Home / Pendekar / Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti / Bab 005 - Menunggu Cahaya Bulan Redup

Share

Bab 005 - Menunggu Cahaya Bulan Redup

last update Last Updated: 2024-09-12 01:51:05

“Guru…, haruskah aku turun dari sini dan ikut bertarung bersamamu?” gumamnya lirih. 

Dari atas pohon tinggi itu Arya Wisesa masih memantau situasi. Kedua matanya mulai berkaca-kaca tatkala melihat padepokannya hancur lebur dilalap api. Kedua tangannya mengepal bergetar hebat. Hampir saja ia melesahkan pukulan tenaga dalamnya ke arah Bara Jagal. Namun ia berusaha menahannya sekuat tenaga. Itu membuat goncangan dahsyat dalam dirinya. Sebuah amarah yang dengan cepat berubah menjadi api kebencian.

Lenyap! Padepokan itu rata dengan tanah. Bangunan itu kini tiada. Hanya menyisakan arang dari kayu-kayu yang telah hangus dan abunya beterbangan disapu angin malam.

Bara Jagal masih belum puas. Ia sudah benar-benar kalap. Seolah setan sedang merasuki tubuhnya. Maka yang menjadi sasaran terakhir dari ambisinya malam ini setelah gagal merebut kitab ilmu silat incarannya itu adalah membunuh Saka Dirga.

Mudah saja untuk mengetahui siapa yang akan menjadi pemenang bila Saka Dirga bertarung satu lawan satu dengan Bara Jagal. Dari segi ilmu silat dan olah kanuragan bisa dibilang Saka Dirga masih berada di atas Bara Jagal. Maka kemenangan sudah pasti menjadi milik Saka Dirga. Akan tetapi kali ini situasinya lain, karena Saka Dirga juga harus berhadapan dengan dua sekutunya, yakni Ronggowelang dan Amukraga Kencana. Tentu saja kemampuan silat dan olah kanuragan mereka juga tak bisa diremehkan.

Inilah kali ketiga Bara Jagal menyerbu Perguruan Srigala Putih hendak merebut kitab ilmu silat yang sangat berharga itu.

Di penyerbuan pertama dengan berkekuatan seratus prajuritnya, ia gagal dan kalah telak dari Saka Dirga yang hanya bertahan dengan lima puluh muridnya. Meski empat puluh murid dari Saka Dirga harus tewas sebagai gantinya.

Tak menyerah, ia datang lagi menyerbu untuk yang kedua kalinya membawa sebanyak dua ratus prajurit. Namun lagi-lagi Saka Dirga berhasil memukul mundur semua prajuritnya dan ia kembali mendapat kekalahan yang memalukan.

Maka ia mulai membangun kekuatan dengan cara bersekutu dengan dua perguruan besar yaitu Harimau Hitam dan Ular Merah yang dipimpin oleh Ronggowelang dan Amukraga Kencana, dengan harapan bisa lebih mudah mengalahkan Saka Dirga dan merebut kitab ilmu silatnya.

Bara Jagal mengiming-imingi kedua sekutunya itu dengan imbalan masing-masing seribu keping emas. Ia juga menghasut dan memanas-manasi mereka agar timbul kebencian kepada Perguruan Srigala Putih yang dipimpin Saka Dirga. Keduanya yang iri dengan perguruan Srigala Putih yang berkembang sangat pesat di dunia persilatan akhirnya membuat mereka setuju untuk menjadi sekutu.

“Persekutuan ini akan sangat menguntungkan bagi kita bertiga,” kata Bara Jagal pada waktu itu meyakinkan Ronggowelang dan Amukraga Kencana.

Meski begitu, beruntunglah alam masih berpihak pada Srigala Putih. Kitab ilmu silat itu tak jatuh ke tangan Bara Jagal dan sekutunya. Sehingga angkara murka yang bisa merusak dunia persilatan untuk sementara waktu bisa dicegah.

