menerjang melesahkan sebuah pukulan maut ke arah kepala Saka Dirga. Itu bukan sebuah pukulan biasa, ia mulai mengeluarkan jurus-jurus andalan perguruannya yang sangat mematikan.

Bisa dilihat dari kepalan tangannya itu mengeluarkan api panas yang menyala. Dan apabila mengenai tubuh lawan, maka akan membuat kulit langsung melepuh dan hangus akibat luka bakar yang amat parah. Itulah yang disebut dengan jurus, ‘Pukulan Semburan Naga’ yang dikeluarkan oleh Bara Jagal.

Lagi-lagi untuk yang kedua kalinya Saka Dirga bisa dengan cepat berkelit ke samping menghindar dari serangan yang mematikan itu. Tentu saja hanya orang-orang yang mempunyai ilmu silat yang tinggi yang dapat menghindar dari serangan itu. Ia tidak hanya sekadar berkelit, tapi benar-benar meloncat sejauh dua tombak dan gerakannya sangat gesit sekali laksana srigala.

Sehingga api yang keluar dari tangan Bara Jagal itu hanya menyambar pohon-pohon dan semak belukar yang ada di belakangnya. Tumbuhan dan rerumputan kontan hangus serta dua pohon terbakar sekaligus dan api itu merambat dengan cepat membuat batangnya gosong dan ranting-rantingnya mulai berjatuhan ke tanah.

“Hei pengecut! Kenapa kau terus menghindar, hah?! Ayo hadapi aku! Keluarkan seluruh kemampuanmu!” bentak Bara Jagal sangat angkuh.

Saka Dirga tak menyahut, ia hanya berusaha terus fokus dan waspada pada serangan-serangan yang digencarkan oleh Bara Jagal yang membabi buta. Itu sengaja ia lakukan sebagai strategi untuk menguras tenaga dalamnya. Sementara ia menyimpan tenaga dalamnya sendiri bila sewaktu-waktu perlu menggunakannya.

Apalagi bukan hanya Bara Jagal yang akan ia hadapi, tapi masih ada Ronggowelang dan Amukraga Kencana yang tak kalah kejam dan berbahaya.

Itulah yang menjadi pembeda antara dua pendekar sakti itu. Sehingga Saka Dirga masih lebih unggul dari Bara Jagal. Karena ia bertarung dengan tenang. Tidak mengikuti emosi dan mengandalkan kekuatan saja, melainkan juga menggunakan kecerdasannya. Ia punya perasaan yang tajam pada setiap pergerakan lawan. Tidak bertindak gegabah dan selalu memperhitungkan terlebih dahulu sebelum menyerang.

Sampai lima jurus berturut-turut, Saka Dirga tidak kunjung memberikan serangan balasan. Gempuran demi gempuran dari Bara Jagal terus ia hindari. Karena nampaknya tenaga dalam milik Bara Jagal masihlah kuat dan tersisa cukup banyak dibanding dirinya yang sudah banyak terkuras, memukul mundur puluhan prajurit dari pihak Bara Jagal.

Sadar lawannya hanya terus menghindar saja, Bara Jagal mulai mengendorkan serangannya.

Ketika ia melihat ke atas langit, bulan masih bersinar terang. Bara Jagal langsung ingat bahwa kekuatan ilmu silat Perguruan Srigala Putih bisa menguat saat sedang terjadi bulan purnama. Semakin cahaya bulan itu bersinar terang, maka kekuatan tenaga dalam akan bertambah dan pulih dengan sendirinya. Sebaliknya, ketika cahaya bulan itu meredup, maka pelan-pelan sedikit demi sedikit kekuatan tenaga dalamnya bisa melemah. Keadaan itulah yang akan dimanfaatkan oleh Bara Jagal.

“Hmmm, aku tahu maksudmu Saka Dirga! Kau bermaksud memulihkan tenaga dalammu. Akan kutunggu sampai cahaya bulan ini redup. Dan kau akan segera mampus!” ujar Bara Jagal dalam hati. 

