Home / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / 479. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Share

479. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Author: Ramdani Abdul
last update Last Updated: 2023-02-13 18:34:26

“Selain itu, kita kehilangan jejak Wintara dan Nilasari.” Galisaka menoleh ke arah hutan siluman. “Firasatku mengatakan kalau mereka berdua sudah berhasil memasuki hutan siluman. Jika itu terjadi dan mereka mendapatkan racun kalong setan dari Nyi Genit, maka kita semua akan berada dalam bahaya, terlebih keadaan kita dan pasukan kita sudah berada di titik lelah setelah beberapa kali pertarungan. Para pendekar yang terluka pun berjumlah tidak sedikit.”

Wirayuda mengamati para pendekar yang tampak kelelahan. Seperti yang dikatakan Galisaka barusan, beberapa pendekar tampak terbaring di tanah dengan luka di badan. “Sebaiknya kita beristirahat untuk—”

Belum sempat menyelsaikan kata-katanya, Wirayuda terkejut ketika kendi dalam gengamannya tiba-tiba hancur berkeping-keping. Serangan itu terjadi sangat cepat hingga para petinggi golongan putih dan pendekar nyaris tidak menyadarinya.

“Celaka.” Wirayuda segera mencabut kembali pedanganya. “Tapasena, ikat para siluman sebelum mereka bebas!”

Ta
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Santang Kian
tambhinn lg thorr
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pendekar Kujang Emas   480. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Sekar Sari tercenung untuk memikirkan sebuah rencana. Tatapannya tertuju ke sekeliling ruangan dan berakhir ke arah kendi yang masih setengahnya berada di dalam dan di luar. Ia mendadak tersenyum ketika mendapatkan sebuah rencana.“Aku tahu.” Sekar Sari segera mengambil kendi, mengamatinya saksama. “Jika aku memasuki kendi ini, aku bisa saja keluar dari penjara. Setelah itu, aku bisa keluar dan pergi menuju tempat ramuan racun kalong setan berada.”Sekar Sari tiba-tiba terdiam, setengah cemberut. “Tapi bagaimana jika aku tidak bisa keluar dari kendi? Bukankah aku akan menyia-nyiakan waktu dan kesempatanku?”Sekar Sari mengembus napas panjang. “Aku tidak akan tahu jika tidak mencoba. Dengan terus-menerus berada di sini, aku juga tidak akan mendapatkan apa pun.”Sekar Sari mulai membuka tutup kendi, menggelindingkan kendi menuju pembatas. Tubuhnya dengan cepat terisap ke dalam kendi. Ia mendarat cukup sempurna di dasar dan nyaris terjatuh karena kendi bergerak.“Apa aku berhasil?” Sekar

    Last Updated : 2023-02-14
  • Pendekar Kujang Emas   481. Dua Pendekar HItam dan Serangan Siluman Kembar

    Sekar Sari terkejut hingga mundur beberapa langkah ketika melihat kendi di atas batu bergerak. “Si-siapa kau? Kenapa kau berada di sana?”“Nyai, tolong bebaskan aku dari sini dengan segera. Aku berjanji akan memberitahumu mengenai rahasia racun kalong setan. Aku sudah lama terperangkap di kendi ini sejak lama. Meski begitu, aku bisa mendengar perkataan semua siluman dan manusia yang berada di sini, termasuk perkataanmu, Nyai.”“Ke-kanapa kau bisa berada di sana?” Sekar Sari dengan agak ragu mendekat. “Ceritanya sangat panjang, Nyai. Sekarang, tolong segera bebaskan aku dari sini.”“Jika aku bisa membebaskanmu, kau belum tentu akan membantuku. Selain itu, kau bisa saja menyerangku.” Sekar Sari kembali mundur, bersiaga.“Nyai, aku bukanlah orang jahat. Aku terjebak di kendi dan tempat ini sudah sangat lama, tapi ragaku beda di tempat yang jauh dan kekuatanku sudah sangat melemah sekarang. Aku tidak bisa mencelakaimu dengan kekuatanku. Percayalah padaku, Nyai.”Sekar Sari tampak berpiki

