Para anggota Cakar Setan, Munding Hideung dan Bangkong Bodas tiba di hutan siluman. Mereka langsung bergegas menuju daun siluman yang berada di wilayah selatan.“Aku hampir tidak merasakan kehadiran hawa siluman di tempat ini, kecuali dua siluman yang berada di dekat gua” ujar Wulung yang terbang di sisi kanan.“Tampaknya itu adala Wintara dan Nilasari. Mereka sedang memulihkan diri.”“Tarusbawa berhasil menculik para siluman. Siluman yang tersisa dikerahkan Nyi Genit untuk melawan para pendekar di perbatasan hutan,” jawab Munding Hideung.Angin tiba-tiba berembus kencang dari tempat pertarungan Nyi Genit dan Tarusbawa.“Aku merasakan benturan kekuatan yang luar biasa,” ucap Argaseni, “mungkinkah itu Nyi Genit dan Tarusbawa yang sedang bertarung.”“Sepertinya memang begitu,” sahut Bangkong Bodas, “Nyi Genit memberikan pesan agar pertarungannya dengan Tarusbawa tidak diganggu.”“Aku dan Bangkong Bodas akan pergi ke gua Nyi Genit untuk mengambil racun kalong setan. Kalian berendamlah da
Bangkong Bodas mengerahkan kekuatannya ke arah seluruh ruangan. Sebuah kendi besar tiba-tiba terbang dari arah lemari dan bergerak ke arahnya. “Aku sudah mendapatkan racun kalong setan yang dibutuhkan. Sebaiknya kita segera kembali ke danau siluman, Munding Hideung.”Munding Hideung dan Bangkong Bodas keluar dari ruangan, berjalan di lorong hingga tiba di ruangan di mana dua penjara berada. Keduanya melirik penjara kosong di samping penjara yang mengurung Sekar Sari.“Sepertinya dia akan tetap berada di sana selamanya,” ujar Munding Hideung.“Pengkhianat sepertinya memang pantas mendapatkan hukuman. Dia sendiri yang memilih pilihan tersebut dan dia juga yang harus menerima hukumannya. Andai saja dia tidak berkhianat, mungkin saja dia menjadi siluman kuat yang setara dengan Nyi Genit,” sahut Bangkong Bodas.Bangkong Bodas dan Munding Hideung keluar dari gua, mengentak tubuh, melesat ke arah hutan. Keduanya melompati satu per satu puncak pohon hingga akhirnya tiba di sisi danau siluman.
“Selain itu, kita kehilangan jejak Wintara dan Nilasari.” Galisaka menoleh ke arah hutan siluman. “Firasatku mengatakan kalau mereka berdua sudah berhasil memasuki hutan siluman. Jika itu terjadi dan mereka mendapatkan racun kalong setan dari Nyi Genit, maka kita semua akan berada dalam bahaya, terlebih keadaan kita dan pasukan kita sudah berada di titik lelah setelah beberapa kali pertarungan. Para pendekar yang terluka pun berjumlah tidak sedikit.”Wirayuda mengamati para pendekar yang tampak kelelahan. Seperti yang dikatakan Galisaka barusan, beberapa pendekar tampak terbaring di tanah dengan luka di badan. “Sebaiknya kita beristirahat untuk—”Belum sempat menyelsaikan kata-katanya, Wirayuda terkejut ketika kendi dalam gengamannya tiba-tiba hancur berkeping-keping. Serangan itu terjadi sangat cepat hingga para petinggi golongan putih dan pendekar nyaris tidak menyadarinya.“Celaka.” Wirayuda segera mencabut kembali pedanganya. “Tapasena, ikat para siluman sebelum mereka bebas!”Ta
Sekar Sari tercenung untuk memikirkan sebuah rencana. Tatapannya tertuju ke sekeliling ruangan dan berakhir ke arah kendi yang masih setengahnya berada di dalam dan di luar. Ia mendadak tersenyum ketika mendapatkan sebuah rencana.“Aku tahu.” Sekar Sari segera mengambil kendi, mengamatinya saksama. “Jika aku memasuki kendi ini, aku bisa saja keluar dari penjara. Setelah itu, aku bisa keluar dan pergi menuju tempat ramuan racun kalong setan berada.”Sekar Sari tiba-tiba terdiam, setengah cemberut. “Tapi bagaimana jika aku tidak bisa keluar dari kendi? Bukankah aku akan menyia-nyiakan waktu dan kesempatanku?”Sekar Sari mengembus napas panjang. “Aku tidak akan tahu jika tidak mencoba. Dengan terus-menerus berada di sini, aku juga tidak akan mendapatkan apa pun.”Sekar Sari mulai membuka tutup kendi, menggelindingkan kendi menuju pembatas. Tubuhnya dengan cepat terisap ke dalam kendi. Ia mendarat cukup sempurna di dasar dan nyaris terjatuh karena kendi bergerak.“Apa aku berhasil?” Sekar