Bab terkait

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 006 - Cakaran Amuk Srigala

    “Kenapa Bara Jagal berhenti menyerangku? Apa ia tahu yang menjadi kelemahanku?” desis Saka Dirga dalam hati.Ia masih terus berharap cahaya bulan yang masih tampak terang itu tidak cepat redup, sehingga ia bisa memulihkan tenaga dalamnya dan menambah kekuatannya untuk bisa mengimbangi ketiga lawannya itu. Paling tidak, ia bisa sedikit lama dalam bertarung dan mampu memukul mundur mereka. Karena mustahil bagi Saka Dirga untuk bisa melenyapkan ketiganya sekaligus.Melihat lawannya yang tidak seberingas di awal pertarungan, maka Saka Dirga langsung mengambil inisiatif. Ia mulai memancing Bara Jagal untuk terus mengeluarkan amarahnya dengan tujuan menguras tenaga dalamnya, supaya ia menjadi lemah dan pertarungan pun bisa ia dominasi. Sebelum akhirnya ia lanjut bertarung dengan dua sekutunya, yakni Ronggowelang dan Amukraga Kencana.Serangan-serangan kecil pun mulai dilancarkan oleh Saka Dirga. Ia mengeluarkan jurus-jurus sederhana saja, karena tak perlu mengeluarkan tenaga dalam yang besar

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 007 - Jurus Harimau Vs Jurus Srigala

    Lihatlah bagaimana kuku-kuku tangannya itu mulai memanjang dengan sendirinya, begitu runcing dan tajam. Tak kalah tajam dari bilah pedang katana. Satu cakaran saja bisa merobek kulit dan mengoyak daging lawannya jika tak punya ilmu silat yang tinggi untuk menahan kekuatannya. Belum lagi racunnya yang berbahaya yang bisa menghambat jalannya peredaran darah, dan bisa membuat lawannya mati secara pelan-pelan!Saka Dirga tak mengendorkan serangannya. Ia kembali menggempur bagian-bagian bawah tubuh Bara Jagal, dan kali ini ia melancarkan serangan kombinasi yang lebih cepat dan mematikan.Pantas saja jurus itu disebut Cakaran Amuk Srigala, karena gerakannya memang sangat gesit sekali seperti srigala.Ia langsung melompat lagi menyasar perut Bara Jagal bagian bawah, namun sebelum satu detik lagi cakaran itu mendarat di perutnya, Bara Jagal berhasil menghindar meloncat dua langkah ke belakang. Maka ia melompat lagi menyerang bagian paha, Bara Jagal pun meloncat lagi dua langkah belakang. Ia t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 008 - Serangan Ular Merah

    Ronggowelang tampak kelelahan, dadanya kembang kempis, itu menunjukkan bahwa jurus Harimau Hitam Menerkam Mangsa yang ia keluarkan cukup menguras tenaga dalamnya. Ditambah lagi pingganggnya yang terluka membuat ia untuk sementara waktu berhenti sejenak dari pertarungan, karena harus mengatur nafas dan jalan darahnya sebagai pertolongan pertama.Maka ia mengambil segenggam tanah yang dialiri tenaga dalam untuk menutup luka dan menghambat racun agar tak masuk tubuhnya dan menempelkan tanah itu di pinggangnya. Ia masih tetap dalam mode jurus harimau untuk mempertahankan daya tahan tubuhnya. Namun sepertiga tenaga dalamnya harus ia keluarkan sebagai gantinya.Meski Saka Dirga tampak dominan dan menguasai jalannya pertarungan, kemenangannya masihlah jauh ia dapat. Karena ketiga pendekar jahat itu belumlah menyerah. Dan rupanya dominasinya itu tak berlangsung lama, karena saat ia hendak menyerang kembali Ronggowelang dan membuatnya makin terdesak dan merasakan jera, secara t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 009 - Diburu Sepuluh Prajurit

