Wintara, Nilasari dan Simet Koneng mendarat di tanah hutan siluman setelah berhasil selamat dari serangan para petinggi golongan putih dan para pendekar. "Ah!" Nilasari tiba-tiba menjerit ketika merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia nyaris ambruk jika tidak ditahan oleh Wintara. "Kakang, sekujur tubuhku terasa sangat sakit. Para petinggi golongan putih dan para pendekar itu harus mendapatkan balasan karena sudah membuat kita sangat kesulitan dan hampir saja membuat kita mati." "Bertahanlah, Nilasari." Wintara menoleh ke sekeliling sesaat, mendudukkan Nilasari di tanah. "Segera pulihkan dirimu. Sepertinya ada seseorang yang sudah menolong kita dan membawa kita ke hutan siluman."Wintara kembali mengawasi keadaan sekeliling. "Jadi inilah yang dinamakan hutan siluman. Hanya dengan menghirup udaranya saja aku merasakan kekuatanku perlahan pulih. Hutan ini penuh bau racun kalomg setan. Aku penasaran di mana Nyi Genit berada saat ini." Nilasari segera memejamkan mata untuk memulihk
Pertarungan antara Tarusbawa dan Nyi Genit terus berlangsung di bawah tanah. Serangan-serangan mereka saling berbenturan hingga keadaan sekeliling berguncang hebat. Rantai putih Tarusbawa dan selendang kuning Nyi Genit terus berkelebat di udara, menyerang satu sama lain hingga menimbulkan sapuan angin kuat yang menyebar ke sekitar. Di saat yang sama, Tarusbawa dan Nyi Genit saling berbenturan seperti dua bayangan yang mengamuk, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tarusbawa dan Nyi Genit meluncur ke atas hingga keluar dari dalam tanah. Rantai dan selendang mereka saling berbenturan di saat pukulan dan tendangan mereka saling beradu dalam jarak dekat.Tarusbawa dan Nyi Genit mundur dengan cara salto ke belakang setelah tendangan mereka bertemu di satu titik. Keduanya kembali saling melempar dan menepis serangan hingga gelombang angin kembali tercipta. Tarusbawa dan Nyi Genit meluncur menembus tanah hingga muncul di atas permukaan. Keduanya saling berbenturan di udara, saling
Kubah pelindung penjara keempat anggota Cakar Setan tampak bergetar beberapa kali. Beberapa retakan tercipta setelah mendapat gempuran serangan gabungan Bangasera, Munding Hideung dan Bangkong Bodas. Dari retakan itu muncul lubang-lubang kecil yang perlahan membesar.“Kubah pelindung itu terus melemas. Tampaknya Tarusbawa kesulitan dalam menghadapi Nyi Genit. Ini kesempatan kita untuk menghancurkan kubah pelindung itu, Bangkong Bodas,” ujar Munding Hideung.“Aku mengerti.” Bangkong Bodas segera menghimpun serangan.Munding Hideung dan Bangkong Bodas melompat ke udara dalam waktu persamaan. Sabit api milik Munding Hideung tampak membesar hingga keadaan sekitar menjadi terang. Di saat yang sama, muncul sebuah palu besar di tangan Bankong Bodas.“Sekarang!” Munding Hideung melemparkan sabit apinya ke arah kubah.Kubah pelindung seketika terbakar dan retak di beberapa bagian. Tak sampai di sana, Bangkong Bodas melesat cepat dari atas menuju puncak kubah dengan serangan palu yang sangat ku
“Kenapa aku harus membantu dua siluman yang bahkan tidak pernah aku temui sebelumnya?” Wulung bertanya dengan nada amarah. “Jangan pernah berani menipuku, Bangasera. Kau pasti akan kuhabisi jika berani melakukannya.”“Otakmu sepertinya sudah menyusut karena terlalu lama berada dalam kurungan Tarusbawa, Wulung,” sahut Bangasera tidak ingin kalah.“Apa katamu?” Wulung bersiap melayangkan pecutnya, tetapi ia tiba-tiba meringis kesakitan karena luka yang dideritanya. “Wintara dan Nilasari memiliki hubungan dengan Tarusbawa di masa lalu. Tarusbawa muncul dari tempat persembunyiannya selama ini karena ingin mengalahkan Wintara dan Nilasari yang sudah membuat kekacauan di rimba persilatan. Tarusbawa adalah salah satu pendekar Sayap Putih yang tengah dicari oleh pemuda pewaris kujang emas dan Limbur Kancana. Jika kalian terlibat membantu Wintara dan Nilasari, maka kalian akan mendapatkan jalan untuk mengalahkan Tarusbawa sekaligus mendapatkan pemuda pewaris kujang emas itu,” terang Bangasera