Sekar Sari terkejut hingga mundur beberapa langkah ketika melihat kendi di atas batu bergerak. “Si-siapa kau? Kenapa kau berada di sana?”“Nyai, tolong bebaskan aku dari sini dengan segera. Aku berjanji akan memberitahumu mengenai rahasia racun kalong setan. Aku sudah lama terperangkap di kendi ini sejak lama. Meski begitu, aku bisa mendengar perkataan semua siluman dan manusia yang berada di sini, termasuk perkataanmu, Nyai.”“Ke-kanapa kau bisa berada di sana?” Sekar Sari dengan agak ragu mendekat. “Ceritanya sangat panjang, Nyai. Sekarang, tolong segera bebaskan aku dari sini.”“Jika aku bisa membebaskanmu, kau belum tentu akan membantuku. Selain itu, kau bisa saja menyerangku.” Sekar Sari kembali mundur, bersiaga.“Nyai, aku bukanlah orang jahat. Aku terjebak di kendi dan tempat ini sudah sangat lama, tapi ragaku beda di tempat yang jauh dan kekuatanku sudah sangat melemah sekarang. Aku tidak bisa mencelakaimu dengan kekuatanku. Percayalah padaku, Nyai.”Sekar Sari tampak berpiki
Sekar Sari berjalan memasuki pintu, melewati sebuah lorong agak panjang di mana sisi kiri dan kanan dipenuhi oleh terngkorak manusia dan hewan. “Sebenarnya tempat apa ini? Kenapa bisa begitu banyak tengkorak manusia dan hewan? Hawa keberadaannya pun begitu mencekam dan menakutkan?”“Gua ini adalah gua tempat Nyi Genit melakukan percobaan, Nyai. Dia membuat beragam ramuan berbahaya dan mencobanya pada manusia dan hewan. Nyi Genit biasanya menculik manusia dari perkampungan terdekat, tak peduli bayi, anak kecil, pria maupun wanita,” ujar sosok di dalam kendi.“Kejam sekali.” Sekar Sari merinding, teringat dengan beberapa gadis yang berada dalam penjara. Ia berusaha membangunkan mereka, sayangnya mereka tetap tidak sadarkan diri. “Kenapa aku baru teringat sekarang.”Sekar Sari kembali menuju penjara yang mengurungnya. Saat ia menyadari kendi bisa menerobos penjagaan penjara, ia benar-benar luput dengan keberadaan para gadis itu.“Ada apa, Nyai?” tanya sosok di dalam kendi, “kenapa kau be
Sekar Sari mendekat ke arah lemari, mengambil beberapa gulungan dan berusaha memahami isinya sebaik mungkin. “Aku tidak punya waktu untuk membaca dan menyalin semua gulungan ini. Satu-satunya cara adalah dengan memasukkan ke dalam kendi untuk kupelajari nanti.”Sekar Sari beralih pada lemari berisi kendi-kendi. “Sekarang tunjukkan aku kendi berisi ramuan kalong setan dan penawarnya.”“Nyai, dekatkan aku dengan satu per satu kendi. Aku bisa merasakan mana kendi berisi racun kalong setan dan mana yang bukan. Aku akan memberitahumu jika aku menemukannya.”“Aku mengerti.” Sekar Sari berjalan menuju lemari pertama dan memulai dengan barisan kendi bagian bawah. Gadis itu terus bergerak dari bawah ke atas, kiri dan kanan, dari satu lemari ke lemari yang lain.“Aku menemukan kendi berisi racun kalong setan. Racun ini agak berbeda dengan racun kalong setan yang sebelumnya. Racun ini lebih kuat.”“Lebih kuat?” Sekar Sari mengambil sebuah kendi berukuran agak besar, lantas memisahkannya. “Sekara
Sekar Sari bergegas mencari jalan yang dimaksud. Gadis itu memasuki gua lebih dalam, memasuki satu per satu ruangan. Di saat yang sama, kekuatannya seperti terus terisap hingga membuatnya beberapa kali berhenti karena kelelahan.Sekar Sari terjatuh ketika baru saja memasuki sebuah ruangan. Keringat bercucuran di dahi gadis berselendang merah itu. Banyak ruangan yang sudah dimasukinya. Sayangnya tidak ada tanda dinding tengkorak seperti yang dikatakan sosok itu.“Sebenarnya di mana dinding tengkorak itu? Apa mungkin sosok itu berbohong?” Sekar Sari kembali berdiri, terpejam sesaat untuk memulihkan diri. Ia berjalan hingga ke tengah ruangan. Beberapa lemari berisi kendi, kotak kayu berdiri di dekat dinding, sedang sisa kerangka manusia dan hewan berserakan di sudut-sudut ruangan.“Aku rasa sosok itu tidak mungkin berbohong. Dia mengatakan ‘seingatku’. Itu berarti ada kemungkinan jika ruangan berdinding tengkorak itu digantikan dengan sesuatu yang lain.”Sekar Sari berjalan menuju dindin