    Last Updated : 2023-02-14
  • Pendekar Kujang Emas   482. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Sekar Sari berjalan memasuki pintu, melewati sebuah lorong agak panjang di mana sisi kiri dan kanan dipenuhi oleh terngkorak manusia dan hewan. “Sebenarnya tempat apa ini? Kenapa bisa begitu banyak tengkorak manusia dan hewan? Hawa keberadaannya pun begitu mencekam dan menakutkan?”“Gua ini adalah gua tempat Nyi Genit melakukan percobaan, Nyai. Dia membuat beragam ramuan berbahaya dan mencobanya pada manusia dan hewan. Nyi Genit biasanya menculik manusia dari perkampungan terdekat, tak peduli bayi, anak kecil, pria maupun wanita,” ujar sosok di dalam kendi.“Kejam sekali.” Sekar Sari merinding, teringat dengan beberapa gadis yang berada dalam penjara. Ia berusaha membangunkan mereka, sayangnya mereka tetap tidak sadarkan diri. “Kenapa aku baru teringat sekarang.”Sekar Sari kembali menuju penjara yang mengurungnya. Saat ia menyadari kendi bisa menerobos penjagaan penjara, ia benar-benar luput dengan keberadaan para gadis itu.“Ada apa, Nyai?” tanya sosok di dalam kendi, “kenapa kau be

    Last Updated : 2023-02-15
  • Pendekar Kujang Emas   483. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Sekar Sari mendekat ke arah lemari, mengambil beberapa gulungan dan berusaha memahami isinya sebaik mungkin. “Aku tidak punya waktu untuk membaca dan menyalin semua gulungan ini. Satu-satunya cara adalah dengan memasukkan ke dalam kendi untuk kupelajari nanti.”Sekar Sari beralih pada lemari berisi kendi-kendi. “Sekarang tunjukkan aku kendi berisi ramuan kalong setan dan penawarnya.”“Nyai, dekatkan aku dengan satu per satu kendi. Aku bisa merasakan mana kendi berisi racun kalong setan dan mana yang bukan. Aku akan memberitahumu jika aku menemukannya.”“Aku mengerti.” Sekar Sari berjalan menuju lemari pertama dan memulai dengan barisan kendi bagian bawah. Gadis itu terus bergerak dari bawah ke atas, kiri dan kanan, dari satu lemari ke lemari yang lain.“Aku menemukan kendi berisi racun kalong setan. Racun ini agak berbeda dengan racun kalong setan yang sebelumnya. Racun ini lebih kuat.”“Lebih kuat?” Sekar Sari mengambil sebuah kendi berukuran agak besar, lantas memisahkannya. “Sekara

    Last Updated : 2023-02-15
  • Pendekar Kujang Emas   484. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Sekar Sari bergegas mencari jalan yang dimaksud. Gadis itu memasuki gua lebih dalam, memasuki satu per satu ruangan. Di saat yang sama, kekuatannya seperti terus terisap hingga membuatnya beberapa kali berhenti karena kelelahan.Sekar Sari terjatuh ketika baru saja memasuki sebuah ruangan. Keringat bercucuran di dahi gadis berselendang merah itu. Banyak ruangan yang sudah dimasukinya. Sayangnya tidak ada tanda dinding tengkorak seperti yang dikatakan sosok itu.“Sebenarnya di mana dinding tengkorak itu? Apa mungkin sosok itu berbohong?” Sekar Sari kembali berdiri, terpejam sesaat untuk memulihkan diri. Ia berjalan hingga ke tengah ruangan. Beberapa lemari berisi kendi, kotak kayu berdiri di dekat dinding, sedang sisa kerangka manusia dan hewan berserakan di sudut-sudut ruangan.“Aku rasa sosok itu tidak mungkin berbohong. Dia mengatakan ‘seingatku’. Itu berarti ada kemungkinan jika ruangan berdinding tengkorak itu digantikan dengan sesuatu yang lain.”Sekar Sari berjalan menuju dindin

    Last Updated : 2023-02-16
  • Pendekar Kujang Emas   485. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Jurus selendang bidadari.” Sekar Sari melompat ke atas dengan gerakan memutar. Seluruh bagian selendangnya tiba-tiba tertarik ke arahnya, membentuk sebuah kubah pelindung dalam rupa kuncup bunga. Selendang-selendang itu kemudian menyebar ke sekeliling dan menepis semua serangan hingga tulang belulang dan tengkorak terpental ke sekeliling.“Ini kesempatanku.” Sekar Sari mengentak udara dengan kuat, melesat menuju titik lubang yang perlahan diselimuti kembali oleh tengkorak dan tulang belulang. Seluruh bagian selendangnya mengelinginginya dan menepis serangan yang kembali datang.Sekar Sari segera menghimpun kekuatan, menyatukan kedua tangan di depan dada. Seluruh bagian selendangnya tiba-tiba diselimuti cahaya keperakan. Dalam gerakan sangat cepat, gadis itu melesatkan serangan ke arah dinding tengkorak dan tulang belulang dengan kedua tangan. Di saat yang sama seluruh bagian selendangnya ikut menyerang.Sekar Sari menambah kekuatan ketika dinding mulai retak dan menciptakan sebuah lu