    Sepuluh murid suruhan Bara Jagal itu terus bergerak memburu Arya Wisesa. Mereka berkeliling di sekitar lembah dan menyisir hingga ke dalam hutan. Mereka berpencar dan masing-masing dua orang bergerak ke setiap arah mata angin. Namun hingga bulan purnama di lembah itu redup, pencarian mereka belum kunjung mendapat hasil. Tak ada satu batang hidung pun yang mereka temui dan curigai sebagai Arya Wisesa.Sebaliknya yang sedang diburu masih anteng-anteng saja bersembunyi di balik pohon yang paling tinggi dan besar dan paling rimbun. Dari atas pohon itulah ia bisa melihat keadaan sekitar lembah dengan leluasa. Bahkan Arya Wisesa bisa melihat bukit yang ada di seberang dengan sangat jelas.Kesepuluh murid itu tidak bisa kembali kalau mereka tidak berhasil menemukan Arya Wisesa. Maka mereka akan kena damprat dan hukuman dari Bara Jagal, jika lagi-lagi mereka gagal dalam melakukan tugas.Hanya mengandalkan obor di tangan-tangan yang mereka bawa, mereka terus menelusuri s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 010 - Lidah Api Vs Bola Salju

    Ketiga pendekar dari golongan hitam itu sudah bersiap dengan senjata andalannya masing-masing. Bara Jagal dengan pedang panjangnya dan bilahnya sangat lebar. Itu bukanlah pedang biasa, butuh tenaga yang luar biasa kuat untuk mengangkat pedang naganya yang besar itu. Hanya orang-orang yang punya ilmu silat yang tinggi saja yang bisa mengangkat pedangnya.Andai pedang itu digunakan untuk menebas pohon besar, yang lingkar batangnya sebesar dua pelukan orang dewasa pun hanya cukup sekali tebas saja disertai tenaga dalam, maka pohon itu akan langsung tumbang ke tanah. Tak perlu diragukan lagi kekuatan dari pedang naga yang dimiliki Bara Jagal.Sementara Ronggowelang yang berdiri di samping kiri Bara Jagal sudah siap dengan tombak panjangnya. Sebuah tombak yang terbuat dari besi hitam yang sangat keras, dan sewaktu-waktu bisa ia lesatkan bagai anak panah. Hebatnya, sejauh apa pun tombaknya itu melesat, tombak itu bisa kembali terbang ke arahnya dan mendarat dengan mulus dala

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 011 - Berubah Wujud

    Keringat deras tampak bercucuran dari wajah Saka Dirga. Itu menjadi bukti bahwa perlu tenaga dalam yang sangat besar untuk mengeluarkan jurus Pedang Angin Bola Salju miliknya itu. Alhasil sepertiga tenaga dalamnya harus terkuras habis akibat menahan serangan dari jurus Pedang Lidah Api Menyambar Bumi.Dari jarak beberapa ratus tombak dari atas pohon itu Arya Wisesa masih menyaksikan langsung betapa sengit dan mengerikannya pertarungan antara Bara Jagal dan Saka Dirga. Tak henti-hentinya ia memanjatkan doa pada sang Dewa pemilik alam semesta.“Jagat Dewa Bhatara…. Tolonglah Guruku, selamatkanlah dia dari kematian,” jerit Arya Wisesa dalam hati.Bagaimanapun serangan yang dilancarkan oleh Bara Jagal itu baru sebatas permulaan. Ia tak akan berhenti sebelum Saka Dirga benar-benar mati.Maka untuk yang kedua kalinya ia mengayunkan pedangnya itu. Bola api panas yang besar itu berkobar melesat kembali dari pedangnya hendak menghantam Saka Dirg

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 012 - Manusia Srigala

    Ketika ia membuka mata, warna matanya berubah menjadi merah terang menyala. Ia tidak lagi terlihat sebagai sosok manusia. Melainkan wujud lain, yakni wujud Srigala!Wajahnya yang sebelumnya memancarkan aura tenang dan berwibawa, kini berubah memancarkan aura kebuasan yang mencekam.Itulah ilmu pamungkas yang dikeluarkan oleh Saka Dirga. Sebuah ilmu tingkat tinggi dan hanya boleh dikeluarkan dalam keadaan genting dan sudah sedemikan terdesak.Belum ada satu pun pendekar sakti di seantero Nusantara yang bisa merubah dirinya sendiri menjadi wujud lain. Baru kali inilah, ada sosok pendekar yang mampu mengeluarkan ilmu tingkat tingginya untuk bisa mengakses kekuatan supranatural melebihi kemampuan manusia normal. Pastilah pendekar itu merupakan sosok manusia luar biasa yang kesaktiannya bukan olah-olah.“Dia berubah jadi manusia srigala!” kata Ronggowelang tampak terkejut.“Kita harus segera satukan kekuatan! Ayo, gunakan senjata kita masing-masing untuk menyerang!” sahut Bara Jagal memberi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 013 - Tewasnya Tokoh Pendekar Besar