Maka wajarlah kini Bara Jagal diliputi rasa frustasi yang sangat luar biasa. Karena untuk yang ketiga kalinya ia gagal mendapatkan kitab ilmu silat yang ia inginkan itu. Ia sudah kadung buta oleh nafsu dalam dirinya sendiri sehingga sangat berniat menghabisi Saka Dirga dan menghancurkan Srigala Putih.

Pertarungan sengit antar empat pendekar sakti itu akan segera terjadi. Bara Jagal sudah berdiri mantap di hadapan Saka Dirga sambil melipat kedua tangannya di dada, tampak angkuh sekali. Begitu pun dengan dua sekutunya yakni Ronggo Welang dan Amukraga Kencana yang sudah siap menjepitnya dari kedua sisi. Sikap waspada pun sangat nampak terpancar dari wajah Saka Dirga.

“Saka Dirga! Terlalu dini apabila bertarung langsung menggunakan senjata. Kalau kau mengaku bukan sebagai pengecut, mari kita bertarung menggunakan tangan kosong!” gertak Bara Jagal.

“Sepertinya kau yang lebih pantas disebut pengecut, Bara Jagal!” balas Saka Dirga. “Seorang pemberani tak mungkin bertarung dengan membawa kawan!”

Ucapan itu sontak membuat emosi Bara Jagal meluap sampai ke ubun-ubun. Rahangnya langsung mengeras.

Maka sekonyong-konyong ia meloncat melayang di udara. Mustahil orang biasa yang tidak mempunyai ilmu silat yang tinggi bisa melakukan itu. Karena hanya dalam beberapa detik saja dari jarak kurang lebih sepuluh tombak, ia langsung terbang melesat mengarahkan tendangan maut mengarah ke bagian dada Saka Dirga.

Tentulah Saka Dirga bukan pendekar kemarin sore, dengan mudah ia langsung berkelit ke samping sebelum dua detik lagi kaki kanan Bara Jagal mendarat di dadanya. Kalau saja ia tidak waspada sejak dari awal, maka sudah bisa dipastikan tulang dadanya akan remuk dihantam tendangan yang disertai tenaga dalam itu.

Tak puas dengan serangan pertamanya yang tidak mengenai sasaran, Bara Jagal kembali menerjang melesahkan sebuah pukulan maut ke arah kepala Saka Dirga. Itu bukan sebuah pukulan biasa, ia mulai mengeluarkan jurus-jurus andalan perguruannya yang sangat mematikan.

Bisa dilihat dari kepalan tangannya itu mengeluarkan api panas yang menyala. Dan apabila mengenai tubuh lawan, maka akan membuat kulit langsung melepuh dan hangus akibat luka bakar yang amat parah. Itulah yang disebut dengan jurus, ‘Pukulan Semburan Naga’ yang dikeluarkan oleh Bara Jagal.

Lagi-lagi untuk yang kedua kalinya Saka Dirga bisa dengan cepat berkelit ke samping menghindar dari serangan yang mematikan itu. Tentu saja hanya orang-orang yang mempunyai ilmu silat yang tinggi yang dapat menghindar dari serangan itu. Ia tidak hanya sekadar berkelit, tapi benar-benar meloncat sejauh dua tombak dan gerakannya sangat gesit sekali laksana srigala.

Sehingga api yang keluar dari tangan Bara Jagal itu hanya menyambar pohon-pohon dan semak belukar yang ada di belakangnya. Tumbuhan dan rerumputan kontan hangus serta dua pohon terbakar sekaligus dan api itu merambat dengan cepat membuat batangnya gosong dan ranting-rantingnya mulai berjatuhan ke tanah.

“Hei pengecut! Kenapa kau terus menghindar, hah?! Ayo hadapi aku! Keluarkan seluruh kemampuanmu!” bentak Bara Jagal sangat angkuh.

Saka Dirga tak menyahut, ia hanya berusaha terus fokus dan waspada pada serangan-serangan yang digencarkan oleh Bara Jagal yang membabi buta. Itu sengaja ia lakukan sebagai strategi untuk menguras tenaga dalamnya. Sementara ia menyimpan tenaga dalamnya sendiri bila sewaktu-waktu perlu menggunakannya.

