Sekar Sari tercenung untuk memikirkan sebuah rencana. Tatapannya tertuju ke sekeliling ruangan dan berakhir ke arah kendi yang masih setengahnya berada di dalam dan di luar. Ia mendadak tersenyum ketika mendapatkan sebuah rencana.“Aku tahu.” Sekar Sari segera mengambil kendi, mengamatinya saksama. “Jika aku memasuki kendi ini, aku bisa saja keluar dari penjara. Setelah itu, aku bisa keluar dan pergi menuju tempat ramuan racun kalong setan berada.”Sekar Sari tiba-tiba terdiam, setengah cemberut. “Tapi bagaimana jika aku tidak bisa keluar dari kendi? Bukankah aku akan menyia-nyiakan waktu dan kesempatanku?”Sekar Sari mengembus napas panjang. “Aku tidak akan tahu jika tidak mencoba. Dengan terus-menerus berada di sini, aku juga tidak akan mendapatkan apa pun.”Sekar Sari mulai membuka tutup kendi, menggelindingkan kendi menuju pembatas. Tubuhnya dengan cepat terisap ke dalam kendi. Ia mendarat cukup sempurna di dasar dan nyaris terjatuh karena kendi bergerak.“Apa aku berhasil?” Sekar
Sekar Sari terkejut hingga mundur beberapa langkah ketika melihat kendi di atas batu bergerak. “Si-siapa kau? Kenapa kau berada di sana?”“Nyai, tolong bebaskan aku dari sini dengan segera. Aku berjanji akan memberitahumu mengenai rahasia racun kalong setan. Aku sudah lama terperangkap di kendi ini sejak lama. Meski begitu, aku bisa mendengar perkataan semua siluman dan manusia yang berada di sini, termasuk perkataanmu, Nyai.”“Ke-kanapa kau bisa berada di sana?” Sekar Sari dengan agak ragu mendekat. “Ceritanya sangat panjang, Nyai. Sekarang, tolong segera bebaskan aku dari sini.”“Jika aku bisa membebaskanmu, kau belum tentu akan membantuku. Selain itu, kau bisa saja menyerangku.” Sekar Sari kembali mundur, bersiaga.“Nyai, aku bukanlah orang jahat. Aku terjebak di kendi dan tempat ini sudah sangat lama, tapi ragaku beda di tempat yang jauh dan kekuatanku sudah sangat melemah sekarang. Aku tidak bisa mencelakaimu dengan kekuatanku. Percayalah padaku, Nyai.”Sekar Sari tampak berpiki
Sekar Sari berjalan memasuki pintu, melewati sebuah lorong agak panjang di mana sisi kiri dan kanan dipenuhi oleh terngkorak manusia dan hewan. “Sebenarnya tempat apa ini? Kenapa bisa begitu banyak tengkorak manusia dan hewan? Hawa keberadaannya pun begitu mencekam dan menakutkan?”“Gua ini adalah gua tempat Nyi Genit melakukan percobaan, Nyai. Dia membuat beragam ramuan berbahaya dan mencobanya pada manusia dan hewan. Nyi Genit biasanya menculik manusia dari perkampungan terdekat, tak peduli bayi, anak kecil, pria maupun wanita,” ujar sosok di dalam kendi.“Kejam sekali.” Sekar Sari merinding, teringat dengan beberapa gadis yang berada dalam penjara. Ia berusaha membangunkan mereka, sayangnya mereka tetap tidak sadarkan diri. “Kenapa aku baru teringat sekarang.”Sekar Sari kembali menuju penjara yang mengurungnya. Saat ia menyadari kendi bisa menerobos penjagaan penjara, ia benar-benar luput dengan keberadaan para gadis itu.“Ada apa, Nyai?” tanya sosok di dalam kendi, “kenapa kau be
Sekar Sari mendekat ke arah lemari, mengambil beberapa gulungan dan berusaha memahami isinya sebaik mungkin. “Aku tidak punya waktu untuk membaca dan menyalin semua gulungan ini. Satu-satunya cara adalah dengan memasukkan ke dalam kendi untuk kupelajari nanti.”Sekar Sari beralih pada lemari berisi kendi-kendi. “Sekarang tunjukkan aku kendi berisi ramuan kalong setan dan penawarnya.”“Nyai, dekatkan aku dengan satu per satu kendi. Aku bisa merasakan mana kendi berisi racun kalong setan dan mana yang bukan. Aku akan memberitahumu jika aku menemukannya.”“Aku mengerti.” Sekar Sari berjalan menuju lemari pertama dan memulai dengan barisan kendi bagian bawah. Gadis itu terus bergerak dari bawah ke atas, kiri dan kanan, dari satu lemari ke lemari yang lain.“Aku menemukan kendi berisi racun kalong setan. Racun ini agak berbeda dengan racun kalong setan yang sebelumnya. Racun ini lebih kuat.”“Lebih kuat?” Sekar Sari mengambil sebuah kendi berukuran agak besar, lantas memisahkannya. “Sekara