    Sampai sepuluh kali serangan berturut-turut dan kini tanah lapang yang berada di lembah itu menjadi gundul karena rumput-rumputnya yang tercerabut, Saka Dirga masih mampu bertahan dengan sisa-sisa tenaga dalamnya yang kian melemah.Sekarang ia jadi lebih sering menggeru-geru dan sesekali melolong panjang dengan bahasa srigalanya. Matanya begitu merah menyala, mengindikasikan ada kemarahan yang kian memuncak di dadanya. Ia sangat murka dengan ketiga pendekar yang mengeroyoknya secara membabi buta itu. Ini pertarungan yang tidak adil, yang hanya akan membawanya pada kehancuran.Maka dengan sisa-sisa tenaganya itu, ia mengamuk sejadi-jadinya! Melampiaskan seluruh amarah dalam dirinya yang sudah tak bisa dibendung lagi. Memukul-mukulkan tangannya ke dada, mencakar-cakar tanah hingga terkeruk habis membentuk kubangan hingga berpuluh-puluh senti ke bawah. Melolong panjang sambil melompat-lompat gesit ke segala arah.Lalu ia mencabut pohon-pohon besar yang ada di sekeliling lembah dan sekony

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22

Bab terbaru

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 060 - Teguran dari Resi Muda

    Dipanggillah Garang Bonggol yang ikut menumpang di kuda rombongan pasukannya itu untuk mendekat ke arahnya dan ia pun langsung menggerendeng, “Sudah berhari-hari kita naik turun menerobos hutan demi hutan, tapi aku belum juga menemukan bocah itu, apakah kau membohongiku?!” Tatapannya begitu tajam dan mengintimidasi.“Ampun Kisanak, aku tidak berbohong, anak buahku sendiri yang bersaksi bahwa mereka sempat bertarung dengan bocah yang dilindungi oleh pendekar bertudung caping itu. Mereka benar-benar bergerak ke arah timur,” sahut Garang Bonggol sedikit gugup.“Kalau benar dia bergerak ke arah timur, kita sudah pasti menemukannya dan berhasil menyusulnya. Tapi kau bisa saksikan sendiri sudah berhari-hari kita menjelajah hingga sampai di kaki gunung ini, tapi kita belum juga menemukannya!” Bara Jagal kembali menggerutu.Tiba-tiba Muladra yang juga ikut menumpang di kuda rombongan pasukan itu ikut mendekat ke arah Bara Jagal dan berkata dengan sopan, “Ampun Kisanak, menurut pengamatanku, m

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 059 - Melakukan Penyamaran

    “Jangan bergerak! Rumah ini sudah kami kepung, kalau kalian bertiga macam-macam, maka kami semua akan menghabisi kalian!” kata pemuda yang paling depan yang memimpin penyergapan itu sambil mengacungkan goloknya ke arah Arya Wisesa, Dewi Raraswati, dan juga Wisangpati.Ketiganya dibuat bingung oleh tingkah si pemuda ini. Pemuda ini pula yang tadi berteriak-teriak histeris sambil berlari singgah dari rumah ke rumah memberi tahu warga desa, bahwa ada orang asing yang datang ke desanya. Tingkahnya begitu aneh dan tampak panik, padahal ketiganya terlihat tidak mengancam sama sekali.Namun sebelum mereka benar-benar berbuat anarkis, si pemilik rumah langsung menenangkan situasi.“Tenanglah, jangan berbuat kasar! Mereka bukan orang jahat, mereka dari Desa Gandareksa dan hanya menumpang sebentar di desa ini. Kami baik-baik saja, jangan khawatir. Kalian kembalilah ke rumah masing-masing,” kata si pemilik rumah.“Bagaimana kalau ketiga orang ini hanya pura-pura baik dan punya maksud tersembunyi