Apalagi bukan hanya Bara Jagal yang akan ia hadapi, tapi masih ada Ronggowelang dan Amukraga Kencana yang tak kalah kejam dan berbahaya.

Itulah yang menjadi pembeda antara dua pendekar sakti itu. Sehingga Saka Dirga masih lebih unggul dari Bara Jagal. Karena ia bertarung dengan tenang. Tidak mengikuti emosi dan mengandalkan kekuatan saja, melainkan juga menggunakan kecerdasannya. Ia punya perasaan yang tajam pada setiap pergerakan lawan. Tidak bertindak gegabah dan selalu memperhitungkan terlebih dahulu sebelum menyerang.

Sampai lima jurus berturut-turut, Saka Dirga tidak kunjung memberikan serangan balasan. Gempuran demi gempuran dari Bara Jagal terus ia hindari. Karena nampaknya tenaga dalam milik Bara Jagal masihlah kuat dan tersisa cukup banyak dibanding dirinya yang sudah banyak terkuras, memukul mundur puluhan prajurit dari pihak Bara Jagal.

Sadar lawannya hanya terus menghindar saja, Bara Jagal mulai mengendorkan serangannya.

Ketika ia melihat ke atas langit, bulan masih bersinar terang. Bara Jagal langsung ingat bahwa kekuatan ilmu silat Perguruan Srigala Putih bisa menguat saat sedang terjadi bulan purnama. Semakin cahaya bulan itu bersinar terang, maka kekuatan tenaga dalam akan bertambah dan pulih dengan sendirinya. Sebaliknya, ketika cahaya bulan itu meredup, maka pelan-pelan sedikit demi sedikit kekuatan tenaga dalamnya bisa melemah. Keadaan itulah yang akan dimanfaatkan oleh Bara Jagal.

“Hmmm, aku tahu maksudmu Saka Dirga! Kau bermaksud memulihkan tenaga dalammu. Akan kutunggu sampai cahaya bulan ini redup. Dan kau akan segera mampus!” ujar Bara Jagal dalam hati. 

Related chapters

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 006 - Cakaran Amuk Srigala

    “Kenapa Bara Jagal berhenti menyerangku? Apa ia tahu yang menjadi kelemahanku?” desis Saka Dirga dalam hati.Ia masih terus berharap cahaya bulan yang masih tampak terang itu tidak cepat redup, sehingga ia bisa memulihkan tenaga dalamnya dan menambah kekuatannya untuk bisa mengimbangi ketiga lawannya itu. Paling tidak, ia bisa sedikit lama dalam bertarung dan mampu memukul mundur mereka. Karena mustahil bagi Saka Dirga untuk bisa melenyapkan ketiganya sekaligus.Melihat lawannya yang tidak seberingas di awal pertarungan, maka Saka Dirga langsung mengambil inisiatif. Ia mulai memancing Bara Jagal untuk terus mengeluarkan amarahnya dengan tujuan menguras tenaga dalamnya, supaya ia menjadi lemah dan pertarungan pun bisa ia dominasi. Sebelum akhirnya ia lanjut bertarung dengan dua sekutunya, yakni Ronggowelang dan Amukraga Kencana.Serangan-serangan kecil pun mulai dilancarkan oleh Saka Dirga. Ia mengeluarkan jurus-jurus sederhana saja, karena tak perlu mengeluarkan tenaga dalam yang besar

    Last Updated : 2024-09-16
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 007 - Jurus Harimau Vs Jurus Srigala