Sekar Sari bergegas mencari jalan yang dimaksud. Gadis itu memasuki gua lebih dalam, memasuki satu per satu ruangan. Di saat yang sama, kekuatannya seperti terus terisap hingga membuatnya beberapa kali berhenti karena kelelahan.Sekar Sari terjatuh ketika baru saja memasuki sebuah ruangan. Keringat bercucuran di dahi gadis berselendang merah itu. Banyak ruangan yang sudah dimasukinya. Sayangnya tidak ada tanda dinding tengkorak seperti yang dikatakan sosok itu.“Sebenarnya di mana dinding tengkorak itu? Apa mungkin sosok itu berbohong?” Sekar Sari kembali berdiri, terpejam sesaat untuk memulihkan diri. Ia berjalan hingga ke tengah ruangan. Beberapa lemari berisi kendi, kotak kayu berdiri di dekat dinding, sedang sisa kerangka manusia dan hewan berserakan di sudut-sudut ruangan.“Aku rasa sosok itu tidak mungkin berbohong. Dia mengatakan ‘seingatku’. Itu berarti ada kemungkinan jika ruangan berdinding tengkorak itu digantikan dengan sesuatu yang lain.”Sekar Sari berjalan menuju dindin
“Jurus selendang bidadari.” Sekar Sari melompat ke atas dengan gerakan memutar. Seluruh bagian selendangnya tiba-tiba tertarik ke arahnya, membentuk sebuah kubah pelindung dalam rupa kuncup bunga. Selendang-selendang itu kemudian menyebar ke sekeliling dan menepis semua serangan hingga tulang belulang dan tengkorak terpental ke sekeliling.“Ini kesempatanku.” Sekar Sari mengentak udara dengan kuat, melesat menuju titik lubang yang perlahan diselimuti kembali oleh tengkorak dan tulang belulang. Seluruh bagian selendangnya mengelinginginya dan menepis serangan yang kembali datang.Sekar Sari segera menghimpun kekuatan, menyatukan kedua tangan di depan dada. Seluruh bagian selendangnya tiba-tiba diselimuti cahaya keperakan. Dalam gerakan sangat cepat, gadis itu melesatkan serangan ke arah dinding tengkorak dan tulang belulang dengan kedua tangan. Di saat yang sama seluruh bagian selendangnya ikut menyerang.Sekar Sari menambah kekuatan ketika dinding mulai retak dan menciptakan sebuah lu
Serangan Nyi Genit melesat cepat melintasi permukaan air danau. Wintara dan Nilasari yang menyadari hal itu segera melompat ke atas, lantas melayangkan serangan jarak jauh. Tumbukan serangan-serangan itu seketika meledak dan menyebarkan gelombang kekuatan ke sekeliling hingga permukaan air memercik. Sementara itu, kelima anggota Cakar Setan tetap memustakan pikiran pada pemulihan diri mereka masing-masing. Tubuh mereka melayang di atas permukaan air danau di mana tubuh mereka diselimuti cahaya merah kehitaman. Wintara dan Nilasari mendarat di pinggiran danau, mengawasi keadaan sekeliling di mana asap putih masih menyelimuti sekeliling. “Siapa yang berani menyerang kita, Kakang?” Nilasari menggerakkan selendangnya ke depan dan belakang. Sapuan angin seketika menerbangkan asap ke samping kiri dan kanan sehingga pemandangan di depan terlihat lebih jelas. Wintara mengamati kelima anggota Cakar Setan yang masih memulihkan diri. “Aku tidak mendapati tanda-tanda jika kelima anggota Cakar
Wintara memelotot tajam pada Nilasari. “Jangan membuatku marah lebih dari ini, Nilasari. Tunjukkan rasa hormatmu pada Nyi Genit.”Nilasari menoleh ke sisi lain. “Baiklah, Kakang.”Nyi Genit tertawa puas saat melihat kekalahan di wajah Nilasari. Ia segera melepaskan jeratan selendangnya di tubuh dua siluman kembar itu. “Berlututlah dan berterimakasihlah padaku sekarang juga.”Wintara dan Nilasari segera berlutut, nyaris bersujud hingga kening mereka hampir menyentuh permukaan air danau. “Terima kasih karena sudah menolong kami, Nyi.”“Berdirilah dan mendekatlah padaku,” perintah Nyi Genit. Wintara dan Nilasari segera bangkit, berjalan mendekat ke arah Nyi Genit.“Apa kalian berdua sudah mendapatkan racun kalong setan?”“Kami sudah mendapatkan, Nyi,” jawab Wintara seraya mengambil kendi dari balik pinggangnya. “Munding Hideung dan Bangkong Bodas yang sudah memberikannya pada kami” “Dengarkan aku baik-baik. Racun kalong setan itu berbeda dari racun kalong setan yang aku berikan pada ke