    Last Updated : 2023-02-16
  • Pendekar Kujang Emas   486. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Serangan Nyi Genit melesat cepat melintasi permukaan air danau. Wintara dan Nilasari yang menyadari hal itu segera melompat ke atas, lantas melayangkan serangan jarak jauh. Tumbukan serangan-serangan itu seketika meledak dan menyebarkan gelombang kekuatan ke sekeliling hingga permukaan air memercik. Sementara itu, kelima anggota Cakar Setan tetap memustakan pikiran pada pemulihan diri mereka masing-masing. Tubuh mereka melayang di atas permukaan air danau di mana tubuh mereka diselimuti cahaya merah kehitaman. Wintara dan Nilasari mendarat di pinggiran danau, mengawasi keadaan sekeliling di mana asap putih masih menyelimuti sekeliling. “Siapa yang berani menyerang kita, Kakang?” Nilasari menggerakkan selendangnya ke depan dan belakang. Sapuan angin seketika menerbangkan asap ke samping kiri dan kanan sehingga pemandangan di depan terlihat lebih jelas. Wintara mengamati kelima anggota Cakar Setan yang masih memulihkan diri. “Aku tidak mendapati tanda-tanda jika kelima anggota Cakar

    Last Updated : 2023-02-17
  • Pendekar Kujang Emas   487. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Wintara memelotot tajam pada Nilasari. “Jangan membuatku marah lebih dari ini, Nilasari. Tunjukkan rasa hormatmu pada Nyi Genit.”Nilasari menoleh ke sisi lain. “Baiklah, Kakang.”Nyi Genit tertawa puas saat melihat kekalahan di wajah Nilasari. Ia segera melepaskan jeratan selendangnya di tubuh dua siluman kembar itu. “Berlututlah dan berterimakasihlah padaku sekarang juga.”Wintara dan Nilasari segera berlutut, nyaris bersujud hingga kening mereka hampir menyentuh permukaan air danau. “Terima kasih karena sudah menolong kami, Nyi.”“Berdirilah dan mendekatlah padaku,” perintah Nyi Genit. Wintara dan Nilasari segera bangkit, berjalan mendekat ke arah Nyi Genit.“Apa kalian berdua sudah mendapatkan racun kalong setan?”“Kami sudah mendapatkan, Nyi,” jawab Wintara seraya mengambil kendi dari balik pinggangnya. “Munding Hideung dan Bangkong Bodas yang sudah memberikannya pada kami” “Dengarkan aku baik-baik. Racun kalong setan itu berbeda dari racun kalong setan yang aku berikan pada ke

    Last Updated : 2023-02-17

Latest chapter

  • Pendekar Kujang Emas   676. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. “Siapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.” Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. “Aku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,” ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. “Pemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,” gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. “Aku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.” Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. “Namaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Sekar

  • Pendekar Kujang Emas   675. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga segera mendekati Tarusbawa. “Guru, apa kau baik-baik saja?” Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. “Guru.” Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. “Cahaya merah apa itu?” Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. “Prabu.” Lingga segera memberikan salam penghormatan. “Kau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,” ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. “Waktu ujianku sudah dimulai?” “Aku ingin mengingatkanm

  • Pendekar Kujang Emas   674. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Baik, Guru.” Sekar Sari mengangguk.“Indra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,” ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. “Hanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.”Saraswati mengamati keadaan sekeliling. “Padepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.”Sekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. “Ini adalah gubuk tempat tinggalku. A

  • Pendekar Kujang Emas   673. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana mengangguk. “Aki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.”“Bangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,” ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. “Aki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.”Tarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. “Lingga sedang berlatih saat

  • Pendekar Kujang Emas   672. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.“Aku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.” Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.“Kau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.” Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.“Tentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.”“Semua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.”“Ak

  • Pendekar Kujang Emas   671. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me

  • Pendekar Kujang Emas   670. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan

  • Pendekar Kujang Emas   669. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b

  • Pendekar Kujang Emas   668. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status