    Lihatlah bagaimana kuku-kuku tangannya itu mulai memanjang dengan sendirinya, begitu runcing dan tajam. Tak kalah tajam dari bilah pedang katana. Satu cakaran saja bisa merobek kulit dan mengoyak daging lawannya jika tak punya ilmu silat yang tinggi untuk menahan kekuatannya. Belum lagi racunnya yang berbahaya yang bisa menghambat jalannya peredaran darah, dan bisa membuat lawannya mati secara pelan-pelan!Saka Dirga tak mengendorkan serangannya. Ia kembali menggempur bagian-bagian bawah tubuh Bara Jagal, dan kali ini ia melancarkan serangan kombinasi yang lebih cepat dan mematikan.Pantas saja jurus itu disebut Cakaran Amuk Srigala, karena gerakannya memang sangat gesit sekali seperti srigala.Ia langsung melompat lagi menyasar perut Bara Jagal bagian bawah, namun sebelum satu detik lagi cakaran itu mendarat di perutnya, Bara Jagal berhasil menghindar meloncat dua langkah ke belakang. Maka ia melompat lagi menyerang bagian paha, Bara Jagal pun meloncat lagi dua langkah belakang. Ia t

    Last Updated : 2024-09-16
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 008 - Serangan Ular Merah

    Ronggowelang tampak kelelahan, dadanya kembang kempis, itu menunjukkan bahwa jurus Harimau Hitam Menerkam Mangsa yang ia keluarkan cukup menguras tenaga dalamnya. Ditambah lagi pingganggnya yang terluka membuat ia untuk sementara waktu berhenti sejenak dari pertarungan, karena harus mengatur nafas dan jalan darahnya sebagai pertolongan pertama.Maka ia mengambil segenggam tanah yang dialiri tenaga dalam untuk menutup luka dan menghambat racun agar tak masuk tubuhnya dan menempelkan tanah itu di pinggangnya. Ia masih tetap dalam mode jurus harimau untuk mempertahankan daya tahan tubuhnya. Namun sepertiga tenaga dalamnya harus ia keluarkan sebagai gantinya.Meski Saka Dirga tampak dominan dan menguasai jalannya pertarungan, kemenangannya masihlah jauh ia dapat. Karena ketiga pendekar jahat itu belumlah menyerah. Dan rupanya dominasinya itu tak berlangsung lama, karena saat ia hendak menyerang kembali Ronggowelang dan membuatnya makin terdesak dan merasakan jera, secara t

    Last Updated : 2024-09-17
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 009 - Diburu Sepuluh Prajurit

    Sepuluh murid suruhan Bara Jagal itu terus bergerak memburu Arya Wisesa. Mereka berkeliling di sekitar lembah dan menyisir hingga ke dalam hutan. Mereka berpencar dan masing-masing dua orang bergerak ke setiap arah mata angin. Namun hingga bulan purnama di lembah itu redup, pencarian mereka belum kunjung mendapat hasil. Tak ada satu batang hidung pun yang mereka temui dan curigai sebagai Arya Wisesa.Sebaliknya yang sedang diburu masih anteng-anteng saja bersembunyi di balik pohon yang paling tinggi dan besar dan paling rimbun. Dari atas pohon itulah ia bisa melihat keadaan sekitar lembah dengan leluasa. Bahkan Arya Wisesa bisa melihat bukit yang ada di seberang dengan sangat jelas.Kesepuluh murid itu tidak bisa kembali kalau mereka tidak berhasil menemukan Arya Wisesa. Maka mereka akan kena damprat dan hukuman dari Bara Jagal, jika lagi-lagi mereka gagal dalam melakukan tugas.Hanya mengandalkan obor di tangan-tangan yang mereka bawa, mereka terus menelusuri s

    Last Updated : 2024-09-18
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 010 - Lidah Api Vs Bola Salju

    Ketiga pendekar dari golongan hitam itu sudah bersiap dengan senjata andalannya masing-masing. Bara Jagal dengan pedang panjangnya dan bilahnya sangat lebar. Itu bukanlah pedang biasa, butuh tenaga yang luar biasa kuat untuk mengangkat pedang naganya yang besar itu. Hanya orang-orang yang punya ilmu silat yang tinggi saja yang bisa mengangkat pedangnya.Andai pedang itu digunakan untuk menebas pohon besar, yang lingkar batangnya sebesar dua pelukan orang dewasa pun hanya cukup sekali tebas saja disertai tenaga dalam, maka pohon itu akan langsung tumbang ke tanah. Tak perlu diragukan lagi kekuatan dari pedang naga yang dimiliki Bara Jagal.Sementara Ronggowelang yang berdiri di samping kiri Bara Jagal sudah siap dengan tombak panjangnya. Sebuah tombak yang terbuat dari besi hitam yang sangat keras, dan sewaktu-waktu bisa ia lesatkan bagai anak panah. Hebatnya, sejauh apa pun tombaknya itu melesat, tombak itu bisa kembali terbang ke arahnya dan mendarat dengan mulus dala