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 058 - Trauma Warga Desa

    “Tenanglah, aku bukan orang jahat, aku hanya ingin berbicara denganmu. Kau sangat cantik sekali,” kata Dewi Raraswati, memuji sekaligus menenangkan anak itu sambil mengusap kepalanya dengan lembut.Namun tiba-tiba saja pintu rumah itu terbuka dan dua orang dewasa sudah berdiri di ambang pintu dengan memegang senjata di masing-masing tangannya.Seorang pria telah menarik busur panah, dan mengarahkan panah itu ke arah Dewi Raraswati. Sementara seorang wanita telah siap dengan golok panjang di tangannya. Tatapan mereka begitu tajam sekali. Dan pria itu menggertak pada Dewi Raraswati, “Siapa kau orang asing?! Jangan macam-macam! Jika kau berani menyentuh anak kami, maka anak panah ini akan melesat menembus kepalamu!”“Cepat kau pergi dari desa ini, atau kami berdua akan berteriak memanggil warga yang lain untuk mengeroyokmu sampai tewas!” Si wanita yang juga pemilik rumah itu ikut menggertak sambil mengacungkan goloknya ke arah Dewi Raraswati.Mendengar ada keributan di depan rumah itu, A

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 057 - Desa Terpencil

    Setelah berjuang begitu hebat mengerahkan seluruh tenaga dan ilmu kanuragannya, akhirnya Arya Wisesa berhasil mencabut pedang itu. Dan senjata pusaka itu kini telah menjadi miliknya. Tampak keringat membanjiri tubuhnya setelah ia berjuang dengan keras untuk mendapatkan pedang itu dan wajahnya menjadi tampak semringah sekali ketika pedang itu masih saja mengeluarkan cahaya hijau menyelimuti seluruh bilahnya.Namun mereka harus cepat-cepat keluar dari gua itu sebelum atap gua itu benar-benar ambruk, karena tanahnya terus berjatuhan ke bawah dan bebatuan atap gua itu mulai retak pertanda akan juga segera tumpah ke bawah. Mereka harus segera lari melewati lorong demi lorong gua itu kalau tidak ingin mati terkubur hidup-hidup.Karena pedang itu tidak memiliki warangka, bergegas Arya Wisesa membungkus bilahnya dengan kain putih, lalu ia ikatkan tali di kedua ujung pedang itu untuk kemudian ia sarungkan di balik punggungnya. Karena bagaimanapun pedang itu cukup panjang dan memiliki bilah yan

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 056 - Pedang Bumi

    “Aku memang sosok siluman yang telah berpuluh-puluh tahun tinggal di gua ini. Dan aku bukan pemilik pedang pusaka itu, tapi aku punya kewajiban untuk menjaga pedang pusaka itu agar tidak jatuh ke tangan orang yang jahat. Aku juga tidak bermaksud hendak membuat kalian celaka, atau berbuat jahat pada kalian, karena itu bukanlah watakku sebagai siluman golongan putih. Aku menyerang kalian karena aku ingin memastikan kalian bukan hendak berbuat onar. Dan sepertinya kalian adalah orang-orang baik dan jujur yang tampak sesuai dengan tingkah laku kalian,” tutur Wirageni.“Terimakasih atas pengertian Saudara Wirageni, sebuah kehormatan bagiku bisa bertemu denganmu. Saudara telah menjalankan tugas dengan baik. Soal kejadian tadi, menurutku tak perlu dipersoalkan, karena yang terpenting adalah kita sudah mengenal satu sama lain. Dan Saudara menjadi saksi bahwa muridku Arya Wisesa telah bertekad dan bersumpah untuk menjaga pedang pusaka itu sebaik-baiknya,” sahut Wisangpati berbicara dengan sopa

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 055 - Siluman Penjaga Gua

    Sementara di saat bersamaan, Wisangpati tidak kalah berjuang hebat demi bisa lolos dari jerat akar yang tiba-tiba membelit kakinya dengan misterius itu. Ia justru membiarkan tubuhnya terus ditarik oleh akar itu dan mengikuti kemana akar itu bergerak dengan terus melemaskan tubuhnya.Ia hanya memindahkan dan sedikit menggerakkan tubuhnya apabila ia terseret di area yang cukup membahayakan dirinya. Dan saat ia tau bahwa akar itu menariknya mendekati sebuah pohon dan pastilah ia akan menabrak pohon besar tersebut, maka cepat-cepat ia menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, sehingga ia terangkat dan mengapung ke atas.Lalu ia meraih salahsatu dahan pohon itu dan di saat bersamaan mengayunkan kakinya ke atas kuat-kuat disertai tenaga dalamnya. Hingga akhirnya akar pohon yang membelit kedua kakinya itu pun putus. Dan ia tampak bergelantungan di pohon, setelah berhasil meloloskan diri dari jerat akar yang misterius itu.Mereka berkumpul kembali setelah terpisah puluhan tombak, akibat terkena