Para anggota Cakar Setan, Munding Hideung dan Bangkong Bodas tiba di hutan siluman. Mereka langsung bergegas menuju daun siluman yang berada di wilayah selatan.“Aku hampir tidak merasakan kehadiran hawa siluman di tempat ini, kecuali dua siluman yang berada di dekat gua” ujar Wulung yang terbang di sisi kanan.“Tampaknya itu adala Wintara dan Nilasari. Mereka sedang memulihkan diri.”“Tarusbawa berhasil menculik para siluman. Siluman yang tersisa dikerahkan Nyi Genit untuk melawan para pendekar di perbatasan hutan,” jawab Munding Hideung.Angin tiba-tiba berembus kencang dari tempat pertarungan Nyi Genit dan Tarusbawa.“Aku merasakan benturan kekuatan yang luar biasa,” ucap Argaseni, “mungkinkah itu Nyi Genit dan Tarusbawa yang sedang bertarung.”“Sepertinya memang begitu,” sahut Bangkong Bodas, “Nyi Genit memberikan pesan agar pertarungannya dengan Tarusbawa tidak diganggu.”“Aku dan Bangkong Bodas akan pergi ke gua Nyi Genit untuk mengambil racun kalong setan. Kalian berendamlah da
Bangkong Bodas mengerahkan kekuatannya ke arah seluruh ruangan. Sebuah kendi besar tiba-tiba terbang dari arah lemari dan bergerak ke arahnya. “Aku sudah mendapatkan racun kalong setan yang dibutuhkan. Sebaiknya kita segera kembali ke danau siluman, Munding Hideung.”Munding Hideung dan Bangkong Bodas keluar dari ruangan, berjalan di lorong hingga tiba di ruangan di mana dua penjara berada. Keduanya melirik penjara kosong di samping penjara yang mengurung Sekar Sari.“Sepertinya dia akan tetap berada di sana selamanya,” ujar Munding Hideung.“Pengkhianat sepertinya memang pantas mendapatkan hukuman. Dia sendiri yang memilih pilihan tersebut dan dia juga yang harus menerima hukumannya. Andai saja dia tidak berkhianat, mungkin saja dia menjadi siluman kuat yang setara dengan Nyi Genit,” sahut Bangkong Bodas.Bangkong Bodas dan Munding Hideung keluar dari gua, mengentak tubuh, melesat ke arah hutan. Keduanya melompati satu per satu puncak pohon hingga akhirnya tiba di sisi danau siluman.
“Selain itu, kita kehilangan jejak Wintara dan Nilasari.” Galisaka menoleh ke arah hutan siluman. “Firasatku mengatakan kalau mereka berdua sudah berhasil memasuki hutan siluman. Jika itu terjadi dan mereka mendapatkan racun kalong setan dari Nyi Genit, maka kita semua akan berada dalam bahaya, terlebih keadaan kita dan pasukan kita sudah berada di titik lelah setelah beberapa kali pertarungan. Para pendekar yang terluka pun berjumlah tidak sedikit.”Wirayuda mengamati para pendekar yang tampak kelelahan. Seperti yang dikatakan Galisaka barusan, beberapa pendekar tampak terbaring di tanah dengan luka di badan. “Sebaiknya kita beristirahat untuk—”Belum sempat menyelsaikan kata-katanya, Wirayuda terkejut ketika kendi dalam gengamannya tiba-tiba hancur berkeping-keping. Serangan itu terjadi sangat cepat hingga para petinggi golongan putih dan pendekar nyaris tidak menyadarinya.“Celaka.” Wirayuda segera mencabut kembali pedanganya. “Tapasena, ikat para siluman sebelum mereka bebas!”Ta
Sekar Sari tercenung untuk memikirkan sebuah rencana. Tatapannya tertuju ke sekeliling ruangan dan berakhir ke arah kendi yang masih setengahnya berada di dalam dan di luar. Ia mendadak tersenyum ketika mendapatkan sebuah rencana.“Aku tahu.” Sekar Sari segera mengambil kendi, mengamatinya saksama. “Jika aku memasuki kendi ini, aku bisa saja keluar dari penjara. Setelah itu, aku bisa keluar dan pergi menuju tempat ramuan racun kalong setan berada.”Sekar Sari tiba-tiba terdiam, setengah cemberut. “Tapi bagaimana jika aku tidak bisa keluar dari kendi? Bukankah aku akan menyia-nyiakan waktu dan kesempatanku?”Sekar Sari mengembus napas panjang. “Aku tidak akan tahu jika tidak mencoba. Dengan terus-menerus berada di sini, aku juga tidak akan mendapatkan apa pun.”Sekar Sari mulai membuka tutup kendi, menggelindingkan kendi menuju pembatas. Tubuhnya dengan cepat terisap ke dalam kendi. Ia mendarat cukup sempurna di dasar dan nyaris terjatuh karena kendi bergerak.“Apa aku berhasil?” Sekar