    Last Updated : 2024-09-19
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 011 - Berubah Wujud

    Keringat deras tampak bercucuran dari wajah Saka Dirga. Itu menjadi bukti bahwa perlu tenaga dalam yang sangat besar untuk mengeluarkan jurus Pedang Angin Bola Salju miliknya itu. Alhasil sepertiga tenaga dalamnya harus terkuras habis akibat menahan serangan dari jurus Pedang Lidah Api Menyambar Bumi.Dari jarak beberapa ratus tombak dari atas pohon itu Arya Wisesa masih menyaksikan langsung betapa sengit dan mengerikannya pertarungan antara Bara Jagal dan Saka Dirga. Tak henti-hentinya ia memanjatkan doa pada sang Dewa pemilik alam semesta.“Jagat Dewa Bhatara…. Tolonglah Guruku, selamatkanlah dia dari kematian,” jerit Arya Wisesa dalam hati.Bagaimanapun serangan yang dilancarkan oleh Bara Jagal itu baru sebatas permulaan. Ia tak akan berhenti sebelum Saka Dirga benar-benar mati.Maka untuk yang kedua kalinya ia mengayunkan pedangnya itu. Bola api panas yang besar itu berkobar melesat kembali dari pedangnya hendak menghantam Saka Dirg

    Last Updated : 2024-09-20
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 012 - Manusia Srigala

    Ketika ia membuka mata, warna matanya berubah menjadi merah terang menyala. Ia tidak lagi terlihat sebagai sosok manusia. Melainkan wujud lain, yakni wujud Srigala!Wajahnya yang sebelumnya memancarkan aura tenang dan berwibawa, kini berubah memancarkan aura kebuasan yang mencekam.Itulah ilmu pamungkas yang dikeluarkan oleh Saka Dirga. Sebuah ilmu tingkat tinggi dan hanya boleh dikeluarkan dalam keadaan genting dan sudah sedemikan terdesak.Belum ada satu pun pendekar sakti di seantero Nusantara yang bisa merubah dirinya sendiri menjadi wujud lain. Baru kali inilah, ada sosok pendekar yang mampu mengeluarkan ilmu tingkat tingginya untuk bisa mengakses kekuatan supranatural melebihi kemampuan manusia normal. Pastilah pendekar itu merupakan sosok manusia luar biasa yang kesaktiannya bukan olah-olah.“Dia berubah jadi manusia srigala!” kata Ronggowelang tampak terkejut.“Kita harus segera satukan kekuatan! Ayo, gunakan senjata kita masing-masing untuk menyerang!” sahut Bara Jagal memberi

    Last Updated : 2024-09-21
  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 013 - Tewasnya Tokoh Pendekar Besar

    Sampai sepuluh kali serangan berturut-turut dan kini tanah lapang yang berada di lembah itu menjadi gundul karena rumput-rumputnya yang tercerabut, Saka Dirga masih mampu bertahan dengan sisa-sisa tenaga dalamnya yang kian melemah.Sekarang ia jadi lebih sering menggeru-geru dan sesekali melolong panjang dengan bahasa srigalanya. Matanya begitu merah menyala, mengindikasikan ada kemarahan yang kian memuncak di dadanya. Ia sangat murka dengan ketiga pendekar yang mengeroyoknya secara membabi buta itu. Ini pertarungan yang tidak adil, yang hanya akan membawanya pada kehancuran.Maka dengan sisa-sisa tenaganya itu, ia mengamuk sejadi-jadinya! Melampiaskan seluruh amarah dalam dirinya yang sudah tak bisa dibendung lagi. Memukul-mukulkan tangannya ke dada, mencakar-cakar tanah hingga terkeruk habis membentuk kubangan hingga berpuluh-puluh senti ke bawah. Melolong panjang sambil melompat-lompat gesit ke segala arah.Lalu ia mencabut pohon-pohon besar yang ada di sekeliling lembah dan sekony