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 054 - Akar Misterius

    Tak disangka pada saat mereka baru saja melewati setengah panjang danau itu, hujan yang begitu deras tiba-tiba turun merepotkan mereka bertiga. Angin bertiup kencang menggoyang keseimbangan mereka. Raut panik mulai terpancar di wajah mereka. Kondisi cuaca nampaknya sedang kurang bersahabat, namun dengan sekuat tenaga mereka berpegangan erat pada rakit itu dan terus mendayung lebih cepat.Petir terus menggelegar di seantero langit, kondisi air yang sebelumnya tampak tenang menjadi sedikit bergejolak beriak-riak, membuat laju rakit yang mereka dayung itu menjadi tersendat-sendat, sehingga mereka tampak terombang-ambing di tengah danau.Seluruh tubuh mereka kontan basah kuyup, dan untung saja kitab itu mempunyai sampul pelindung yang berbahan perak, sehingga tahan dari serangan air yang berusaha menembus kitab itu. Itulah barang yang paling berharga yang harus dijaga oleh Arya Wisesa dalam keadaan seperti itu.Karena riak-riak air disertai angin yang semakin kencang menggoyang rakit mere

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 053 - Jalur Selatan

    “Aku tidak peduli dengan laki-laki paruh baya itu, dan seberapa sakti ilmu yang dia miliki. Yang sedang aku cari saat ini hanyalah pemuda itu, pemuda bernama Arya Wisesa yang telah lama kucari sejak berbulan-bulan yang lalu. Tapi apabila laki-laki paruh baya itu yang menjadi penghalang untuk menangkap pemuda itu, maka pedangku sendiri yang akan memenggal kepalanya!” tegas Bara Jagal.“Ya, kisanak. Sejauh ini hanya itu yang aku ketahui. Karena sejak beredarnya selebaran itu, kami juga jadi ikut mencari-cari di mana pemuda itu. Tapi sebaiknya kisanak merubah tujuan ke arah timur, karena pemuda itu memang sudah meninggalkan Desa Gandareksa beberapa hari yang lalu.” Garang Bonggol memberanikan diri memberi saran pada Bara Jagal.“Hmmm, kau benar juga. Apakah kau masih tertarik mengikuti sayembara itu dan mendapatkan hadiahnya?” tanya Bara Jagal.“Oh, tentu saja kisanak, bagiku itu adalah hadiah yang sangat besar, karena bagi perampok pinggiran desa seperti kami butuh waktu berbulan-bulan

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 052 - Petunjuk Penting

    Di kuil yang ada di puncak gunung itu Arya Wisesa menjadi semakin rajin melakukan meditasi.Di tempat itulah, dari hasil meditasinya ia mulai mendapat petunjuk tentang di mana keberadaan dua pedang sakti yang saat ini sedang ia cari. Ia menyimpan petunjuk yang telah ia baca di dalam kitab ilmu silat itu dalam kepalanya. Setelah ini, ia akan memulai perjalanan baru untuk menemukan kedua pedang tersebut.Pada pagi hari, setelah lima hari berturut-turut bermeditasi di kuil tersebut, Arya Wisesa memberi tahu Wisangpati tentang rencananya yang akan segera pergi mencari kedua pedang sakti sesuai dengan petunjuk yang telah didapatkannya.Sambil duduk bersila berhadap-hadapan, mereka pun terlihat mengobrol dengan serius.“Paman, dari petunjuk yang telah aku dapat dari kitab ilmu silat, dua pedang sakti itu berada di arah barat. Tersimpan di sebuah gua yang berbeda. Aku meminta izin untuk pergi mencari kedua pedang tersebut,” kata Arya Wisesa.“Apa kau sudah benar-benar yakin, Arya? Kedua peda

DMCA.com Protection Status