    Last Updated : 2024-09-22

Latest chapter

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 075 - Elang Putih

    “Ya, betul. Mulai saat ini aku dan seluruh pendekar Gagak Hitam menyatakan akan selalu setia pada Saudara Arya Wisesa. Untuk itu kami mempersilahkan Saudara Arya yang memilih sendiri nama perguruan yang cocok untuk kami.” Jaya Wiguna ikut menambahkan.“Terimakasih atas penawaran dari Saudara semuanya. Untuk menjadi pemimpin, sepertinya aku masihlah belum layak. Aku sungguh sangat menghargai niat Saudara berdua yang ingin menyatukan perguruan, aku mendukung niat baik Saudara berdua. Tapi maaf aku belum bersedia untuk menerima tawaran ini.” Arya Wisesa menjawab.Namun penolakan itu sepertinya membuat Purwasena dan Jaya Wiguna makin berusaha keras membujuknya untuk bersedia menjadi pemimpin mereka dan mendirikan perguruan baru yang lebih kuat.Karena tentu harus ada pemimpin baru ketika dua perguruan ini ingin bersatu. Tak mungkin Purwasena atau Jaya Wiguna sendiri yang menjadi pemimpin dari dua perguruan ini, yang pasti akan menimbulkan banyak ketidaksetujuan. Mereka hanya ingin Arya Wi

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 074 - Ritual Berdarah

    Para pendekar itu menjadi saling pandang dan bertanya-tanya, pedang apa yang sedang dipegang oleh Arya Wisesa? Dan dari mana pula ia bisa mendapatkan pedang sebagus itu? Mereka tampak takjub dan perhatian mereka kini justru menjadi terfokus pada Arya Wisesa. Dan untuk sementara menghentikan pertarungan yang sempat berlangsung sengit.“Sekali lagi kuperingatkan! Hentikan pertarungan kalian, atau akan kubuat rata tempat ini!” ancam Arya Wisesa tak main-main sambil ia mengacungkan pedang itu ke atas langit.Sebuah sinar hijau terus memancar dan kini bumi menjadi sedikit bergoncang. Membuat mereka tak percaya dan tubuh mereka sedikit terhuyung terombang-ambing ke kanan dan ke kiri.Mereka mulai takut dan dibikin ngeri oleh Arya Wisesa. Kepanikan itu tak bisa disembunyikan dari wajah mereka. Membuat salahsatu pendekar Bangau Merah akhirnya mau menuruti perintah Arya Wisesa.“Cukup Saudara, kami mengakui kau pendekar hebat. Dan pedang yang kau punya itu sepertinya punya kekuatan yang tak te

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 073 - Melanggar Kesepakatan

    Mereka berlari ke arah gerobak yang ditarik oleh kuda itu. Dan ketika kain hitam itu tersingkap, barulah ketahuan bahwa yang mereka bawa digerobak itu ternyata adalah senjata! Bukan perbekalan atau pun logistik seperti yang dikatakan oleh Jaya Wiguna.Apakah Gagak Hitam sengaja melakukan itu? Kalau itu sengaja dan sudah direncanakan, maka jelas Jaya Wiguna telah berdusta dan melanggar kesepakatan. Ia telah berkhianat dan ia bukan saja telah menyakiti hati para pendekar Bangau Merah, tapi juga sudah memicu api dendam dalam diri mereka.Kini bukan saja jumlah mereka yang jauh lebih unggul, tapi mereka juga menggunakan senjata untuk bertarung. Situasi seperti ini tentu saja tidak menguntungkan bagi Bangau Merah. Sehingga itu membuat Purwasena makin naik darah.“Jahanam, kau Jaya Wiguna! Rupanya kau telah berdusta dan melanggar kesepakatan di antara kita. Kau memang bedebah dan licik!” gerutu Purwasena, wajahnya makin membesi dibalut amarah.“Hua-ha-ha, ini konsekuensi yang pantas diterim

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 072 - Menolak Berdamai

    “Saudara Jaya Wiguna seharusnya menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas kejadian ini. Saudara seharusnya bisa mencegah hal itu tidak terjadi. Saudara tidak bisa lepas tangan begitu saja!” kata Purwasena mulai menekan.“Saudara tidak perlu menasehatiku terlalu jauh! Muridku juga tidak akan bertindak sejauh itu, kalau Saudara bisa mendidik murid Saudara sendiri dengan benar! Dan tidak menjadi pendekar yang gemar mengeroyok pendekar perguruan lain sampai meninggal!” Jaya Wiguna tak mau kalah dan malah balik menekan.“Aku tidak bermaksud menasehati, Saudara. Tapi aku sangat menyayangkan tindakan dari pendekar Gagak Hitam yang merespon kejadian itu terlalu berlebihan dan sangat tidak manusiawi! Itu sangat biadab, Saudara!” Purwasena tidak berhenti dan terus menekan.“Huh! Lalu apakah tindakan pengeroyokan sampai menghilangkan nyawa itu adalah tindakan yang tidak biadab? Saudara harusnya berkaca dulu sebelum berbicara!” timpal Jaya Wiguna tak kalah keras.Kedua pemimpin Perguruan

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 071 - Pertemuan di Perbatasan

    “Baik, kami akan menyampaikan ini pada Perguruan Bangau Merah. Semoga pada waktunya kita bisa bertemu kembali dan menyepakati apa yang telah kita bicarakan.” Wisangpati menyahut.“Oh ya, sebelumnya aku meminta izin untuk memperkenalkan diri. Aku Jaya Wiguna, ketua Perguruan Gagak Hitam.” Akhirnya orang itu memberi tahu namanya.“Sebuah kehormatan bagiku bisa bertemu dengan saudara Jaya Wiguna,” sahut Wisangpati.“Baiklah saudara Wisangpati, kami perkenankan kalian berdua untuk kembali ke Perguruan Bangau Merah dan menyampaikan apa yang menjadi keinginan kami,” kata Jaya Wiguna.Wisangpati dan Arya Wisesa kompak menjura dan mereka pun segera bergegas kembali ke Perguruan Bangau Merah.Dengan menunggangi kuda perjalanan mereka menjadi lebih cepat. Terlihat para pendekar Bangau Merah sudah menunggu kepulangan mereka sore itu. Mereka penasaran apa hasil yang didapat oleh Wisangpati dan Arya Wisesa yang mereka utus melaksanakan misi diplomasi mewakili perguruan mereka.Namun karena hari ma

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 070 - Misi Diplomasi

    Mereka segera berangkat ke Perguruan Gagak Hitam yang ada di desa sebelah utara. Memang batas desa ini hanya dipisah oleh sebuah sungai lebar yang membentang dari timur ke barat.Untuk masuk ke desa itu harus melalui sebuah jembatan yang lebarnya hanya bisa dimasuki dua kuda. Itu sudah cukup bagi mereka. Dan Perguruan Bangau Merah tak keberatan untuk meminjamkan kuda sebagai tumpangan mereka.Cukup dalam setengah hari dengan menunggangi kuda waktu yang mereka tempuh untuk sampai di Padepokan Perguruan Gagak Hitam. Saat mereka tiba di sana, situasi tak kalah ramai dan nampaknya orang-orang di perguruan itu juga sedang mengadakan rapat darurat. Rapat itu lebih sunyi dan rahasia, karena mereka terlihat hanya berbisik satu sama lain.Namun mereka terlihat panik tatkala melihat kedatangan dua orang asing yang menunggangi kuda menuju padepokan mereka. Beberapa orang langsung cabut senjata dari balik pinggang mereka, hanya pemimpinnya saja yang terlihat tenang sambil memperhatikan waspada.D

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 069 - Konflik Dua Perguruan

    “Mereka semua sangat biadab! Kenapa harus menyerang warga desa yang tidak bersalah? Mereka telah melanggar sumpah mereka sendiri sebagai seorang pendekar!” Arya Wisesa ikut marah ketika mendengar penjelasan dari nenek tua itu. Ia tampak terkejut dan tidak percaya dengan kebiadaban yang telah dilakukan oleh Perguruan Gagak Hitam.“Aku pun tak tahu, Den. Sepertinya tidak lama lagi akan terjadi peperangan besar antara dua perguruan ini. Aku hanya bisa berharap pertolongan Dewa segera datang. Dan ada orang yang bisa menengahi konflik ini, agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan,“ sahut si nenek terlihat lemas dan pasrah terhadap keadaan.“Kalau kami boleh tahu, di mana letak Perguruan Bangau Merah itu, Nek?” tanya Wisangpati.“Kisanak berdua terus saja menyusuri jalan desa ini. Setelah melewati rumah terakhir, Kisanak berdua belok saja ke kanan, ada jalan yang agak menanjak menuju sebuah bukit. Nah, dari kejauhan pasti terlihat ada bangunan padepokan di bukit itu,” jawab si nenek.Mere

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 068 - Kejadian Mengerikan

    “Idemu tidak terlalu buruk,” kata Garang Bonggol.“Tapi sedari awal aku ingin pemuda itu yang berhasil kautangkap, sehingga aku bisa langsung membawa pemuda itu ke hadapan Tuan Bara Jagal. Dengan begitu, dia akan memberiku imbalan besar dan kenaikan pangkat. Sayangnya kau tak bisa memenuhi keinginanku, jadi aku terpaksa tak akan memberimu imbalan tambahan,” lanjutnya.“Sekarang, begini saja Tuan, cepat atau lambat pemuda itu pasti akan datang ke Padepokan Perguruan Naga Api. Kita sebar seluruh pasukan kita untuk berpatroli di setiap sudut sebelum masuk ke area padepokan. Saat dia datang dan sebelum benar-benar sampai di padepokan, kita akan sergap dan lumpuhkan dia bersama-sama!” Kebo Ijo memberi ide lagi.Garang Bonggol tampak berpikir dan tak langsung setuju dengan ide Kebo Ijo. Setelah berpikir sejenak ia pun menyahut, “Hmmm, aku kurang setuju dengan idemu. Karena tentu kita perlu mengerahkan pasukan yang lumayan banyak, sedangkan kita tidak tahu pemuda itu akan masuk ke padepokan

  • Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti   Bab 067 - Ramuan Herbal dan Siasat Licik

    “Kalian semua mundur! Dan kembalilah ke kuda kalian masing-masing!” seru Kebo Ijo kepada sepuluh orang prajurit itu.Mereka senang bukan kepalang, karena beberapa orang di antaranya terlihat sudah mulai kehabisan tenaga. Ada yang terpincang-pincang, ada yang lebam-lebam di bagian wajah, ada yang memegangi perutnya, dan ada yang terluka di bagian bibirnya akibat bertarung dengan Wisangpati.“Dengar, orangtua payah dan pemuda bodoh! Jika kalian ingin gadis ini selamat, temui aku di Padepokan Perguruan Naga Api!” kata Kebo Ijo memberi pesan ancaman kepada Arya Wisesa dan Wisangpati.“Keparat kau, manusia hina! Aku akan menghajar dan memenggal kepalamu sekarang juga!” bentak Arya Wisesa seraya berdiri dan satu tangannya sudah mulai memegang hulu pedang yang tergantung di punggungnya.Ia sadar kekuatan fisiknya mulai melemah akibat racun yang terus masuk menjalari seluruh tubuhnya itu.“Terus saja kau mengoceh sesukamu! Dan serang aku jika tenagamu masih cukup. Ketahuilah, kalau kau tak pa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status